Vous êtes sur la page 1sur 32

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun

belum bisa dikatakan sempurnah.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis banyak menemukan

kesulitan, namun berkat ketekunan dan kemauan yang keras serta penjelasan dari dosen

pembimbing dan semua pihak, maka penyusunan makalah ini dapat terwujud dengan baik dan

lancar.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran

yang konstruktif, yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Dan selanjutnya

perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terimah kasih yang sebesar- besarnya

kepada :

1. Arsyaidar Habri, SKM selaku dosen KMB II Askep Pernapasan Akper Pemda Kab.

Konawe, yang telah memberikan penjelasan dan motifasi serta bimbingan sehingga kita

dapat mengetahui tentang makna yang terkandung dalam makalah yang penulis buat.

2. Para rekan – rekan tingkat IIb Akper Pemda Kab. Konawe Yang telah membantu dan

mendukung proses kegiatan belajar mengajar ini.

Unaaha, 10 Desember 2009

Penulis

= KELOMPOK V =
Tingkat IIb

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………………….... i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… 2

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………. 3

A. Latar belakang ……………………………………………………..………….. 3


B. Permasalahan ………………………………………………….……………… 4
B. Tujuan penulisan …………………………………………….……………….. 4

BAB II Pembahsan / Tinjauan teoritis……………………………………………... 6

A. Devinisi efusi pleura………..………………………….………………….…… 6


B. Etiologi …………………………………………………….………………….. 6
C. Tanda dan gejala .………………………………………….………………….. 8
D. Patofisiologi ………………………………………………………………..….. 8
E. Pemeriksaan diagnostik ……………………………………………………… 9
F. Penatalaksanaan ………………………...…………………….……………… 10
G. Water seal drainase ( WSD ) ….…………………………..………………….. 11
H. Penyimpangan KDM ………………………………………..………………... 12

BAB III Rencana Asuhan Keperawartan ………………………………………….. 13

BAB IV Tinjaun Kasus ……………. ……………………………………..………. 25

BAB V Penutup …………………………………………………………………… 31

A. Kesimpulan………………………………………………………………... 31
B. Saran ……………………………………………………………………… 32

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 32

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,

2002).

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila

keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat

inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal

jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.

Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan

tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang

berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Dalam keadaan normal, jumlah cairan

dalam rongga pleura sekitar 10-200 ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan

plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.

Etiologi terjadinya efusi pleura bermacam-macam, yaitu: tuberkulosis paru (merupakan

penyebab yang palng sering di Indonesia), penyakit primer pada pleura, penyakit penyakit

sistemik dan keganasan baik pada pleura maupun diluar pleura.

3
B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang muncul dari makalah ini adalah :

1. Apa definisi dari efusi pleura ?

2. Bagaimana etiologi efusi pleura ?

3. Apa tanda dan gejalanya ?

4. Bagaimana patofisiologi efusi pleura ?

5. Apa pemeriksaan diagnostik efusi pleura ?

6. Bagaimana penggunaan Water Seal Drainase (WSD) ?

7. Pengkajian pada pasien dengan efusi pleura ?

8. Bagaimana penatalaksanaannya ?

9. Bagaimana penyimpangan KDM efusi pleura ?

10. Bagaimana tinjauan kasus pada penyakit efusi pleura ?

11. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Mahasiswa dan mahasiswi mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit efusi pleura.

2) Tujuan Khusus

Tujuan khusus makalah ini adalah mahasiswa / i dapat melakukan dan menentukan :

a. Pengkajian pada klien yang menderita efusi pleura

4
b. Diagnosa Keperawatan pada klien

c. Rencana tindakan pada klien yang menderita efusi pleura

d. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien yang menderita efusi pleura

e. Evaluasi keperawatan pada klien yang menderita efusi pleura

f. Mengidentifikasikan faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan asuhan

keperawatan pada klien yang menderita efusi pleura

5
BAB II

PEMBAHASAN / LANDASAN TEORITIS

A. Definisi

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat

berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah

atau pus (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,

2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga

pleura. (Price C Sylvia, 1995)

B. Etiologi

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada

dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor

ovarium) dan sindroma vena kava superior.

2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),

bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor

dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena

tuberculosis.

6
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,

tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat

mekanisme dasar :

 Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

 Penurunan tekanan osmotic koloid darah

 Peningkatan tekanan negative intrapleural

 Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Penyebab lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung

# Kadar protein darah yang rendah

# Sirosis

# Pneumonia

# Blastomikosis

# Koksidioidomikosis

# Tuberkulosis

# Histoplasmosis

# Kriptokokosis

# Abses dibawah diafragma

# Artritis rematoid

# Pankreatitis

# Emboli paru

# Tumor

# Lupus eritematosus sistemik

# Pembedahan jantung

# Cedera di dada

# Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,

7
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)

# Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

C. Tanda dan Gejala

 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah

cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

 Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,

batuk, banyak riak.

 Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan

cairan pleural yang signifikan.

 Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan

akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,

fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan

duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).

 Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas

garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan

mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler

melemah dengan ronki.

 Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

D. Patofisiologi

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh

permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura

parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian

cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-

8
20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter

seharinya.

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila

keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat

inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal

jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.

Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan

tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.

Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung

dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga

mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali

atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

E. Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut

kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan

melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.

 Ultrasonografi

 Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan,

sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada

sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks),

pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat

(hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam

(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase,

laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.

9
Cairan pleura berwarna kekuning-kuningan Bila agak kemerah-merahan dapat terjadi

pada trauma, infark paru, keganasan dan adanya kebocoran aneurisma aorta.

Bila Kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema.

Bila merah coklat, ini menunjukkan adanya abses karena ameba.

 Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

* Biokimia : basil tahan asam (untuk tuberculosis), hitung sel darah merah dan putih,

kadar

pH, glukosa, amilase.

* Sitologi : sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar dengan

banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.

* Bakteriologi

F. Penatalaksanaan medis

 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.

Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif,

pneumonia, sirosis).

 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna

keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau

minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit,

dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan

selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau

pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.

 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang

pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

10
 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah

plerektomi, dan terapi diuretic.

G. Water Seal Drainase (WSD)

1. Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan

cairan melalui selang dada.

2. Indikasi

a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks

c. Torakotomi

d. Efusi pleura

e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3. Tujuan Pemasangan

 Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

 Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

 Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian

 Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4. Tempat pemasangan

a. Apikal

 Letak selang pada interkosta III mid klavikula

 Dimasukkan secara antero lateral

 Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Basal

 Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller

 Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

11
5. Jenis WSD

 Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan

simple pneumotoraks

 Sistem dua botol

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua

adalah botol water seal.

 System tiga botol Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system

dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

I. Patofisiologi Penyimpangan KDM

PE Permeabilitas Kapiler

Masuknya bakteri progenik Peradangan pd permukaan pleura

Penurunan permukaan epektif paru Gangguan sirkulasi Risiko terjadiya infeksi

Kerusakan membran alveolar-kapiler Kurangnya absorbsi getah bening

Risiko terjandinya kerusakan pertukaran gas

Penumpukan cairan dirongga pleura

Pemasangan pipa inkubasi Kurangnya pendidikan pencegahan

Gangguan Muskuloskeletal Penurunan ekspansi paru Gangguan sistem drainase dada

Trauma jaringan, factor fisik Sesak napas Proses cedera


dan biologis
Pola Pernapasan Tidak Efektif
Nyeri dada
Napsu makan menurun
Resiko tinggi trauma/
Anoreksia Henti napas
Gangguan Kebutuhan Istirahat
Dan Tidur Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi

12
BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pola Fungsi

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

• Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi

tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap

pemeliharaan kesehatan.

• Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-

obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

• Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi

badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,

• Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan

effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan

penekanan pada struktur abdomen.

• Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura

keadaan umumnya lemah.

3. Pola eliminasi

• Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum

dan sesudah MRS.

• Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga

akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen

menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

13
4. Pola aktivitas dan latihan

• Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi

• Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

• Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.

• Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu

oleh perawat dan keluarganya.

5. Pola tidur dan istirahat

• Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap

pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,

• Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke

lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain

sebagainya.

6. Pola hubungan dan peran

• Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan

peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan

fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.

• Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu

mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. Pola persepsi dan konsep diri

• Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah.

• Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Pasien

mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.

• Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya

7. Pola sensori dan kognitif

• Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses

berpikirnya.

14
8. Pola reproduksi seksual

• Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk

sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

9. Pola penanggulangan stress

• Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan

mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau

orang yang mungkin dianggap lebih tahu

mengenai penyakitnya.

10. Pola tata nilai dan kepercayaan

• Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan

menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan

.
11. Pemeriksaan Fisik

• Status Kesehatan Umum

• Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara

umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien

terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan

ketegangan pasien.

• Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

12. Sistem Respirasi

Inspeksi

• Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar,

ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke

arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR

15
cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.

• Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.

Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal

pada dada yang sakit.

• Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak

mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis

lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini

disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang

jelas di punggung.

• Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin

ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru,

mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar

batas atas cairan.

• Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-

kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus,

Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)

13. Sistem Cardiovasculer

• Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada

linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya pembesaran jantung.

• Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan

kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill

yaitu getaran ictus cordis.

• Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal

ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

• Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah

16
bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta

adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

14. Sistem Pencernaan

• Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut

menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada

tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

• Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya

5-35 kali permenit.

• Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah

massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah

hepar teraba, juga apakah lien teraba.

• Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan

suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

15. Sistem Neurologis

• Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan

GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau

comma.

• Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.

• Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,

penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

16. Sistem Muskuloskeletal

• Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial • Palpasi pada kedua

ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan

capillary refil time.

17
• Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian

dibandingkan antara kiri dan kanan.

17. Sistem Integumen

• Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit,

pada Px dengan effuse biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem

transport O2.

• Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).

Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor

kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),

gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,

penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria hasil :

- Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal

- Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia

Intervensi :

 Identifikasi etiologi atau factor pencetus

 Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)

 Auskultasi bunyi napas

 Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus.

 Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur

 Bila selang dada dipasang :

18
a. periksa pengontrol penghisap, batas cairan

b. Observasi gelembung udara botol penampung

c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran

d. Awasi pasang surutnya air penampung

e. Catat karakter/jumlah drainase selang dada.

 Berikan oksigen melalui kanul/masker

Rasional :

a) Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret.

b) Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan perawatan dan

pengobatan selanjutnya.

c) Mengetahui sendini mungkin perubahan pada bunyi napas.

d) Membantu mengembangkan paru secara maksimal.

e) Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar.

f) Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan

memperbesar ukuran lumen trakeobroncial.

2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik

(pemasangan selang dada)

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

- Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol

- Pasien tampak tenang

Intervensi :

 Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri

 Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi

 Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi

 Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri

19
 Berikan analgetik sesuai indikasi

3. Ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan sekret kental, kelemahan dan

upaya untuk batuk.

Tujuan : jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

- klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan

- klien dapat mempertahankan jalan nafas

- pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit).

Intervensi :

a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman

penggunaan otot aksesori.

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.

c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan

untuk nafas dalam.

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.

e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.

f) Lembabkan udara respirasi.

g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan

kortikosteroid.

Rasional :

a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan

akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat

menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan.

b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh

kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.

c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan.

20
Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk

dilakukan.

d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu

mengeluaran sekret.

e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah

dilakukan.

f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.

g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen

percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia.

4. Diagnosa Keperawatan Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan

akibat sesak nafas.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

- Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium

dalam batas normal.

Intervensi :

a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya,

agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

b. Auskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya

gangguan pada fungsi pencernaan.

c. Lakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.

d. Sajikan makanan semenarik mungkin.

21
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.

e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan

memudahkan reflek.

f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTP

Rasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan

antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.

g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal,

putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.

Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam

lemak dalam tubuh.

5. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang

pendidikan keamanan/pencegahan

Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas

Kriteria hasil :

- Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi

- Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik

Intervensi :

 Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan

 Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah

 Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup

steril sesuai kebutuhan

 Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang

 Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.

22
6. Resiko terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan

efektif paru dan kerusakan membran alveolar – kapiler.

Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal

Kreteria hasil :

- Melaporkan tentang adanya / penurunan dispnea

- Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan

- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam

rentang normal.

Intervensi :

a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan

terbatasnya ekspansi dinding dada

b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit,

termasuk membran mukosa

c) Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi

d) Tingkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai

keperluan

e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri

f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai.

Rasional :

a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai

inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai

distress pernapasan

b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan

jarigan

c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu

menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek

d) Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat

23
menurunkan beratnya gejala

e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2

menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi

f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan

ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru.

7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan aturan pengobatan

Kriteria hasil :

- Menyatakan pemahaman tentang masalahnya

- Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup untuk

mencegah terulangnya masalah

Intervensi :

 Kaji pemahaman klien tentang masalahnya

 Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang

 Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, nutrisi, istirahat, latihan

 Berikan informasi tentang apa yang ditanyakan klien

24
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini kami sekelompok akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan
praktek yang timbul pada pasien dengan penyakit efusi pleura adalah sebagai berikut :

PENGKAJIAN DATA DASAR

Ruangan : Seruni

Rumah sakit : RSUD PROPINSI

Tanggal pengkajian : 28 juli 2009

I. IDENTITAS DIRI KLIEN

Nama : tn R

Umur : 57 thn

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : desa motaha

Status perkawinan: nikah

Agama : islam

Suku : raha

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : petani

Tgl masuk R.S : 01 juni 2009

No RM : 190013

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI

 Keluhan utama : klien mengatakan/mengeluh sesak napas

25
 Factor pencetus : klien sering merokok, dan minum minuman beralkohol, serta

mandi malam

 Upaya yang dilakukan sendiri : klien istirahat dan duduk di ranjang

 Upaya yang dilakukan keluarga : membawa klien kerumah sakit

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

 Klien mengatakan baru kali ini menjalani operasi

 Klien mengatakan belum pernah masuk rumah sakit

 Klien megatakan ada riwayat penyakit TBC

IV. RIWAYAT KELUARGA

X X X X

? ? ? ? X ? ? ? X

? 57 ? ? ?
? ?

Keterangan : : laki - laki

: perempuan

26
x :sudah meninggal

: klien itu sendiri

? : tidak diketahui umurnya

V. RIWAYAT LINGKUNGAN

 Klien tinggal di daerah yang terpencil dan lingkungannya cukup bersih

 Klien mengatakan di kampungnya tidak terdapat pabrik

 Klien mengatakan jarak antara sumur dan jamban kira-kira 8-10m

VI. ASPEK PSIKOSOSIAL

 Hal yang paling dipikirkan klien saat ini ingin lekas sembuh dari penyakitnya,

serta biaya rumah sakit.

 Suasana fisik nampak tenang dan dan sabar menjalani perawatan

 Hubungan komunikasi dengan klien jelas,dan mampu mengekspresikan segala

keluhan.

 Kehidupan keluarga menganut adat istiadat yaitu raha

 Nilai kepercayaan klien bersumber dari agama islam.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

1. TTV TD : 130/70 mmhg

N : 84 x/menit

S : 37c

P : 28x/menit

2. Kepala

 Inspeksi : nampak rambut kusam dan rontok

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

: tidak ada benjolan

27
3. Mata

 Inspeksi : konjungtiva tampak anemis

: tidak ada tanda-tanda radang

4. Mulut

 Inspeksi : tidak tanda-tanda radang

5. gigi dan guzi

 Inspeksi : terlihat karang pada gigi

: Jumlah gigi abnormal ( kurang 3 )

: guzi nampak pucat

6. Hidung

 Inspeksi : nampak terpasang nasal kanula dengan tekanan 02

adalah 3lpm

: tidak ada secret

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan

7. Leher

 Inspeksi : tidak ada tanda-tanda pembesaran kelenjar tiroid

 Palpasi : vena jugularis teraba

8. Toraks

 Inspeksi : tulang iga nampak jelas

: terdapat luka pada daerah WSD

: ekspansi paru abnormal

: frekuensi napas cepat dan dalam

 Palpasi : fokal fremitus menurun

 Auskultasi : bunyi napas terdengar serak basah

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto thorax

28
o Perselubungan homogen pada hemithoraks kanan yang menutupi sinus,

Diagfragma serta bunyi jantung

o Diagfagma kiri baik sinus kiri tumpul

Laboratorium

o Leukosit 5-6 rbc hasil 3.810’8 normal 4-7-6

o WBC hasil 8,3x10’3/ul normal 5,0-10,0

IX. RESUME PERKEMBANGAN PERAWATAN

Pada awal klien masuk rumah sakit tanggal 1 juni 2009 keadaan klien tampak

lemah dan keluhan sesak napas di sertai batuk ini berlangsung selama 6 bulan yang lalu,

setelah klien menjalani rawat inap di RSUD PROPENSI, sudah mulai ada perubahan

dari kondisi sebelumnya hanya saja sesaknya masih ada dan batuknya sudah mulai

hilang.

KLASIFIKASI DATA

1. DS (Data Subyektif).

o Klien mengeluh sesak napas

o Klien mengatakan batuk

o Klien mengeluh sering berkeringat pada malam hari

o Klien mengatakan nafsu makannya berkurang

o Klien mengatakan kadang cairan paru-paru merembes lewat selang

2. DO (Data Obyektif).

o Klien nampak bernapas dengan cepat

o Terpasang WSD pada paru-paru bagian kanan

29
o Klien nampak berhati-hati dalam bergerak

o Nampak luka pada pemasangan WSD

o Terdengar suara ronchi (basah)

o Nampak cairan WSD berwarna merah

o Nampak 02 terpasang

o Porsi makan klien tidak dihabiskan

ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1. DS : Klien mengeluh sesak napas Pola nafas tidak efektif

DO : Klien nampak bernapas dengan cepat

Aaa: nampak O2 terpasang. P = 28x/menit

DS : Klien mengatakan kadan cairan paru-paru Resiko tinggi terhadap

aaaaamerembes lewat selang infeksi

DO : Nampak cairan WSD berwarna merah

: Nampak luka pada pemasangan WSD

DS : Klien mengatakan nafsu makannya berkurang Kebutuhan nutrisi tidak

DO : Porsi makanan klien tidak di habiskan terpenuhi

( hanya ¼ bagian )

DIAGNOSA KEPERAWATAN

30
1. Pola nafas tidak efektif b/d kurangnya ekspansi paru ditandai dengan :

DS : Klien mengeluh sesak napas

DO : klien nampak bernapas dengan cepat

2. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tindakan pembedahan selang WSD ditandai dengan :

DS : klien mengatakan kadang cairan paru-paru merembes lewat selang WSD

DO : - nampak cairan WSD berwarna merah

Aa a - nampak luka pemasangan WSD

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas
ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan nafsu makannya berkurang

DO : Porsi makanan klien tidak di habiskan ( hanya ¼ bagian )

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.

2. Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999

3. Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997

4. Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.

5. Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC.

1995.

6. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,

Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.

7. Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.

8. Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan

evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.

32

Vous aimerez peut-être aussi