Vous êtes sur la page 1sur 16

PROPOSAL PENELITIAN

“PERBANDINGAN EFEKTIFITAS OBAT BARU DIAETOL DENGAN


SULFONILUREA, METFORMIN PADA PASIAN DM TIPE 2”

DISUSUN OLEH :

SALOMY SIWABESSY
1661050167

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2018
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3 Hipotesis Awal .................................................................................................
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................................
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................
1.4.2 Tujuan Khusus ...........................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Definisi Diabetes Melitus ................................................................................
2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus.............................................................................
2.3 Etiologi .............................................................................................................
2.4 Patofisiologi ......................................................................................................
2.5 Gejala ................................................................................................................
2.6 Diagnosis ..........................................................................................................
2.7 pengertian dan Mekanisme Obat ......................................................................
2.7.1 Salbutamol. ...............................................................................................
2.7.2 Biguanid. ...................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................................
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................
3.5 Metode Pemeriksaan ........................................................................................
3.6 Instrumen ..........................................................................................................
3.7 Metode Pengambilan Sampel ...........................................................................
3.8 Pengukuran Variabel ........................................................................................
3.9 Rencana Analisis Data ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada jutaan
orang di dunia (ADA, 2010). Diabetes adalah penyakit metabolic dengan
karakteristik terjadinya peningkatan gula darah (Hiperglikemia), yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanya (Smelzer,
2008). Diabetes melitus terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu DM tipe 1 dan DM
tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 dikarakterisasi dengan ketidakmampuan
produksi insulin karena kerusakan sel pankreas akibat reaksi autoimun
(Diabetes UK, 2014), sedangkan DM tipe 2 merupakan penyakit yang
melibatkan beberapa patofisiologi, termasuk gangguan fungsi pulau
Langerhans dan resistensi insulin Yang menghasilkan gangguan toleransi
glukosa dan produksi glukosa hepatik puasa yang tinggi (World Health
Organization, 2010). Prevalensi DM diperkirakan pada orang dewasa berusia
antara 20 sampai 79 tahun. Jumlah penderita DM pada tahun 2012 di seluruh
dunia mencapai 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95%
dan hanya 5% dari jumlah tersebut yang menderita DM tipe 1 (Diabetes UK,
2014). Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang
DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China, dan India. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penyadang DM di Indonesia pada
tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan
penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang DM dengan
tingkat prevalensi 14,7% untuk daerah urban dan 7,2% daerah rural. Sementara
itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah
penyandang diabetes DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (pdpersi, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa kandungan pada obat sulfonylurea masih kurang efektif untuk
menurunkan kadar gua darah pada pasien diabete melitus?
2. Bagaimana cara kerja dari obat diabetol untuk menurunkan kadar gula darah
pada pasien deiabetes melitus?
3. Apa saja kandungan senyawa yang terdapat didalam obat diabetol sehingga
dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus?

1.3 Hipotesis Awal


1. Ada hubungan antara hasil uji klinis obat baru DM dengan penurunan gulah
darah.

1.4 Tujuan Penelitian


1.3.2 Tujuan umum
1. Mengetahui perbandingan efektifitas obat diabetol dengan obat
golongan sulfonylurea dalam menurunkan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus.
1.3.3 Tujuan Khusus
1. Memastikan keamanan dan klinis obat pada manusia dalam
pencegahan dan pengobatan pada penyakit diabetes melitus.
2. Mengetahui farmakodinamik dan farmakokinetik obat-obat penurun
kadar gula darah.
3. Mengetahui efektifitas dan cara kerja obat diabetol.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi peniliti
Untuk dasar penelitian obat yang lebih baik dan efektif dalam
menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus.
2. Bagi masyarakat
Memberikan gambaran dan informasi untuk pengobatan yang lebih baik
untuk menurunkan kadar gula darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multiputi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan
protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Depkes, 2005)
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan ekskresi insulin,kerja
insulin atau keduanya. (American Diabetes Association tahun 2010)

2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


1. Diabets tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association
(CDA) 2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga
karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti.
Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih
sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di
negara maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014). 13

2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014).
Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu
setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari
penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya
aktivitas fisik (WHO, 2014).
3. Diabetes gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis
selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia
(kadar glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014).
Wanita dengan diabetes gestational memiliki peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).

4. Tipe diabetes lainnya


Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi
gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan
menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom
genetik (ADA, 2015).

2.3 Faktor Resiko Diabetes Melitus tipe II


1. Obesitasi
Terdapat kolerasi bermakna antara makanan dan gula darah, pada derajat
kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200 mg.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat keluarga
Seseorang yang menderita diabetes melitus diduga mempunyai gen
diabetes, diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya
orang yang bersifat hemozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita
diabetes melitus.
4. Dislipidemia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia terbanyak terkena diabetes melitus adalah >
45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
400 gram
7. Alkohol dan merokok
Perubahan perubahan gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe II.

2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus tipe II

Terjadinya DM tipe 2 utamanya disebabkan oleh resistensi insulin (Raju dan


Raju, 2010 dalam Ozougwu et al., 2013). Selain itu, terjadinya DM tipe 2 bisa
terjadi karena resistensi insulin dan defisiensi insulin (Holt, 2004 dalam
Ozougwu et al., 2013).
Umumnya patofisiologi DM tipe 2 dipengaruhi oleh beberapa keadaan yaitu:
1) Resistensi insulin dikarenakan obesitas dan penuaan (Lemos et al., 2011
dalam Fatimah, 2015).

2) Disfungsi sel β pankreas sehingga menyebabkan defisiensi insulin yang terjadi


melalui 3 jalur yaitu (Hakim et al., 2010 dalam Fatimah, 2015) :

a. Pengaruh luar yang menyebabkan rusaknya sel β pankreas seperti virus


dan zat kimia.
b. Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
3) Terjadinya peningkatan glukosa hepatik yang tidak disertai kerusakan sel β
pankreas.

Resistensi insulin dan defisiensi insulin merupakan penyebab utama DM tipe 2.


Terjadinya lipolisis dan peningkatan glukosa hepatik merupakan karakteristik
dari resistensi insulin (Dipiro et al., 2015).

2.5 Gejala Diabetes Melitus Tipe II


Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai syarat kemungkinan diabetes.
Gejala-gejala khas Diabetes Melitus secara umum adalah sebagai berikut
(PERKENI, 2006):
 Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polifagia, polidipsi dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelskan sebabnya.
 Keluhan lain dapat berupa : lemas, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Pasien dengan DM tipe II sering tidak ditemukan gejala. Namun, adanya
komplikasi dapat menunjukan bahwa mereka memiliki DM selama beberapa
tahun (Dipro, 2008). Penderita DM tipe II umumnya lebih mudah terkena
infeksi, lukah sukar sembuh, daya pengluhatan yang buruk dan umumnya
menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas dan juga komplikasi pada
pembuluh darah dan saraf (Pharmaceutical Care, 2005).
2.6 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Kosentrasi plasma glukosa ≥200


Kadar gluksa sewaktu mg/dL (11.1 mmol/L)
Kosentrasi plasma glukosa ≥ 126
Puasa mg/dL (7,0 mmol/L)
≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama
2 jam setelah pemberian glukosa TTGO
HbA1c ≥ 6,3 %

Tabel 1.1 Kriteria diagnostik DM (ADA, 2010)

2.7 Pengertian dan Mekanisme Obat

2.7.1 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea :


Generasi I : Talbutamid, Talazomid, dan Klorpropamid
Generasi II : Gliburid, Glipizid, Gliklazid dan Glimepirid, berpotensi
hipoglikemik paling besar da daya kerjanya atas dasar berat badan 10-100x
lebih kuat. Obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea merupakan obat
pilihan untuk penderita diabetes dewas baru dengan berat badan normal dan
kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-
senyawa sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati,
ginjal dan tiroid.
Tabel 1.2 Obat golongan sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi


Farmakokinetik Farmakodinamik
Generasi ke II
Gliklazid Dimetabolisme dihati dan Mekanisme:
disekresi melalui ginjal. Merangsang sekresi insulin di
Lama kerja lebih dari 12 kelenjar oankreas, sehingga
jam. hanya efektif pada penderita
waktu paruh: 10 jam . diabetes yang sel-sel β
Dosis: oral 1-3 dd 80-320 pankreasnya masih berfungsi
mg/hr, dosis maksimum: dengan baik.
320 mg/hr diminum setelah Efek samping :
makan. Gejala saluran cerna dan sakit
kepala, sehingga tidak begitu
sering menyebabkan
hipoglikemik.
Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam, Mekanisme:
dimetabolisme di hati Merangsang sekresi insulin di
menjadi metabolit inaktif. kelenjar pankreas, sehingga
hanya efektif pada penderita
yang sel-sel β pankreasnya
Dosis: masih berfungsi dengan baik.
1 dd 1-4 mg, maks 6 mg Efek samping:
sehari. Gejala saluran cerna dan sakit
kepala. Dibandingkan dengan
glibenklamid, glibenclamid
lebih jarang menimbulkan
efek hipoglikemik pada awal
pengobatan.
Glibenclamid Potensinya 200x lebih kuat Mekanisme:
dari tolutamid. Durasi kerja Merangsang sekresi insulin di
sampai 24 jam, kelenjar oankreas, sehingga
dimetabolme di hati, hanya efektif pada penderita
dieliminasi ½ di ginjal dan diabetes yang sel-sel β
½ di feses. pankreasnya masih berfungsi
Waktu paruh: dengan baik.
4 jam Efek samping:
Dosis: Gejala saluran cerna dan sakit
Pemulaan 1dd 2,5-5 mg, kepala. Memiliki efek
bila perlu naikan tiap hipoglikemik yang poten
minggu sampai maksimal 2 sehingga perlu diingatkan
dd 10 mg. Dosis tunggal untuk melakukan jadwal
harian sebesar 1 mg terbukti makan yang ketat.
efektif dan dosis maksimal Kombinasi obat:
yang dianjurkan adalah 8 Metformin digunakan sekali
mg. sehari sebagai mono terapi
atau dalam bentuk kombinasi
dengan insulin .
Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam, Mekanisme:
dalam darah 98% terikat Merangsang sekresi insulin di
protein plasma, potensinnya kelenjar oankreas, sehingga
100x lebih kuat dari hanya efektif pada penderita
talbutamid. Dimetabolisme diabetes yang sel-sel β
dihati menjadi inaktif, pankreasnya masih berfungsi
sekitar 10% diekskresikan dengan baik.
melalui ginjal dalam Efek samping:
keadaan utuh. Edema, flu, hipertensi,
Waktu paruh: aritmia, sakit kepala
2-4 jam insomnia, migren, depresi.
Dosis: Jarang menimbulkan
1 dd 2,5-5 mg ½ jam a.c, hipoglikemia dibanding
maksimal 3 dd 15 mg. gliburid, juga pada angguan
fungsi hati/ginjal pada orang
usia lanjut.
Kombinasi obat: Metformin
Glikuidon Diabsorbsi melalui usus Mekanisme:
(95%) dan mencapai kadar Merangsang sekresi insulin di
maksimum dalam plasma kelenjar oankreas, sehingga
setelah 2-3 jam. hanya efektif pada penderita
Dosis: diabetes yang sel-sel β
1 dd 15 mg pada waktu pankreasnya masih berfungsi
makan pagi, maksimal 2-30 dengan baik.
mg. Efek samping:
Hipoglikemia

2.7.2 Golongan Biguanid

obat antidiabetik oral golongan biguanid bekerja langsung pada hati,


menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa biguanid tidak
merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan
hipoglikemia. Satu-satunya senyawa biguanid yang masih dipakai sebagai
obat hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak
dipakai di beberapa negara termasuk indonesia, karena frekuensi terjadinya
asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak
ada gangguan fungsi ginjal dan hati.
Tabel 1.3 Obat golongan Biguanid

Nama obat Farmakologi


Farmakokinetik farmakodinamik
Metformin Durasi kerja sampai 24 jam, Mekanisme:
tidak berikatan dengan Bekerja langsung pada hati,
protein plasma, tidak terjadi menurunkan produksi glukosa
metabolisme dan hati. Tidak merangsang
diekskresikan oleh ginjal sekresi insulin oleh kelenjar
sebagai senyawa aktif. pankreas.
Waktu paruh: Efek samping:
3-6 jam Flu, palpitasi, sakit kepala,
Dosis: asidosis laktat,
3 dd 500 mg atau 2 dd 850 anoreksia,diare, gangguan
mg, bila perlu setelah 1-2 penyerapan vitamin B12,
minggu perlahan-lahan terjadi hinnga 20%.
dinaikan sampai maksimal 3
dd 1 g. Kombinasi obat:
gliburid, glipizid,
glibenklamid dan rosiglitazon.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


• Penelitian menggunakan jenis penelitian eksperimental dimana
bertujuan untuk membuktikan kerja obat diabetol
• Metode penelitian yang digunakan adalah Randomized Controlled
Trials (RCT) dengan memilih jenis Cross Over Design.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


• Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit UKI
• Waktu Penelitian
Penelian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2018

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


• Kriteria eksklusi :
Pasien diabetes mellitus dengan komplikasi dan Pasien yang tidak
bersedia mengikuti penelitian.
• Kriteria inklusi :
Pasien dengan diabetes mellitus tanpa komplikasi Usia pasien diatas 40
tahun.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


• Populasi : Semua pasien Diabetes Mellitus tanpa komplikasi di seluruh
rumah sakit di Jakarta Timur
• Sampel : 100 pasien diabetes melitus tanpa komplikasi yang bersedia
menjadi subyek penelitian obat baru di Rs. UKI tahun 2015
– Kontrol : 50 di beri obat placebo
– Obat baru : 50 di beri obat baru
3.5 Instrumen
• Manusia, Obat lama, Obat baru, Alat tes gula darah

3.6 Cara pengambilan Sampel


• Sampel diambil dengan cara random simpel
• Kemudian pembagian sampel dibagi atas kelompok pasien yang
diberikan plasebo dan new drug.

3.6 Pengukuran Sampel

3.8 Rencana Analisis Data


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association.2010. Diabetes Care. April 21.


http://care.diabetesjurnals.org/content/27/suppll/s5.full.

American Diabetes Association (ADA).2012. Standards of Medical Care in


Diabetes. www.care.diabetesjournals.org

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS). 2007. Riset


Kesehatan Dasar. http://www.depkes.go.id.[Depkes.RI.Jakarta]

Depertemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2009. Farmakologi dan Terapi


edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar –dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Vous aimerez peut-être aussi