Vous êtes sur la page 1sur 7

2.4.

POTENSI PENYAKIT

2.4.1. Diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar


yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan.

Diare dapat disebabkan oleh agen biologi maupun agen non biologi. Agen
biologi seperti bakteri, virus dan parasit (cacing, protozoa). Agen non biologi
misalnya keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri atau bahan
kimia, immunodefisiensi, alergi dan malabsorbsi. Diare yang disebabkan oleh agen
non biologi merupakan diare yang bersifat tidak menular. Diare yang disebabkan
oleh agen biologi adalah diare yang dapat menular tetapi dapat dicegah dengan
memutus rantai penularannya.

Penyakti diare dapat ditularkan oleh kuman, dari orang satu ke orang lain
secara langsung melalui fecal-oral dengan media penularan utama adalah makanan
atau minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono, 1991).
Penderita diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan
tinja tidak baik dilakukan pada jamban yang tertutup, maka berpotensi sebagai
sumber penularan.

Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air
yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa
direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang
memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare (Suharyono, 1991).
Penularan penyakit diare dapat terjadi antara lain melalui: air yang
terkontaminasi oleh bakteri, makanan yang terkontaminasi bakteri, melalui vektor
penyakit, melalui tangan yang kontak dengan bakteri, dan melalui tanah yang
terkontaminasi.

2.5. GEJALA PENYAKIT

Gejala diare berbeda-beda, ada yang hanya mengalami sakit perut singkat
dengan tinja yang tidak terlalu encer hingga ada juga yang mengalami kram perut
dengan tinja yang sangat encer. Biasanya diare jangka panjang membuat penderita
kerap merasa ingin buang air besar.

Beberapa gejala diare lainnya adalah:

 Hilang nafsu makan


 Sakit kepala
 Mual
 Muntah

Diare biasanya pulih dalam waktu dua sampai empat hari. Namun Anda
dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami diare lebih dari
satu minggu atau diare tersebut sampai mengganggu tidur Anda. Selain itu, temui
dokter jika Anda mengalami diare yang disertai dengan muntah-muntah, darah pada
tinja atau pendarahan di dalam anus, menceret parah yang mengarah
kepada dehidrasi, penurunan berat badan, atau jika Anda mengalami diare setelah
mengonsumsi antibiotik dan menjalani perawatan di rumah sakit.

Pada anak-anak, diare umumnya berlangsung sekitar lima hari sampai


seminggu. Jika lebih lama dari waktu tersebut atau diare mereka disertai muntah,
ada darah pada tinja, dan menceret parah, segera periksakan dirinya ke dokter.
Pemeriksaan dokter juga perlu segera dilakukan apabila anak (terutama bayi) Anda
buang air besar enam kali atau lebih sering dalam sehari.
2.6. PENYEMBUHAN PENYAKIT

Pada anak-anak, gejala diare biasanya akan hilang dalam waktu 5-7 hari
atau di bawah dua minggu. Sedangkan pada orang dewasa, diare biasanya sembuh
dalam 2-4 hari. Sistem kekebalan tubuh manusialah yang akan melawan infeksi
penyebab diare secara alami. Walau demikian, diare bisa berlangsung lebih lama
tergantung penyebabnya, misalnya:

 Diare yang disebabkan oleh bakteri campylobacter dan salmonella biasa


berlangsung selama 2-7 hari.
 Diare yang disebabkan norovirus biasa berlangsung sekitar dua hari.
 Diare yang disebabkan rotavirus biasa berlangsung 3-8 hari.
 Diare yang disebabkan giardasis biasa berlangsung beberapa minggu.

Meski diare bisa sembuh dengan sendirinya, Anda dapat meringankan


gejalanya dengan mengikuti beberapa saran. Saran ini juga berlaku bagi penderita
diare yang sedang hamil atau menyusui.

 Meningkatkan konsumsi cairan

Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit/ion adalah salah satu kunci


penting dalam penanganan diare. Hal ini diperlukan untuk menghindari maupun
menangani dehidrasi. Anda atau anak Anda disarankan untuk minum beberapa
teguk cairan sesering mungkin meski mengalami gejala muntah. Sedikit cairan
lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindarilah jus buah dan minuman bersoda
karena dapat memperparah kondisi diare, terutama pada anak.

Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti jarang buang


air kecil, kulit pucat atau berbintik, kondisi tubuh yang menurun drastis, kaki dan
tangan yang terasa dingin, serta rewel dan lekas mengantuk, Anda disarankan untuk
segera memeriksakan dirinya ke dokter.

Faktor-faktor di bawah ini membuat seorang anak lebih berisiko mengalami


dehidrasi:
 Mengalami lebih dari enam kali diare dalam satu hari.
 Muntah lebih dari dua kali dalam sehari.
 Berhenti menyusu secara tiba-tiba.
 Berumur kurang dari satu tahun, terutama jika berumur di bawah enam
bulan.
 Berumur kurang dari dua tahun dengan berat badan di bawah rata-rata saat
lahir.

Tetap berikan bayi Anda susu atau makan secara normal meski mereka
mengalami diare. Ketika menyusui, Anda sendiri harus terus meningkatkan asupan
cairan sendiri agar persediaan ASI selalu terjaga.

 Makanan saat mengalami diare

Jika mengalami diare, pastikan Anda makan makanan padat setelah mampu
untuk makan. Hal tersebut juga disarankan oleh para pakar kesehatan. Sebaiknya
porsi makan Anda jangan terlalu besar dan hindari makanan yang terlalu berat,
pedas, atau berlemak.

Jangan berikan makanan padat pada anak Anda jika mereka mengalami
dehidrasi. Berikan mereka cukup cairan dan pastikan tanda-tanda dehidrasi berhenti.
Setelah itu baru Anda bisa memberi mereka makan seperti biasanya. Jika anak Anda
menolak untuk makan, berikan terus cairan sampai selera makan mereka kembali.

 Mengatasi diare dengan cairan oralit

Bagi mereka yang rentan dehidrasi, biasanya dokter akan menyarankan


penggunaan oralit. Penderita diare yang disarankan minum oralit adalah mereka
yang memiliki masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, berfisik
lemah, dan yang berusia di atas enam puluh tahun.

Oralit terdiri dari campuran air dengan gula dan garam. Cairan ini berfungsi
untuk menggantikan karbohidrat, elektrolit/ion, dan mineral penting lainnya yang
hilang dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi. Oralit bisa dibeli di apotek-apotek
tanpa menggunakan resep.

Jika anak Anda mengalami diare dan memiliki risiko dehidrasi, biasanya
dokter akan menyarankan pemberian oralit. Anda bisa melihat petunjuk atau
takaran pemberian oralit yang tertera pada kemasannya. Takaran yang diberikan
biasanya tergantung kepada ukuran dan berat badan anak, namun rekomendasi
umum untuk pemberian oralit pada anak adalah satu sachet untuk tiap kali setelah
ke toilet. Oralit sendiri tidak bisa menyembuhkan diare atau menanggulangi
penyebabnya, tetapi hanya berguna untuk mencegah dan memulihkan dehidrasi.

Jika Anda atau anak Anda mengalami dehidrasi serius akibat diare, maka
perawatan di rumah sakit dengan memberikan cairan melalui selang infus akan
dibutuhkan.

 Mengatasi diare dengan obat-obatan

Ada beberapa jenis obat antidiare, dan umumnya obat antidiare mampu
mengurangi gejala, serta mempersingkat lamanya diare sebanyak satu hari. Obat
antidiare yang paling sering digunakan adalah loperamide. Obat ini terbukti efektif
dan memilki efek samping yang sedikit. Loperamide mampu menjadikan kotoran
Anda lebih padat dan mengurangi frekuensi buang air besar Anda.

Sejumlah obat antidiare bisa dibeli di apotek tanpa menggunakan resep dari
dokter. Anda disarankan untuk membaca petunjuk pada kemasan agar tahu takaran
dosis yang tepat dan tahu apakah obat tersebut cocok untuk Anda. Obat antidiare
sebetulnya tidak diperlukan, kecuali Anda terdesak oleh aktivitas penting.

Jangan minum obat antidiare jika sedang mengalami demam tinggi atau
terdapat darah dan nanah pada tinja Anda. Segera periksakan diri ke dokter.

 Penggunaan antibiotik untuk diare

Antibiotik biasanya dianjurkan jika penyebab diare telah dipastikan sebagai


bakteri atau jika gejala diare yang terjadi sangat parah. Penderita diare disarankan
untuk tidak mengonsumsi antibiotik jika penyebabnya belum diketahui. Selain
karena antibiotik bisa menimbulkan efek samping buruk, antibiotik juga tidak
berpengaruh jika diare disebabkan oleh virus. Jika terlalu sering digunakan untuk
penyakit yang ringan, efek positif antibiotik akan berkurang ketika nantinya
digunakan untuk mengobati kondisi yang lebih serius. Antibiotik juga disarankan
bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah dan rentan terhadap
infeksi.

2.7. PENCEGAHAN PENYAKIT

Pada dasarnya, pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan seseorang


dalam menjaga kebersihan makanan dan minuman. Perhatian khusus diperlukan
dalam mengelola makanan dan minuman dari cara memasak sampai pada proses
penyimpanan. Dengan demikian, seseorang dapat terhindar dari berkembangnya
mikoorganisme, seperti bakteri yang dapat menyebabkan diare. Kesimpulannya,
makin tinggi standar kebersihan Anda, maka makin kecil risiko Anda terkena diare.

Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat kontaminasi:

 Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum makan,
setelah memegang daging mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah
bermain dengan binatang piaraan.
 Jagalah kebersihan kuku Anda terutama jika memiliki kuku yang panjang.
 Menjauhi makanan dan minuman yang kebersihannya diragukan.
 Tidak minum air keran.
 Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
 Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.
 Makan makanan yang dimasak dari bahan-bahan yang segar.
 Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan tertinggal
di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan.
 Buang makanan dan minuman yang sudah kedaluarsa.
Untuk mencegah penyebaran diare kepada orang-orang di sekitarnya, Anda bisa
melakukan hal-hal berikut:

 Bersihkan selalu toilet dengan obat pembasmi kuman setelah digunakan.


 Selalu cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan.
 Jangan beraktivitas dahulu sampai setidaknya dua hari setelah diare yang
terakhir.
 Jika tinggal satu rumah, pastikan Anda menghindari penggunaan handuk
atau peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga lain di rumah.
 Hindari penggunaan kolam renang selama dua minggu setelah diare yang
terakhir, jika penyebab diare berasal dari parasit cryptosporidium.

Masih banyak yang belum menyadari bagaimana diare bisa berakibat fatal,
terutama bagi anak-anak di Indonesia. Kebersihan diri dan makanan perlu
diperhatikan demi mencegah terkena diare.

Vous aimerez peut-être aussi