Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2.1.1 Definisi
2.1.4 Klasifikasi
Gagal nafas ada 2 macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing- masing mempunyai pengertian yang berbeda.
- Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul.
- Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara).
2.1.8.1 Laboratorium:
- Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2
meningkat, PaO2 menurun) dan kadar elektrolit (kalium).
Parameter Interval normal
Ph 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHg
-
Bikarbonat (HCO3 ) 22-26 mEq/L
PaO2 80-100 mmHg
SaO2 >95%
BE ± 2 mEq/L
- Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan hipoksia
jaringan, polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak diobati dengan
cepat.
- Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi
komplikasi yang berhubungan dengan gagal napas.
- Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan
infark miokard akut.
2.1.8.2 Radiologi:
- Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab gagal nafas seperti atelektasis dan pneumoni.
- EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan oleh
cardiac.
- Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik
(volume tidal < 500ml, FVC(kapasitas vital paksa)
menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun,) (Alvin Kosasi,2008:31)
(Luwis, 2011:1750)
2.1.9 penatalaksanaan
2.1.9.1 suplemen oksigen
- Merupakan tindakan temporer sambil dicari diagnosis etiologi dan
terapinya
- Pemberian oksigen peningkatan gradien tekanan oksigen alvelolus
dan kapiler difusi lebih banyak peningkatan PaO2
2.1.9.2 Obat dan penatalaksanaan lainnya
- Mukolitik
- Postural drainase
- Chest physical therapi
- Nasotracheal suctioning
- Cough/ deep breathing exercise
2.1.10 Komplikasi
2.1.10.1 Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan
ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
2.1.10.2 Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output,
aritmia, perikarditis dan infark miokard akut.
2.1.10.3 Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare
dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
2.1.10.4 Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum
tulang memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit
yang usianya kurang dari normal).
2.1.10.5 Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
2.1.10.6 Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
2.1.10.7 Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan
pemberian nutrisi enteral dan parenteral. (Alvin Kosasih, 2008:34)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2.1.2 Keluhan Utama
- Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
- Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan
keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan gagal nafas biasanya akan diawali dengan
adanya tanda - tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik,
rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit
seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan
sebagainya.Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada
anggota keluarga yang menderita penyakit penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma,
TB paru dan lain sebagainya
2.1.6 Riwayat Psikososial Meliputi
perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
2.1.7 Pola Kesehatan Gordon
2.1.7.1 Pengkajian Pola Fungsi
- Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan,
tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.
- Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok,
minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2.1.7.2 Pola nutrisi dan metabolisme
- Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita
perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat
badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
- Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
- Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses
penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnyalemah.
2.1.7.3 Pola eliminasi
- Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan
mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah
MRS.
- Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
2.1.7.4 Pola aktivitas dan latihan
- Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan
kurang terpenuhi
- Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal.
- Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
- Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
2.1.7.5 Pola tidur dan istirahat
- Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu
tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat
- Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah
sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi
jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi
jalan nafas
2.2.2 Gangguanpertukaran gas b.d abnormalitas ventilasi perfusi skunder
terhadap hoventilasi
2.2.3 Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
2.2.4 Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
2.2.5 Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
2.3 Rencana Tindakan Keperawatan
2.5 Evaluasi
Evaluasi di lakukan dengan menggunakan metoe SOAP
S : Tanyakan pada pasien apakah masih ada keluhan
O : Observasi respon verbal dan non verbal pasien
A : evaluasi apakah rencana asuhan keperawatan berasil atau tidak
P : lanjutkan intervensi jika tidak berhasil