Vous êtes sur la page 1sur 12

A.

Pengertian Metode ABC (Activity-Based Costing)


Activity Based Costing pada dasarnya merupakan penentuan harga pokok produk yang
ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat untuk kepentingan
manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk.
Definisi activity-based costing menurut Maher adalah “a cost method that first assigns
costs to activities and then asigns them to product based on the product consumption of
activities.” (Maher 1997:236).
Definisi lainnya adalah “ABC is method of product costing that focused on the activities
performed to produce product. It then asigns tha cost of activities to product by using cost drivers
that measure the activities performed.” (Weygandt et. Al. 1996:940)
Jadi ABC (Activity-Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke
produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari
aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.

B. Tujuan ABC (Activity-Based Costing)


Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara
tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
Full costing dan variable costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk
pada fase produk saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan
harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1. Fase design dan pengembangan produk
- Biaya design (design expenses)
- Biaya pengujian (testing expenses)
2. Fase produksi
- Unit level activity cost
- Batch level activity cost
- Product sustaining activity cost
- Facility sustaining activity cost
3. Fase dukungan logistik
- Biaya iklan (advertising expenses)
- Biaya distribusi (distribution expenses)
- Biaya garansi produk (product guarantee expenses)

C. Konsep Dasar ABC


Anggapan yang mendasari konsep ABC adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan menimbulkan biaya
ABC berangkat dengan anggapan bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak
langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan, bukan sekedar menyebabkan
timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2. Produk menyebabkan timbulnya permintaan dan kegiatan
Untuk membuat produk diperlukakn berbagai kegiatan, dan setiap kegiatan memerlukan sumber
daya untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dengan konsep dasar ABC tersebut, biaya merupakan konsumsi sumber daya (seperti bahan
baku, sumber daya manusia, tekhnologi, modal) dihubungkan dengan kegiatan yang
mengkonsumsi sumber daya tersebut. Dengan demikian hanya dengan mengelola dengan baik
kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa, manjemen akan mampu membawa perusahan
unggul dalam persingan jangka panjang. Untuk mampu mengelola kegiatan perusahaan,
manajemen memerlukan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam
berbagai kegiatan perusahaan.
Pada awal penggembangannya ABC digunakan dalam perusahaan-perusahaan manufaktur yang
memproduksi berbagai macam produk dengan biaya overhead tinggi. Dalam merancang ABC,
kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk dalam perusahaan yang menghasilkan
berbagai macam produk dapat digolongkan ke dalam 4 macam kelompok besar yaitu:
1. Facility Sustaining Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki
perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci
perusahaan adalah contoh jenis biaya yang termasuk dalam facility sustainining activity cost.
Biaya dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan kapasitas
activity cost.
2. Product Sustaining Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya
untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh
jumlah unit yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.
Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian
produk, biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran jumlah unit produk tertentu yang
akan dihasilkan selama umur produk tertentu (product life cycle).
3. Batch Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksikan. Setiap cost yang
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan peralatan sebelum suatu order
prosuksi diproses adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan biaya ini, besar kecilnya
biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini
tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. Pembeli
dibebani batch activity cost berdasarkan jumlah batch actiity cost yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam setiap menerima order dari pembeli.
4. Unit Level Activity Cost
Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya angkutan adalah contoh biaya yang termasuk dalam
golongan ini, biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk dikalikan
dengan jumlah produk yang sesunguhnya diperoleh.

D. Manfaat dan Keterbatasan Metode ABC


Manfaat ABC adalah:
 Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan adanya
subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (over
costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under costing).
 Memperbaiki pembuatan keputusan.
Dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya
produk, tetapi juga memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang
menyebabkan timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting
bagi manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola
aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
 Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead
Biaya overhead di sebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC
memudahkan manajer dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya
overhead tersebut.

E. Keterbatasan ABC adalah:


1. Sistem ABC menghendaki data-data yang tidak biasa dikumpulkan oleh suatu perusahaan,
seperti jumlah set-up, jumlah inspeksi, jumlah order yang diterima.
2. Pada ABC pengalokasian biaya overhead pabrik, seperti biaya asuransi dan biaya penyusutan
pabrik ke pusat-pusat aktivitas lebih sulit dilakukan secara akurat karena makin banyaknya
jumlah pusat-pusataktivitas.

F. Tahap-tahap ABC
Tahap-tahap dalam penerapan ABC adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas
Pengindentifikasian aktivitas-aktivitas menghendaki adanya daftar jenis-jenis pekerjaan yang
terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan proses produksi.
b. Membebankan biaya ke aktivitas-aktivitas
Setiap kali suatu aktivitas ditetapkan, maka biaya pelaksanaan aktivitas tersebut ditentukan.
c. Menentukan activity driver
Langkah berikutnya adalah menentukan activity driver untuk masing-masing aktivitas yang
merupakan faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas tersebut.
d. Menentukan tarif
Dalam menentukan tarif ini, total biaya dari setiap aktivitas dibagi dengan total activity driver
yang digunakan untuk aktivitas tersebut.
e. Membebankan biaya ke produk
Langkah selanjutnya adalah mengkalikan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas tersebut
dengan aktivitas driver yang dikonsumsi oleh tiap-tiap jenis produk yang diproduksi kemudian
membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi untuk tiap produk.

G. Sistem Biaya Activity-Based Costing (ABC)


Activity-Based Costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk
masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional, Sistem
biaya ABC ini merupakan hal yang baru sehingga konsepnya masih dan terus berkembang,
sehingga ada berbagai defenisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu sendiri.
Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai sistem biaya Activity based Costing sebagai
berikut:
Mulyadi (1993) : "ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan
untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan
mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk."
Tunggal (1992) : "Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang
lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana
mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama."
Garrison dan Norren (2000) : "Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi
biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap."
Morse, Davis dan Hartgraves (1991) : Dalam bukunya Management Accounting memberikan
definisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai sistem pengalokasian dan
pengalokasian kembali biaya keobjek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya.
Sistem ABC ini didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan biaya aktivitas
harus dialokasikan keobjek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sistem
ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan
produk tersebut.

H. Keunggulan dari Sistem Biaya Activity-Based Costing (ABC)


Nurhayati (2004) menjelaskan beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity based Costing
(ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:
 Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana
biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.
 Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern, terdapat
sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis system biaya ABC itu sendiri
memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat
ditelusuri.
 Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost)
bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
 Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu
dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap
produk.
 Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan
menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers), banyak dari pemicu biaya tersebut
adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
 Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel
jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan
yang strategik.
 Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
Sistem ABC ini akan menghilangkan aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki nilai
tambah pada proses pembuatan suatu produk. Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut adalah
waktu pindah, waktu inspeksi, dan waktu tunggu.

I.Perbandingan Sistem Biaya ABC dengan Sistem biaya tradisional


Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidak tepatan
dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing.
Hal ini berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih
akurat. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan
produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas tiap level. Metode penentuan biaya ini
menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.

Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity- Based
Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Tunggal (1995) adalah sebagai berikut:
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (driver) untuk
menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya
tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis
alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional
terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional
digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat
diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke
integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang
mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada
sistem tradisional , karena kelompok biaya (Cost Pools) dan pemicu biaya (Cost Driver) jauh
lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode
untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

J. Prosedur Pembebanan Biaya Sistem Activity-Based Costing (ABC)


Menurut Hariadi (2002) menjelaskan bahwa sistem biaya tradisional mendistribusikan
biaya overhead produksi ke produk dengan menggunakan dasar aplikasi yang disebut dengan
unit based measures (penggunaan berdasarkan jumlah/volume unit), yaitu jam tenaga kerja
langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku langsung dibebankan secara
rata pada seluruh produk yang dihasilkan. Sistem biaya ini mengasumsikan bahwa sumber daya
yang dikonsumsi proporsional dengan acuan tersebut.
Sistem biaya tradisional ini menggunakan pembeban biaya dua tahap, tahap pertama
adalah biaya overhead didistribusikan ke pusat-pusat biaya (cost centre). Pada tahap kedua,
biaya yang terakumulasi dalam tiap pusat biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan
pemicu unit based tersebut. Pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk
yang dihasilkan. Dalam sistem biaya ABC ini juga dikenal adanya prosedur pembebanan biaya
aktivitas kepada produk berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang
dihasilkan tersebut. Menurut Mulyadi (1993), prosedur pembebanan biaya overhead dengan
sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan: Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam Cost Pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen,
terdiri dari empat langkah:
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas
2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya
digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari empat kategori yaitu: Unit level activity costing,
Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity
costing.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit Cost Driver.
4. Menentukan tarif/unit Cost Driver Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk
suatu aktivitas Tarif/unit

K. Perhitungan Cost of Goods Manufactured Dengan Menggunakan Sistem Activity Based


Costing
Metode ABC mencoba mengatasi masalah pembebanan biaya overhead pabrik. Dalam
metode ini, biaya overhead akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya
secara nyata. Aktivitas-aktivitas yang dapat diidentifikasi dalam proses produksi yaitu. Biaya
overhead yang dikeluarkan akibat dilakukannya aktivitas tersebut antara lain biaya listrik, biaya
oli dan service, biaya obat, biaya sparepart, biaya umum, biaya service, biaya inspeksi, depresiasi
bangunan, mesin dan kendaraan.
Aktivitas-aktivitas produksi dikelompokkan menjadi beberapa pusat aktivitas yaitu:
1. Aktivitas Pemeliharaan Inventaris: Biaya Depresiasi Gedung
Biaya Depresiasi Mesin Biaya Depresiasi Kendaran Biaya Umum
2. Aktivitas Proses Penenunan Kain: Biaya Setup , Biaya Listrik , Biaya Obat, Biaya Sparepart ,
Biaya Oli dan service
3. Aktivitas inspeksi: Biaya inspeksi
Sumber Terkait :
Modul praktikan akuntansi manajemen dan praktikum, Universitas Gunadarma

CONTOH KASUS
. PT Baju memproduksi 2 produk yaitu produk polos dan produk bercorak. Produk PT Baju yang
bercorak diproduksi dalam jumlah yang sama dan biaya yang sama dengan produk polos. Kedua-
duanya bervolume tinggi. PT Baju melakukan :
a. 40 persiapan untuk setiap produk dan mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp. 900.000
dengan rata-rata sebesar Rp 22.500/persiapan
b. 20 perubahan desain untuk setiap produk dan menegluarkan biaya perubahan desain sebesar
Rp.700.000 dengan rata-rata sebesar Rp.35.000
c. Menggunakan 160.000 jam tenaga kerja langsung dan mengeluarkan biaya overhead lain-lain
sebesar Rp.3.200.000 dengan rata-rata sebesar 20 jam tenaga kerja langsung.
Jawab :
Data produksi terakhir PT Baju :
PT BAJU
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir
Polos Bercorak Total
Unit yang diproduksi 100.000 50.000
Biaya bahan baku langsung
Per Unit Rp 10 Rp 15
Total Rp 1.000.000 Rp 750.000 Rp 1.750.000
Tenaga Kerja Langsung
Jam Per unit 1 2
Total Jam 80.000 80.000
Total Biaya Rp. Rp 1.600.000 Rp 1.750.000
1.600.000
Persiapan 20 20
Perubahan desain 10 10
Overhead
Biaya Tingkat Batch Rp. 900.000
Biaya Tingkat Produk Rp.700.000
Overhead lain-lain Rp.
3.200.000
Total Overhead Rp.
4.800.000
Rp.
9.750.000

Berdasarkan data diatas, direktur PT BAJU meminta manajer akuntansinya untuk menghitung
berapa biaya per unit berdasarkan perhitungan system ABC !
PERHITUNGAN :
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC)
PT BAJU
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
Tarif Overhead:
Biaya persiapan tingkat batch Rp. 900.000:40=Rp.
22.500/persiapan
Biaya per kali perubahan-tingkat produk Rp. 700.000:20=Rp.
35.000/perubahan
Overhead lain-lain Rp. 3.200.000:160.000=Rp.
20/jam TKL

polos Bercorak Total


Bahan baku langsung Rp. 1000.000 Rp. 750.000 Rp.
1.750.000
Tenaga Kerja Langsung 1.600.000 1.600.000 3.200.000
Overhead :
Persiapan : Rp.22.500x20 450.000
Persiapan: Rp.22.500x20 450.000 900.000
Perubahan desain 350.000
Rp.35.000x10
Perubahan desain 350.000 700.000
Rp35.000x10
TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000
TKL Rp.20x80.000 jam 1.600.000 3.200.000
Total biaya Rp. 5.000.000 Rp. 4.750.000 Rp.
9.750.000
Unit yang diproduksi 100.000 50.000
Biaya per unit Rp. 50 Rp. 95

2. Pabrik sepatu maya menghasilkan produk, nike dan adidas dan menggunakan sitem penetapan
biaya dimana semua biaya tidak langsung dikumpulkan di dalam suatu poll biaya dan
dialokasikan berdasarkan pada jam mesin. Manajemen blaine memutuskan untuk menetapkan
ABC karena studi tentang biaya mengungkapkan bahwa biaya umum berhubungan dengan
aktivitas set up dan aktivitas desain, banyaknya set up dan banyaknya jam mesin desain
merupakan pendorong aktivitas untuk kedua biaya tersebut dan jam mesin selanjutnya digunakan
sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya tidak langsung. Berikut ini informasi operasi tahun
sekarang dari pabrik sepatu maya :

Nike Adidas Total


Unit yang diproduksi 800 17.000 17.800
Biaya bahan langsung
Per unit Rp.250 Rp.50
Total Rp.200.000 Rp.850.000 Rp.1.050.000
Biaya upah langsung Rp.80.000 Rp.425.000 Rp.505.000
Jam desain 9.600 4.400 14.000
Setup 120 80 200
Jam mesin 5.000 45.000 50.000
Overhead
Desain Rp.350.000
Setup Rp.250.000
Lain-lain Rp.1.200.000
Total overhead Rp.1.450.000

Direktur pabrik sepatu maya meminta kepada bagian akuntansi :


Menghitung total biaya dan biaya per unit yang dilaporkan untuk kedua produk dengan sisttem
perhitungan harga pokok ABC !
Perhitungan biaya produksi berdasarkan Sistem ABC
Pabrik sepatu ARHAN
Biaya produksi dengan sistem ABC
Tarif Overhead :
Desain : Rp.350.000 : 14.000 jam desain = Rp25/jam
Setup : Rp.250.000 : 200 Setup = 1.250 setup
Overhead lainnya : Rp.1.200.000 : 58.000 jam mesin = Rp 24 per jam mesin
Nike Adidas Total
Bahan Baku Rp.200.000
Upah Langsung Rp.80.000
Overhead :
Rp25x9600 jam desain 240.000
Rp25x4400 jam desain 110.000 350.000
Biaya setup
Rp.1.250x120 setup 150.000
RP.1.250x80 setup 100.000 250.000
Biaya lainnya
Rp 24x5000 jam mesin 120.000
Rp24x45.000 jam mesin 1.080.000 1.200.000
Total biaya Rp.790.000 Rp.2.565.000 Rp.3.355.000
Unit yang diproduksi 800 17.000
Biaya per unit Rp.987,50 Rp.150,88

Vous aimerez peut-être aussi