Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun
kesulitan, namun berkat ketekunan dan kemauan yang keras serta penjelasan dari dosen
pembimbing dan semua pihak, maka penyusunan makalah ini dapat terwujud dengan baik dan
lancar.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif, yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Dan selanjutnya
perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terimah kasih yang sebesar- besarnya
kepada :
1. Arsyaidar Habri, SKM selaku dosen KMB II Askep Pernapasan Akper Pemda Kab.
Konawe, yang telah memberikan penjelasan dan motifasi serta bimbingan sehingga kita
dapat mengetahui tentang makna yang terkandung dalam makalah yang penulis buat.
2. Para rekan – rekan tingkat IIb Akper Pemda Kab. Konawe Yang telah membantu dan
Penulis
= KELOMPOK V =
Tingkat IIb
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan………………………………………………………………... 31
B. Saran ……………………………………………………………………… 32
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
2002).
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.
Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan
tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan
dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan
plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
penyebab yang palng sering di Indonesia), penyakit primer pada pleura, penyakit penyakit
3
B. Permasalahan
8. Bagaimana penatalaksanaannya ?
11. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura ?
C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit efusi pleura.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus makalah ini adalah mahasiswa / i dapat melakukan dan menentukan :
4
b. Diagnosa Keperawatan pada klien
5
BAB II
A. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
B. Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena
tuberculosis.
6
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat
mekanisme dasar :
# Sirosis
# Pneumonia
# Blastomikosis
# Koksidioidomikosis
# Tuberkulosis
# Histoplasmosis
# Kriptokokosis
# Artritis rematoid
# Pankreatitis
# Emboli paru
# Tumor
# Pembedahan jantung
# Cedera di dada
7
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
# Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
D. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian
cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-
8
20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter
seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.
Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan
tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.
Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung
dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali
E. Pemeriksaan Diagnostik
kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
Ultrasonografi
sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks),
pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase,
laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
9
Cairan pleura berwarna kekuning-kuningan Bila agak kemerah-merahan dapat terjadi
pada trauma, infark paru, keganasan dan adanya kebocoran aneurisma aorta.
Bila Kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema.
* Biokimia : basil tahan asam (untuk tuberculosis), hitung sel darah merah dan putih,
kadar
* Sitologi : sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar dengan
* Bakteriologi
F. Penatalaksanaan medis
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif,
pneumonia, sirosis).
Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau
dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan
selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau
Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
10
Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan
2. Indikasi
b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks
c. Torakotomi
d. Efusi pleura
3. Tujuan Pemasangan
4. Tempat pemasangan
a. Apikal
b. Basal
Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller
11
5. Jenis WSD
Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan
simple pneumotoraks
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua
System tiga botol Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system
dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.
PE Permeabilitas Kapiler
12
BAB III
tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
• Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-
• Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
• Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan
effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
• Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura
3. Pola eliminasi
• Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum
• Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
13
4. Pola aktivitas dan latihan
• Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
• Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
• Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke
lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
• Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu
• Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Pasien
mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
• Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya
• Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses
berpikirnya.
14
8. Pola reproduksi seksual
• Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk
sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
• Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan
mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau
mengenai penyakitnya.
• Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan
.
11. Pemeriksaan Fisik
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien
terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien.
Inspeksi
• Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar,
arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR
15
cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.
• Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal
• Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak
mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis
lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini
disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
• Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin
ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru,
mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar
• Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-
kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus,
• Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada
linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
• Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan
kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill
• Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal
ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
• Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah
16
bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
• Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut
menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada
• Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah
• Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan
• Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan
comma.
• Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial • Palpasi pada kedua
17
• Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
• Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit,
pada Px dengan effuse biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem
transport O2.
• Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
Kriteria hasil :
Intervensi :
18
a. periksa pengontrol penghisap, batas cairan
c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
Rasional :
pengobatan selanjutnya.
e) Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar.
2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik
Kriteria hasil :
Intervensi :
Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
19
Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan sekret kental, kelemahan dan
Kriteria hasil :
Intervensi :
a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman
c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan
kortikosteroid.
Rasional :
b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh
kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan.
20
Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk
dilakukan.
d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu
mengeluaran sekret.
dilakukan.
Kriteria hasil :
- Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium
Intervensi :
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
21
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan
memudahkan reflek.
Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan
antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.
alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal,
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam
5. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang
pendidikan keamanan/pencegahan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup
22
6. Resiko terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan
Kreteria hasil :
- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal.
Intervensi :
b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit,
d) Tingkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai
keperluan
Rasional :
a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai
inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai
distress pernapasan
b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan
jarigan
c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu
menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek
23
menurunkan beratnya gejala
e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2
f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
Kriteria hasil :
Intervensi :
24
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini kami sekelompok akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan
praktek yang timbul pada pasien dengan penyakit efusi pleura adalah sebagai berikut :
Ruangan : Seruni
Nama : tn R
Umur : 57 thn
Agama : islam
Suku : raha
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : petani
No RM : 190013
25
Factor pencetus : klien sering merokok, dan minum minuman beralkohol, serta
mandi malam
X X X X
? ? ? ? X ? ? ? X
? 57 ? ? ?
? ?
: perempuan
26
x :sudah meninggal
V. RIWAYAT LINGKUNGAN
Hal yang paling dipikirkan klien saat ini ingin lekas sembuh dari penyakitnya,
keluhan.
N : 84 x/menit
S : 37c
P : 28x/menit
2. Kepala
27
3. Mata
4. Mulut
6. Hidung
adalah 3lpm
7. Leher
8. Toraks
Foto thorax
28
o Perselubungan homogen pada hemithoraks kanan yang menutupi sinus,
Laboratorium
Pada awal klien masuk rumah sakit tanggal 1 juni 2009 keadaan klien tampak
lemah dan keluhan sesak napas di sertai batuk ini berlangsung selama 6 bulan yang lalu,
setelah klien menjalani rawat inap di RSUD PROPENSI, sudah mulai ada perubahan
dari kondisi sebelumnya hanya saja sesaknya masih ada dan batuknya sudah mulai
hilang.
KLASIFIKASI DATA
1. DS (Data Subyektif).
2. DO (Data Obyektif).
29
o Klien nampak berhati-hati dalam bergerak
o Nampak 02 terpasang
ANALISA DATA
No DATA MASALAH
1. DS : Klien mengeluh sesak napas Pola nafas tidak efektif
( hanya ¼ bagian )
DIAGNOSA KEPERAWATAN
30
1. Pola nafas tidak efektif b/d kurangnya ekspansi paru ditandai dengan :
2. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tindakan pembedahan selang WSD ditandai dengan :
31
DAFTAR PUSTAKA
5. Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC.
1995.
6. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,
7. Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
8. Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan
32