Vous êtes sur la page 1sur 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan
pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun
lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh
darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik
berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa
nyeri dan perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani pasien.
Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa kanker payudara
yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan
kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status
sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas
karena tidak mampu melakukan tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga
(Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara
bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita
usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di
dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung
dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan
bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker
getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker
terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat kanker payudara
mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian karena
kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan
bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2
tertinggi (WHO).
Payudara dimiliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki
payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi
berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi
wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan).
Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan

1
sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan
psikologis khusus (bustan, 2000).
Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita
usia 50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun. Di Negara
Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau
23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010). Menurut Ramli dkk (2010), di
dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%,
Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara
ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara
yaitu melalui upaya promotif,preventif,kuratif dan rehabilitas. Upaya promotif
meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya
preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka
dengan teknik aseptik dan antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan
dan penganjuran klien untuk mematuhi terapi,serta upaya rehabilitative meliputi
perawatan luka di rumah dan menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah
diberikan.Peran perawat dalam aspek psikologis yaitu memberikan informasi dan
dukungan positif kepada jlien tentang proses pengobatan yang akan di jalani bahwa
itu adalah alternative untuk pengobatan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
‘’Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker
payudara
c. Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker
payudara

2
e. Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan
terhadap klien dengan kanker payudara
f. Mampu melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan terhadap klien
dengan kanker payudara.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara
2. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah
wawasan bagi pembaca tentang payudara.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang
penyakit kanker payudara serta penatalaksanaanya.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di
kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan
Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal
(Tucker dkk,1998). Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus
tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005). Kanker payudara adalah tumor
ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan papila mamae (Taufan
Nugroho,2011).

B. Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1. Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada
fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm
dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba.
Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat
menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3. Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di
jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain.
Menurut data Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
4. Stadium III B

4
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari
sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat
satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah
menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada,
tulang rusuk dan otot dada.
5. Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet
menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit,
kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah
mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi
kuratif(menyembuhkan).

C. Etiologi
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
1. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita
paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita
berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun
resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
2. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal
berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada
wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan
payudara.
3. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami
kanker payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa
sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya
perubahan klinis.
4. Riwayat keluarga

5
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita
yang keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast
Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
10% kanker payudara bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.
5. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki
peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian
Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai
tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali
lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena
kanker payudara (RR=4,0).
Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)
1. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami
kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan
desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko
3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35
tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau
belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar
dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk
terkena kanker payudara (RR=4,0)
2. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara
pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
resiko terjadinya kanker payudara.
3. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.
Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek
proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause.

6
4. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker
payudara daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS
Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa
diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara
2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok
(OR=2,36).
5. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan
terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
meningkatkan resiko kanker payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain
case control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar
radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi
(OR=3,12).

D. Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui. Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui
namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko, faktor ini penting dalam
membantu mengembangkan program pencegahan. Hal yang selalu harus diingat
adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko
yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka. Di masa kehidupan, wanita
dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor
resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari
kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A
Sylvia.2006).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan
dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh
enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein
regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik
tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau
sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat

7
pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel
tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk
ketahap irreversible
(Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi
karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen
(Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh
karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan
dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa
dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia
Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh
mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat
jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor
jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu
histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi
(Sukarja,2000).

8
E. Pathways

9
F. Tanda dan gejala
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada
stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium
lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk
di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih
mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin bayak , seperti:
1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
2. Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.
3. Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah
ketiak.
5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang
tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak
sedang hamil.
7. Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
8. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

G. Komplikasi
1. Limpedema
Limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe
bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem
limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi
mereka. Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi
dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan
dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan
(Brunner & Suddharta,2011).
2. Sidroma hiperkalsemik

10
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang
meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi
tulang.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non
invasive dan invasive.
1. Non Invasive
a. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita
usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia
nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
b. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna
dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam
membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih
kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak
payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak
ada nyeri.
c. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan
payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam
mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan
membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.
2. Invasiv
a. Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang
lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu
dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi.
Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun
pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan

11
sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar.
Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum
diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk
menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen
yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah
dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium
patologi anatomi.
b. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering
dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum.
CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan
progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
c. Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya
tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya
meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi
hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi
dalam beberapa kombinasi.
a. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh
payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama
dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat
kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala
penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat
dilakukan dengan 3 cars yaitu:
1) Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian
dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian
terapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
2) Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.

12
3) Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan disekitar ketiak.
b. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini
biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan
membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada
pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi.
d. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone
estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat
menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga
dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau
menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara
J. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens
kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat
kanker payudara.
1. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang
sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan
kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat

13
dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan
primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat
melalui upaya pola hidup sehat.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang
sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko
dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah
menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:
a. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
b. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
c. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feces.
e. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau
tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker
dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen).
Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel
saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk
menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel
kanker.
f. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang
mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk,
wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-
kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri
dari pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan
yang terjadi pada payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut
dilakukan pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat
efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas
pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan

14
perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan
pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi
cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak
sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah
menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk
mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut
Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan
keduatangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot
dada menegang. Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang
tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan, penarikan atau
pengelupasan kulit (gambar 1) .
Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua
tangan di belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).
Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati
hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar,
tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran itu secara lambat
seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah puting.
Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di
daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak
kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa atau di bawah
kulit (gambar 3 dan 4).
Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang
keluar. Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang
spontan (gambar 5).
Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah
di tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan
kanan dibelakang kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk
diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara
menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan
gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4).
Lakukan pula untuk payudara kiri (gambar 6)

15
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui
diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.

K. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Ca Mammae


1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap
kegiatan yang meliputi:
a. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
penyakit payudara jinak, hyperplasia tipikal.
b) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami
kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko
empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
c) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian
hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti
estrogen suplemen.
d) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.
e) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan
yang memakai penyedap dan pengawet.
f) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama
pada usia yang relative mudah dan menopause pada usia yang relative
lebih tua.
g) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah
melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang
relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui
2) Riwayat kesehatan sekarang

16
a) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat
diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan
bentuknya tidak beraturan.
b) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai
membesar.
c) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu
pada wanita yang tidak hamil.
d) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
e) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan ,
mual, muntah, ansietas.
f) Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit,
dan ulserasi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak
perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali
jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko
meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
b) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium.
c) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara
atau ovarium dibawah 40 tahun.
d) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara
atau ovarium.
e) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi
badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
2) Kepala
a) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna
pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.
b) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.

17
c) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan
oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak
edema.
d) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien
yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
e) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
f) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
g) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
3) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
4) Dada atau Thorak
a) Inspeksi
(1) Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2
cm.
(2) Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga
disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
(3) Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam
payudara besar tumor 5-10 cm.
(4) Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan
oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian

18
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan
otot dada.
(5) Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
b) Palpasi
(1) Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
(2) Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
(3) Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
(4) Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk,
dinding dada dan otot dada .
(5) Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh
karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti
paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami
kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
c) Perkusi
(1) Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
(2) Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien
karena kanker belum mengalami metastase.
(3) Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker
belum metastase.
(4) Pada stadium 3B

19
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada
infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung
sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut
dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.
(5) Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang
disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae
yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
d) Auskultasi
(1) Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh
lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti
ronchi (-) dan wheezing (-)
(2) Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat
terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan
tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
(3) Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada
daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element
vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti: Ronchi (+) dan wheezing (-)
(4) Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih
panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan
terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan
Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh

20
bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan
otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi
paru dan compressive atelektasis.
(5) Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu
ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada
inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan seperti :
Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke
bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga mengakibatkan terj
adnnya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis
sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
5) Jantung (Kardiovaskuler)
a) Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
b) Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
c) Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis
dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis
sinistra)
d) Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
6) Mammae (payudara)
a) Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan
berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
b) Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan
dan teraba pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul
benjolan kecil di bawah ketiak.
7) Perut
Biasanya tidak ada pembesaran, biasanya bising usus (-), biasanya lien dan
hepar tidak teraba, bunyi tympani
8) Genitourinaria

21
Biasanya genetalia bersih
9) Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
10) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit
klien tidak elastis
d. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Dikaji pola makan dan minum saat sakit dan saat sehat, apakah ada
perbedaan atau tidak.
2) Eliminasi
Dikaji pola miksi dan defikasi pada saat sehat dan pada saat sakit.
3) Istirahat dan Tidur
Dikaji pola istirahat dan tidur pada saat sehat dan pada saat sakit apakah
mengalami perubahan atau tidak.
4) Kebersihan Diri
Dikaji pola kebersihan diri pada saat sakit dan saat sehat, apakah ada
perbedaan atau tidak.
e. Pemeriksaan laboratorium/penunjang
1) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat.
2) Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
3) Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma
mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening
pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran kanker ke paru-
paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk
membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
4) Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan
progesteron.
5) Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di
curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor
dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor

22
diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk mengetahui
apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)
6) Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di
temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-
fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu dalam mendiagnosis kanker
tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
7) Tes kimia skrining
a) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
b) Tes ginjal (BUN)
c) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
d) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
8) Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis
f. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan
daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di
dapat pada pasien (Gusneli,2007)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau
dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi
jaringan syaraf inflamasi dan adanya penekanan masa tumor (Marilynn
E.Doenges, 2000)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma
sekunder terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi,
pembedahan misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual,
distress emosional, control nyeri batuk (Marilynn E.doenges, 2000)

23
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan
No Diagnosa
Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri nyeri teratasi a. Tentukan riwayat a. Informasi data dasar
berhubungan dengan Kriteria hasil: nyeri, lokasi nyeri, untuk mengevaluasi
proses penyakit a. klien frekuensi durasi dan kebutuhan atau
(kompressi atau menyatakan intensitas (skala keefektifan intervensi
dekstruksi, jaringan nyeri nyeri 0-10), dan
syaraf, infiltrasi berkurang atau tindakan penghilang
syaraf, adanya hilang yang digunakan
penekanan tumor. b. Nyeri tekan b. Evaluasi atau sadari b. Ketidaknyamanan
tidak ada therapy tertentu rentang luas adalah
c. Ekspresi wajah misalnya: umum (misal nyeri
tenang pembedahan, insisi, kulit terbakar,
d. Luka sembuh radiasi, khemoterapi, nyeri punggung
dengan baik bioterapi, ajarkan bawah, sakit kepala)
klien dan keluarga tergantung pada
tentang cara prosedur atau agen
menghadapinya dan yang digunakan
apa yang diharapkan
c. Berikan tindakan c. Meningkatkan
kenyamanan dasar relaksasi dan
(misal : reposisi membantu
gosokan punggung) memfokuskan kembali
dan aktivitas perhatian
menyenagkan
seperti
mendengarkan
musik dan menonton
tv, membaca buku.
d. Dorong penggunaan d. Memungkinkan klien

24
keterampilan untuk berpartisipasi
manajement nyeri cara efektif dan
(misal teknik meningkatkan rasa
relaksasi, visualisasi, kontrol
bimbingan
imajinasi) tertawa,
musik,dan sentuhan
teraupetik
Kolaborasi
a. Kembangkan a. Rencana terorganisasi
rencana manajemen mengembangkan
nyeri dengan klien kesempatan untuk
dan dokter kontrol nyeri
terutama dengan
nyeri kronis, klien
atau orang terdekat
harus aktif menjadi
partisipasin dalam
manajemen nyeri di
rumah
b. Berikan analgesik b. Nyeri tekan adalah
sesuai dengan komplikasi dari
indikasi kanker, meskipun
respon individual
berbeda.saat
perubahan penyakit
atau pengobatan
terjadi,penilaian dosis
dan pemberian akan di
perlukan

25
2. Ketidak efektifan pola Tujuan : Mandiri:
nafas berhubungan pola nafas kembali a. Atur posisi klien a. Isi rongga abdomen
dengan efek dari efektif senyaman mungkin terdorong kebawah
desakan paru oleh Kriteria hasil : dengan sehingga tidak
difragma sekunder a. Bunyi nafas meninggikan daerah mendesak diafragma
terhadap ancites dan vesikuler kepala
efusi pleura b. RR normal(20- b. Monitor vital signs b. Perubahan dari vital
24x/menit) sisgn dapat di jadikan
c. Tidak ada sebagai pedoman
tanda-tanda untuk mengambil
sianosis dan pucat keputusan dalam
d. Tidak ada tindakan selanjutnya
sputum c. Dengan nafas dalam
c. Anjurkan klien nafas diharapkan dapat
dalam dengan mempelancar O2
menarik nafas keparu-paru
melalui hidung dan
mengeluarkan
melalui mulut secara
pelan-pelan
d. Diskusikan d. Dengan adanya
penyebab dari sesak diskusi dengan klien
nafas klien diharapkan klien
menerima Apa
penyebab dari sesak
nafas
Kolaborasi:
a. Kolaborasi dengan a. pemberian oksigen
dokter dalam yang sesuai dengan
pemberian oksigen program akan lebih
bermanfaat bagi klien
dalam mengatasi
sesak nafas dan

26
mensuplai O2 yang
mencukupi
b. Kolaborasi dengan b. Mencegah
tim dokter dalam kekeringan mukosa
pemberian obat- membran,
obatan mengurangi
(ekspektoran dan kekentalan secret dan
bronkodilator) memperbesar ukuran
lumen trakeobroncial
3. Gangguan pemenuhan Tujuan: Mandiri:
kebutuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi a. Pantau masukan a. Mengidentifikasi
berhubungan dengan terpenuhi makanan setiap kekuatan atau
intake yang tidak Kriteria hasil: hari. biarkan defisiensi nutrisi
adekuat,mual dan a. nafsu makan pasien
muntah meningkat menyimpan buku
b. klien tidak harian tentang
lemah makanan sesuai
c. Penambahan dengan indikasi
berat badan yang b. Ukur tinggi, berat b. Membantu dalam
progresif,dan badan, dan mengidentifikasi
bebas dari tanda- ketebalan trisep malnutrisi protein,
tanda malnutrusi (atau pengukuran kalori, khususnya bila
d. Hb normal(12- antropometrik lain berat badan dan
14 gr/dl) sesuai dengan pengukuran antropometri
indikasi, timbang kurang dari normal
berat badan setiap
hari)
c. Dorong klien
makan diet tinggi c. Kebutuhan jaringan
kalori kaya metabolik
nutrient , dengan ditingkatkan begitu
masukan cairan juga cairan(untuk
adekuat menghilangkan

27
d. Nilai diet produk sisa)
sebelum dan d. Keefektifan
segera pengobatan penilaian diit sangat
misal makanan individual dalam
bening, cairan penghilangan mual
dingin, skrekers pasca terapi
kering, roti
panggang,
minuman
karbonat, berikan
cairan 1 jam
sebelum atau 1
jam setelah
makan
e. Control faktor
lingkungan
misalnya bau kuat e. Dapat menriger respon
atau tidak sedap mual atau muntah
atau
kebisingan.hindari
makanan terlalu
manis, berlemak
atau makanan
pedas
Kolaborasi:
a. Tinjau ulang a. Membantu
pemeriksaan mengidentifikasi
laboratorium derajat
sesuai dengan ketidakseimbangan
indikasi misal biokimia atau
limfosi total , malnutrisi dan
transferin mempengaruhi
serum,dan pilihan intervensi

28
albumin diet

4. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus
kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and Sorensen, 2000).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada
kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari
implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

30
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta : EG
Donengoes Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3,Jakarta EGC
Dyayidi. 2009. praktik SADARI dikalangan remaja putri dalam hal ini siswa SMA Negeri
dan Swasta.www.eprints.undip.ac.id
Nugroho, Taufan 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Program Studi D-III Keparatan stikes Mercubaktijaya Padang. 2012. Panduan study
kasus.padang
Rahayu Wahyu. 2011. Menggali, Mencegah dan mengobati 35jenis kanker. Jakarta :
Victory Inti Cipta
Rasjidi Iman. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker . Jakarta : CV Sagung Seto
Sjamsuhidajat R.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi.Jakarta : ECG
http://musnierlinda.blogspot.co.id/2014/09/asuhan-keperawatan-camamae.html

31

Vous aimerez peut-être aussi