Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RMK SAP 2
OLEH
KELOMPOK 4
Disampaikan kepada:
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan pada Akuntansi
Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk menyadari bahwa
tujuan akhir jasa akuntansi organisasi bukan sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas
dari pelaksanaan segala prosedur akuntansi, tetapi juga bergantung pada bagaimana perilaku
orang-orang di dalam perusahaan, baik sebagai pemakai maupun pelaksana, dipengaruhi oleh
informasi yang dihasilkannya.
1) Akuntansi adalah Tentang Manusia
Harus diakui bahwa banyak sistem akuntansi masih dihadapkan pada berbagai
kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan terkadang sampai menyebabkan
penggunaan dan penerimaan seluruh sistem akuntansi menjadi meragukan. Dengan
menganalisis secara sistematis hubungan antara sistem akuntansi, bentuk
pengendalian, sikap manusia dalam pengambilan keputusan, serta tingkatan sosial dan
perilaku, akuntan dapat memusatkan perhatiannya keluar. Dengan demikian, hal
tersebut tidak menjadi dasar bagi munculnya konflik dan pertentangan dari banyaknya
permasalahan akuntansi, serta tidak menyebabkan potensi organisasi dan akuntansi
sosial itu sendiri diragukan.
2) Akuntansi adalah Tindakan
Dalam organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan
guna mencapai tujuan organisasi. Untuk itu, keselarasan tujuan (good congruence)
antara individu dan organisasi diperlukan untuk mewujudkan terjadinya sinergi antara
individu dan organisasi. Keselarasan tersebut dapat diwujudkan dengan lebih baik
ketika individu memahami dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam
anggaran. Lewat akuntansi, berbagai realisasi dalam anggaran dapat diwujudkan dan
informasi yang dihasilkannya terus berdampak pada pola tindakan individu yang ada
dalam organisasi tersebut.
3) Akuntansi Tentang Ekonomi dan Politik (Political Economy Of Accounting-
PEA)
Cooper dan Sherer (1994) mengatakan bahwa studi akuntansi harus mengenali
kekuatan yang ada dalam masyarakat sehingga dampak pelaporan akuntansi atas
disribusi pendapatan, kekayaan, dan kekuasaan di masyarakat harus menjadi fokus
penyelidikan. Sementara, Hoogvelt dan Tinker (1978) melakukan penelitian yang
mengawali pemikiran tentang Political Economy of Accounting (PEA) menemukan
bahwa kinerja keuangan perusahaan multinasional itu pada setiap periodisasi di
Afrika yang notabene sebuah Negara miskin sangat dipengaruhi oleh pengaturan
politik dan aturan lain negara tersebut. Penelitian tentang PEA juga dilakukan
Muhamad Yamin Noch, (2013) dengan mengambil topic analisis Political Economy
of Accounting atas Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua menyimpulkan: Pertama,
bahwa regulasi terkait DOK belum memadai untuk menyejahterakan rakyat Papua.
Kedua, potensi penerimaan dari SDA dan penerimaan/pendapatan DOK dipandang
masih bermasalah.
McLeod dan Harun (2009) meyakini kalau masyarakat sebagai stakeholder
memiliki keterbatasan untuk memahami informasi akuntansi. Melalui keterbatasan
tersebut elit berusaha memanfaatkan peluang untuk menciptakan laporan akuntansi
yang sulit untuk dipahami dan diakses oleh publik. Disisi lain ketidakpahaman public
justru menjadi konflik karena elit dianggap dengan sengaja menyembunyikan
informasi yang harus diketahui dan bahkan terjadi karena ketidakjelasan regulasi.
Ruang lingkup riset di bidang akuntansi keprilakuan sangat luas, bukan hanya meliputi
bidang akuntansi manajemen, tetapi juga menyangkut bidang etika, audit, system informasi
akuntansi, bahkan akuntansi keuangan.
Pada masa lalu akuntan semata-mata fokus pada pengukuran pendaapatan dan biayan
dan mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksikan masa
depan. Mereka mengabaikan dakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari
perilaku manusia dan kinerja masa lalu tersebut merupakan suatu faktor yang akan
mempengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian
secara penuh dari suatu organisasi. Para akuntan keprilakuan memusatkan perhatian mereka
pada hubungan antara perilaku dan sistem akuntansi. Mereka menyadari proses akuntansi
melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian ekonomi makro yang dihasilkan dari perilaku
manusia dan akuntansi itu sendiri, serta dari faktor yang dapat memengaruhi perilaku, yang
pada gilirannya secara bersama-sama akan menentukan semua keberhasilan peristiwa
ekonomi. Akuntansi keprilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah
memengaruhi perilaku dalam rangka memotivasi dilakukannya tindakan yang diinginkan.
Pengenalan hubungan timbal balik anatar alat akuntansi dan perilaku telah memunculkan
modifikasi atas definisi akuntansi konvensional. Definisi akuntansi terbaru dalan lingkaran
profesional akademis menyiratkan komunikasi dan pengukuran data ekonomi untuk berbagai
pengambilan keputusan serta sasaran hasil keperilakuan lainnya.
6. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keprilakuan dan Akuntansi Keprilakuan
Manusia berkerja dengan dibatasi oleh organisasi. Perilakunya dipengaruhi oleh banyak
faktor, termasuk ukuran organisasional dan struktur. Gaya kepemimpinan atau filosofi
manajemen, otoritas/ hubungan pertanggungjawaban, hubungan status, dan norma-norma
kelompok juga turut memengaruhi perilaku dan fungsi organisasi. Orang dalam organisasi
bertuka informasi di dalam kantor atau di luar kantor. Informasi tersebut mungkin saja akurat,
atau palsu. Berdasarkan informasi yang diterima dan kemudian diproses oleh seseorang,
keputusan-keputusan diambil dan sikap dibentuk. Keputusan yang diambil berdasarkan
informasi yang sudah disimpangkan atau informasi palsu dapat mengarah padda terbentuknya
sikap perkerjaan dan sikap organisasi serta kepemimpinan yang tidak kondusif lagi.
DAFTAR PUSTAKA