Vous êtes sur la page 1sur 5

PERBEDAAN FREKUENSI DIARE ANTARA BAYI

YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG


DIBERI SUSU FORMULA PADA RENTANG USIA
2- 4 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KLATEN TENGAH

Putri Rahmitasari, Burhannudin Ichsan, Sahilah Ermawati


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Correspondence to : Burhannudin Ichsan
Email : Burhannudin.Ichsan@ums.ac.id

ABSTRACT
The main indicator of public health’s degree is infant mortility rate (IMR). One of the main things that
cause infant mortility is diarrhea. The existence of diarrhea’s incidence in infants can be caused due to errors in
the form of food other than breast milk feeding at the age of 4 months or the practise of infant feeding with formula
milk (replacement feeding). This research was an observational analytic research with cross sectional approach.
Samples obtained amounted to 80 respondents who are infants aged 2-4 months in various “posyandu” in the
area of Central Klaten. This sample had ful�illed the predetermined criteria. The research instrument used a
questionnaire. for the result, there were 21 respondents of 80 respondents obtained who had diarrhea. Respondents
of exclusive breastfeeding who had frequency of diarrhea is rarely as many as 5 babies, whereas 1 baby for often
category. Respondents of infant formula who had frequency of diarrhea is rarely as many as 12 babies, whereas 3
babies for often category. There were signi�cant differences between infants who were breastfed exclusively with
formula-fed infants againts diarrhea frequency indicated by the value of p = 0,032.

Keywords: Frequency of Diarrhea, Exclusive Breast Feeding, Formula Feeding Infant, Infants Aged 2-4 Months

PENDAHULUAN masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh


Indikator utama derajat kesehatan Aryani di Departemen Kesehatan Anak, Fakultas
masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) Kedokteran, Universitas Indonesia, Rumah
atau Infant Mortility Rate (IMR) (Notoatmodjo, Sakit Cipto Mangunkusumo selama 1996-1997,
2007). AKB di Indonesia masih tergolong tinggi menunjukkan bahwa diare akut terjadi pada
jika dibandingkan dengan AKB di negara-negara 85 pasien berusia 2-24 bulan dengan insidensi
anggota ASEAN lainnya, yaitu 4,6 lebih tinggi tertinggi (42,4%) pada usia 0-11 bulan (Roesli,
dari Malaysia, 1,3 lebih tinggi dari Filipina dan 2005).
1,8 lebih tinggi dari Thailand. Terdapat tiga Adanya kejadian diare pada balita dapat
penyebab utama kematian bayi yang masih disebabkan karena kesalahan pemberian makanan.
menjadi tantangan besar untuk diatasi. Ketiga hal Kesalahan ini dapat berupa bayi yang diberi
tersebut adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut makanan selain ASI pada usianya yang baru 4
(ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan bulan atau adanya praktek pemberian makan bayi
tiga penyebab ini memberikan peran sebesar 75% dengan susu formula atau replacement feeding
terhadap kematian bayi (UNDP, 2007). (WHO, 2009).
Menurut Sunoto (2008) dalam Ariningrum, Di seluruh dunia, bayi yang diberikan ASI
Sundari & Riyadina (2009), penyakit diare di eksklusif selama 4 bulan pertama kehidupan
Indonesia sampai saat ini masih merupakan hanya sekitar kurang dari 35% (Gibney, 2009).
salah satu penyakit endemis dan masih sering Berdasarkan data yang diperoleh dari pro�l
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

26 Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012


tahun 2008, cakupan pemberian ASI eksklusif METODE PENELITIAN
hanya sekitar 28,96%. Angka ini dirasakan masih Metode yang dipakai adalah survei analitik
sangat rendah bila dibandingkan dengan target dengan rancangan penelitian cross sectional, di
pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% mana korelasi antara variabel bebas dan terikat di
(WHO, 2002). observasi pada saat yang sama.
ASI bukan sekedar sebagai makanan, tetapi Penelitian ini dilakukan di berbagai
juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel hidup posyandu di wilayah kerja Puskesmas Klaten
seperti sel darah putih dan mengandung antibodi, Tengah mulai bulan September 2011 sampai bulan
hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta Oktober 2011 dengan populasi penelitian meliputi
zat yang dapat membunuh bakteri dan virus, semua bayi usia 2-4 bulan yang bertempat tinggal
sedangkan susu formula adalah cairan yang berisi di Kecamatan Klaten Tengah.
zat mati, yang di dalamnya tidak ada sel hidup De�nisi operasional variabel, diare
seperti pada ASI (Hendrawati et al, 2005). merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
Susu bubuk formula atau Powdered Infant tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan
Formula (PIF) biasanya dibuat dari bahan susu yang terjadi berupa perubahan peningkatan
sapi atau produk kedelai dengan proses industri. volume, keenceran dan frekuensi dengan atau
Selama proses pembuatan, sejumlah nutrisi tanpa lendir dan darah lebih dari 3 kali/hari untuk
ditambahkan kedalamnya agar lebih mirip bayi dan anak serta lebih dari 4 kali/hari untuk
dengan ASI tetapi, kualitasnya tetap berbeda, neonatus. Alat ukur dengan kuesioner. Hasil ukur
terutama pada lemak, protein dan ketiadaan faktor frekuensi diare : tidak pernah, jarang (riwayat
antiinfeksi (Depkes, 2008) diare sebanyak 1 kali) dan sering (riwayat diare
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik sebanyak lebih dari 1 kali) dengan skala ordinal.
melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan Jenis makanan yang diberikan pada bayi
frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI usia 2-4 bulan dalam penelitian ini berupa ASI
eksklusif dan bayi yang diberi susu formula pada eksklusif dan susu formula. ASI eksklusif yaitu
rentang usia 2-4 bulan di wilayah kerja puskesmas pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
Klaten Tengah. diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti
Rumusan penelitian ini adalah “Adakah susu formula, air jeruk, teh, air putih dan tanpa
perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim selama 4
formula pada rentang usia 2-4 bulan?” bulan atau 6 bulan. Pemberian susu formula yaitu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk bayi diberi makanan berupa ASI tidak eksklusif.
mengetahui adanya perbedaan frekuensi diare Alat ukur : kuesioner, hasil ukur : ASI eksklusif
antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi dan susu formula dengan skala nominal.
yang diberi susu formula pada rentang usia 2-4 Instrumen yang digunakan dalam penelitian
bulan di wilayah kerja puskesmas Klaten Tengah. ini adalah data primer yang berupa kuesioner.
Manfaat penelitian ini adalah: Penggunaan kuesioner dalam penelitian ini
1. Manfaat Teoritis dengan cara:
Hasil penelitian ini dapat menambah 1. Wawancara, yaitu peneliti mewawancarai
wawasan ilmu kedokteran khususnya di bidang responden secara langsung dengan berpedoman
kesehatan masyarakat. pada kuesioner.
2. Terbimbing, yaitu peneliti mendampingi dan
2. Manfaat Praktis
memberikan penjelasan tiap-tiap pertanyaan
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
kepada responden ketika mengisi kuesioner.
masukan dalam rangka upaya-upaya
3. Pengisian kuesioner tanpa pendampingan,
pencegahan diare pada balita khususnya di
yaitu peneliti memberikan kuesioner kepada
wilayah Klaten Tengah.
responden lewat bidan desa selanjutnya diisi
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
dan dikumpulkan dalam hari yang sama.
bahan untuk kampanye ASI eksklusif
khususnya ditujukan kepada ibu-ibu yang Analisis data meliputi pengolahan data
mempunyai bayi dan balita. penelitian dengan cara editing (penyuntingan),

Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012 27


coding (pemberian kode), data entry (memasukkan atau 58,75% dan sisanya yaitu 33 responden
data) dan data cleaning (pembersihan data atau 41,25% diberikan susu formula (ASI tidak
atau pemeriksaan data) yang selanjutnya akan eksklusif).
dianalisis menggunakan program SPSS (Social Karakteristik responden berdasarkan
Package for Social Sciences) 17.0 for windows kejadian diare. Dari 80 sample yang diperoleh, 21
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. diantaranya atau 26,25% pernah mengalami diare
dan 59 sisanya yaitu sebesar 73,75% tidak pernah
HASIL DAN PEMBAHASAN mengalami diare, sedangkan 21 responden yang
Karakteristik responden berdasarkan jenis pernah mengalami diare tersebut, 6 responden
kelamin. Mayoritas dari 80 responden yang diantaranya adalah bayi ASI eksklusif dan sisanya
diperoleh, terdiri atas perempuan yaitu sebanyak yaitu 15 responden merupakan bayi susu formula
45 bayi atau 56,25%, sedangkan laki-laki sebanyak (ASI tidak eksklusif).
35 bayi atau 43,75%. Hasil perhitungan statistik perbedaan
Karakteristik responden berdasarkan usia frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI
bayi. Mayoritas responden berusia 4 bulan yaitu eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula.
sebanyak 33 bayi atau 41,25%. Kemudian disusul Berdasarkan hasil uji statistik dengan
responden berusia 2 bulan sebanyak 31 bayi atau Kolmogorov-Smirnov Test, menunjukkan
38,75% dan sisanya responden berusia 3 bulan bahwa nilai p = 0.032 (p < 0,05) sehingga bisa
yaitu sebanyak 16 bayi atau 20%. disimpulkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi
Karakteristik responden berdasarkan diare yang bermakna antara bayi yang diberi ASI
pemberian makanan. Mayoritas responden eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula.
diberikan ASI eksklusif, yaitu sebanyak 47 bayi
Tabel 1. Hasil analisis dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Most Extreme Difference
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig. (2-tailed)
Absolute Positive Negative

Frekuensi Diare .327 .327 .000 1.439 .032

Tabel 2. Perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu
formula
Frekuensi Diare
Tidak pernah Jarang Sering Jml
Makanan Bayi p z
Total
(n) (%) (n) (%) (n) (%)
ASI eksklusif 41 69,5 5 29,4 1 25,0 47
Susu formula 18 30,5 12 70,6 3 75,0 33 .032 1.439
Total 59 100 17 100 4 100 80
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel diatas, dari jumlah Salah satu hal yang dapat menyebabkan
total 80 responden yang diperoleh, terdapat 17 perbedaan kejadian diare dan frekuensi diare
responden atau 21,25% yang masuk frekuensi tersebut adalah asupan zat gizi yang diberikan ibu
diare berkategori jarang dan 4 responden atau 5% kepada bayinya, berbeda satu sama lain. Menurut
yang masuk frekuensi diare berkategori sering, Roesli (2005), bayi ASI eksklusif ternyata akan
sedangkan 59 responden lainnya atau 73,75% lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan
tidak pernah mengalami diare. Bayi yang diberi dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif
ASI eksklusif memiliki frekuensi diare dengan karena di dalam ASI terdapat kolostrum yang
kategori jarang sebanyak 5 bayi dan berkategori berfungsi sebagai zat kekebalan. Kolostrum ini
sering sebanyak 1 bayi sedangkan bayi yang diberi akan melindungi bayi dari penyakit diare. Sejalan
susu formula memiliki frekuensi diare berkategori dengan Roesli, Budiyanto (2002) mengatakan
jarang sebanyak 12 bayi dan berkategori sering bahwa ASI mengandung faktor-faktor posistif,
sebanyak 3 bayi. yaitu kekebalan dalam bentuk seluler dan humoral

28 Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012


(cair). Kandungan seluler ASI hampir sama ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu
tingginya dalam seluler darah. Daya kekebalan formula pada rentang usia 2-4 bulan dengan nilai
pada umumnya ditujukan terhadap kuman p=0,032 (p<0,05). Untuk saran, bagi para ibu yang
patogen pada bayi yang usianya masih muda, mempunyai bayi dan balita diharapkan selalu
kuman tersebut seperti E.coli dan Enterovirus. menjaga kebersihan dan higienitas terutama saat
Kedua kuman tersebut dapat menyebabkan diare. menyusui dan menyiapkan susu formula bagi bayi
Keuntungan lain yang terdapat dalam ASI antara agar terhindar dari diare dan penyakit-penyakit
lain steril, tersedia dengan suhu optimal, produksi infeksi lainnya. penelitian masih mempunyai
disesuaikan kebutuhan bayi, mengandung banyak kekurangan, sehingga perlu dilakukan
antibodi dan tidak menyebabkan alergi(38). Bagi penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
bayi, ASI memberikan zat gizi yang lengkap keberhasilan pemberian ASI eksklusif terhadap
dan mudah dicerna, melindungi bayi dari infeksi diare dengan jumlah sample lebih besar dari
karena banyak mengandung antibodi dan sel darah jumlah sample pada penelitian ini.
putih dan memiliki faktor-faktor pertumbuhan
dan hormon sehingga dapat menstimulasi DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan dan maturasi sistem pencernaan Ariningrum R., Sundari S & Riyadina W., 2009.
bayi, sedangkan pemberian susu formula memiliki Determinan Penyakit Diare pada Anak Balita
di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, Jawa
banyak kerugian baik bagi bayi maupun ibu, yaitu
Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
bayi lebih mudah terkena infeksi saluran cerna Timur, Gorontalo, dan Papua. Buletin
dan pernafasan (Matondang et al, 2007). Penelitian Sistem Kesehatan. 12 : 144
Hasil penelitian ini sejalan dengan Budiyanto M., 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang :
penelitian Herawati (2009) yang mengungkapkan Bayu Media dan UMM Press pp. 180.
bahwa pola pemberian makanan (feeding) pada Depkes, 2008. Pro�l Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
bayi memang berpengaruh terhadap terjadinya http://www.depkes.go.id 16 Maret 2011
diare. Hasil ini diperkuat juga oleh Nagib (1998) Dowshen S., Izenberg N & Bass E., 2002. Panduan
yang mengungkapkan bahwa kejadian diare pada Kesehatan Balita Petunjuk Lengkap untuk
kelompok bayi 0-4 bulan non eksklusif lebih Orang tua dari Masa Kehamilan Sampai
besar kemungkinan menderita diare dibandingkan Usia Anak 5 Tahun Buku Kesatu. Jakarta :
pada kelompok bayi 0-4 bulan yang mendapat Rajawali Sport pp. 175-7.
ASI eksklusif. Penelitian lain yang dilakukan Gibney M.J., 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat.
oleh Suyatno (2000) menunjukkan bahwa Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
praktek pemberian MP-ASI pada 4 bulan pertama pp. 325-31.
kehidupan bayi secara nyata dapat menyebabkan Hendrawati L., Firmansyah A & Darwis D., 2005.
meningkatnya episode diare. Fawzi et al (1997) Macronutrient malabsorption in acute
dalam Tifauziah (2003) juga mengatakan bahwa diarrhea : Prevalence and affecting factors.
dampak dari pemberian ASI menunjukkan Paediatrica Indonesiana. 45: 9-10
hubungan dengan berat ringannya (severity) diare Herawati T., 2009. Pengaruh Pola Pemberian
dan infeksi lain pada bayi. Makanan Bayi Terhadap Kejadian Diare
Sampai dengan Usia 6 Bulan di Kabupaten
Penelitian ini juga memiliki keterbatasan.
Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara
Keterbatasan penelitian ini berupa tidak Barat. Universitas Gajah Mada. Tesis.
terpenuhinya jumlah sample responden yang
Matondang C., Munasir Z & Sumadiono., 2007. Buku
masuk dalam kriteria pemberian susu formula Ajar Alergi-Imunologi Anak Edisi Kedua.
karena pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada Jakarta : Balai Penerbit IDAI pp. 158-198.
bayinya di berbagai posyandu wilayah kerja
Nagib M., 1998. Pemberian ASI Eksklusif Ditinjau
Puskesmas Klaten Tengah lebih dominan daripada dari Karakteristik Perilaku Ibu dan Sosial
pemberian ASI tidak eksklusif. Budaya dengan Kejadian diare Bayi di
Kecamatan Masbagik Lombok Timur (NTB).
KESIMPULAN DAN SARAN Universitas Gajah Mada. Tesis.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
Notoatmodjo S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu
penelitian ini adalah terdapat perbedaan frekuensi
dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta pp. 249-
diare yang bermakna antara bayi yang diberi 252.

Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012 29


Roesli U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : WHO, 2002. Nutrient Adequacy of Exclusive
Trubus Agriwidya pp. 3, 6-15, 24-6 & 34. Breastfeeding for The Term Infant During
Suyatno, 2000. Pengaruh Pemberian Makanan The First Six Months of Life. http://
Pendamping ASI (MP-ASI) Tradisional w w w. w h o . i n t / n u t r i t i o n / d a t a b a s e s /
terhadap Kejadian ISPA, Diare dan Status infantfeeding/countries/idn.pdf 2 Maret
Gizi Bayi pada 4 (Empat) Bulan Pertama 2011
Kehidupannya. Universitas Gajah Mada. WHO, 2009. Infant and Young Child Feeding.http://
Tesis. www.who.int/nutrition/publications/
Tifauziah N., 2003. Perbedaan Status Gizi, Durasi infantfeeding/infantformulatradeissueseng.
ISPA dan Diare Bayi Usia 4-6 Bulan Antara pdf 2 Maret 2011
Bayi dengan Penyusuan ASI Eksklusif dan
ASI tidak Eksklusif di Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Tesis.
UNDP, 2007. Laporan Perkembangan Pencapaian
Millenium Development Goals Indonesia.
Jakarta : Kementerian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional

30 Biomedika, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2012

Vous aimerez peut-être aussi