Vous êtes sur la page 1sur 30

MAKALAH PENYAKIT ASMA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DOSEN PEMBIMBING : Ns. Nita Ekawati S,kep

OLEH :

ANGGIA SAPTA OKTORA

LINDA SARI

LUYTA MUSTIKA

M. QURAISY

PUTRI ADILA FEBRIYANTI

YOLLA RISTI

KELAS : 3E KEPERAWATAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI D1 KEPERAWATAN

TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah,
Taufiknya dan Hidayahnya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihiwa sallam. Manusia istimewa yang
seluruhnya perilakunya untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebeneran,
yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana ini tepat pada
waktunya.

Banyak kesulitan dan hambatan yang saya hadapi dalam membuat tugas
kelompok ini tapi dengan semangat serta arahan, kami mampu menyelesaikan tugas
kelompok ini dengan baik.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pada pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Pamulang,
Oktober 2017

Penulis

2
Daftar isi ..................................................................................................................................... i

Kata pengantar .......................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan .................................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan penulisan ...................................................................................................... 2

1.4 Manfaat penulisan ................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan .................................................................................................................... 3

A. Definisi asma ................................................................................................................. 3


B. Tanda dan gejala asma .................................................................................................. 4
C. Patofisiologi/pathway asma .......................................................................................... 6
D. Pencegahan asma .......................................................................................................... 9
E. Komplikasi asma ............................................................................................................ 10
F. Pengobatan asma ........................................................................................................... 11
G. Gizi/terapi diet pada asma .............................................................................................. 17
H. Data penunjang .............................................................................................................. 18
I. Askep pada asma ........................................................................................................... 23

Bab III Penutup .......................................................................................................................... 26

Kesimpulan ............................................................................................................................... 26

Daftar pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang menyebabkan
sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik. Asma mempunyai
awitan pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak asma mendapat gejala pertama sebelum
usia 4-5 tahun. Pada suatu waktu selama masa anak akan mendapat gejala dan tanda
yang sesuai dengan asma.
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang
menderita sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya lebih
bersifat menahun daripada musiman. Yang menyebabkan ketidakberdayaan dan
secara nyata mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-
hari. Sungguh merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa
bermain dan beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita. Hal ini
tentunya membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan, pengobatan dan
pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus terlebih lagi
pada anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari dalam bermain dan
beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tenaga kesehatan dari
berbagai bidang multidisipliner. Dalam pelayanan keperawatan, perawat mempunyai
peranan sebagai tenaga profesional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan,
penyuluhan kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi tentang pengertian,
tanda dan gejala, serta pencegahan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan
berbagai pihak.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi asma ?
2. Apa saja tanda dan gejala asma ?
3. Patofisiologi asma ?
4. Bagaimana pencegahan asma ?
5. Apa saja komplikasi asma ?
6. Apa pengobatan pada asma ?
7. Bagaimana gizi pada asma?
8. Apa saja data penunjang pada asma?
9. Askep pada asma?

1.3 TUJUAN
Tujuan secara umum : mengerti tentang asma dan memahami apa yang hrus di
lakukan seorang perawat untuk menangani asma .
Tujuan khusus : mengetahui definisi, tanda dan gejala, patofisiologi, pencegahan,
komplikasi, pengobatan, giizi,data penunjang dan askep pada asma
1.4 MANFAAT PENULISAN
Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Mengetahui tentang definisi asma.
2. Mengetahui patofisiologi dari penyakit asma.
3. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus asma yang dimulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

5
BAB II

A. Definisi asma
a) Asma adalah gangguan pada bronkus yang ditandai dengan adanya
bronkospasme periodic yang reversible ( kontraksi berkepanjangan saluran
nafas bronkus)
( Black & Hawks, 2014 )
b) Asma adalah suatu gangguan bronchial dengan ciri bronkospasme
periodic ( kontraksi spasme pada saluran nafas )
( Somantri, 2007 )
c) Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit kronik dengan serangan
intermiten. Serangan ditandai dengan adanya spasme dari saluran
bronkial, pembengakakan dinding bronkial dan banyaknya sekresi lendir.
Semua keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya batuk, bunyi ngik,
sesak nafas dan rasa kontriksi pada dada.
( Wara Kushantanti, 2002 )
d) Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan
obstruksi reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon
yang berlebihan terhadap stimuli.
( Varney, Helen. 2003 )
e) Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran napas –
saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-paru.
Jika anda menyandang asma, saluran nafas anda mengalami peradangan
dan menyempit, dan anda mengalami kesulitan dalam bernafas.

6
B. Tanda dan gejala
a) Batuk
1) Definisi batuk
Adalah suatu bentuk tindakan reflex dari tubuh untuk membersihkan
jalan napas dari sesuatu yang mengganggu jalannya pernapasan,
seperti lendir, debu, asap atau sesuatu yang mengiritasi jalan napas.
2) Patofisiologi batuk
(a) Inspirasi
Terjadi inspirasi dalam untuk meningkatkan volume gas yang
terinhalasi. Semakin dalam inspirasi semakin banyak gas yang
terhirup, teregang otot-otot napas dan semakin meningkat tekanan
positif intratorakal.
(b) Kompresi
Terjadi penutupan glotis setelah udara terhirup pada fase inspirasi.
Penutupan glotis kira-kira berlangsung selama 0.2 detik. Tujuan
penutupan glotis adalah untuk mempertahankan volume paru pada
saat tekanan intratorakal besar. Pada keadaan ini terjadi

7
pemendekan otot ekspirasi dengan akibat kontraksi otot ekspirasi,
sehingga akan meningkatkan tekanan intratorakal dan juga intra
abdomen.
(c) Ekspirasi(eksplusif)
Pada fase ini glotis dibuka, dengan terbukanya glotis dan adanya
tekanan intratorakal dan intra abdomen yang tinggi maka
terjadilah proses ekspirasi yang cepat dan singkat (disebut juga
ekspulsif). Derasnya aliran udara yang sangat kuat dan cepat maka
terjadilah pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti
mukus dll.
(d) Relaksasi
Terjadi relaksasi dari otot-otot respiratorik. Waktu relaksasi dapat
terjadi singkat ataupun lama tergantung rangsangan pada reseptor
batuk berikutnya.
b) Sesak nafas
Definisi sesak nafas
Sesak nafas merupakan dimana perasaan sulit bernapas yang terjadi yang
dialami oleh setiap penderita ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak
napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut
atau kronis. Kejadian sesak nafas tergantung dari tingkat keparahan dan
sebabnya. Perasaan itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls
(rangsangan) ke otak dari saraf yang berakhir di paru-paru, tulang iga,
otot dada, atau diafragma, ditambah dengan persepsi dan interpretasi
pasien.
c) Mudah lelah dan lesu
Gejala ini adalah satu dari empat tanda dan gejala penyakit asma yang
juga kadang muncul pada penderita penyakit lain. Gejala ini muncul
seiring pernafasan penderita yang terganggu sehingga organ-organ
pernafasan bekerja secara optimal, akibatnya energy akan terforsir untuk
memompa udara saat bernafas.

8
d) Nyeri dada
Kondisi ini bisa menjadi indikasi gejala penyakit asma yang patut anda
waspadai karena nyeri pada bagian dada yang dialami oleh penderita asma
bisa menjadi satu tanda bahwa penyakit asma yang anda derita telah
tergolong cukup parah. Bila gejala ini muncul ada baiknya anda segera
melakukan pemeriksaan untuk mengantisipasi keadaan penyakit yang
sebenarnya.
C. Patofisiologi/pathway asma
Ketika seseorang yang memiliki penyakit asma terpapar oleh factor allergen (
senyawa yang dapat menginduksi immunoglobin E melalui paparan berupa
inhalasi ( dihirup ) ingesti ( proses menelan ), kontak, ataupun injeksi ) maka
saluran pernafasan akan meradang dan menyebabkan edema mukosa (lapisan
kulit dalam, yang tertutup pada epitelium, dan terlibat dalam proses absorpsi
dan proses sekresi ) dan sekresi mucus sehingga klien akan kesulitan untuk
bernafas, dada terasa sesak dan menimbulkan suara nafas mengi. Allergen
yang masuk akan merangsang limfosit B untuk memproduksi imunoglobin E
(IgE). IgE akan melekat pada sel mast dan basophil di dinding bronkus. Sel
mast akan melepaskan mediator peradangan kimia seperti histamine,
bradikinin, prostaglandin dan substansi reaksi lambat ( show reacting
substance [SRS-A]). Zat tersebut akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah
kapiler yang menyebabkan edema dan kontruksi saluran nafas.

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003)

9
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. (Tanjung,
2003)
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal
yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal
ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)

10
11
D. Pencegahan
Menurut Danu suanto (2010), pencegahan asma dapat dilakukan dengan tiga
langkah.
a) Pencegahan Primer
(1) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan meliputi penginformasian mengenai asma
dengan gejala, pencegahan dan juga penyebarannya,
(2) konsultasi genetik
Genetic memudahkan seseorang untuk mendapatkan penyakit ini.
(3) Sanitasi dan hygiene individu
Membebaskan lingkungan dari debu, asap rokok, bulu hewan, dan
serbuk sari. Menggunakan masker, dan memasang filter rungan.
(4) Olahraga teratur melatih tubuh menjadi sehat dan tidak rentan asma.
b) Pencegahan Sekunder
(1) Check up rutin
Dapat dilakukan dengan melakukan check up pada dokter spesialis
penyakit dalam yang berfungsi untuk mengontrol terjadinya asma agar
tidak terlalu sering maupun fatal
(2) Screening test
pemeriksaan fisik yakni dengan melihat frekuensi
pernafasan,spirometri,maupun foto rontgen, pemeriksaan darah jika
penyebabnya alergen dengan melihat peningkatan enofil
(3) Pencarian kasus
melihat sebaran penyakit ini, sehingga akan mudah untuk melakukan
penyuluhan maupun pengobatan pada wilayah yang spesifik
(4) Pencegahan khusus
menjaga dan menghindarkan diri dari factor-faktor resiko yang rentan
serta sering terdapat disekeliling penderita
(5) Monitoring

12
Penderita mampu mengontrol asma agar asma yang dideritatidak
mengganggu aktivitas sehari-hari dan mencegahdari kefatalan
(6) Pemberian obat yang rasional dan efektif sesuai dengan serangan yang
terjadi. Pada serangan astma tingkat sedang dapat diobati dengan
salbutamol (3x2-4mg/oral) dengan inhaler, bisa juga dengan
aminofilin 500-1200mg perhari secara oral.
c) Pencegahan Tersier
Rehabilitasi dan memperkerjakan orang yang asma selayaknya yang
sehat. Pada pencegahan ini orang dengan asma tetap diperlakukan
layaknya orang normal dan juga perlu diadakan motivasi untuk pra
penderita astma agar tetap mampu memposisikan diri
mereka sebagai bagian dari masyarakat yang saling membutuhkan.
E. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
1) Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan
kegagalan napas.
2) Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di
mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi
ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke
udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada
3) Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
4) Aspergilosis

13
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur
dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini
juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada
otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya
infeksi Aspergillus sp.
5) Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6) Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis)
mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi
lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang
dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit
bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.
7) Fraktur iga ( patah tulang iga )

F. Pengobatan
a) Pengobatan farmakologi
1) Salbutamol
a) Definisi
Salbutamol merupakan obat bronkodilator yang merupakan
golongan selektif beta 2 adrenergik agonis. Artinya obat ini secara
spesifik bekerja pada reseptor beta 2 adrenergik yang terdapat pada
otot polos bronkus untuk secara langsung menimbulkan efek
relaksasi pada otot polos bronkus. Selain pada otot polos bronkus
salbutamol juga bekerja pada otot polos uterus untuk menimbulkan
efek tokolitik yang secara langsung menurunkan kontraktilitas

14
uterus. Sebagai beta 2 adrenergik agonis salbutamol memiliki
pengaruh yang minimal terhadap reseptor beta 1 adrenergik yang
terdapat pada sistem kardiovaskuler.
Setelah pemakaian oral salbutamol dapat diabsorpsi dengan baik
melalui saluran pencernaan sehingga efek relakssasi bronkus dapat
timbul dengan cepat dalam waktu sekitar 15 menit dan efek yang
yang ditimbulkan dapat bertahan selama 4 – 8 jam.
b) Indikasi salbutamol
Sebagai obat yang menimbulkan relaksasi bronkus, maka
salbutamol dapat digunakan dengan efektif untuk mengatasi gejala
sesak napas yang timbul akibat adanya penyempitan bronkus
seperti pada penyakit asma bronkial, bronkitis asmatis dan
emfisema paru, baik untuk penggunaan akut maupun kronik.
c) Kontraindikasi salbutamol
Obat salbutamol tidak boleh digunakan pada penderita yang telah
diketahui mempunyai riwayat hipersensitif terhadap komponen
salbutamol.
d) Dosis salbutamol
(1) Salbutamol tablet 2 mg, 4 mg, dan 8 mg. Contoh merek:
Volmax
(2) Salbutamol Sirup mengandung 2 mg salbutamol sulfat dalam
setiap 5 ml.
(3) Salbutamol Inhaler atau Ventolin inhaler (merek) mengandung
100 mcg salbutamol sulfat dalam setiap 1 kali semprotnya.
(4) Ventolin Nebules mengandung 2,5 mg salbutamol sulfat dalam
setiap 1 ampulnya.
e) Dosis yang bisa di gunakan
(1) Dosis dewasa : dosis yang dianjurkan adalah 1 – 2 tablet,
diberikan 3 – 4 kali sehari

15
(2) Anak usia di atas 12 tahun : dosis yang dianjurkan adalah sirup
5 ml – 10 ml, diberikan 3 – 4 kali sehari.
(3) Anak usia 6 – 12 tahun : dosis yang dianjurkan adalah sirup 5
ml, diberikan 3 – 4 kali sehari.
(4) Anak usia 2 – 6 tahun : dosis yang dianjurkan adalah sirup 2,5
ml – 5 ml, diberikan 3 – 4 kali sehari.
(5) Dosis inhaler : untuk anak usia di atas 4 tahun dan dewasa
yang dianjurkan adalah 1 – 2 tarikan napas, setiap 4 hingga 6
jam per hari.
(6) Dosis penguapan : untuk anak usia di bawah 2 tahun yang
dianjurkan adalah 0,2 – 0,6 mg/kg/hari yang terbagi menjadi
setiap 4 – 6 jam.
(7) Untuk anak usia 2 – 12 tahun yang dianjurkan adalah 0,6 – 2,5
mg/pemberian, diberikan 2 – 3 kali sehari.
(8) Untuk dewasa yang dianjurkan adalah 2,5 mg/pemberian,
diberikan 3 – 6 kali sehari jam sesuai kebutuhan.
f) Efek samping salbutamol
Salbutamol umumnya dapat ditoleransi dengan baik, meskipun
demikian masih terdapat laporan adanya efek samping. Efek
samping yang paling sering dilaporkan adalah tremor yaitu getaran
– getaran yang terjadi pada jari – jari yang tidak dapat
dikendalikan. Efek samping lain yang jarang antara lain sakit
kepala, pusing mual, muntah, batuk, keram otot, reaksi alergi,
mulut kering, dan berkeringat. Jika digunakan berlebihan,
overdosis dapat menyebabkan Hipokalemia (kadar kalium lebih
rendah dari normal). Oleh sebab itu perlu pemantauan kadar
kalium serum.
g) Informasi keamanan
(1) Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan
hal-hal berikut ini:

16
(2) Untuk pengobatan asma, penggunaan salbutamol sebaiknya
mengikuti program penatalaksanaan asma yang dilakukan
secara bertahap sesuai saran dari dokter.
(3) Hati – hati penggunaan salbutamol pada asma akut berat,
karena ada kemungkinan potensi obat dapat meningkat bila
obat ini digunakan bersama obat xanthin dan steroid Gunakan
dengan hati-hati pada pasien diabetes karena produk ini dapat
menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Efek ini akan
lebih buruk apabila diberikan bersama dengan kortikosteroid.
(4) Salbutamol dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang dapat
mengakibatkan refleks takikardia dan peningkatan curah
jantung.
(5) Perhatian khusus harus dilakukan pada pasien yang menderita
angina, takikardia berat atau tirotoksikosis.
(6) Harap waspada jika digunakan pada penderita tiroid toksik
karena berisiko terjadinya hipokalemia berat. Pada ibu hamil,
obat ini hanya diberikan apabila manfaat pada ibu dinilai lebih
besar dari pada risiko pada janin.
(7) Perlu pertimbangan cermat dari dokter.
(8) Hati – hati penggunaan salbutamol pada ibu menyusui, karena
ada kemungkinan obat ini keluar bersama air susu ibu
(9) Pengawasan ketat harus dilakukan saat digunakan bersama
dengan agen anestesi seperti kloroform, siklopropana, halotan
dan agen halogen lainnya. Hati-hati interaksi obat dengan
guanethidine, reserpin, metildopa, antidepresan trisiklik dan
obat beta-blocking, seperti propranolol.
2) Steroid oral
Kortikosteroid dikenal mempunyai efek yang kuat sebagai anti-
inflamasi pada penyakit artritis reumatoid, asma berat, asma kronik,
penyakit inflamasi kronik dan berbagai kelainan imunologik. Oleh

17
karena efek anti inflamasi dan sebagai immunoregulator,
kortikosteroid memegang peranan penting pada pengobatan
medikamentosa penyakit alergi baik yang akut maupun kronik.
3) Teofilin
a) Teofilin adalah kelompok obat xanthine bronchodilator yang
berbentuk tablet maupun kapsul. Obat ini digunakan oleh
orang yang mengalami gangguan atau obstruksi pernapasan,
seperti asma, bronkitis, emfisema, dan penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK). Teofilin akan mempermudah pernapasan dan
membantu meredakan gejala batuk, sesak napas, dan napas
parau dengan cara membuka jalur udara (bronkus) lebih lebar
ke paru-paru agar udara bisa mengalir dengan lebih bebas.
Obat ini membuat otot-otot saluran pernapasan lebih rileks
serta menurunkan respons paru-paru terhadap penyebab iritasi.
b) Dosis teofilin
Dosis umum untuk orang dewasa dalam mengonsumsi teofilin
adalah 300-600 mg per hari. Sedangkan untuk orang lanjut
usia, dosis akan sedikit diturunkan untuk mengurangi efek
samping teofilin. Dosis ini akan dibagi menjadi satu hingga
dua kali dalam sehari. Sedangkan dosis untuk anak-anak
disesuaikan dengan berat badan.
c) Mengkonsumsi teofilin dengan benar
(1) Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan
mengikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi teofilin.
Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa izin
dokter.
(2) Disarankan untuk terus menggunakan obat teofilin dengan
merek yang sama karena jumlah teofilin yang diserap tubuh
berbeda-beda antara merek satu dengan lainnya. Perubahan
merek teofilin yang dikonsumsi membuat tubuh menyerap

18
lebih sedikit atau lebih banyak dari dosis yang telah
diberikan oleh dokter.
(3) Obat ini bisa dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Jangan menghancurkan atau mengunyah tablet yang
diberikan oleh dokter. Sama halnya dengan kapsul, Anda
bisa menelannya secara langsung atau dengan air.
(4) Kapsul dapat ditelan langsung dengan air. Untuk anak-
anak, Anda bisa membuka kapsul dan tuangkan isinya ke
atas makanan lunak seperti yogurt. Isi dari kapsul
sebaiknya tidak dikunyah dan langsung ditelan.
(5) Obat ini akan bekerja dengan baik jika kandungan teofilin
dalam darah selalu stabil. Untuk mempertahankan hal itu,
selalu konsumsi obat ini pada waktu yang sama tiap
harinya.
(6) Pastikan untuk melakukan kunjungan ke dokter secara
teratur. Dokter perlu melakukan tes darah untuk
memastikan Anda mendapatkan dosis yang tepat dan juga
mengukur tingkat potasium dalam darah. Dosis yang terlalu
tinggi bisa menyebabkan keracunan sedangkan jika terlalu
rendah tidak akan efektif menangani kondisi.
(7) Tanyakan pada dokter sebelum Anda mengonsumsi obat
atau vitamin lain bersamaan dengan teofilin. Anda juga
perlu memberi tahu dokter yang menangani Anda sebelum
melakukan operasi karena beberapa obat bius bisa
mengganggu teofilin.
(8) Bagi pasien yang lupa mengonsumsi teofilin, disarankan
segera mengonsumsinya begitu teringat jika jadwal dosis
berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
teofilin pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis
yang terlewat.

19
d) Kenali efek samping dan bahaya teofilin.
(1) Mual dan muntah
(2) Sakit atau kram perut
(3) Detak jantung cepat atau tidak beraturan
(4) Gangguan tidur atau insomnia
(5) Diare
(6) Kehilangan selera makan
(7) Sering buang air kecil
(8) Merasa pusing dan sakit kepala.
b) Pengobatan non farmakologi
Menurut doenges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu:
1) Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk
mengeluarkan sputum dengan baik
2) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
3) Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
4) Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
5) Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
6) Hindarkan pasien dari faktor pencetus

G. Gizi/terapi diet
a. Cukupi energy dan protein, jaga agar berat badan dalam kisaran
normal atau diupayakan ideal.
b. Cukupi kebutuhan air, biasakan minum air mineral ½ gelas per jam
agar sekresi tetap encer.
c. Hindari makanan yang telah diketahui sebagai biang penyebab
terjadinya serangan asma.
d. Hindari bahan makanan yang mengandung sulfit. Hasil penelitian
makanan yang mengandung sulfit dapat memicu seragan asma pada 20%
orang penderita asma. Sulfit terdapat dalam makanan sebagai hasil fermentasi
an ditemukan dalam makanan olahan. Jika kita tidak hati-hati dalam memilih

20
makanan, tentu banyak sekali makanan yang mengandung sulfit karena sulfi
banyak sekali digunakan sbagai bahan pengawet. Sebelum anda memmakan
suatu makanan, bacalah dulu komposisi makanan tersebut karena sulfit
menggunakan nama seperti sulfur dioksida, kalium bisulfit atau kalium
metabisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit atau natrium sulfit.
e. Perbanyak makanan sumber antioksidan sebagai pencegah oksidatif,
konsumsi minimal 3 porsi sayur dan 2 porsi buah setiap hari agar anti oksidan
dapat terpenuhi.
f. Konsumsi makanan yang mengandung omega3 makanan yang
mengandung asam lemak omega3 ternyata mampu mengurangi gejala asma.
Contoh makanan yang banyak megandung omega3 yaitu : ikan, biji jintan,
dan kacang. Atau bisa mengkonsumsi asam lemak yang mudah sekali
didapatkan.
H. Data penunjang
a) Spirometri
(1) Spirometri secara harfiah berarti “pengukuran napas seseorang.”
Tujuan dari tes yang merupakan salah satu tindakan yang paling
sering dianjurkan untuk pasien dengan masalah paru-paru ini,
adalah untuk mengukur fungsi paru-paru, yaitu dalam hal volume
dan aliran udara yang dapat dihembuskan atau dihirup oleh
seseorang. Data yang dihasilkan dari tindakan ini disebut
pneumotachographs, yang dapat digunakan untuk memeriksa dan
menilai kondisi tertentu seperti fibrosis kistik, asma, bronkitis,
emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Tindakan pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
spirometer, yang mengukur volume udara yang dihembuskan dan
dihirup oleh paru-paru, serta peredaran udara pada paru-paru.
Kebanyakan jenis spirometer dapat mengidentifikasi dua jenis pola
peredaran udara yang mungkin mengindikasikan kelainan pada
paru-paru: restriktif dan obstruktif.

21
(2) Cara kerja spirometri
Beragam cara spirometri dapat dilakukan, bergantung pada jenis
peralatan yang digunakan. Namun, untuk tes FVC, pasien biasanya
diminta untuk menarik napas sedalam mungkin. Napas ini
kemudian akan dihembuskan secara paksa ke dalam corong mesin
spirometri, yang dilengkapi dengan sensor yang dapat mengukur
volume udara yang dihirup dan dihembuskan. Pasien akan diminta
menghembuskan napas ke sensor dalam waktu enam detik. Dokter
kemudian akan meminta pasien untuk menghirup udara dengan
cepat untuk mengetahui keberadaan dan menilai sejauh mana
obstruksi saluran napas bagian atas.
Ada juga beberapa mesin spirometri yang membutuhkan pasien
untuk menghirup udara pelan-pelan dan menghembuskan napas ke
dalam sensor untuk mengukur volume tidal. Beberapa dokter
menggunakan klip penutup hidung yang terbuat dari bahan yang
lembut dan lentur untuk mencegah udara keluar melalui hidung
pasien. Mesin juga dapat dilengkapi dengan corong khusus untuk
menyaring napas pasien dan mencegah mikroorganisme menyebar.
(3) Komplikasi dan resiko spirometri
Umumnya, tindakan spirometri sangatlah aman. Beberapa pasien
melaporkan sesak napas singkat atau pusing setelah tes selesai
dilakukan, namun gangguan ini akan hilang setelah beberapa saat.
Pasien yang baru saja menderita serangan jantung atau kondisi
yang berhubungan dengan masalah jantung apapun bukanlah calon
ideal untuk melakukan tindakan spirometri karena tes memerlukan
beberapa upaya pada tubuh pasien.
Dalam kasus yang sangat langka, spirometri diketahui sebagai
pemicu masalah pernapasan pada pasien.

22
b) Uji provokasi bronkus (saluran udara penghubung paru dan trakea).
Uji fungsi paru adalah istilah umum manuver yang menggunakan
peralatan sederhana untuk mengukur fungsi paru. Uji fungsi paru meliputi
spirometri sederhana, pengukuran volume paru formal, kapasitas difusi
karbon monoksida (CO) dan gas darah arteri. Uji fungsi paru digunakan
untuk mengukur dan merekam 4 komponen paru yaitu saluran napas
(besar dan kecil), parenkim paru (alveoli, interstitial), pembuluh darah
paru dan mekanisme pemompaan. Berbagai penyakit dapat berdampak
pada komponen tersebut dengan metakolin, histamin, udara yang dingin,
larutan garam hipertonik, histamin, kegiatan jasmani ataupun dengan aqua
destilata.
c) Uji sputum.
(1) Definisi sputum
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli.
Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari
trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan
dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-
gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada
sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini
tidak ditemukan . (Widman, 1994)

23
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari,
karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi
di kumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur
dengan air untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang
tertinggal. (B. sandjaja, 1992).
(2) Klasifikasi sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi
sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
(3) Pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit
paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering
mengandung organisme penyebab. Perhatikan dan catat volume,
konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan sputum mencakup
pemeriksaan :
(a) Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup
informasi tentang organisme yang cukup untuk menegakkan
diagnose presumtif.
(b) Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk
menegakkan diagnose definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini,
sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotic
dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
(c) Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium
tuberculosis, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak
mengalami perubahan warna oleh alcohol asam.
(4) Pengumpulan sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga
akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk

24
pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya
sputum yang berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika
klien tidak di jelaskan demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan
bukan sputum). Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu
pemeriksaan laboraturium. Implikasi keperawatan untuk pengumpulan
sputum termasuk :
(a) Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka
yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami
dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
(b) Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan
muntah karena batuk.
(c) Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum
mengumpulkan specimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
(d) Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah
specimen terkumpul sehingga specimen dapat dikirim ke
laboraturium secepatnya.

d) Foto thorak (dada).


Tujuannya agar bisa menyingkirkan penyebab lain obstruksi pada saluran
nafas.

25
I. Askep pada asma
Kasus :
Pada hari sabtu, 7 oktober 2017 Ny.S datang ke RS Delima Jaya dengan
keluhan sesak nafas sejak ± 2 hari karena kehujanan, disertai batuk berdahak
yang berkepanjangan, dan tidak nafsu makan. Sebelumnya pasien sering sesak
nafas jika suasana dingin atau kelelahan. Pasien menyangkal sering sesak
napas sejak kecil. Pasien mulai sering sesak napas ± pada usia 40 tahun.
Awalnya sesak napas hanya timbul satu bulan sekali tapi lama-lama frekuensi
sesak semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Dan sejak tiga bulan
terakhir, sesak napas datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada
malam hari atau saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan. Dan hampir
setiap malam sesak napas datang. Di keluarga pasien ada yang punya penyakit
asma ( kakek ). Pasien mengatakan tidak ada keluarga sedarah yang menderita
hipertensi, kencing manis, maupun penyakit yang lainnya. Pemeiksaan
didapatkan RR : 32x/menit TD : 110/70 mmHg N: 80x/menit S : 40⁰C
terdengar suara nafas wheezing.
a) DS :
- Pasien mengeluh sesak nafas sejak 12 hari.
- Pasien mengeluh batuk berdahak
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan

DO :

- Terdengar suara nafas wheezing


- RR : 32x/Menit
- TD : 110/70 mmHg
- N : 80x/Menit
- S : 400C

DX :

- Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan keletihan otot


pernafasan
- Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia

26
- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan batuk berkepanjangan

Intervensi

- Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan


- Tangani faktor yang berhubungan seperti batuk tidak efektif dan
keletihan
- Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada
- Berikan terapi oksigen
- Intruksikan kepada pasien/keluarga tentang cara pengisapan jalan
nafas

Implementasi :

- Mengkaji frekueksi dan kedalaman pernafasan


- Menangani faktor yang berhubungan seperti batuk tidak efektif dan
keletihan
- Mengatur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada
- Memberikan terapi oksigen
- Mengintruksikan kepada pasien/keluarga tentang cara pengisapan
jalan nafas

Evaluasi

S:
- Sesak nafas+batuk mulai berkurang.
O:
- Suara wheezing sudah tidak terdengar.
- RR : 13x/menit
- TD : 110/80
- N : 80x/menit
- S : 37
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dan lanjutkan
b) DX : Gangguan kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia

Intervensi :

- beri pasien makan/minum sedikit tapi sering

27
- atur posisi pasien
- pantau asupan dan keluaran pasien
Implementasi :

- memberikan pasien makan/minum sedikit tapi sering


- mengatur posisi pasien
- memantau asupan dan keluaran pasien
Evaluasi :
S : pasien mau makan/minum sedikit tapi sering
O : pasien terlihat makan/minum habis setengah porsi
A : masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
c) DX : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan batuk
berkepanjangan

Intervensi :

- atur posisi pasien dengan senyaman mungkin/tinggikan kepala


pasien
- dorong pengeluaran sputum
- berikan air hangat
- kolaborasi pemberian obat dan humidifikasi
Implementasi :

- mengatur posisi pasien senyaman mungkin


- mendorong pengeluaran sputum
- memberikan air hangat
- mengkolaborasi pemberian obat dan humidifikasi
Evaluasi :

S : klien mengatakan batuk berkurang

O :klien terlihat batuk jarang

A :masalah belum teratasi

P :Intervensi dilanjutkan

28
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak
sel dan Elemenya.Inflamasi kronik menyebabkan peningatan hiperesponsif jalan
nafas yang menimbulkan gejala epidosik berulang berupa sesak nafas,dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.Epidosik tersebut
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan seringk Tiga
gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi.
Pada beberapa keadaan, batuk merupakan satu - satunya gejala. Serangan asma
sering kali terjadi pada malam hari Serangan asma biasanya bermula mendadak
dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi,
laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot - otot aksesories
pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya
susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit
mukus mengandungmasa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan
susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat
dan gejala gejala retensi karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia dan tekanan
nadi.

29
DAFTAR PUSTAKA
Yasmara Demi, Rencana Asuhan Keperawatan edical-bedah
Jakarta : EGC,2016
Buku simple guides “asma”
https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/viewFile/4698/4046
http://journals.ums.ac.id/index.php/indigenous/article/view/4627
http://www.perbidkes.com/2015/09/asma-pengertian-penyebab-pemeriksaan.html
http://docshare01.docshare.tips/files/8756/87565583.pdf

30

Vous aimerez peut-être aussi