Vous êtes sur la page 1sur 19

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 Definisi

Gagal nafas adalah terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap


karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi
oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45mmHg
(Hiperkapnia). (Smeltzer & Barr,2002)
Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat
sehingterjadihipoksemia, hiperkapnea (peningkatan konsentrasi
karbondioksida arteri), dan asidosis. (Arif Muttaqin, 2008)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksidadalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).
2.1.2 Epidemiologi
Ditinjau dari segi epidemiologi, karena sejumlah penyebab yang
mendasari berkontribusi untuk itu, kegagalan pernapasan merupakan
penyebab umum dan utama penyakit dan kematian. Ini adalah penyebab
utama kematian akibat pneumonia dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Selain itu, ia juga merupakan penyebab utama kematian di
banyak penyakit neuromuskuler, seperti Lou Gehrig Penyakit
(amyotrophic lateral sclerosis atau ALS), karena penyakit ini melemahkan
otot-otot pernapasan, membu merekatidak mampu mempertahankan
pernapasan. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kegagalan
pernapasan akan menjadi lebih umum sebagai penduduk usia, meningkat
sebanyak 80 persen dalam 20 tahun ke depan.
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Penyebab sentral
- Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle
relaxans

- Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale


- Kelainan diparu : edema paru, atelektasis, ARDS.
- Kelainan tulang iga/thoraks : fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
- Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
2.1.3.2 Penyebab perifer
- Trauma kepala : contusio cerebri
- Radang otak : encephalitis
- Gangguan vaskuler : perdarahan otak, infark otak
- Obat-obatan : narkotika, anestesi
Kadar oksigen (Pao2 < 8 kPa) atau CO2 (Paco2 > 6,7 kPa) arterial yang
abnormal digunakan untuk menentukan adanya gagal nafas. Maka
gagal nafas dibagi menjadi : Hipoksemia (tipe 1) : kegagalan transfer
oksigen dalam paru Hipoksemia (tipe 2) : kegagalan ventilasi untuk
mengeluarkan CO2. (Hudak and Gallo, 2010)

2.1.4 Klasifikasi
Gagal nafas ada 2 macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing- masing mempunyai pengertian yang berbeda.
- Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul.
- Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara).

2.1.5. Tanda Dan Gejala

2.1.5.1 Gagal nafas total


- Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat di dengar/ dirasakan.
- Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela
iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi.
- Adanya kesulitan inflasi paru
2.1.5.2 Gagal nafas parsial
- Terdengar suara nafas tamabahan seperti snoring dan whizing.
- Ada retraksi dada
2.1.5.3 Hiperkapnia atau hipoksemia
- Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
- Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2) menurun
2.1.6 Patofisiologi
2.1.6.1 Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut
biasanya paru-paru kembali keasalnya. Pada gagal nafas kronik
struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
2.1.6.2 Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas
vital, frekuensi pernafasan normal ialah 16-20x/menit. Kapasitas
vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
2.1.6.3 Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan pernafasan terletak
dibawah batangotak(pons dan medulla).
2.1.6.4 Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepal, stroke, tumor,
otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia, dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lamba dan dangkal.
2.1.6.5 Pada periode post operatif dengan anstesi bisa terjadi penafasan
tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan
efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari
analgetik opoid
2.1.7 Pemeriksaan Fisik
2.7.1 Takipnuedan takikardi yang merupakan gejala nonspesifik·
2.7.2 Batuk yang tidak adekuat, penggunaan otot bantu napas, dan pulsus
paradoksus dapat menandakan risiko terjadinya gagal napas·
2.7.3 Pada funduskopi dapat ditemukan papil edema akibat hiperkapnia atau
vasodilatasi cerebral
2.7.4 Pada paru ditemukan gejala yang sesuai dengan penyakit yang
mendasari.·
2.7.5 Bila hipoksemia berat, dapat ditemukan sianosis pada kulit dan
membranmukosa.
2.7.6 Sianosis dapat diamati bila konsentrasi hemoglobin yang mengalami
deoksigenasi pada kapiler atau jaringan mencapai 5 g/dL·
2.7.7 Disapnuedapat terjadi akibat usaha bernapas, reseptor vagal, dan stimuli
kimia akibat hipoksemiaatau hiperkapnia·
2.7.8 Kesadaran berkabut dan somnolen dapat terjadi pada kasus gagal napas.
2.7.9 Mioklonus dan kejang dapat terjadi pada hipoksemia berat. Polisitemia
merupakan komplikasi lanjut dari hipoksemia·
2.7.10 Hipertensi pulmoner biasanya terdapatpada gagal napas kronik.
Hipoksemia alveolar yang disebabkan oleh hiperkapnia
menyebabkan konstriksi arteriol pulmoner.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

2.1.8.1 Laboratorium:
- Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2
meningkat, PaO2 menurun) dan kadar elektrolit (kalium).
Parameter Interval normal
Ph 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHg
-
Bikarbonat (HCO3 ) 22-26 mEq/L
PaO2 80-100 mmHg
SaO2 >95%
BE ± 2 mEq/L
- Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan hipoksia
jaringan, polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak diobati dengan
cepat.
- Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi
komplikasi yang berhubungan dengan gagal napas.
- Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan
infark miokard akut.
2.1.8.2 Radiologi:
- Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab gagal nafas seperti atelektasis dan pneumoni.
- EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan oleh
cardiac.
- Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik
(volume tidal < 500ml, FVC(kapasitas vital paksa)
menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun,) (Alvin Kosasi,2008:31)
(Luwis, 2011:1750)

2.1.9 penatalaksanaan
2.1.9.1 suplemen oksigen
- Merupakan tindakan temporer sambil dicari diagnosis etiologi dan
terapinya
- Pemberian oksigen peningkatan gradien tekanan oksigen alvelolus
dan kapiler difusi lebih banyak peningkatan PaO2
2.1.9.2 Obat dan penatalaksanaan lainnya
- Mukolitik
- Postural drainase
- Chest physical therapi
- Nasotracheal suctioning
- Cough/ deep breathing exercise
2.1.10 Komplikasi
2.1.10.1 Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan
ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
2.1.10.2 Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output,
aritmia, perikarditis dan infark miokard akut.
2.1.10.3 Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare
dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
2.1.10.4 Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum
tulang memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit
yang usianya kurang dari normal).
2.1.10.5 Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
2.1.10.6 Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
2.1.10.7 Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan
pemberian nutrisi enteral dan parenteral. (Alvin Kosasih, 2008:34)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

2.1.1 Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2.1.2 Keluhan Utama
- Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
- Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan
keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan gagal nafas biasanya akan diawali dengan
adanya tanda - tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik,
rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit
seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan
sebagainya.Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma,
TB paru dan lain sebagainya
2.1.6 Riwayat Psikososial Meliputi
perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
2.1.7 Pola Kesehatan Gordon
2.1.7.1 Pengkajian Pola Fungsi
- Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan,
tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.
- Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok,
minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2.1.7.2 Pola nutrisi dan metabolisme
- Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita
perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat
badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
- Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
- Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses
penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnyalemah.
2.1.7.3 Pola eliminasi
- Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan
mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah
MRS.
- Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
2.1.7.4 Pola aktivitas dan latihan
- Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan
kurang terpenuhi
- Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal.
- Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
- Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
2.1.7.5 Pola tidur dan istirahat
- Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu
tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat
- Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah
sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi
jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi
jalan nafas
2.2.2 Gangguanpertukaran gas b.d abnormalitas ventilasi perfusi skunder
terhadap hoventilasi
2.2.3 Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
2.2.4 Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
2.2.5 Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
2.3 Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnose Tujuan/KH Intervensi Rasional


1. Tidak efektifnya Setelah 1. Catat perubahan dalam 1. otot-otot
jalan nafas dilakukan bernafas dan pola interkostal/abdo
berhubungan tindakan nafasnya minal/leher
dengan hilangnya keperawatan 2. Observasi dari penurunan dapat
fungsi jalan nafas, jalan nafas pengembangan dada dan meningkatkan
peningkatan sekret efektif Tujuan : peningkatan fremitus – usaha dalam
pulmonal, - Pasien dapat 3. Catat karakteristik dari bernafas
peningkatan mempertahank suara nafas 2. Pengembangan
resistensi jalan an jalan nafas 4. Catat karakteristik dari dada dapat
nafas dengan bunyi batuk menjadi batas
nafas yang 5. Pertahankan posisi dari akumulasi
jernih dan tubuh/posisi kepala dan cairan dan
ronchi (-) gunakan jalan nafas adanya cairan
- Pasien bebas tambahan bila perlu dapat
dari dispneu - 6. Kaji kemampuan batuk, meningkatkan
Mengeluarkan latihan nafas dalam, fremitus
sekret tanpa perubahan posisi dan 3.Suara nafas
kesulitan lakukan suction bila ada terjadi karena
indikasi adanya aliran
7. Peningkatan oral intake udara melewati
jika memungkinkan batang tracheo
Kolaboratif branchial dan
8. Berikan oksigen, cairan juga karena
IV ; tempatkan di kamar adanya cairan,
humidifier sesuai indikasi mukus atau
9. Berikan therapi aerosol, sumbatan lain
ultrasonik nabulasasi dari saluran
10. Berikan fisiotherapi nafas
dada misalnya : postural 4.Karakteristik
drainase, perkusi batuk dapat
dada/vibrasi jika ada merubah
indikasi ketergantungan
11. Berikan bronchodilator pada penyebab
misalnya : aminofilin, dan etiologi dari
albuteal dan mukolitik jalan nafas.
Adanya sputum
dapat dalam
jumlah yang
banyak, tebal
dan purulent
5.Pemeliharaan
jalan nafas
bagian nafas
dengan paten
6.Penimbunan
sekret
mengganggu
ventilasi dan
predisposisi
perkembangan
atelektasis dan
infeksi paru
7.Peningkatan
cairan per oral
dapat
mengencerkan
sputum
8.Mengeluarkan
sekret dan
meningkatkan
transport
oksigen
9.Dapat berfungsi
sebagai
bronchodilatasi
dan
mengeluarkan
secret
10.Meningkatkan
drainase secret
paru, peningkatan
efisiensi
penggunaan otot
otot pernafasan
11.Diberikan
untuk mengurangi
bronchospasme,
menurunkan
viskositas sekret
dan meningkatkan
2. Pola nafas tidak Setelah 1. Kaji frekuensi,
efektif b.d dilakukan kedalaman dan kualitas
penurunan tindakan pernapasan serta pola
ekspansi paru keperawatan pernapasan.
pasien dapat 2. Kaji tanda vital dan
mempertahank tingkat kesasdaran
an pola setaiap jam dan prn
pernapasan 3. Monitor pemberian
yang efektif trakeostomi bila PaCo2
Kriteria Hasil : 50 mmHg atau PaO2<
Pasien 60 mmHg
menunjukkan 4. Berikan oksigen dalam
•Frekuensi, bantuan ventilasi dan
irama dan humidifier sesuai dengan
kedalaman pesanan
pernapasan 5. Pantau dan catat gas-gas
normal darah sesuai indikasi :
•Adanya kaji kecenderungan
penurunan kenaikan PaCO2 atau
dispneu kecendurungan
•Gas-gas darah penurunan PaO2
dalam batas 6. Auskultasi dada untuk
normal mendengarkan bunyi
nafas setiap 1 jam
7. Pertahankan tirah baring
dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 30
sampai 45 derajat untuk
mengoptimalkan
pernapasan
8. Berikan dorongan utnuk
batuk dan napas dalam,
bantu pasien untuk
mebebat dada selama
batuk
9. Instruksikan pasien
untuk melakukan
pernapasan diagpragma
atau bibir
10. Berikan bantuan
ventilasi mekanik bila
PaCO > 60 mmHg.
PaO2 dan PCO2
meningkat dengan
frekuensi 5 mmHg/jam.
PaO2 tidak dapat
dipertahankan pada 60
mmHg atau lebih, atau
pasien memperlihatkan
keletihan atau depresi
mental atau sekresi
menjadi sulit untuk
diatasi.

3. Gangguan Setelah 1. Kaji terhadap tanda dan 1. Takipneu


pertukaran gas diberikan gejala hipoksia dan adalah
berhubungan tindakan hiperkapnia mekanisme
dengan keperawatan 2. Kaji TD, nadi apikal dan kompensasi
abnormalitas pasien dapat tingkat kesadaran setiap[ untuk
ventilasi-perfusi mempertahank jam dan prn, laporkan hipoksemia
sekunder terhadap an pertukaran perubahan tingkat dan
hipoventilasi gas yang kesadaran pada dokter. peningkatan
adekuat 3. Pantau dan catat usaha nafas
Kriteria Hasil : pemeriksaan gas darah, 2. Suara nafas
Pasien mampu kaji adanya mungkin tidak
menunjukkan : kecenderungan kenaikan sama atau tidak
•Bunyi paru dalam PaCO2 atau ada ditemukan.
bersih penurunan dalam PaO2 Crakles terjadi
•Warna kulit 4. Bantu dengan pemberian karena
normal ventilasi mekanik sesuai peningkatan
•Gas-gas darah indikasi, kaji perlunya cairan di
dalam batas CPAP atau PEEP. permukaan
normal untuk 5. Auskultasi dada untuk jaringan yang
usia yang mendengarkan bunyi disebabkan
diperkirakan nafas setiap jam oleh
6. Tinjau kembali peningkatan
pemeriksaan sinar X permeabilitas
dada harian, perhatikan membran
peningkatan atau alveoli, kapiler.
penyimpangan 3. Wheezing
7. Pantau irama jantung terjadi karena
8. Berikan cairan parenteral bronchokontrik
sesuai pesanan si atau adanya
9. Berikan obat-obatan mukus pada
sesuai pesanan : jalan nafas
bronkodilator, antibiotik, 4. Selalu berarti
steroid. bila diberikan
oksigen
(desaturas 5 gr
dari Hb)
sebelum
cyanosis
muncul. Tanda
cyanosis dapat
dinilai pada
mulut, bibir
yang indikasi
adanya
hipoksemia
sistemik,
cyanosis
perifer seperti
pada kuku dan
ekstremitas
adalah
vasokontriksi
5. Hipoksemia
dapat
menyebabkan
iritabilitas dari
miokardium
6. Menyimpan
tenaga pasien,
mengurangi
penggunaan
oksigen
7. Memaksimalka
n pertukaran
oksigen secara
terus menerus
dengan tekanan
yang sesuai
8. Peningkatan
ekspansi paru
meningkatkan
oksigenasi
9. Memperlihatka
n kongesti paru
yang progresif
4. Kelebihan volume Setelah 1. Timbang BB tiap hari 1. Untuk
cairan b.d. edema diberikan 2. Monitor input dan output mengetahui
pulmo tindakan pasien tiap 1 jam perkembangan
perawatan 3. Kaji tanda dan gejala bb klien
pasien tidak penurunan curah jantung 2. Untuk
terjadi 4. Kaji tanda-tanda mengetahui
kelebihan kelebihan volume : balance cairan
volume cairan edema, BB , CVP 3. Mengetahui
Kriteria Hasil : 5. Monitor parameter suplai oksigen
Pasien mampu Hemodinamik di dalam tubuh
menunjukkan: 6. Kolaborasi untuk 4. Mengetahui
• TTV normal pemberian cairan dan adanya odema
•Balance cairan elektrolit 5. Untuk
dalam batas memantau
normal cairan dalam
• Tidak terjadi tubuh
edema 6. Memnuhi
kebutuhan
cairan dan
elektrolit
dalam tubuh
5 Gangguan perfusi Setelah 1. Kaji tingkat kesadaran 1. Untuk
jaringan b.d dilakukan 2. Kaji penurunan perfusi mengetahui
penurunan curah tindakan jaringan tingkat
jantung keperawatan 3. Kaji status hemodinamik kesadaran
pasien mampu 4. Kaji irama EKG klien
mempertahank 5. Kaji system 2. Mengetahui
an perfusi Gastrointestinal keadaan
jaringan. perfusi
Kriteria Hasil : jaringan
Pasien mampu tercukupi apa
menunjukkan tidaknya
•Status 3. Untuk
hemodinamik memantau
dalam bata cairan dalam
normal tubuh
• TTV normal 4. Untuk
mengetahui
kelainan di
jantung
5. Untuk
mengetahui
adanya
kelainan di
gastrointestina
l

2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi atau


rencana asuhan keperawatan

2.5 Evaluasi
Evaluasi di lakukan dengan menggunakan metoe SOAP
S : Tanyakan pada pasien apakah masih ada keluhan
O : Observasi respon verbal dan non verbal pasien
A : evaluasi apakah rencana asuhan keperawatan berasil atau tidak
P : lanjutkan intervensi jika tidak berhasil

Vous aimerez peut-être aussi