Vous êtes sur la page 1sur 8

Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

EFFECT OF INGESTING TRAINING TOWARDS


DYSPHAGIA IN STROKE’ PATIENTS IN HAJI
HOSPITAL AND MAKASSAR CITY HOSPITAL
Afrida1

1
Dosen, STIKES Nani Hasanuddin Makassar
e-mail: Randayaumul95@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Stroke is a loss of brain function caused by the cessation of blood supply to
the brain. One of the most common clinical disorders of stroke is ingesting or dysphagia.
This study aims to identify the effect of ingesting exercise to stroke patients with dysphagia
in the General Hospital of Haji General Hospital of Makassar City. Method: The design of
this study was pre experimental with One Group Pre-Post Test Design. Samples in this study
were all stroke patients with dysphagia with Convenience Sampling technique, obtained 20
respondents. Rehabilitation of ingesting exercise is done three times a day at breakfast, lunch,
and dinner for seven days in a row. Evaluation of respondents’ ingesting status was done on
the first day before exercise and last day after practicing exercise. Result: Bivariate results
showed that there was an influence between stroke patients with dysphagia and ingesting
exercises (p <0.001). Conclusion: It is further recommended that nurses perform structured
ingesting exercises as self-care nursing intervention in dealing with stroke patients who have
dysphagia.

Keywords: stroke, dysphafagia, ingesting exercise

PENDAHULUAN dan gejala tertinggi terdapat di provensi


World Health Organization Sulawesi Selatan (17,9%) dan terendah
(WHO) mendefinisikan bahwa stroke Provinsi Riau yang terendah (5,2%).
merupakan tanda-tanda klinis yang Makassar sebagai kota di
berkembang cepat akibat gangguan provinsi Sulawesi Selatan yang tingkat
fungsi otak fokal atau global yang dapat prevalensi penyakit tidak menular
mengakibatkan kematian atau kelainan (PTM) telah melampaui rata-rata
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa prevalensi nasional seperti hipertesi,
penyebab lain kecuali gangguan diabetes militus, jantung koroner,
vaskular (Rasyid & Soertidewi, 2011). stroke dan kanker. Berdasarkan
Di Amerika Serikat, kejadian data Kemenkes diketahui, prevalensi
baru stroke diperkirakan sekitar penyakit hipertensi 28,8%, diabetes
400.000 orang pertahun. Data statistik militus 5,3%, jantung koroner sebesar
menunjukkan hampir empat juta orang 4,2 %, gagal jantung 0,8%, kanker
di Amerika Serikat menderita stroke 0,22%, dan stroke 2,9% (Kemenkes,
dan mereka hidup dengan mengalami 2016).
sisa akibat stroke (Rasyid & Soertidewi, Masalah kesehatan yang timbul
2011) akibat stroke sangat bervariasi,
Berdasarkan hasil Riskesdas tergantung pada luasnya daerah
(2013), Prevalensi stroke berdasarkan otak yang mengalami nekrosis atau
diagnosis nakes tertinggai di Sulawesi kematian jaringan, dan lokasi yang
Utara (10,8%) dan Yogyakarta (10,3%). terkena. Salah satu gangguan klinis
Sedangkan prevalensi kasus stroke yang sering ditemukan akibat stroke
berdasarkan yang terdiagnosis nakes adalah gangguan menelan atau disfagia
13
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

(Rasyid & Soertidewi, 2011) dan wawancara dengan perawat


Disfagia adalah kesulitan di RSUD Haji Makassar dan RSUD
menelan cairan atau makanan yang Kota Makassar didapatkan belum
disebabkan gangguan pada proses adanya, penanganan secara khusus
menelan (Rasyid & Soertidewi, 2011). dan komprehensif pasien stroke yang
Ditemukan sekitar 28-65% pasien yang mengalami disfagia. hal ini didukung
mengalami disfagia setelah serangan dengan pengkajian disfagia belum
stroke. Setelah dilakukan rehabilitasi dilakukan secara intensif, belum
selama 14 hari pasca stroke, sekitar dilakukan latihan mengunyah dan
90% pasien dapat melakukan latihan menelan secara terstruktur sehingga
menelan (Smithard, 2014). perkembangan kemampuan menelan
Berdasarkan hasil penelitian oleh belum terukur dengan baik. Perawat
Mc Cullough & Kim (2013), didapatkan juga belum memanfaatkan keterlibatan
18 pasien stroke dengan disfagia pasien dan keluarga secara optimal
dilakukan latihan menelan dengan dalam mempersiapkan perawatan
tekhnik mandelshon manuver. Semua mandiri baik saat di rumah sakit
pasien mengalami peningkatan status maupun setelah pulang dari rumah
menelan setelah di lakukan latihan sakit. Sehingga risiko kematian
menelan selama 1-2 minggu. menjadi lebih besar pada pasien
Pasien stroke dengan disfagia stroke yang disertai disfagia bila tidak
dapat mengkibatkan terjadinya ditangani secara tepat, serta lama hari
malnutrisi, dehidrasi, infeksi saluran perawatan menjadi lebih panjang dan
nafas, lamanya jumlah hari rawat, biaya yang ditanggung pasien menjadi
dan bahkan kematian (Jenny, J, lebih mahal. Penanganan disfagia
2014). Untuk mencegah terjadinya dengan latihan menelan ditujukan
hal tersebut, diperlukan deteksi dini untuk menurunkan risiko aspirasi,
adanya disfagia pada semua pasien meningkatkan kemampuan makan dan
stroke sejak pasien masuk rumah sakit. menelan serta mengoptimalkan status
Selain untuk mencegah terjadinya nutrisi.
aspirasi, juga untuk menetapkan
penatalaksanaan pemasukan nutrisi METODE
yang tepat dan akurat bagi pasien Lokasi, populasi dan sampel
(Rasyid & Soertidewi, 2011). Penelitian ini dilakukan pada
Perawat sebagai bagian dari tim tanggal 15 Desember - 15 desember
kesehatan, bertanggung jawab untuk 2017 di RSUD Haji Makassar dan
menangainya secara profesional RSUD Kota Makassar. Penelitian ini
sesuai standar yang telah ditetapkan merupakan eksperimental dengan
salah satunya adalah dengan latihan jenis rancangan one group pre-post test
menelan (Rasyid & Soertidewi, 2011). design yaitu eksperimen dengan cara
Hasil catatan Medik di Rumah sampel diobservasi sebelum dilakukan
Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Kota intervensi, kemudian diobservasi
Makassar, jumlah pasien rawat inap lagi setelah dilakukan intervensi.
dengan kasus stroke pada Januari- Populasi adalah semua pasien stroke
September 2016 sebanyak 42 pasien yang dirawat di RSUD Haji Makassar
dengan rata-rata 5 pasien perbulan. dan RSUD Kota Makassardan RSUD
Dan berdasarkan catatan Medik RSUD Makassar. Dan sampel pada penelitian
Kota Makassar, jumlah pasien stroke ini adalah 20 rsponden stroke dengan
pada Januari-Oktober 2016 sebanyak disfagia yang memenuhi kriteria
135 pasien dengan rata-rata 13 pasien inklusi. Teknik sampling yaitu teknik
perbulan (Rekam Medis RSUD Haji convinience sampling.
Makassar dan RSUD Kota Makassar, Pengumpulan Data
2016). 1. Editing merupakan kegiatan untuk
Berdasarkan hasil observasi pengecekan dan perbaikan isian
14
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

formulir atau kusioner Analisa Data


2. Coding yakni mengubah data a. Analisis Univariat
berbentuk kalimat atau huruf Dilakukan terhadap tiap variable
menjadi data angka atau bilangan. penelitian dan umumnya hanya
3. Tabulation yakni data tersebut menghasilkan distribusi dan
dimasukkan kedalam table tertentu persentase dari setiap variable.
sifat-sifat yang dimiliki sesuai b. Analisis Bivariat
dengan tujuan penelitian. Dilakukan terhadap dua variable
yang diduga ada hubungan atau
korelasi

HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Frekuensi Persentase(%)
Umur 25-40 2 10.0
41-55 3 15.0
56-70 9 45.0
71-80 6 30.0
Total 20 100.0
Jenis Kelamin Laki-laki 10 50.0
Perempuan 10 50.0
Total 20 100.0
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Tingkat

Frekuensi Persentase(%)
Jenis Stroke Stroke Hemoragic 14 70.0
Stroke Non 6 30.0
Hemoragic
Total 20 100.0
Tabel 3. Distrbusi Frekuensi dan Persentase Jenis Stroke Responden di RSUD Haji
Makassar dan RSUD Kota Makassar n=20

Frekuensi Persentase(%)
Derajat Disphagia Derajat 1 14 70.0
Derajat 2 6 30.0
Derajat 3 0 0.0
Total 20 100.0
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Disfagia di RSUD Haji Makassar
dan RSUD Kota Makassar n=20

Frekuensi Persentase(%)
Kemampuan Normal 0 0.0
Menelan
Tidak Normal 20 100.0
Total 20 100.0
Total 20 100.0
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Menelan Sebelum dilakukan
Latihan Menelan pada Pasien Stroke dengan Disfagia di RSUD Haji Makassar dan RSUD
Kota Makassar n=20

15
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

Frekuensi Persentase(%)
Kemampuan Normal 14 70.0
Menelan
Tidak Normal 6 30.0
Total 20 100.0
Total 20 100.0
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Menelan Setelah dilakukan
Latihan Menelan pada Pasien Stroke dengan Disfagia di RSUD Haji Makassar dan RSUD
Kota Makassar n=20

2. Analisis Bivariat
Variabel Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig
Sebelum Latihan
0.920 20 0.097
Menelan
Setelah Latihan
0.970 20 0.752
Menelan
Total 20 100.0
Tabel 7. Uji Normalitas

Rerata (s.b) Selisih (s.b) IK 95% Nilai p


Sebelum Latihan
60.60 (3.9) 20.10 (4.66) 17.9-22.26 <0.001
Menelan
Setelah Latihan
80.70 (4.2)
Menelan
Tabel 8. Pengaruh Latihan Menelan pada Pasien Stroke dengan Disfagia di RSUD Haji
Kota Makassar n=20

Berdasarkan tabel 7 diatas menggunakan uji deskriptif hitung


menunjukkan bahwa setelah berdasarkan koefisien varian, rasio
menggunakan uji normalitas Shapiro skewness, dan rasio kurtosis dan hasil
Wilk didapatkan nilai p=0,752 data juga berdistribusi normal. Setelah
dan nilai sig >0,05, sehingga data mengetahui sebaran data normal,
berdistribusi normal. Dari hasil uji dilanjutkan dengan menganalisis hasil
statistic dengan Paired Sampel T-Test statistik dengan menggunakan uji T
(Tabel 8) menunjukkan bahwa dengan berpasangan (Paired Sampel T-Test)
nilai p<0,001 (p<0,05), maka dengan didapatkan nilai p<0,001, (<0,05).
demikian Ha diterima yang artinya ada Dengan demikian hasil penelitian ini
pengaruh latihan menelan pada pasien diperoleh bahwa ada pengaruh antara
stroke dengan disfagia di RSUD Haji latihan menelan pada pasien stroke
Makassar dan RSUD Kota Makassar. dengan disfagia yang berarti Ho ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan
PEMBAHASAN bahwa setelah diberikan perlakuan
Berdasarkan hasil penelitian latihan menelan pada 20 responden
yang diperoleh, kemudian dianalisis stroke dengan disfagia dimana latihan
menggunakan uji normalitas untuk menelan dilakukan minimal 3 kali
mengetahui sebaran data berdistribusi dalam sehari dalam satu minggu
normal atau tidak. Dalam hal ini yang status menelannya di observasi
menggunakan uji Shapiro wilk dan pada hari pertama sebelum diberikan
dapatkan hasil p=0,820 (p>0,05), yang perlakuan dan dihari ketujuh setelah
artinya sebaran data berdistribusi perlakuan latihan menelan. Semua
normal dan diperkuat juga dengan perlakuan yang diberikan terhadap
16
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

responden juga sama yaitu hanya satu pada saat menelan.


minggu perlakuan tanpa membedakan Hari kedua, pada 2 responden
derajat disfagia. Dari hasil tersebut non hemoragik stroke dan 6-7 pasien
didapatkam dari total 20 responden non hemoragik stroke terlihat begitu
yang sebelumnya tidak dapat menelan kooperatif dalam melakukan latihan
secara normal terdapat 14 responden menelan walaupun belum mampu
menjadi normal status menelannya melakukan latihan menelan itu
(70%) dan 6 responden masih tidak sendiri. Kemudian pada kebanyakan
normal status menelannya (30%). responden terlihat masih tidak mampu
Adapun perubahan yang terjadi pada melakukan latihan otot menelan. Suara
responden stroke hemoragik ini karena nafas masih terdengar serak, hanya
pertama kalinya responden mengalami bisa mengikuti satu perintah saja,
serangan stroke dan telah dirawat gerakan lidah masih sangat terbatas,
selama 10 hari diruang perawatan dan sangat lambat menelan makanan >5
ada juga yang telah masuk ditahap detik dan toleransi makanan masih
pemulihan pasca dirawat di ruang ICU kental tanpa sayur dan lauk sebanyak
selama 21 hari. Maka dari itu responden 1-2 sendok makan, masih sangat
mengalami perubahan status fungsi lambat untuk mengosongkan mulut
menelan karena responden kooperatif dan masih dibantu untuk menolehkan
dalam melakukakn latihan menelan. kepala ke posisi yang lemah dan belum
Hari pertama penelitian sebelum bisa untuk memegang jakun pada saat
melakukan perlakukan responden di menelan. Pada hari ketiga responden
observasi terlebih dahulu setelah itu stroke hemoragik dan non hemoragik
baru diberikan latihan menelan. Pada stroke kurang bisa melakukan gerakan
kebanyakan responden baik itu stroke latihan otot-otot menelan misalnya
hemoragik dan non stroke hemoragik mampu mengeluarkan lidah tapi masih
belum terlihat adanya perubahan , hal terlihat lidah bergetar dan tidak bisa
ini dikarenakan pasien malas untuk terlalu lama menahan lidah maupun
makan hal ini karena responden mulut hingga delapan hitungan hanya
merasa mual, hanya ingin tidur saja, bisa 2 – 3 hitungan saja. Pada saat
dan tidak bisa melakukan instruksi makan juga responden masih terlihat
yang diberikan oleh peneliti yaitu terbatas dalam mengunyah makanan
latihan otot-otot menelan misalnya sehingga tidak dapat membentuk bolus
membuka mulut berbentuk “O”, tidak dan masih sangat lambat menelan
dapat sepenuhnya mengeluarkan makanan, hanya makan 2-3 sendok
lidah, membuat lidah menyentuh makan saja dan sudah sedikit bisa
bibir atas bawah, samping kanan kiri, untuk menolehkan kepala ke posisi
bicara tidak jelas, bibir nampak tidak yang lemah serta memegang jakun
simetris, tidak mampu mengemut pada saat menelan namun hanya
permen lolipop, ROM pada lidah masih beberapa saat.
terbatas, kurang mampu mengunyah Pada hari keempat 12 responden
makanan hingga membentuk bolus, non hemoragik stroke dan 4 stroke
sangat lambat memindahkan makanan hemoragik sudah dapat melakukan
dari mulut ke faring, hanya mampu latihan otot menelan dengan
menelan makanan sebanyak 1-2 mampu membuka mulut, mengemut
sendok makan dengan toleransi permen walaupun hanya sejenak,
makanan kental tanpa sayur dan mengeluarkan dan menyentuh lidah
lauk, dan nampak responden terlihat walaupun hanya dalam 4 hitungan
ingin muntah dan peneliti membantu saja, lidah masih mengalami gangguan
menggerakkan kepala responden ringan, bibir tampak masih kurang
ke posisi yang lemah, masih tidak simetris, refleks batuk lemah,
mengerti dan tidak mampu untuk kurang mampu membentuk bolus,
melakukan teknik mandelson manuver masih lambat dalam memindahkan
17
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

makanan dan toleransi makanan terdengar sedikit jelas, lidah mampu


hanya menggunakan bubur dan air membuat bolus pada makanan,
sayur sebanyak 2-4 sendok makan sering batuk, tidak menyisakan
dan juga responden sudah bisa makanan dimulut, terkadang lambat
untuk menolehkan kepala ke posisi memindahkan dan menelan makanan
yang lemah dan memegang jakun dengan toleransi makanan lunak dan
pada saat menelan. Pada hari kelima cair dsebanyak 8-10 sendok makan.
4 responden stroke hemoragik dan Pada 20 responden masih
12 non hemoragik stroke mulai bisa ada 6 responden yang mengalami
melakukan latihan otot-otot menelan ketidaknormalan dalam status
dengan baik maupun hanya mampu menelan hal ini dikarenakan
menahan 4-6 hitungan, mampu kurangnya motivasi pasien untuk
mengemut permen yang diberikan, melakukan latihan penguatan otot-
Hal ini dapat memudahkan responden otot menelan, latihan bibir, latihan
untuk mengunyah makanan, dan lidah, menolehkan kepala keposisi yag
memindahkan makanan dari mulut lemah, dan melakukan mandelson
ke pharink. manuver serta ketidakmampuan
Pada hari keenam kebanyakan responden melakukan sendiri latihan
responden non stroke hemoragik dan menelan itu sendiri karena responden
2 stroke hemoragik mampu melakukan mengalami perdarahan dibagian otak
latihan menelan dengan baik dan dan hemiparese pada sebagian tubuh
terstruktur. Kebanyakan bibir pasien klien. sedangkan latihan ini bertujuan
masih terlihat sedikit tidak simetris, untuk meningkatkan kekuatan otot
bicara masih kurang jelas, gangguan mengunyah, menelan makanan, dan
ROM ringan pada daerah lidah serta merubah fisiologi menelan responden
bagian tangan namun batuk volunter secara langsung maupun tidak
lemah. Pada saat mengunyah respoden langsung.
masih menyisakan makanan didalam Penelitian ini sejalan dengan
mulut, lambat memindahkan makanan penelitian McCullough dan Kim (2013),
1-5 detik, dan agak lambat untuk diperoleh 18 pasien stroke dengan
menelan makanan 1-2 detik dengan disfagia setelah diberi perlakuan
toleransi makanan lunak dan cair latihan menelan dalam hal ini teknik
dengan lauk yang diberikan dan juga mandelson manuver didapatkan
responden sudah mandiri untuk peningkatan kemampuan menelan
menolehkan kepala ke posisi yang setelah satu minggu latihan menelan.
lemah dan memegang jakun pada saat Hasil penelitian ini berkolerasi
menelan sampai hitungan 5-7 . dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hari terakhir setelah diberikan Ismansyah (2008) yang mengatakan
perlakuan, 12 pasien non stroke bahwa pengaruh latihan menelan
hemoragik mampu secara mandiri terstuktur pada pasien stroke
melakukan tekhnik latihan otot- dengan disfagia signifikan terhadap
otot menelan walaupun pada pasien peningkatan kemampuan mengunyah
stroke hemoragik dan 2 pasien non dan menelan pada pasien stroke
hemoragik masih butuh bantuan dalam dengan disfagia.
melakukan latihan menelan seperti Hasil penelitian Squires (2006)
mengeluarkan lidah, menyentuh mengatakan bahwa latihan lidah baik
bibir atas, bawah samping kanan dan aktif maupun pasif bertujuan untuk
kiri sampai delapan hitungan. Dan meningkatkan kemampuan manipulasi
juga kebanyakan responden mampu bolus dan kemampuan mendorong
melakukan tehnik latihan menelan bolus dari rongga mulut masuk ke
secara langsung dan tidak langsung esophagus melalui faring. Sedangkan
tanpa diingatkan dan dibantu lagi. latihan gerak rahang berguna untuk
Suara nafas terdengar bersih, bicara pergerakan rahang dalam proses
18
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

mengunyah. adalah dengan dilakukannya tekhnik


Hal ini sejalan dengan teori yang langsung yaitu Mandelshon Manuver
mengatakan bahwa salah satu terapi yaitu bertujuan membuka sfingter
menelan pada stroke dengan disfagia osefagus untuk mencegah terjadinya
adalah Indirect Swallow Therapy yaitu aspirasi. Selain itu untuk mengimbangi
mengajarkan pasien untuk menjalani kesulitan menelan perlu juga dilakukan
latihan memperkuat otot yang lemah tekhnik kompensatori atau tekhnik
untuk mengatasi kesulitan menelan tidak langsung seperti melakukan
(Rasyid, 2015). pengaturan posisi kepala, menolehkan
Penelitian ini sejalan dengan kepala ke posisi tubuh yang lemah
teori yang mengatakan bahwa latihan serta mengemut permen lolipop untuk
menelan secara teratur tiga kali sehari melatih otot – otot rahang responden.
juga bertujuan untuk memberikan Dapat juga dilihat dari perbedaan
stimulasi pada reseptor refleks status fungsi menelan pasien sebelum
menelan yang terdapat pada arkus dan sesudah latihan menelan, hal ini
faring. Stimulasi pada arkus faring ini sangat penting untuk dilakukan karena
dapat dilakukan pada saat intervensi dapat memperbaiki status nutrisi dan
oral hygienen atau pada waktu meningkatkan kemampuan menelan
memberikan makan dengan modifikasi pasien.
diet. Diharapkan dengan dilatih
secara teratur tiga kali sehari mampu KESIMPULAN
mengembalikan fungsi menelan pasien Ada pengaruh latihan menelan
kembali pulih secara optimal dan dapat pada pasien stroke dengan disfagia di
mencegah terjadinya aspirasi (Rasyid & RSUD Haji Makassar dengan melihat
Soertidewi, 2011) perbandingan status fungsi menelan
Hal ini sejalan dengan teori yang pasien stroke sebelum latihan menelan
mengatakan bahwa latihan menelan dengan sesudah dilakukan latihan
atau swallowing therapy merupakan menelan dengan hasil p<0,001.
suatu intervensi keperawatan yang Diharapkan kepada bagian
mencakup metode langsung dan tidak kesehatan khususnya perawat bahwa
langsung. Metode tidak langsung atau apabila menemkan pasien stroke
menuver kompensatori bertujuan dengan disfagia agar kiranya lebih
meningkatkan kekuatan otot-otot memperhatikan kemampuan menelan
menelan tanpa merubah secara dan status nutrisi pasien dengan
langsung fisiologi menelannya.. melakukan teknik latihan menelan
Sedangkan untuk latihan menelan terstruktur agar kebutuhan nutrisi
menggunakan metode langsung pasien terpenuhi.
dirancang untuk merubah fisiologi Diharapkan penelitian berikutnya
menelan dan membutuhkan partisipasi melihat lebih lanjut tentang pengaruh
langsung dari pasien, yang termasuk latihan menelan pada pasien stroke
da l a m metode ini adalah T h e dengan membedakan derajat disfagia
Mandelsohn Manuver (Mulyatsih & dan lamanya perlakuan yang diberikan
Ahmad, 2015). pada pasien stroke hemoragik untuk
Berdasarkan hasil penelitian, teori mengembangkan penelitian yang lebih
pendukung dan penelitian sebelumnya, mendalam untuk pelayanan kesehatan.
maka peneliti berkesimpulan bahwa
peningkatan kekuatan otot-otot DAFTAR PUSTAKA
latihan menelan sangat penting Jenny, J.C. Lidwina, S. and Angliadi, E. (2014).
dilakukan agar membuat makanan Rehabilitasi Medik pada Penderita
Disfagia. Jurnal Biomedik (JBM).
mudah untuk menjadi bolus sehingga
Vol. 6. No. 3. November 2014. Dipetik
lebih aman untuk pasien melakukan Oktober 12, 2016 dari ejournal.unsrat.
proses menelan. Terjadi perubahan ac.id/index.php/biomedik/article/
fisiologi menelan pada pasien stroke download/6321/5841 pukul 16.00 WITA
19
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 13-20

Ismansyah. (2008). Pengaruh Latihan Swallowing Ability Among Patients with


Mengunyah dan Menelan Terstruktur CVA. Journal of Science. Vol 3. Issue 2.
Terhadap Kemampuan Mengunyah 76. Dipetik October, 14, 2016. DOI: www.
dan Menelan Dalam Konteks Asuhan journalofscience.net. pukul 16.15 WITA.
Keperawatan Pada Pasien Stroke dengan Rasyid, Al & Soertidewi, Lyna. (2011).
Disfagia di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Manajemen Stroke secara Komprehensif.
Samarinda. Skripsi diterbitkan. Depok Jakarta: FKUI.
: Fakultas Kedokteran – Universitas Rasyid, Misbach, & Harris. (2015). Komplikasi
Indonesia. Diakses dari lib.ui.ac.id/ Medis & Tata Laksana. Jakarta: FKUI.
file?file=digital/127168...Pengaruh%20 Riskesdas. (2013). Diakses dari Riset kesehatan
latihan-HA.pdf dasar. Diakses dari www.depkes.go.id/
Kemenkes. (2016). Diakses dari www. resources/download/general/Hasil%20
antarasulsel.com/berita/55730/ Riskesdas%202013. Pada tanggal 12
prevalensi-ptm-di-makassar lampaui- Oktober 2016 pukul 16.45 WITA
prevalensi-nasional. Pada tanggal 19 Smithard, David G. (2014). Swallowing
Oktober 2016 pukul 04.00 WITA Rehabilitation After Stroke. Int J
McCullough, G & Kim, Y. (2013). Effect of the Phys Med Rehabil, 2(2), 2-8. Dipetik
Mendelsohn Maneuver on Extent of Hyoid Oktober 12, 2016, dari http://dx.doi.
Movement and UES Opening Post-Stroke1. org/10.4172/2329-9096.1000191 pukul
NIH Public Access. Vol. 28. No. 4. Dipetik 16.31 WITA
November 8, 2016. DOI : doi:10.1007/ Squires, N. (2006). Dysphagia Management
s00455-013-9461-1. pukul 19.00 WITA of Progressive Neurological Conditions,
Mulyatsih , Enny & Ahmad, Airiza. (2015). Neuroscience. Nursing Journal. (Vol. 20)
Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke http://proquest.umi.com/pqdweb?index
di Rumah. Jakarta: FKUI. =190&did=1020191231. Diakses tanggal
Rani, Parkodi, & Seethalakshmi. (2013). 19 Januari 2017
Effectiveness of Dysphagia Exercises on

20

Vous aimerez peut-être aussi