Vous êtes sur la page 1sur 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ILEUS PARALITIK DI RUANG RAWAT ANGGREK

RSD BALUNG JEMBER

Kezia Ria Kristanti

NIM 152310101157

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan aplikasi klinis yang dibuat oleh:


Nama : Kezia Ria Kristanti
NIM : 152310101157
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ileus
Paralitik di Ruang Rawat Anggrek RSD Balung Jember

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, Januari 2018

Mengetahui,
Pembimbing Klinik, Mahasiswa,

Ns. Chrismalla Ayu Budi Yuni Andari, S.Kep Kezia Ria Kristanti
NIP. 198706232010012011 NIM 152310101157

Pembimbing Akademik, Kepala Ruang Anggrek


RSD Balung Jember,

Ns. Enggal Hadi K., S.Kep., M.Kep. Imam Khambali, Amd.Kep


NRP. 760016844 NIP. 196908121996031003
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Anatomi Fisiologi

Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum adalah
bagian yang terpendek,panjang duedonum sekitar 25 cm mulai dari pylorus sampai
jejunum. Jejunum terletak diregio mid abdominalis sinistra dan ileum terletak di regio
mid abdominalis dextra sebelah bawah dengan panjang kurang lebih 1 – 1,5 m.
Sedangkan ileum adalah bagian akhir usus halus yang memiliki panjang 2-2,5 m,
merentang sampai menyatu dengan usus besar (Sloan. 2004).

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan-
bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan yaitu proses pemecahan makanan menjadi
bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran
gastrointestinal. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja
ptyalin, HCL, Pepsin, mucus dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk.
Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaaan karbohidrat, lemak dan protein
melalui dinding usus kedalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu juga diabsorbsi air, elektrolit dan vitamin. Absorbsi gula, asam
amino dan lemak hampir selesai pada saat kimus mencapai pertengahan jejunum. Zat
besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan jejunum. Absorbsi
kalium memerlukan vitamin D, larut dalam lemak (A,D,E,K) diabsorsi dalam
duodenum dengan bantuan garan-garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut
dalam air diabsorbsi dalam usus halus bagian atas. Absorbsi vitamin B12 berlangsung
dalam ileum terminalis melalui mekanisme transport usus yang membutuhkan factor
intrinsic lambung. Sebagian asam empedu yang dikeluarkan kantung empedu kedalam
duodenum untuk membantu pencernaan lemak akan di reabsorbsi dalam ileum
terminalis dan masuk kembali ke hati.
1.2 Definisi

Ileus paralitik (adymalik ileus) sering didentikkan dengan iles yang terjadi lebih
dari tiga hari (72 jam) sesudah suatu tindakan operasi dan merupakan salah satu
spectrum disfungsi traktus gastrointestinal posoperatif. Namun demikian sering juga
salah disebut sebagai keadaan pseudoobstruction karena sebenarnya berbeda, dimana
ileus paralitik melibatkan semua bagian usus sedangkan pseudo obstruction hanya
terbatas pada kolon (ileus kolonik). Keadaan ileus paralitik terjadi karena adanya
hipomotilitas usus tanpa disertai adanya obstruksi mekanik dan keadaan paralitik pasca
operasi umumnya membaik setelah 24 jam pada usus halus, 24-48 jam pada lambung
dan 48-72 jam pada kolon.

1.3 Epidemiologi
Sekitar 20% pasien ke rumah sakit datang dengan keluahan akut abdomen oleh
karena obstruksi pada saluran cerna, 80 % obstruktif terjadi pada usus halus. Setiap
tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Amerika
diperkirakan sekitar 300.000-400-000 menderita ileus setiap tahunnya. Di Indonesia
tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap
dan 7.024 pasien rawat jalan (Depkes RI, 2014).
Menurut data statistik negara, di Amerika diperkirakan insiden rate untuk ileus
obstruktif 1/746 atau 0,13% atau 365.563 orang. Berdasarkan laporan situasi statistik
kematian di Nepal tahun 2007, jumlah penderita ileus paralitik dan ileus obstruktif pada
tahun 2005/2006 adalah 1.053 kasus dengan CFR sebesar 5,32%. Setiap tahunnya 1
dari 1.000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Indonesia tercatat ada 7.059
kasus ileus paralitik dan 7.024 kasus obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap pada
tahun 2004.
1.4 Etiologi
1. Pembedahan Abdomen
2. Trauma abdomen : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau
tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
3. Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis
4. Pneumonia
5. Sepsis
6. Serangan Jantung
7. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium
8. Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot
9. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi
10. Mesenteric ischemia
11. Klasifikasi
Adapun klasifikasi ileus paralitik yaitu:
1. Ileus Mekanik
1) Lokasi Obstruksi
a. Letak Tinggi: Duodenum-Jejenum
b. Letak Tengah: Ileum Terminal
c. Letak Rendah: Colon-Sigmoid-Rectum
2) Stadium
a. Parsial : Menyumbat lumen sebagian
b. Simple/Komplit : Menyumbat lumen total
c. Strangulasi : Simple dengan jepitan vasa 6
2. Ileus Neurogenik
a. Adinamik : Ileus Paralitik
b. Dinamik : Ileus Spastik
3. Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia 6
12. Patofisiologi
Ileus paralitik menyebabkan beberapa perubahan pada fungsi dan keadaan usus.
Perubahan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Perubahan Flora Normal Usus
Motilitas normal pada usus dapat membersihkan lumen usus dari nutrient dan
organisme sehingga pada saat terjadi gangguan motilitas, maka akan terjadi stasis dan
pertumbuhan bakteri yang berlebihan serta malabsorbsi. Jumlah bakteri yang
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan mukosa usus ringan dan pembentukan gas
yang berlebihan. Dekonjugasi cairan empedu oleh bakteri mengganggu pembentukan
micelle dan menyebabkan steatorea.
2. Perubahan Isi Lumen Usus
Belum terdapat studi yang menjelaskan perubahan aliran cairan dan elektrolit pada ileus
paralitik secara memuaskan, namun kemungkinan tidak begitu berbeda dengan normal.
Volume gas dapat bertambah dan kemungkinan karena udara yang tertelan, dimana
udara ini terdiri dari nitrogen yang kurang diabsorpsi usus sehingga mengakibatkan
distensi dan mengakibatkan rasa tidak nyaman pada perut. Selain itu dapat terjadi
produksi oleh fermentasi bakteri yang semakin bertambah dengan asupan makanan.
3. Efek Metabolik dan Efek Sistemik
Konsekuensi sistemik yang dapt terjadi adalah ketidakseimbangan asam basa, elektrolit
dan cairan. Distensi ekstrem juga akan menyebabkan elevasi diafragma dengan
ventilasi yang restriktif dan kejadia atelektasis.
13. Pathway Ileus Paralitik

Obstruksi usus

Akumulasi gas & cairan


dalam lumen sebelah
proksimal dari letak
Distensi obatruksi

Tekanan intra
lumen meningkat
Pelepasan bakteri &
Iskemia toksin di usus yang
dinding usus nekrotik ke dalam
peritomium dan
sirkulasi sistemik

Fungsi sekresi &


absorbsi membrane
mukosa usus
menurun

Dinding umum edema


& kongesti

Peristaltik menurun

Distensi abdomen Penekanan pada


Kelumpuhan lambung
peristaltik
Nyeri Akut Mual dan Muntah

Kostipasi
Suplai nutrisi
dalam jaringan
menurun
Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
14. Manifestasi Klinis
Pasien dengan ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal
distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Beberapa disertai dengan muntah. Keluhan
perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung
pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak
disertai nyeri kolik abdomen yang paroksimal.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien dengan ileus paralitik bervariasi
berdasarkan keparahan penyakitnya tersebut. Didapatkan adanya distensi abdomen,
perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali. Pada palpasi pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada
perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif). Apabila penyakit primernya peritpnitis, manifestasi klinis yang ditemukan
adalah gambaran peritonitis.
15. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membenatu mencari kausa penyakit.
Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit,
ureum, glukosa darah, dan amilase. Foto polos abdomen sangat membantu menegakkan
diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung usus halus dan usus
besar memberikan gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level
pada ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga).
Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan adanya suatau
obstruksi, dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen dengan mempergunakan kontras
kontras yang larut air. Pemeriksaan penunjang lainnya yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit), elektrolit, BUN dan kreatinin, sekar
darah, foto dada, EKG, bila dianggap perlu dapat dilakukan pemeriksaan lainnya atas
indikasi seperti amilase, lipase, analisa gas darah, ultrasonografi abdomen bahkan CT
scan.
16. Penatalaksanaan Fakmakologi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Alvimopan digunakan untuk menghambat motilitas gastrointestinal tanpa
mempengaruhi kerja opiat sebagai anti nyeri. Beberapa penelitian double blind,
placebo-controlled trial menyebutkan bahwa kelompok pasien post reseksi usus
halus dan usus besar yang diberi alvimopan pergerakan usus terjadi lebih cepat,
lebih cepat flatus dan dapat mengkonsumsi makanan padat. Alvimopan diberikan
dengan dosis 12 mg 30-90 menit sebelum operasi dan dua kali sehari setelah operasi
selama 7 hari.
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2. 1 Pengkajian
1. Identitas Pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian.
2. Status kesehatan
a. Keluhan utama : pada pasien dengan ileus paralitik keluhan utama yang yang
sering muncul adalah perut kembung
b. Riwayat penyakit sekarang : pada pasien dengan ileus paralitik gejala awal
biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung
bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul.
c. Riwayat kesehatan dahulu : pada pasien dengan ileus paralitik biasanya terjadi
d. Riwayat kesehatan keluarga : ileus paralitik biasa terjadi pada pasien yang
pernah menjalani operasi abdomen.
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen
a. Inspeksi : simetris dan tidan simetris
b. Auskultasi : hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase lanjut bising
usus dan peristaltik menelan sampai hilang.
c. Perkusi : hipertimpani
d. Paspasi : nyeri tekan pada daerah epigastrium.
2. 2 Diagnosa Keperawatan
1. 00132 Nyeri akut berhubungan dengan nyeri epigastrium karena proses patologis
penyakit.
2. 00002 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah
3. 00011 Konstipasi berhubungan dengan kelumpuhan peristaltik.
2. 3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf

1. 00132 Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam diharapkan tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri (1400)
berhubungan dengan pada pasien baik (2102) dengan kriteria hasil : - Pengkajian nyeri secara
nyeri epigastrium Skala komprehensif
karena proses Indikator Keterangan skala - Ajarkan prinsip manajemen
Awal Akhir
patologis penyakit. nyeri
Nyeri yang 1. Berat - Ajarkan teknik
1 5
dilaporkan 2. Cukup berat nonfarmakologi
3. Sedang 2. Bantuan pasien untuk
Mengerang dan
1 5 4. Ringan mengontrol pemberian
menangis
5. Tidak ada analgesik (2400)
Ekspresi nyeri - Berkolaborasi dengan
1 5
wajah dokter untuk memilih jeis
analgesik yang akan
digunakan

2. 00002 Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam pasien diharapkan dapat 1. Manajemen nutrisi (1100)
Ketidakseimbangan memenuhi status nutrisi (1004) dengan kriteria hasil : - Tentukan status gizi pasien
nutrisi kurang dari dan kemampuan pasien
kebutuhan tubuh Skala untuk memenuhi kebutuhan
berhubungan dengan Indikator Keterangan skala gizi
Awal Akhir
mual dan muntah - Instruksikan pasien
Asupan gizi 3 5 1. Sangat menyimpang mengenai kebutuhan nutrisi
dari rentang normal - Berikan pilihan makanan
hidrasi
2. Banyak smabil menawarkan
menyimpang dari bimbingan terhadap pilihan
rentang normal makanan yang lebih sehat
3. Cukup menyimpang - Anjurkan keluarga
3 5
dari rentang normal membawa makanan
4. Sedikit menyimpang favorit pasien sementara
dari rentang normal oasien berada dirumah
5. Tidak menyimpang sakit
dari rentang normal

3. 00011 Konstipasi Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam pasien diharapkan 1. Manajemen saluran cerna
berhubungan dengan dapat mengeliminasi usus (0501) dengan kriteria hasil : (0430)
kelumpuhan - Monitor BAB
Skala
peristaltik. Indikator Keterangan skala - Catat masalah BAB yang
Awal Akhir
sudah ada
Pola eliminasi 1 5 1. Sangat terganggu - Ajarkan pasien mengenai
Kemudahan BAB 2. Banyak terganggu makanan tertentu yang
3. Cukup terganggu mendukung keteraturan
1 5
4. Sedikit terganggu usus
Tidak terganggu 2. Latihan saluran cerna (0440)
- Individualisasikan
program saluran cerna
bersama pasien dan pihak-
pihak lain
- Konsultasikan dengan
dokter mengenai
penggunaan supositoria
- Intruksikan pasien
mengenai makanan yang
tinggi serat
3. Manajemen
konstipasi/impaksi (0450)
- Monitor pergerakan usus
- Buat jadwal BAB dengan
cara yang tepat
2. 4 Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
00132 Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan bahwa sudah tidak merasa
dengan nyeri epigastrium nyeri lagi
karena proses patologis O : Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan nyeri
penyakit. A : Masalah teratasi, tujuan intervensi tercapai
P : Hentikan intervensi
00002 Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan tidak merasa ingin mual dan
nutrisi kurang dari kebutuhan muntah
tubuh berhubungan dengan O : Nafsu makan membaik, pasien mampu
mual dan muntah menghabiskan separuh lebih dari porsi
makannya, pasien tidak terlihat lemas
A : Masalah teratasi, tujuans intervensi tercapai
P : Hentikan intervensi
00011 Konstipasi berhubungan S : Pasien mengatakan sudah bisa BAB dengan
dengan kelumpuhan peristaltik. lancar
O : Sudah tidak ada distensi abdomen saat dilakukan
inspeksi dan palpasi
A : Masalah teratasi, tujuan intervensi tercapai
P : Hentikan intervensi

2. 5 Discharge Planning
1. Berikan informasi dan pengendalian infeksi
2. Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat
tanda-tanda atau gejala infeksi
3. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan dan
memberitahu dokter tentang adanya efek samping
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan lebih lanjut
5. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan yang positif kepada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M., H.K. Butcher., J.M. Dochterman., C.M. Wagner. 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC) 6th Indonesian Edition. Indonesia: Mocomedia.

Djumhana, A. Ileus Paralitik. http://repository.unpad.ac.id/8306/1/ileus_paralitik.pdf [diakses


pada tanggal 14 Januari 2018]

Herdman, T. Heather., Kamitsuru, Shigemi. (2015). Nanda Inrerntional Inc. Nursing


Diagnoses : Definition & Classifications 2015-2017. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta :
EGC.

Moorhead, Sue., M. Johnson., M.L. Maas., E. Swanson. 2016. Nursing Outcome


Classification (NOC) 5th Indonesian Edition. Indonesia: Mocomedia.

Sloan, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi