Vous êtes sur la page 1sur 3

 Zat Pemanis

Pemanis adalah senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan
produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia selain
antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna dan lain-lain. Pemanis alternatif umum digunakan
sebagai pengganti gula jenis sukrosa, glukosa dan fruktosa. Ketiga jenis gula tersebut merupakan
pemanis utama yang sering digunakan dalam berbagai industri. Pemanis merupakan senyawa
alami atau sintetis yang memberikan rasa manis dan tidak memiliki nilai gizi atau dapat diabaikan
("pemanis non-nutritif") dalam kaitannya dengan tingkat kemanisan (Belitz, 2009). Penambahan
pemanis dalam bahan makanan dimaksudkan untuk memberi atau menambah rasa manis pada
makanan tersebut. Pemanis dikategorikan menjadi dua yaitu pemanis alami dan buatan.

Berdasarkan proses produksinya pemanis dibedakan menjadi dua yaitu pemanis alami
(natural) dan buatan.

1. Pemanis Alami
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan
nabati maupun hewani. Selain itu pemanis alami juga berfungsi sebagai sumber energi, sehingga
jika kita mengkonsumsinya secara berlebihan maka akan mengakibatkan kegemukan

2. Pemanis Buatan

Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan
tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau
hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah larut
dalam air. Salah satu jenis pemanis buatan yang sangat penting yaitu yang sering disebut dengan
pemanis intensitas tinggi. Zat pemanis tersebut merupakan senyawa yang mempunyai tingkat
kemanisan beberapa kali lipat dibandingkan gula murni (sukrosa).

Penggunaan bahan pemanis atau batasan pemakaian bahan pemanis dalam makanan harus
mengacu pada WHO yang dikenal dengan ADI (aceeptable daily intake) dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 722 / Menkes / per / IX / 1988 tentang batasan maksimum penggunaan bahan
kimia dalam makanan. Zat pemanis sintetik diantaranya sakarin, natrium siklamat, magnesium
siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis sintetik tidak dapat dicerna oleh tubuh,
sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energy. Pemanis buatan mempunyai tingkat rasa manis
lebih tinggi daripada pemanis alami dan akan memberikan rasa pahit pada makanan jika
dipergunakan secara berlebihan.

 Fungsi Penambahan Pemanis pada Makanan


Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat
fisik, sebagai pengawet dan untuk memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber
kalori bagi tubuh. (Rismana, 2002).

 Tujuan Penambahan Pemanis Buatan pada Makanan


Pemanis buatan ditambahkan ke dalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan
antara lain:

a. Sebagai pangan penderita diabetes melitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula
darah.
b. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan.
Seseorang yang gemuk akan berusaha untuk mengindari makanan-makanan yang berasa
manis. Gula dalam tubuh akan dimetabolisme dalam tubuh menjadi suatu energi atau kalori.
Jika orang gemuk mengkonsumsi makanan-makanan manis atau minuman manis maka akan
menghasilkan energi atau kalori yang sangat banyak. Seandainya energi atau kalori ini tidak
digunakan maka akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk cadangan makanan yang biasanya
berupa lemak. Kemudian jika konsumsi gula sudah dicukupi oleh zat lain maka energi sisa
atau kalori sisa juga akan tetap disimpan dalam bentuk lemak. Agar orang gemuk tetap bisa
menikmati rasa manis maka orang yang gemuk sebaiknya mengkonsumsi makanan atau
minuman dengan gula pengganti yaitu berupa pemanis buatan.
c. Sebagai penyalut/penutup obat
Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak enak, karena itu untuk menutupi rasa yang tidak
enak dari obat tersebut biasanya dibuat obat yang bersalut dengan tambahan pemanis buatan.
Pemanis buatan lebih sering digunakan untuk penyalut obat karena umumnya bersifat
higroskopis dan tidak menggumpal.
d. Menghindari kerusakan gigi
Pemanis sintetis memiliki rasa manis yang lebih tinggi dari pemanis alami sehingga
pemakaian pemanis sintetis lebih sedikit dari pemanis alami. Dengan jumlah pemanis sintetis
yang digunakan lebih sedikit maka tidak merusak gigi.
e. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis digunakan
dengan tujuan untuk menekan biaya produksi, karena pemanis sintetis mempunyai tingkat
rasa manis yang lebih tinggi juga harganya lebih murah dibandingkan dengan gula yang
diproduksi di alam (Cahyadi, 2006).

 Perbedaan Pemanis alami dan pemanis buatan/sintetik


Orang memilih jenis pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya tentu dengan alasan
masing-masing. Pemanis alami tentu lebih aman, tetapi harganya lebih mahal. Pemanis buatan
lebih murah, tetapi aturan pemakaiannya sangat ketat karena bisa menyebabkan efek negatif yang
cukup berbahaya. Pada kadar yang rendah atau tertentu, pemanis buatan masih diijinkan untuk
digunakan sebagai bahan tambahan makanan, tetapi pada kadar yang tinggi bahan ini akan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Tabel berikut memperlihatkan perbedaan pemanis alami dan buatan.

Pemanis alami Pemanis buatan


Pada suhu tinggi bisa terurai. Cukup stabil bila dipanaskan.
Memiliki kalori tinggi. Memiliki kalori rendah.
Berasa manis normal. Berasa manis sampai puluhan bahkan
ratusan kali rasa manis gula.
Harganya cenderung lebih tinggi. Harganya sangat terjangkau.
Lebih aman dikonsumsi. Sebagian dapat berpotensi karsinogen
(penyebab kanker).

Vous aimerez peut-être aussi