Vous êtes sur la page 1sur 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia adalah suatu kelainan pada ibu hamil dengan umur

kehamilan lebih dari 24 minggu, ditandai dengan gejala berat badan berlebih,

hypertensi (≥90/140 mmHg), proteinuria (≥0,3 gr/cc), oedema pada kaki,

tangan, muka. (Purwitasari, 2009)

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita

hamil, bersalin, dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria

tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi

sebelumnya, sedangkan gejalanya muncul setelah kehamilan berumur 28

minggu atau lebih. (Sukarni, 2014)

Preeklampsia dipengaruhi oleh paritas, ras, faktor genetik dan

lingkungan, Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan kembar, hidrops

fetalis, obesitas dan usia ibu hamil >35 tahun juga menjadi faktor predisposisi

terjadinya preeklampsia. Preeklampsia yang berkaitan dengan ibu

multigravida sering kali mengalami stres ketika menjalani persalinan

sehingga preeklampsia atau eklampsia dapat terjadi. (Pratami, 2016)

Ibu hamil dengan diabetes memiliki dua kali resiko terjadinya

preeklampsia, hal ini terutama jika sudah terdapat gangguan pada ginjal dan

vaskuler. Hipertensi yang dipicu atau mengalami eks-aserbasi oleh kehamilan

merupakan penyakit utama yang sering paling memaksa dilakukannya


2

pelahiran prematur preterm pada ibu diabetik. Angka kematian perinatal

meningkat 20 kali lipat untuk wanita diabetik dengan preeklampsia

dibandingkan dengan ibu hamil yang tekanan darahnya normal. (Maryunani,

2008)

Faktor resiko khusus untuk preeklampsia adalah semua penyakit

vaskuler, proteinuria yang sudah ada sebelumnya dan atau hipertensi kronis.

(Maryunani, 2008)

Terjadinya edema didahului dengan kenaikan berat badan yang

berlebihan. Kenaikan berat 0,5 kg dalam waktu seminggu pada ibu hamil

merupakan hal yang normal. Akan tetapi, kenaikan berat badan 1 kg dalam

waktu seminggu atau 3 kg dalam waktu sebulan harus menimbulkan

kecurigaan adanya preeklampsia. Kenaikan berat badan yang tiba-tiba

disebabkan oleh resistensi air dalam jaringan, yang selanjutnya menyebabkan

edema. Edema tersebut tidak hilang walaupun ibu beristirahat. (Pratami,

2016)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2008,

angka kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar 0,51%-38,4%. Di

negara maju, angka kejadian preeklampsia berkisar 5%–6%, frekuensi

preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang

mempengaruhi. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%,

sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia

sebanyak 5% (WHO, 2008)


3

Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan

yang serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health

Organization (WHO) tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu

289.000 jiwa. Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika

Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara

16.000 jiwa. Prevalensi preeklampsia di Amerika meningkat dari 3,4% di

tahun 1980 menjadi 3,8% di tahun 2010. Pada tahun 2014, preeklampsia

terjadi sebanyak 28,7% di India. (WHO, 2014)

United Nations International Children’s Emergency Found (UNICEF)

(2012) menyatakan bahwa setiap tahun hampir 10.000 wanita meninggal

karena masalah kehamilan dan persalinan. Kehamilan sebagai keadaan yang

fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan

janin. Menurut WHO terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun saat

hamil atau bersalin dan 58,1% diantaranya dikarenakan oleh pre eklampsia

dan eklampsia. (WHO, 2012)

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

pada tahun 2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan 228 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Angka ini termasuk tinggi

dibandingkan dengan Negara-Negara di Asia Tenggara lainnya seperti

Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. AKI di Malaysia sebesar 62 per

100.000 kelahiran hidup, AKI di Singapura 14 per 100.000 kelahiran hidup,

bahkan di Brunei Darussalam mencapai 13 per 100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2010).


4

Sedangkan Angka Kematian Ibu di Indonesia yaitu 190 per 100.000

kelahiran hidup. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2012, AKI di Indonesia meningkat dari 228/100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2007 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012.

Sedangkan target yang diharapkan berdasarkan Melenium Development Goals

(MDGs) pada tahun 2015, yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti

bahwa AKI di Indonesia jauh di atas target yang ditetapkan WHO atau

hampir dua kali lebih besar dari target WHO. Menurut Kementerian

Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan

adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). (SDKI, 2012)

Di Indonesia, preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang

tinggi disamping pendarahan dan infeksi, yaitu perdarahan mencapai 28%,

preeklampsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, komplikasi peuperium

sebesar 8%, partus lama sebesar 5%, dan abortus sebanyak 5% (Depkes RI,

2012).

Pre-Eklampsia diperkirakan terjadi pada 5% kehamilan. Pre-

eklampsia kemudian dapat berkembang menjadi eklampsia yang dapat

menyebabkan kematian maternal dan janin. Pada negara sedang berkembang

kejadian eklampsia dilaporkan berkisar antara 0,3% sampai 0,7%, sedang di

negara-negara maju angka kejadian diketahui lebih kecil, yaitu 0,05% sampai

0,1%. Dilaporkan bahwa 50.000 ibu meninggal dunia karena Pre-eklampsia

dan eklampsia. Insiden Pre-eklampsia dan Pre-eklampsia berat (PEB) berkisar

antara 1:1000 sampai 1:1700 (Depkes RI, 2012)


5

Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan

Provinsi Tahun 2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi

oleh Perdarahan (32%) dan Hipertensi dalam Kehamilan (25%), diikuti oleh

infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%). Selain penyebab obstetrik,

kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar

32% (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,

menunjukkan jumlah kematian ibu tahun 2016 yang dilaporkan menjadi 153

orang atau 103.00 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu

hamil 47 orang (30,71%), kematian ibu bersalin 44 orang (27,45%), kematian

ibu nifas 62 orang (40,52%), adapun kematian ibu menurut umur yaitu <20

tahun sebanyak 7 orang, umur 20-34 tahun sebanyak 101 orang, dan ≥35

tahun sebanyak 45 orang. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,

2017)

Berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kota Parepare, menyatakan bahwa dianjurkan langsung ke RSUD Andi

Makkasau Kota Parepare untuk mengambil data yang terkait. (Dinas

Kesehatan Kota Parepare)

Data Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota

Parepare didapatkan jumlah ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 976 ibu

hamil, tahun 2016 sebanyak 1.211 ibu hamil dan pada tahun 2017 sebanyak

1.525 ibu hamil. (Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau

Kota Parepare)
6

Data Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota

Parepare didapatkan jumlah kasus preeklampsia pada tahun 2015 sebanyak

137 kasus, tahun 2016 sebanyak 84 kasus dan tahun 2017 sebanyak 164

kasus, Pada bulan Januari sampai April tahun 2018 sebanyak 28 kasus

(Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada bidan yang

bertugas di ruang Poli KIA/KB, salah satu penyebab terjadinya preeklampsia

adalah Diabetes Mellitus dan Obesitas (Ruang KIA/KB Rumah Sakit Umum

Daerah Andi Makkasau Kota Parepare)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Devi

Kurniasari di wilayah kerja puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung tengah

tahun 2014 menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia, paritas, dan

Diabetes melitus dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja Puskesmas

Rumbia Tahun 2014 dan paritas lebih dominan mempengaruhi kejadian

preeklampsia dibanding dengan penyebab lain. Seluruh pihak diharapkan

dapat membantu dalam menningkatkan pengetahuan ibu hamil terhadap

preeklampsia pada kehamilan. (Kurniasari, 2015)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmalichatun

di RSUD Dr. H. Soewondo kabupaten Kendal tahun 2012, menunjukkan

bahwa ada hubungan antara penyakit diabetes mellitus pada kehamilan

dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Dr. H. Soewondo

kabupaten Kendal. diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat melakukan

asuhan kebidanan sesuai dengan standar dalam melaksanakan pelayanan


7

kesehatan pada ibu hamil, terutama pada kasus ibu hamil yang mengalami

kejadian preeklampsia. (Nurmalichatun, dkk, 2012)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dumais

di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado terdapat hubungan antara obesitas

pada kehamilan dengan pre-eklampsia pada wanita hamil di RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado. (Dumais, 2016)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh A. Fahira Nur di

RSU Anutapura Kota Palu tahun 2017, menunjukkan bahwa primigravida

berisiko 5,594 kali terhadap preeklampsia. Obesitas berisiko 5,632 kali

terhadap preeklampsia. Riwayat hipertensi berisiko 1,591 kali terhadap

preeklampsia dan kunjungan kehamilan/ANC berisiko 7,933 kali terhadap

preeklampsia. Primigravida, obesitas, riwayat hipertensi, kunjungan

kehamilan/ANC perlu perhatian bagi ibu hamil untuk rutin melakukan

kunjungan ANC, mencari informasi dari pelayanan kesehatan agar dapat

meminimalisir kejadian yang berakibat buruk terhadap penyakit dan

komplikasi yang diderita pada saat kehamilan, serta memperhatikan pola

makan agar teteap terjaga berat badan selama masa kehamil. (Nur, 2017).

Sehubungan dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka

penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Diabetes

Mellitus dan Obesitas dengan Kejadian Preeklampsia Di Rumah Sakit Umum

Daerah Andi Makkasau Kota Parepare Tahun 2018”.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan

permasalahan, “Hubungan Diabetes Mellitus dan Obesitas dengan Kejadian

Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare

Tahun 2018”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor yang berhubungan dengan kejadian

preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota

Parepare tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Hubungan Diabetes Mellitus dengan Kejadian

Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota

Parepare tahun 2018.

b. Untuk Mengetahui Hubungan Obesitas dengan Kejadian

Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota

Parepare tahun 2018.


9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi institusi

perguruan tinggi khususnya STIKES Mega Buana Palopo.

b. Manfaat bagi Rumah Sakit Fatima Kota Parepare

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit

sebagai masukan dan pertimbangan dalam menyikapi masalah

Preeklampsia.

c. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan

mutu pelayanan kesehatan tentang Preeklampsia.

2. Manfaat Ilmiah

Untuk memperkaya ilmu pengetahuan manfaat membaca bagi peneliti

selanjutnya dalam pengembangan pengetahuannya berhubungan dengan

kejadian Preeklampsia.

3. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu

hamil tentang Kejadian Preeklampsia.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian dan juga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah


10

dipelajari atau menerapkan proses berpikir ilmiah dalam memahami dan

menganalisis masalah.

Vous aimerez peut-être aussi