Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah tentang Asma. Shalawat dan
salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menjadi zaman yang penuh pengetahuan dan
teknologi.
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini kami mengharapkan agar dapat
diseminarkan dan dikoreksi secara bersama-sama dalam kegiatan seminar nanti dan
dalam pembuatan makalah ini pasti tidak terlepas dari bantuan kalian semua.
Dan tidak salah kiranya, jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1) Direktur RS. Muhammadiyah Palembang
2) dr.Hj.Nurhayati, M.Kes selaku Ketua STIKES AISYIYAH PALEMBANG
3) Ns.Kurniawaty, S.Kep,M.Kes dan Ns.Widya Arisandi,S.Kep,M.Kes selaku
KA. Prodi D III Keperawatan.
4) Dan teman-teman yang telah membantu
Semoga apa yang ada didalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah ilmu kita terutama mengenai pengkajian. Kami meminta maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini,dan kepada Allah Swt kami mohon ampun.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................ i
iii
BAB IV TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN ............................................ 27
1. Identitas ...................................................................................................... 27
2. Pengkajian .................................................................................................. 28
3. Pengakajian fisik ........................................................................................ 29
4. Penkajian Masalah Psikologi, Sosial, dan Spiritual ................................... 32
5. Aktivitas Sehari-hari .................................................................................. 34
6. Data Penunjang .......................................................................................... 36
7. Terapi Yang Di Berikan ............................................................................. 36
8. Analisa Data ............................................................................................... 37
9. Daftar Masalah Keperawatan ..................................................................... 38
10. Prioritas Diagnosa Keperawatan ................................................................ 38
11. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 38
12. Rencana Keperawata .................................................................................. 39
13. Catatan Perkembangan (Evaluasi) ............................................................. 41
1. Kesimpulan................................................................................................. 45
2. Saran ........................................................................................................... 45
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
menyebabkan sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik. Asma
mempunyai awitan pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak asma mendapat gejala
pertama sebelum usia 4-5 tahun. Pada suatu waktu selama masa anak akan mendapat
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang
menderita sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya lebih
secara nyata mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-
hari. Sungguh merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa
bermain dan beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita. Hal ini
pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus terlebih lagi
pada anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari dalam bermain dan
1
tanda dan gejala, serta pencegahan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan
berbagai pihak.
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
Tujuan secara umum : mengerti tentang asma dan memahami apa yang hrus
2
5. MANFAAT PENULISAN
2. Pendidikan Keperawatan
3. Penulis
3
BAB II
KONSEP TEORITIS
1. Konsep Penyakit
1.1. Definisi Asma
Asma adalah gangguan jalan nafas reaktif kronis termasuk obstruksi jalan
nafas episodik dan obstruksi jalan nafas reversible akibat bronkospasme, peningkatan
sekresi mucus, dan edema mukosa (kapita selekta penyakit, 2002).
Asma adalah sebuah penyakit radang kronik pada saluran pernafasan dimana
banyak sel-sel dan elemennya berperan.
Pada individu tertentu, peradangan menyebabkan beberapa kondisi seperti
wheezing, sulit bernafas, retraksi dinding dada, dan batuk sering terutama di malam
hari, pagi hari, atau ketika melakukan aktifitas. Beberapa gejala ini dihubungkan
dengan penyakit yang menetap tetapi obstruksi saluran pernafasan dan sering
reversible secara spontan atau dengan perawatan (Michele Geiger, Bronsky Donna
J.W; 2008)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
nafas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus terhadap berbagi rangsanan yang
ditandai dengan gejala epidosik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa
berat didada terutama di malam hari dan atau dini hari yang umumnya bersifat
reversible baik dengan atau tanpa pengobatan (Pedoman pengendalian asma, Depkes;
2009)
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulakan penyakit asma adalah
suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana
terdapat peradangan (inflamasi) kronis dinding rongga bronchiale sehingga
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak
nafas.
4
Asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Asma alergik (Ekstrinsik)
Merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti bulu binatang, debu,
ketombe. Bentuk asma ini biasanya di mulai dari kanak – kanak.
2) Idiopatik atau nonalergik asma (Intrinsic)
Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik, saluran nafas
atas, aktifitas, emosi/stress dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan.
Bentuk asma ini biasanya di mulai ketika dewasa > 35 tahun.
3) Asma Campuran
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Di karakteristikan dengan
bentuk ke dua jenis asma alergik dan ideopatik atau nonalergik (Soemantri, 2009).
2.
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
5
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
6
C. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan episode faring hingga ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu
dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutupi laring.
D. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 hingga 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk menyerupai kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar.
Panjang trakea 9 hingga 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi
oleh otot polos.
E. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2
buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke
bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan
lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
F. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan
7
dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah
(paru-paru kiri dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan
paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus
tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan
lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil berjulukan segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5
buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen
pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang berjulukan lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah
bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali,
cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga
dada atau kavum mediastinum. Pada episode tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral
(selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-
paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berkhasiat untuk
meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan tabrakan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
8
2.1.1. Fisiologi
Proses terjadi pernapasan
9
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan
panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang
berkhasiat untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk
ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika
makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal
tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring.
Terbagi dalam 2 episode yaitu wangsit (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas berarti melaksanakan inpirasi dan eskpirasi secara
bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks
yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh sentra
pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh
karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini
berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan
dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari
nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan
kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak
antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada
membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara
di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu ketika otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga
dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi
ataupernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura
dan paru-paru.
10
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar
bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada
yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, kalau pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka
ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat
kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki
1.3. Etiologi
1.3.1. Zat allergen
Adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat menimbulkan
serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu rumah( dermatophagoides
pteronissynus), spora, jamur, bulu kucing, bulu binatang , beberapa makanan laut,
dan sebagainya.
1.3.2. Infeksi saluran pernapasan ( respiratorik )
Infeksi saluaran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma.
Diperkirakan, dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh
infeksi saluaran pernapasan. (sundaru 1991)
1.3.3. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat.
Sebagin penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan
olaharaga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua
jenis kegiatan paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
kegiatan jasmani ( exercise induced asma -EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas
fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
1.3.4. Perubahan suhu udara (udara dingin, panas, kabut)
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
11
Asma. Kadang kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.
1.3.5. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan,
asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta
bau yang tajam.
1.3.6. Memiliki kecenderungan alergi obat-obatan
Beberapa klien denga asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penisilin, salisilat beta bloker, kodein,dan sebainya.
1.3.7. Riwayat keluarga (factor genetic) Orang tua menderita asma
1.3.8. Lingkungan pekerajan
Lingkungan kerja merupakan factor pencetus yang menyumbang 2- 15%
klien dengan asma.( sundaru,1991 ). Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya
orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
1.3.9. Emosi dan stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang
timbul harus segera diobati penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati.
12
1.5. Patofisiologi
Suatu serangan asma timbul karena seseorang yang atopi terpapar dengan
allergen yang ada di lingkungan dan membentuk immunoglobulin (Ig) E, allergen
yang masuk akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting
sel (APC), allergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal
kepada sel B dengan dilepaskannya interlukin 2 (IL-2) untuk berproliferasi menjadi
sel plasma dan membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan
basofil yang ada dalam sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang, maka orang
itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Jika terpapar 2 kali atau lebih dengan
allergen yang sama allergen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada dalam
permukaan mastosit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam
sel dan perubahan di dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel, dan melepaskan
mediator-mediator kimia yang meliputi histamine, slow releasing suptance of
anaphylaksis (SRS-A), eosinofilik chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A), dan
lain-lain. Mediator tersebut menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu:
kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan
menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam
terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas.
Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mucus. Tiga reaksi
tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan
terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yang sangat lanjut.
13
1.6.Pathways
14
1.7. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah
1.7.1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan
kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
1.7.2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di
mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat
disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari
paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada .
1.7.3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
1.7.4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur
dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah
Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
1.7.5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
1.7.6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami
bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya
15
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang
berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit
oleh adanya lendir.
16
1.8.7. Pemerikasaan kulit
Untuk menunjukan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam
tubuh.
1.8.8. Pemeriksan radiologi
Hasil pemeriksan radiologi dari klien dengan asma biasanya normal, tetapi
prosedur ini tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses
patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumatoraks, pneumomediastinum,
atelektasis, dan lain – lain
1.9. Penatalaksanaan
A. Farmakologi
Menurut Long(1996) pengobatan Asma diarahkan terhadap gejalagejala
yang timbul saat serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan
pemeliharaan keehatan optimal yang umum. Tujuan utama dari berbagai macam
pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi bronkus. Terapi awal, yaitu:
1) Memberikan oksigen pernasal
2) Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau
terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang
setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat
secara subcutan atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam
larutan dekstrose 5%
3) Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon
segera atau dalam serangan sangat berat25
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk
didalamnya golongan beta adrenergik dan anti kolinergik.
17
B. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis
Menurut doenges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu:
1) Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan
sputum dengan baik
2) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
3) Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
4) Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
5) Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
6) Hindarkan pasien dari faktor pencetu
C. Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk,
konsistensi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi.
18
D. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga, bekerja, dan
aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya Asma.
Perlu dikaji tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi berapa lama
pasien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami pasien.
Adanya wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat pasien.
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri
pasien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami pasien sehingga
kemungkinan terjadi serangan Asma yang berulang pun akan semakin tinggi.
19
J. Pola mekanisme dan koping
20
Kriteria hasil : jalan napas bersih, sesak berkurang, batuk efektif, mengeluarkan
sekret
Intervensi :
a) Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan napas
b) Berikan pasien untuk posisi yang nyaman.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan
c) Pertahankan lingkungan yang nyaman
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger
episode akut.
d) Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi air hangat.
Rasional : Membantu mempermudah pengeluaran sekret
e) Dorong atau bantu latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasional : Memberikancara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea,mengeluarkan sekret.
f) Dorong atau berikan perawatan mulut
Rasional : higiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan
mencegah bau mulut
g) Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi, seperti nebulizer
Rasional : menurunkan kekentalan sekret dan mengeluarkan sekret
2.3.2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan : pola napas kembali efektif
Kriteria hasil : Pola napas efektif, bunyi napas normal kembali, batuk berkurang
Intervensi :
a) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan
bervariasi tergantung derajat gagal napas
21
b) Auskultasi bunyi napas
Rasional : ronchi dan mengi menyertai obstruksi jalan napas
c) Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi
Rasional : memudahkan dalam ekspansi paru dan pernapasan
d) Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
2.3.3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ganguan suplai oksigen
Tujuan :dapat mempertahankan pertukaran gas
Kriteria hasil : tidak ada dispnea, pernapasan normal
Intervensi :
a) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan atau
kronisnya proses penyakit.
b) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang nyaman untuk bernapas
Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas,
dispnea, dan kerja napas.
c) Kaji atau awasi secar rutin kulit dan warna membran mukosa
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentra
(terlihat sekitar bibir atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis
sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d) Dorong pengeluaran sputum: penghisapan bila diindikasikan
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama
gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan
dibutuhkan jika batuk tidak efektif.
e) Auskultasi bunyi napas
Rasional : bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara
atau area konsolidasi.
22
f) Palpasi Fremirus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan
atau udara terjebak
g) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas
Rasional : Selama distress pernapasan berat atau akut atau Refraktori
pasien secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
karena hipoksemia dan dispnea.
h) Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : dapat memperbaiki memburuknya hipoksia.
23
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan
Rasional : mengetahui skala kecemasan pasien
b) Berikan pengetahuan tentang penyakit yang diderita
Rasional : menambah tingkat pengetahuan pasien dan mengurangi
cemas
c) Berikan dukungan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : mengungkapkan perasaan dapat mengurangi rasa cemas
yang dialaminya.
d) Ajarkan teknik napas dalam pada pasien
Rasional : mengurangi rasa cemas yang dialami pasien
24
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
2. Sejarah Perkembnagan
25
Rumah sakit muhammadiyah telah menggandakan kerja sama dalam
pemberiasn pelayanan kesehatan dengan pihak luar atau perusahaan-
perushaan.
a) Visi.
“ Terwujudnya Rumah Sakit bernuansa islam profesional dalam
pelayanan dan berkarakter islami “
b) Misi.
1) Memberikan Pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan secara
profesional, moderen dan islam.
2) Meningkatkan mutu pelayanan dan kesehatan pasien.
3) Mewujudkan citra sebaga wahana ibadah dan pengemban dakwah
Amar ma’ruf nahi mungkar dalam bidang kesehatan.
4) Menjadi pusat persemaian kader muhammadiyah dalam bidang
pelayanan,pendidikan dan penelitian kesehatan.
26
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny ”S” Pada Sistem Pernafasan
Dengan Kasus “Asma” Di Ruang Penyakit Dalam
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang 2018
1. IDENTITAS
1.1. Pasien
Inisial : Ny ‘S’
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Alamat :Jl. Mandi Aur No.763 RT. 013 RW. 004. Kel. Sekip Jaya
Dx. Medik : Asma Attack
No RM : 30-87-91
1.2. Penanggung Jawab
Inisial : Tn ‘M’
Umur : 39
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Hubungan dgn klien : Suami
Alamat :Jl. Mandi Aur No.763 RT. 013 RW. 004. Kel. Sekip Jaya
27
2. PENGKAJIAN
2.1. Alasan utama datang ke RS : klien mengatakan sesak nafas dan batuk sejak 2
bulan yang lalu
2.2. Keluhan utama : sesak nafas dan batuk
2.3. Riwayat perjalanan penyakit (PQRST)
Pasien datang dengan keluhan sesak napas, napsu makan menurun, RR
26x/menit, TD 130/90 mmHg, N 100x/menit, T 36,20 C
2.4. Riwayat penyakit dahulu.
Klien mengatakan mulai sesak nafas dan batuk sejak 2 bulan yang lalu.
Klien mengatakan Asma akan timbul saat dingin, akibat debu dan mencium bau yang
menyengat.
2.5. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat asma dalam keluarga.
Genogram (tiga generasi)
KETERANGAN :
= Perempuan # = Cerai/Putus = Orang
Terdekat
= Laki-laki = Meninggal = Umur klien
28
--- = = Klien
3. PENGKAJIAN FISIK.
1. Keadaan umum
Kesadaran : GCS ; E: 4 ; M: 5 ; V: 6 =15
: Compos mentis
Vital Sign
TD : 130/90 mmHg
ND : 100x/mnt
RR : 26x/mnt
T : 36,20 C
Sakit/ Nyeri : Sedikit Nyeri
Status Gizi : Berat badan klien tidak dalam kondisi yang ideal
Sikap : gelisah
Masalah Keperawatan : Sedikit nyeri pada daerah dada
Kulit
Warna kulit : normal tidak ada ikterus
Temperatur raba : normal
Turgor : turgor kulit elastis
Tekstur : Tekstur kulit halus
Kelembaban : Kelembabapan kulit lembab
Memar/luka : Tidak terdapat memar atau luka
Kebersihan : Kebersihan kulit bersih
29
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
Kepala
Bentuk : Bentuk kepala simetris kiri dan kanan
Rambut
Warna : Rambut warna hitam
Distribusi : Distribusi rambut hitam merata
Tekstur : Tekstur rambut halus
Kualitas : Kualitas rambut kuat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
Mata
Bentuk : Mata Simetris kanan dan kiri
Konjunctiva : Konjunctiva anemis (pucat )
Sklera : Putih
Reaksi cahaya : dapat berkedip bila ada rangsangan cahaya
Pupil : pupil isokor
Visus : 6/6
Kebersihan : Bersih
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
Hidung
Bentuk : simetris tidak ada kelainan
Kebersihan : bersih (tidak sekret)
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Telinga
Bentuk : simetris telinga kanan kiri
Pendengaran : dapat mendengar dengan jelas
30
Kebersihan : cukup bersih pada telinga (tidak ada sekret)
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Mulut dan tenggorok
Mukosa bibir : mukosa bibir lembab
Bibir : simetris antara bibir atas dan bibir bawah
Sakit menelan : tidak sakit pada saat menelan
Lidah : tidak normal, tidak nyaman, terasa pahit
Tosil : normal
Kebersihan : Bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Leher
Bentuk : bentuk leher simetris
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Dada
Jantung
Inpeksi : Normal
Palpasi : Normal HR: 100 X/menit
Perkusi : Sonor, tidak ada pembesaran pada jantung
Auskultasi : tidak ada suara tambahan
Paru paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri, RR; 26 x/menit.
Palpasi : nyeri tekanan
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : whezzing (+/+)
Kebersihan : Bersih
Masalah Keperawatan : masalah pernafasan tidak efektif
31
Abdomen
Inspeksi : Bentuk : Simetris,tidak ada pembesaran
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba
Perkusi : timpani, normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Genetalia
Penis :
Srotum dan Testis :
Anus :
Kebersihan :
Masalah Keperawatan :
32
Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan: klien sering kontrol ulang kedokter.
Pengetahuan klien tentang masalah /penyakit yang ada : klien belum begitu
paham masalah penyakit dan obatnya
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
SOSIAL
Aktifitas atau peran klien dimasyarakat adalah: sebagai warga biasa.
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah: Tidak ada.
Pandangan klien tentang aktivitas sosial dilingkungannya: penuh keakraban
dan peduli.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah.
BUDAYA
Budaya yang diikuti klien adalah budaya: Palembang yang aktivitasnya
adalah gemar makan manis dan asam.
Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut adalah: Tidak merasa
keberatan.
Cara mengatasi keberatan tersebut adalah: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
SPIRITUAL
Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari adalah: shalat, baca al-
qur’an, dzikir.
Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan adalah: tidak ada
Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal tersebut karena kondisi
sakit pada klien tidak mempermasalahkan.
Upaya klien Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang
sekarang sedang dialami: harus percaya bahwa penyakit ini bisa sembuh
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
33
5. AKTIVITAS SEHARI-HARI
Sebelum Masuk Setelah Masuk
No. Kegiatan
Rumah Sakit Rumah Sakit
1 Pola makan
- Frekuensi 3X Sehari 3X Sehari
- Jenis Nasi+lauk pauk
- Jumlah 1 Porsi Nasi + Lauk pauk
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah ½ Porsih
Tidak mau makan
(Anoreksia)
2. Pola Minum
- Frekuensi 6xsehari 4xsehari
- Jenis Air putih Air putih
- Jumlah 8 gelas/hari 6 gelas/hari
- Masalah Tidak ada Tidak ada
Keperawatan
3. Pola Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1x sehari 1xsehari
- Konstitensi Sedikit keras Lunak
- Warna Kuning Kuning
- Masalah Tidak ada Tidak ada
BAK
- Frekuensi 3xsehari 2xsehari
- Warna Kuning Kuning
- Jumlah 1600ml 1600ml
34
- Masalah Tidak ada Tidak ada
Keperawatan
4. Personal Hygiene
- Mandi 2x sehari 1x sehari
- Keramas 2x sehari 1x sehari
- Gosok Gigi 3x sehari 2x sehari
- Potong kuku 1x1 minggu 1x1 minggu
- Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari
- Masalah Tidak ada Tidak ada
keperawatan
5. Pola aktivitas
- Lama tidur siang 2 ½ jam 1 jam
- Lama tidur malam 7 jam 6 jam
- Gangguan tidur Tidak ada Ada
- Masalah Tidak ada Gangguan pola tidur
keperawatan
35
6. DATA PENUNJANG
Tanggal pemeriksaan : 17 Agustus 2018
36
8. ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny.S Diagnosa Medis : Asma
Jenis Kelamin : Perempuan No. Med. Record : 30-87-91
No. Kamar/Bed : 2/4 Hari/Tanggal :Sabtu,18Agustus 2018
Masalah
No Tgl/Jam Data Etiologi
Keperawatan
1 18 DS : Peningkatan Ketidak
Agustus - Klien mengatakan sesak nafas mukosa efektifan
2018/ - Klien mengalami batuk. berlebihan bersihan jalan
08.00 DO : nafas
WIB - Klien tampak susah bernafas
- Tampak adanya cuping
hidung
- RR 28 x/menit
- Auskultasi paru: whezing (+),
ronchi seluruh lapang paru
37
9. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi
mukus
b) Cemas berhubungan dengan krisis situasional
38
12. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.S Diagnosa Medis : Asma
Jenis kelamin : Perempuan No. Med. Record : 30-87-91
No.kamar/bed : 2/4 Hari/Tanggal :Sabtu,18Agustus2018
No. Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan 1. Memposisikan
tidak efektif berhubungan tindakan keperawatan pasien untuk
dengan: selama 1jam , bersihan memaksimalkan
Infeksi, alergi jalan jalan nafas efektif ventilasi
nafas, asma dengan kriteria: 2. Mengidentifikasi
Obstruksi jalan nafas : 1. sesak nafas pasien perlunya
spasme jalan nafas, berkurang / hilang pemasangan alat
sekresi tertahan, 2. RR 16-24 x/menit jalan nafas buatan
banyaknya mukus, 3. Wheezing (-) 3. mengajarkan batuk
sekresi bronkus, adanya efektif dan nafas
eksudat di alveolus dalam terhadap
Kelainan suara nafas pasien
(rales, wheezing) 4. Mengkaji frekuensi,
Gelisah pernapasan
5. memberikan
bronkodilator bila
perlu
6. mengobservasi TTV
2. Cemas berhubungan Setelah dilakukan 1. Mengkaji tingkat
dengan krisis situasional tindakan keperawatan kecemasan pasien
selama 1jam, cemas 2. Menjelaskan setiap
pasien berkurang prosedur yang
39
/hilang dengan kriteria dilakukan
hasil: 3. Menjelaskan tentang
1. Pasien tampak perawatan dan
rileks pengobatan pasien
2. Pasien kooperatif 4. Mengajarkan tehnik
pada setiap relaksasi dengan
tindakan nafas dalam
keperawatan 5. Menemani pasien
3. Pasien disaat cemas
mengatakan
memahami
tentang
pengobatan dan
perawatan
40
13. CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)
41
1. Mengkaji tingkat kecemasan Subjektif;
pasien Pasien mengatakan
2. Menjelaskan setiap prosedur sudah tidak cemas
yang dilakukan lagi dan mengatakan
3. Menjelaskan tentang jelas dengan
perawatan dan pengobatan penjelasan perawat
pasien Objektif;
4. Mengajarkan tehnik relaksasi Pasien lebih rileks
19/08/20 dengan nafas dalam Pasien tampak
18 5. Menemani pasien disaat tiduran
DX 1
13.15 cemas N= 88x/menit
WIB
Analisa;
masalh teratasi
Planing;
Pasien dianjurkan
untuk beristirahat
dengan tenang.
42
BAB V
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan studi
kasus asuhan keperawatan pada Ny ‘S’ dengan Asma pada tanggal 18 Agustus 2018,
pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnose keprawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan
pasien, meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan data tentang status
kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi,
wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses
keperawatan (Muttaqin,2009).
Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi pustaka. Pada saat
pengkajian penulis sedikit menemukan kesulitan karena pasien saat dikaji pasien
dalam keadaan sesak nafas, namun pada akhirnya penulis mampu menggali data
tentang pasien.
Pada saat pengkajian, penulis memperoleh data fokus bahwa pasien
mengalami sesak nafas satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien mempunyai
riwayat asma sejak 2 bulan yang lalu
Pada program therapy yang diberikan pada Ny, ‘S’ yaitu infuse Ringer
Laktat + drip Aminofilin 1 ampul, injeksi Ranitidine 25ml/12 jam, Ranitidine
berfungsi sebagai pengurang produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri uluh hati dan masalah asam lambung tinggi lainnya. injeksi Aminopilin 1
ampul/ ini diberikan untuk mengobati gangguan pernafasan. nebulizer combivent
2.5ml ini difungsikan untuk melebarkan jalan nafas Ny,’S’
43
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang
pengalaman/ respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap masalah
kesehatan/ proses kehidupan aktual atau potensial, dan memberi dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan
(NANDA, 2012).
3. INTERVENSI
Intervensi adalah fase ketiga dari proses keperawatan, dengan menyusun
serta merancang bagaimana sesuatu dapat dicapai atau diselesaikan dengan cara
tertentu, menggunakan alat tertentu dan waktu tertentu (basford&slevin,2006).
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah melakukan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan (Dalami,dkk, 2011)
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi kemajuan
klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta
perencanaan (dalami,dkk,2011).
Evaluasi yang dilakukan penulis dalam melakukan proses asuhan
keperawatan selama 3 jam. Hasil evaluasi yang didapatkan yaitu pasien sesaknya
sudah berkuran, frekuensi batuk berkurang, dan tidak cemas lagi.
44
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang
melibatkan banyak sel dan Elemenya.Inflamasi kronik menyebabkan peningatan
hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala epidosik berulang berupa sesak
nafas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.Epidosik
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan seringk
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi.
Pada beberapa keadaan, batuk merupakan satu - satunya gejala. Serangan
asma sering kali terjadi pada malam hari Serangan asma biasanya bermula mendadak
dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi,
laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot - otot aksesories
pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya
susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit
mukus mengandungmasa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan
susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat
dan gejala gejala retensi karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia dan tekanan
nadi.
B. SARAN
1) Dengan mengetahui gejala-gejala awal sirosis hepatis kita dapat
mengantisipasi dari awal jka terjadi tanda-tanda gangguan system
pencernaan pada pasien ataupun orang terdekat kita.
2) Dengan mengetahui penyebab-penyebab sirosis hepatis maka kita dapat
mencegah lebih awal sebelum terjadinya penyakit yang lebih parah.
45
DAFTAR PUSTAKA
Geiger, M. & Wilson, B.D.J (2008). Respiratory nursing (a core curriculum). New
York: Springer Publishing Company.
John, Esther c & Elliott Daly D. (2006). Patofisiologi (aplikasi pada praktek
keperawatan). Jakarta: ECG.
Williams, Lippincott & Wilkins. (2002). Kapita selekta penyakit dengan implikasi
keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.
http://duniakeperawatan92.blogspot.com/2014/02/asma.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitiistian-6715-2-
babii.pdf
46