Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstract.
Failure and leakage might occurs on pressurized component such as piping or pipeline. The combination of probability
of piping failure with consequence may result in low risk condition. The condition still need to be repaired. Steel
patching is common to be used for pipe repair with some limitation. The use of fiber-reinforced plastic composites
offers some advantages i.e. for inaccessible and unsafe pressurized pipe conditions, easily repaired, and highly
corrosion resistance compared to metal. The huge variety of composite characteristics requires high number of data
collection and evaluation for determination of patching composite data. This research aims to develop a software to
facilitate repair process using composites. The development of the software is based on ASME PCC 2, build using
Microsoft Visual Studio and C# programming language. Validation of flowchart and case studies are performed to test
the algorithm. The results of software calculation are compared with excel calculation. The software has been
successfully created, validated and can be used to repair pipe in low risk condition using composite fiber reinforced
polymer. Pipe repair in low risk condition using composite is affected by operating temperature, operating pressure,
type of fluid, and composite strength. The thickness of composite patching is affected by pipe diameter, depth of external
corrosion defect, location of corrosion defect, and risk category.
1 PENDAHULUAN
Pipa untuk mengalirkan fluida merupakan salah satu komponen bertekanan yang sangat penting dan banyak
dipergunakan dalam berbagai industri seperti petrokimia, minyak dan gas. Dalam aplikasinya, pipa dapat
mengalami kerusakan yang selanjutnya mengakibatkan kebocoran pipa. Kerusakan ini dapat diakibatkan oleh
beberapa hal seperti akibat pihak ketiga (third party damage), cacat akibat manufaktur, pembebanan dalam
dan/atau luar, erosi akibat aliran fluida dan korosi [1]. Kerusakan yang terjadi berupa penipisan dinding pipa, korosi
sumuran, gouges, blister, laminasi, retak arah longitudinal dan transversal [2]. Dampak dari kerusakan pipa dapat
berupa kerugian jiwa, finansial, dan ketidaknyamanan bagi industri dan masyarakat sekitar [3]. Kombinasi
kemungkinan kerusakan pada pipa serta dampak nya akan menentukan kondisi resiko pipa tersebut. Pipa
dikategorikan kondisi resiko rendah apabila fluida yang mengalir tidak berbahaya (non-hazardous fluid), non-
IDLH fluids (non-Immediately Dangerous to Life or Health), tidak berbahaya bagi pekerja, tekanan operasi kurang
dari 1 MPa, temperatur operasi diantara –20°C hingga 50°C, dan letak instalasi pipa jauh dari keramaian [2].
Pada umumnya, perbaikan pipa yang mengalami kerusakan akan ditambal menggunakan logam, dengan cara
pengelasan atau sambungan mekanik. Proses perbaikan menggunakan logam memiliki berbagai permasalahan
seperti waktu perbaikan relatif lama, memiliki resiko ledakan pada komponen bertekanan, dan proses yang sulit
dilakukan pada ruang kerja yang terbatas seperti di bawah tanah atau di tengah laut. Penggunaan komposit polimer
berpenguat serat menjadi alternatif perbaikan / penambalan pipa yang rusak dengan beberapa kelebihan seperti
perbaikan yang cepat tanpa proses pengelasan, tidak mengalami korosi, dapat digunakan dengan tingkat keamanan
42
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Vol. 1, No. 1, Agustus 2018
dan keselamatan tinggi, dan mudah diaplikasikan pada posisi instalasi pipa di bawah tanah ataupun di bawah laut
[1, 4]. Proses perbaikan pipa menggunakan komposit polimer berpenguat serat telah diatur oleh standard dan code
ASME PCC-2 2015 dan ISO/TS 24817 [2, 5].
Perbaikan pipa menggunakan komposit polimer berpenguat serat memiliki permasalahan seperti variasi
komposit yang sangat beragam bergantung pada jenis serat, jenis matriks, arsitektur serat, kadar serat-matriks dan
selanjutnya akan menghasilkan variasi sifat fisik dan sifat mekanik komposit yang anisotropi. Dibandingkan
dengan proses perbaikan dengan logam, variasi yang sangat tinggi ini akan membutuhkan pengumpulan dan
pengolahan data yang lebih lama dan lebih rumit dalam menentukan komposit yang sesuai, dimensi penambalan
dan jumlah lapisan komposit yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat
lunak yang akan mempermudah penggunaan komposit polimer berpenguat serat untuk perbaikan pipa pada kondisi
resiko rendah (Low Risk) dengan mengacu pada ASME PCC-2 tahun 2015.
43
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Vol. 1, No. 1, Agustus 2018
TABEL 3 Data Material Patching untuk Perbaikan Pipa Kondisi Resiko Rendah [7, 8]
(a)
(b)
GAMBAR 1. Tampilan Antarmuka Perangkat Lunak (a) Data Input Pipa (b) Data Input Komposit dan Hasil Perhitungan
44
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Vol. 1, No. 1, Agustus 2018
25 22.1
20 16.22
15 10.87
7.98 Type Sleeve B
10 5.06
5 2.49 GFRP
0 CFRP
250 750
Diameter pipa (mm)
50 39.85
40
30 22.1
16.22 Type Sleeve B
20
5.06 8.07 5.06 GFRP
10
0 CFRP
Kecil Besar
Kondisi Cacat
45
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Vol. 1, No. 1, Agustus 2018
melingkar hoop, sedangkan untuk pipa dengan cacat besar (ketebalan aktual pipa kurang dari 50% ketebalan awal
pipa) sehingga kekuatan arah aksial lebih diperlukan [2]. Kekuatan aksial GFRP (σaksial = 138 MPa) lebih besar
daripada setengah dari kekuatan hoop nya (σhoop = 153 MPa). Kekuatan aksial CFRP (σaxial = 188 MPa) lebih kecil
daripada setengah kekuatan hoop nya (σhoop = 755 MPa).
25 22.1 22.1
20 16.2 16.2
15
Type Sleeve B
10 6.85
5.06
5 GFRP
0 CFRP
Korosi Eksternal Korosi Internal
Lokasi Cacat
60 53.28
50
40
30 22.1 Type Sleeve B
16.22
20 11.45
5.06 5.06 GFRP
10
0 CFRP
Low Risk High Risk
Kondisi Resiko
46
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Vol. 1, No. 1, Agustus 2018
Perbaikan menggunakan baja sleeve B hanya membutuhkan patching yang lebih tipis dibandingkan
menggunakan komposit. Hal ini dikarenakan kekuatan dan kekakuan material patching berpengaruh terhadap
ketebalan penambalan. Kekuatan patching merupakan faktor yang dominan dalam penentuan ketebalan pada pipa
kondisi resiko rendah. Pada pipa kondisi resiko tinggi, kekakuan patching lebih berperan dalam menentukan
ketebalan patching. Ketebalan patching mulai dari yang paling tebal sampai yang paling tipis adalah dengan
menggunakan material GFRP, CFRP dan baja. Hal ini sesuai dengan urutan kekuatan dan kekakuan masing-masing
material mulai dari yang terkecil sampai terbesar yaitu GFRP (σ a = 138 MPa, Ehoop = 14,4 GPa), CFRP (σa = 188
MPa, Ehoop = 67 GPa) dan baja sleeve B (σ = 241 MPa, E = 200 GPa). Ketebalan patching yang sangat besar pada
komposit GFRP untuk pipa kondisi resiko tinggi disebabkan oleh kekakuan komposit GFRP yang sangat rendah
dibandingkan dengan baja dan CFRP.
4 KESIMPULAN
Perangkat lunak perbaikan pipa pada kondisi resiko rendah dengan menggunakan komposit polimer
berpenguat serat sudah dibuat berdasarkan pada ASME PCC 2 edisi 2015. Perangkat lunak perbaikan pipa pada
kondisi resiko rendah telah divalidasi melalui perbandingan dengan hasil perhitungan Microsof Excel dan studi
kasus. Ketebalan patching komposit dipengaruhi oleh kekuatan komposit diarah hoop dan aksial, diameter pipa,
kedalaman korosi, lokasi cacat korosi, dan kondisi resiko. Semakin besar diameter pipa, patching yang diperlukan
semakin tebal. CFRP memerlukan ketebalan patching lebih tipis dibandingkan GFRP. Ketebalan perbaikan untuk
kondisi cacat korosi eksternal dipengaruhi oleh ketebalan aktual pipa dan kekuatan material patching di arah
melingkar (hoop) dan aksial. Kerusakan akibat korosi internal atau eksternal tidak berpengaruh pada ketebalan
perbaikan komposit. Untuk lokasi cacat (eksternal dan internal) tidak akan mempengaruhi ketebalan patching. Dan
yang terakhir, kondisi resiko, kekuatan dan kekakuan material patching, dan juga kondisi cacat akan
mempengaruhi ketebalan patching. Ketebalan perbaikan pipa pada kondisi resiko rendah dipengaruhi oleh
kekuatan material patching, sedangkan pada kondisi resiko tinggi dipengaruhi oleh kekakuan material patching.
DAFAR PUSTAKA
47