Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

Hiperemesis gravidarum adalah kondisi yang kompleks dengan etiologi


multifaktorial yang ditandai oleh mual dan muntah berat yang sulit ditangani.
Meskipun prevalensi tinggi, studi yang mengeksplorasi etiologi dan perawatan
terbatas.1
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala
penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya.2
Hiperemesis gravidarum adalah muntah dan / atau mual pada kehamilan
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan dan
disfungsi organ serius. 3
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai adanya mual dan muntah
pada kehamilan yang mempengaruhi 50-90% dari semua wanita hamil, terlihat
pada trimester pertama. Hiperemesis gravidarum sering muncul dengan
kehilangan berat badan ibu, ketidakseimbangan elektrolit, dan kelainan nutrisi.4
Terdapat trias untuk mendiagnosis hiperemesis gravidarum yakni jika mual
dan muntah pada kehamilan menyebabkan kehilangan berat badan lebih dari 5%
dari berat badan sebelum hamil, dehidrasi, dan ketidakseimbangan elektrolit.
Selain itu dapat juga terjadi kondisi ketonuria dan ketidakseimbangan asam-basa.
Biasanya dimulai pada 4-8 minggu kehamilan dan berakhir sebelum 20 minggu
kehamilan. 4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
1. Mual dan Muntah
Mual merupakan perasaan sadar akibat adanya rangsangan di
daerah medulla otak yang berhubungan erat dengan bagian pusat muntah.
Mual disebabkan oleh adanya impuls yang iritatif dari saluran saluran
gastrointestinal, impuls yang datang dari bagian bawah otak yang
berhubungan dengn motion sickness dan dari impuls yang dihasilkan dari
korteks serebral yang menginisiasi muntah. Muntah kadang terjadi tanpa
di dahului perangsang prodromal mual, yang menunjukkan bahwa hanya
bagian-bagian tertentu dari pusat muntah yang berhubunan dengan
perangsang mual. 5
Muntah merupakan suatu cara dimana traktus gastrointestinal
membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir bagian atas
traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau
bahkan sangat terangsang. Distensi yang berlebihan atau iritasi
duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk
muntah. 5
2. Mekanisme Muntah
Sinyal sensori yang menginisiasi muntah berasal dari faring,
esofagus, lambung dan bagian atas dari usus halus, lalu sinyal-sinyal
tersebut ditransmisikan oleh nervus vagus dan serabut saraf simpatetik
bagian afferent ke nuclei di batang otak yang desebut dengan pusat
muntah (vomiting center). Pusat muntah kemudian akan mentransmisikan
impuls lewat saraf kranial V,VII,IX,X dan XII ke saluran pencernaan
bagian atas, lewat nervus vagus dan simpatetik ke saluran pencernaan
bagian bawah dan lewat saraf spinalis ke diafragma dan otot abdominal.
Efek yang dihasilkan adalah penarikan nafas yang dalam, menaikkan
tulang hyoid dan laring untuk menaikkan sfingter esofagus bagian atas

2
agar terbuka, menutup glottis agar mencegah aliran muntah tidak masuk
ke paru-paru, menaikkan palatum lunak untuk menutup posterior nares,
dan kontraksi yang kuat dari diafragma disertai kontraksi simultan dari
seluruh otot dinding abdominal. Tekanan otot-otot tersebut meningkatkan
tekanan didalam lambung yang mengakibatkan sfingter esofagus bagian
bawah dan membuka jalan untuk ekspulsi isi lambung melewati
esophagus. 5
3. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-
kadang begitu hebat di mana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
terdapat aseron dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis,
pielititis, dan sebagainya.2

B. EPIDEMOLOGI
Secara Global kurang lebih 80% perempuan hamil akan mengalami
mual dan muntah selama kehamilannya. Sementara hiperemesis gravidarum
yakni versi berat mual dan muntah pada kehamilan dialami oleh sekitar 0.3%-
2.0% perempuan hamil. Hiperemesis gravidarum ini merupakan indikasi
rawat inap paling umum pada perempuan dengan usia kehamilan yang masih
muda.1 Sebuah studi kohort retrospektif dengan subjek perempuan Asia
Timur menunjukan bahwa dari 3.350 perempuan yang telah melahirkan,
hiperemesis gravidarum diketahui terjadi pada 119 orang di antaranya
(3.6%).6
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi
pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi
gravida dan 40-60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di
Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau
kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan

3
dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu,
puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan
kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan,
gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis
dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-1953) melakukan studi
terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa
hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian,
dari 56 wanita yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis
pada kehamilan kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada
kehamilan ketiga. 7

C. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis
gravidarum di Canada diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko
terjadinya hyperemesis gravidarum diantaranya komplikasi dari kelainan
hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan gastrointestinal, dan diabetes
pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor
toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. 7
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan
adalah sebagai berikut: 7
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan
dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.

4
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima
kehamilan memegang peranan yang cukup penting dalam menimbulkan
hiperemesis gravidarum.
Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan Van de Ven (1997), hiperemesis
nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon
korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain
itu, pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis.
Namun adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori
sebagai penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa
peneliti. 7

D. INSIDEN DAN FAKTOR RISIKO


Kejadian yang dilaporkan adalah sekitar 0,5-1 persen. Namun, disana
beberapa penelitian telah melaporkan tingkat prevalensi di antara kelompok
etnis, mempertimbangkan konsumsi makanan dan gaya hidup mereka, atau
lingkungan faktor-faktor. Ada insiden yang lebih tinggi pada populasi non-
kulit putih (33% vs. 16%) pada populasi kulit putih. 4
Faktor etiologi yang dilaporkan adalah; peningkatan kadar β-HCG, E2,
progesteron adanya hipertiroidisme, gastrointestinal atas sistem dysmotility,
disfungsi sistem kekebalan tubuh, infeksi Helicobacter pylori dan faktor
psikologis. 4
Definisi ini dapat didukung dengan parameter laboratorium seperti;
peningkatan nilai hematokrit karena dehidrasi, peningkatan serum transferase
amino aspartat, alanin amino transferase, amilase, lipase, peningkatan fT4 dan
penurunan level TSH. Ketosis dalam urinalisis adalah suatu indikasi untuk
rawat inap. 4
Diagnosis banding harus dipertimbangkan dengan sistemik lainnya
gangguan seperti; gastroenteritis, penyakit saluran empedu, hepatitis,

5
apendisitis, nefrolitiasis, pielonefritis, ketoasidosis diabetik, pseudotumor
cerebri, hipertiroidisme, migrain dan paling banyak penting dari gangguan
hipertensi kehamilan. 4

E. TANDA DAN GEJALA


Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering
dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi
yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan
takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi,
hypokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT (liver
function test) yang abnormal juga dapat dijumpai.2
Hiperemesis gravidarum parah atau tidak diobati dengan baik, dapat
menyebabkan gejala berikut:8
1. Kehilangan 10 hingga 40% atau lebih dari berat badan pra-kehamilan
2. Dehidrasi, menyebabkan ketosis dan sembelit
3. Gangguan nutrisi seperti kekurangan Vitamin B1 (Tiamin), Kekurangan
vitamin B6 (Pyridoxine) atau kekurangan Vitamin B12 (Cobalamin)
4. Ketidakseimbangan metabolik seperti ketoasidosis metabolic 10 atau
tirotoksikosis 11
5. Stres fisik dan emosional kehamilan pada tubuh
6. Kesulitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari
7. Gejala dapat diperparah oleh rasa lapar, kelelahan, vitamin prenatal
(terutama yang mengandung zat besi) dan diet.

F. KLASIFIKASI
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:2
1. Tingkat I
Muntah yang tems-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama
keluar makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir
keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan

6
darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang, dan urin sedikit terapi masih normal.
2. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100 - 140 kali per menit,
rekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah
kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun.
3. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarans, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti,
tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

G. PATOFISIOLOGI
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang
isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada
usus. Muntah merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga
komponen utama yaitu detector muntah, mekanisme integratif dan efektor
yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan
melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah
juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal,
dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus
vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone
mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitarius. Pusat muntah
sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula
oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat
vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf
kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke
diapragma, otot iga dan otot abdomen.7

7
Ada banyak teori mengenai penyebab Hiperemesis gravidarum, tetapi
penyebabnya masih kontroversial. Diperkirakan bahwa hiperemesis
gravidarum disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang dapat bervariasi
pada wanita, termasuk: genetika, obesitas (faktor utama), kimia tubuh dan
kesehatan secara keseluruhan. Satu faktor lainnya adalah reaksi yang
merugikan terhadap perubahan hormonal dari kehamilan, khususnya,
peningkatan kadar β-Human Chorionic Gonadotropin (β-hCG). Teori ini juga
akan menjelaskan mengapa Hyperemesis gravidarum paling sering ditemui
pada trimester pertama (sering sekitar 8-12 minggu kehamilan), seperti hCG
tingkat tertinggi pada waktu itu dan menurun sesudahnya. Penyebab lain yang
dapat menyebabkan Hiperemesis gravidarum adalah peningkatan kadar
estrogen ibu (yang dapat memiliki efek menurunnya motilitas usus dan waktu
pengosongan lambung yang menyebabkan mual dan / atau muntah). Namun,
Hiperemesis gravidarum dianggap sebagai komplikasi kehamilan yang jarang
terjadi. Tidak seperti morning sickness, Hyperemesis gravidarum dapat
menyebabkan penurunan berat badan yang parah dari 10% ke atas hingga
40% dari berat badan pra-kehamilan seseorang. Ini juga dapat mengancam
jiwa jika tidak diobati karena ketidakseimbangan elektrolit yang parah yang
terjadi akibat muntah yang parah dan terus menerus. Juga, tidak seperti
morning sickness, Hyperemesis gravidarum dapat berlangsung sepanjang
kehamilan dan biasanya disertai dengan muntah terus-menerus, tetapi selalu
dengan mual yang konstan. Sebagian kecil pasien dengan Hiperemesis
gravidarum jarang muntah, tetapi mual masih menyebabkan sebagian besar
(jika tidak semua) dari masalah yang sama yang Hiperemesis gravidarum
dengan muntah.8

H. DIAGNOSIS DAN EVALUASI DIFERENSIAL


Anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik lengkap penting dalam
evaluasi ibu hamil yang datang dengan muntah terus-menerus. Mual dan
muntah pada awal kehamilan biasanya merupakan kondisi self-limited. Bila
kondisinya lebih berat, penyebab yang berpotensi serius perlu disingkirkan.

8
Jika mual dan muntah dimulai setelah sembilan minggu kehamilan, penyebab
lain harus diselidiki.9
Jika temuan sejarah dan pemeriksaan fisik menunjukkan penyebab
spesifik, pengujian diarahkan untuk mengkonfirmasi penyebab itu. Sebagai
contoh, temuan ini dapat menunjukkan pielonefritis, kondisi umum pada
kehamilan. Ultrasonografi mungkin membantu dalam mengesampingkan
gangguan kantung empedu, hati, dan ginjal. Selain hiperemesis gravidarum,
penyebab kehamilan terkait muntah persisten termasuk hati berlemak akut
dan preeklampsia. Penyebab yang tidak berhubungan dengan kehamilan
termasuk gangguan gastrointestinal, genitourinari, metabolik, dan
neurologis.9

I. EFEK MATERNAL DAN JANIN


Komplikasi mungkin ada dan dapat mempengaruhi baik untuk ibu dan
janin. Adapun komplikasi maternal; penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis, alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, tetani, ensefalitis Wernicke,
miyelinozis pons sentral (sindrom demielinasi osmotik), robekan Mallory-
Weiss, ruptur esofagus, pneumotoraks, gagal hati dan ginjal dapat terlihat
selama penyakit. Komplikasi janin mungkin juga ada dan bisa memburuk
ketika berat badan ibu hilang lebih dari 7%. Bisa dengan kelahiran prematur
dan berat lahir rendah janin.4

J. DIAGNOSIS
Beberapa tanda-tanda untuk mendiagnosis hiperemesis gravidarum,
adalah:2
1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
2. Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
3. Fisik dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucber uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi
lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (liaide).

9
4. Pemeriksaan USG; untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga
untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun
kehamilan molahidatidosa.
5. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the
left, benda keton, dan proteinuria.
6. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi.

K. KOMPLIKASI
Muntah yang berkepanjangan, sering, dan berat mengakibatkan kadar
plasma meningkat, kadar tembaga menurun, dan kadar magnesium tidak
berubah. Ditemukan bahwa sepertiga wanita dengan hiperemesis memiliki
elektroensefalogram abnormal (EEG). Di temukannya berbagai derajat gagal
ginjal akut akibat dehidrasi, dan kami telah merawat sejumlah wanita dengan
fungsi ginjal yang sangat terganggu. Contoh, dijelaskan oleh Hill dan
rekannya tahun 2002, bahwa wanita yang membutuhkan 5 hari dialisis ketika
kadar kreatinin serumnya naik menjadi 10,7 mg / dL. Komplikasi yang
mengancam kehidupan akibat muntah terus menerus termasuk robekan
Mallory-Weiss, ruptur esofagus, pneumotoraks, dan pneumomediastinum.10
Terdapat dua defisiensi vitamin yang serius telah dilaporkan dengan
hiperemesis pada kehamilan. Wernicke encephalopathy dari defisiensi tiamin
tidak jarang. Chiossi dan rekannya meninjau 49 kasus dan melaporkan bahwa
hanya setengah yang memiliki trias kebingungan, temuan okular, dan ataksia.
Biasanya, ada temuan pencitraan MRI. Setidaknya tiga kematian ibu telah
dijelaskan, dan gejala sisa jangka panjang adalah umum dan termasuk
kebutaan, kejang, dan koma. Kekurangan vitamin K telah dilaporkan
menyebabkan koagulopati ibu dan perdarahan intrakranial janin. 10

10
L. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
a. Diet
Modifikasi jumlah dan ukuran makanan yang dikonsumsi
sepanjang hari dapat membantu meredakan gejala. Mengkonsumsi
lebih sedikit makanan dan cairan lebih sering dapat membantu
mencegah mual ringan dan muntah mejadi buruk. Makanan harus
mengandung karbohidrat tinggi yaitu 75%-80%, lemak rendah yaitu
>10% dan protein sedang 10% - 15% dari kebutuhan energi total.
Makanan yang diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan
disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan
mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan diberikan
sering dalam porsi kecil, bila makan pagi dan siang sulit diterima,
pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam,
makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien. 11
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1 - 2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya
diberikan selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi,
kecuali kalsium.12

11
b. Hindari Strees
Meskipun mual muntah pada kehamilan dan hiperemesis
gravidarum tidak banyak berkaitan dengan penyakit psikologis, namun
beberapa wanita dapat menjadi depresi atau menunjukkan perubahan
afektif lainnya. Penting untuk wanita-wanita ini menerima dukungan
yang tepat dari anggota keluarga, staf medis dan perawat. Konsultasi
diindikasikan jika seorang wanita hamil mengalami depresi, dicurigai
karena kekerasan dalam rumah tangga, atau penyalahgunaan zat atau
penyakit kejiwaan.9
Wanita yang terkena penyakit ini harus menghindari stres dan
berusaha mendapatkan istirahat sebanyak mungkin. Jika membutuhkan
dukungan emosional, pasien dapat menemui psikolog untuk membantu
mengatasi gejala stres. Konseling yang suportif atau intervensi krisis
mungkin diperlukan. 12
c. Akupresur
Beberapa penelitian telah menyarankan akupresur sebagai
pengobatan untuk mual. Lokasi yang paling umum untuk akupresur
adalah titik pericardium 6 (Neiguan), yang terletak tiga jari di atas
pergelangan tangan di permukaan volar. Satu review data dari tujuh
percobaan yang melibatkan Neiguan titik akupresur menunjukkan
bahwa tindakan ini sangat membantu untuk mengendalikan mual di
pagi hari pada awal kehamilan; Namun, penelitian terbaru
menunjukkan tidak ada manfaat untuk akupresur pada wanita hamil.
d. Jahe
Akar jahe, Zingiber officinale, telah dipelajari untuk mengobati
hiperemesis. Efektivitas jahe dianggap tergantung pada karakteristik
aromatik, karminatif, dan penyerapnya. Diperkirakan untuk bertindak
pada saluran GI untuk meningkatkan motilitas, dan sifat penyerapnya
dapat menurunkan rangsangan ke zona chemoreceptor di medula yang
mengirimkan rangsangan ke pusat emetik batang otak. Jahe juga dapat
menghalangi respons GI dan umpan balik mual. 12

12
Dalam percobaan double-blind, randomized, crossover, 1g jahe
diberikan setiap hari selama 4 hari. Preferensi di antara pasien untuk
menerima jahe versus plasebo adalah signifikan. Bersamaan, bantuan
mual dan muntah ditemukan dengan penggunaan jahe dibandingkan
dengan plasebo secara signifikan lebih besar. Dalam sebuah studi oleh
Vutyavanich dan rekan, 1 g jahe diberikan kepada wanita dengan
hiperemesis selama 4 hari, dan dua skala pengukur dilakukan untuk
mengukur pasien mual. 12
Peningkatan skor mual pasien yang menerima jahe secara
signifikan lebih besar daripada kelompok plasebo. Juga, setelah 4 hari
pengobatan, ada penurunan yang signifikan dalam muntah pada
kelompok gingertreated versus kelompok placebotreated. Namun,
koleksi jahe yang berbeda mungkin berbeda karena iklim, kondisi, dan
waktu panen mereka yang berkembang. Tidak ada efek teratogenik
jahe dalam penelitian ini atau lainnya. 1
2. Farmakologi
a. Cairan intravena
Cairan intravena (IV) harus diberikan untuk mengisi volume
intravaskular yang hilang. Rehidrasi bersama dengan penggantian
elektrolit sangat penting dalam perawatan hiperemesis. Larutan normal
salin (NaCL 0,9%) adalah solusi yang sesuai; Kalium klorida dapat
ditambahkan sesuai kebutuhan. Saat mengganti elektrolit, dokter harus
mempertimbangkan risiko infus cepat untuk mencegah kondisi seperti
mielinolysis pontin sentral. 12 Cairan dextrose tidak di anjurkan karena
tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi
hyponatremia.2
b. Pyridoxine (Vitamin B6) dan Doxylamine.
Pyridoxine dapat digunakan sebagai agen tunggal. Satu studi
kecil menunjukkan bahwa vitamin B6 dosis 25 mg digunakan setiap
delapan jam (75 mg per hari) lebih efektif untuk mengendalikan mual

13
dan muntah pada wanita hamil. Dalam dosis farmakologis, vitamin B6
tidak ditemukan bersifat teratogenik.9
c. Antiemetik
Jika terapi yang didiskusikan sebelumnya tidak berhasil, uji
coba antiemetik dibenarkan. Fenothiazines prochlorperazine
(Compazine) dan chlorpromazine (Thorazine) telah terbukti
mengurangi mual dan muntah kehamilan. Regimen yang wajar adalah
prochlorperazine yang diberikan secara rektal dalam dosis 25 mg
setiap 12 jam (50 mg per hari) atau promethazine (Phenergan) yang
diberikan secara oral atau rektal dalam dosis 25 mg setiap empat jam
(150 mg per hari). 9
Jika pengobatan dengan prochlorperazine atau promethazine
tidak berhasil, beberapa dokter mencoba antiemetik lainnya, seperti
trimethobenzamide (Tigan) atau ondansetron (Zofran). Dalam
penelitian kecil terapi intravena pada wanita dengan hiperemesis
gravidarum, tidak ada peningkatan manfaat yang ditunjukkan untuk
ondansetron dibandingkan promethazine. Meskipun satu studi dari 315
wanita hamil menunjukkan sedikit peningkatan risiko cacat lahir ketika
fenotiazin diberikan selama trimester pertama, penelitian yang lebih
besar menunjukkan tidak ada hubungan dengan malformasi janin. 9
Wanita dengan mual berat dan muntah kehamilan atau
hiperemesis gravidarum dapat mengambil manfaat dari droperidol
(Inapsine) dan diphenhydramine (Benadryl). Satu studi menemukan
bahwa pemberian intravena terus menerus baik droperidol dan
diphenhydramine menghasilkan rawat inap secara signifikan lebih
pendek dan lebih sedikit dibandingkan dengan berbagai terapi
antiemetik rawat inap lainnya. 9
Antihistamin dan antikolinergik. Meclizine (Antivert),
dimenhydrinate (Dramamine), dan diphenhydramine telah digunakan
untuk mengontrol mual dan muntah selama kehamilan. Meskipun

14
meclizine sebelumnya dianggap teratogenik, penelitian telah
menunjukkan keamanannya selama kehamilan. 9
d. Obat Motilitas.
Metoclopramide (Reglan) bertindak dengan meningkatkan tekanan
pada sfingter esofagus bawah, serta mempercepat transit melalui
lambung. Obat ini telah terbukti lebih efektif dalam pengobatan
hiperemesis gravidarum. 9
e. Kortikosteroid.
Sebuah studi tidak menemukan rumah sakit yang dapat digunakan
untuk muntah berulang pada wanita dengan hiperemesis gravidarum
yang diobati dengan metilprednisolon oral, Para peneliti studi tersebut
menyarankan bahwa methylprednisolone, dalam dosis 16 mg tiga kali
sehari (48 mg per hari) diikuti dengan pengurangan selama dua
minggu, adalah pengobatan yang bermanfaat bagi wanita dengan
hiperemesis refraktori gravidarum. Dari catatan, ini dan penulis lain
telah menemukan bahwa hampir semua wanita dengan hiperemesis
gravidarum dapat mentolerir terapi kortikosteroid oral. 9
Terapi kortikosteroid umumnya dianggap aman selama
kehamilan. Namun, meta-analisis baru-baru ini menunjukkan
peningkatan risiko malformasi besar dan 3-4 kali lipat peningkatan
risiko sumbing mulut pada bayi yang terpapar kortikosteroid pada
trimester pertama. 9
Perawatan farmakologis untuk mual dan muntah kehamilan dan
hiperemesis gravidarum dirangkum dalam Tabel 1.
Kategori
Obat Dosis
kehamilan
Pyridoxine (Vitamin B6) 25 mg oral 3 kali sehari A
Antiemetic
Chlorpromazine 10-25 mg oral 2-4x sehari C
(Thorazine)
Prochlorperazine 5-10 mg oral 3x/ 4x sehari C
(Compazine)
Promethazine (Phenergan) 12.5 - 25 mg oral 4–6 jam C
Trimethobenzamide 250 mg oral 3-4x sehari C

15
(Tigan)
Ondansetron (Zofran) 8 mg oral 2 atau 3x sehari B
Droperidol (Inapsine) 0.5 - 2 mg IV atau IM C
setiap 3 – 4 jam
Antihistamines and Antikolinergic
Diphenhydramine 25 - 50 mg oral setiap 4 – B
(Benadryl) 8 jam
Meclizine (Antivert) 25 mg oral setiap 4-6 jam B
Dimenhydrinate 50 - 100 mg oral setiap 4- B
(Dramamine) 6 jam
Obat Motalitas
Metoclopramide (Reglan) 5-10 mg oral 3 kali sehari B
Kortikosteroid
Methylprednisolone 16 mg oral 3 kali sehari C
(Medrol)
Tabel 1 : Terapi farmakologi mual-muntah pada kehamilan9

16
Gambar 1. Algoritma untuk evaluasi dan manajemen pada wanita dengan
mual dan muntah dalam kehamilan.

17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umum pasien memburuk.
2. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor
predisposisinya antara lain ; peningkatan kadar HCG, faktor organik, dan
faktor endokrin lainnya.
3. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai
alat tubuh seperti hati, jantung, otak dan ginjal d. Hiperemesis
gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi,
tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit
dan perdarahan gastrointestinal.
4. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang
dan berat.
5. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan
yaitu dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan
komplikasinya.
6. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi
obat-obatan, terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila
keadaan tetap memburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.
B. SARAN
1. Untuk mengatasi rasa mual dan muntah makan roti kering dan teh hangat
di pagi hari.
2. Makan sedikit tapi sering.
3. Hindari makanan berlemak dan berbau tajam
4. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga yang mempunyai resiko
hiperemesis gravidarum.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. McCarthy. Fergus P, Jennifer ELutomski, Richard A Greene. 2014.


Hyperemesis gravidarum: current perspectives. Dovepress. International
Journal of Women’s Health 2014:6 719–725.
http://dx.doi.org/10.2147/IJWH.S37685
2. Prawirohardjo. Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan: Kelainan Gastrointestinal.
Jakarta. P.T Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo Jakarta, 2010. Hal 814
3. Fazari. Atif B., Hasouna Z. S. Ahmed, Rasha Eltayeb, Mohammed H. Ali,
Khalifa Elmusharaf. 2016. Management and Outcome of Hyperemesis
Gravidarum at Tertiary Obstetric Facility. Khartoum-Sudan. Open Journal of
Obstetrics and Gynecology, 2016, 6, 630-636.
http://www.scirp.org/journal/ojog
4. Kaya. Cihan. Rafiga Gasimova, Murat Ekin and Levent Yasar. 2016.
Hyperemesis Gravidarum: Current Approaches for the Diagnosis and
Treatment. Journal of Pregnancy and Child Health. Volume 3 • Issue 6 •
1000296
5. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Fisiologi Gangguan
Gastrointestinal. EGC; Penerbit Buku Kedokteran Edisi 9 Hal. 1051
6. Matsuo K, Ushioda N, Nagamatsu M, Kimura T. 2007. Hyperemesis
gravidarum in Eastern Asian population. PubMed; Gynecol Obstet
Invest. 2007;64(4):213-6. Epub 2007 Jul 30
7. Widayana. Ary, I Wayan Megadhana, Ketut Putera Kemara. Diagnosis Dan
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum. Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah.
8. Michael. Obrowski, Obrowski Stephanie. 2015. Hyperemesis gravidarum–a
serious issue during pregnancy: in-depth clinical review and treatment
modalities. MedCrave. Chief Physician and Surgeon of Wilderness
Physicians, Europe.MOJ Womens Health. 2015;1(2):38‒47

19
9. Quinlan, Jeffrey D. D. Ashley Hill, M.D, 2003. Nausea and Vomiting of
Pregnancy, volume 68, number 1, www.aafp.org/afp.
10. Cunningham FG, et.al., editor. William’s Obstetric Textbook. 24th ed. New
York: Mc Graw Hill; 2014. Hal 1069-1071
11. Marie. Anne Neill, Catherine Nelson-Piercy, 2003, Hyperemesis gravidarum,
REVIEW:The Obstetrician & Gynaecologist 2003;5:204–7
12. Wegrzyniak. Lindsey J., DO, John T. Repke, MD, Serdar H. Ural, MD. 2012.
Treatment of Hyperemesis Gravidarum. 2The Pennsylvania State University
College of Medicine, Department of Obstetrics and Gynecology, Hershey,
PA. Vol. 5 No. 2

20

Vous aimerez peut-être aussi

  • Lapsus
    Lapsus
    Document26 pages
    Lapsus
    Dian Istiqamah Mardhatillah
    Pas encore d'évaluation
  • BSK
    BSK
    Document117 pages
    BSK
    Dian Istiqamah Mardhatillah
    Pas encore d'évaluation
  • Kesulitan Intubasi
    Kesulitan Intubasi
    Document17 pages
    Kesulitan Intubasi
    Dian Istiqamah Mardhatillah
    Pas encore d'évaluation
  • APLOD1
    APLOD1
    Document32 pages
    APLOD1
    Dian Istiqamah Mardhatillah
    Pas encore d'évaluation
  • Lapsus Stroke Ich (Dian Istiqamah. M)
    Lapsus Stroke Ich (Dian Istiqamah. M)
    Document34 pages
    Lapsus Stroke Ich (Dian Istiqamah. M)
    Dian Istiqamah Mardhatillah
    Pas encore d'évaluation