Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Assesmen Fisik


Asismen adalah suatu proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kinerja
dan karya siswa serta bagaimana proses ia menghasilkan karya. Asesmen adalah proses
pengumpulan informasi tentang seorang yang akan digunakan dengan anak tersebut.
Tujuan utama dari suatu asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan merencanakan program pembelajaran.
Menurut Hargrove dan Poteet, asesmen merupakan salah satu dari tiga aktivitas
evaluasi belajar, ketiga aktivitas tersebut adalah asesmen, diagnotik, dan preskriptif.
Menurut Salvia dan Ysseldyke seperti dikutip oleh lerner, dalam kaitannya dengan
upaya penanggulangan kesulitan belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan,
yaitu:
1) Penyaringan (screnning)
2) Pengalihtanganan (referral)
3) Klasifikasi (classification)
4) Perencanaan pembelajaran ( instruction planning)
5) Pemantauan kemajuan belajar ( monittoring pupil progress).
Asesmen tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program, tetapi untuk
mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar anak. Harun rasyid dalam bukunya
asesmen perkembangan anak usia dini menjelaskan bahwa asesmen bagi anak usia dini
dan taman kanak-kanak bukan bertujuan untuk mengukur prestasi dan mencapai
keberhasilan skolastik, melainkan untuk melihat tingkat kemajuan perkembangan serta
kemampuan yang telah dilakukan anak dalam berbagai tindakan, sikap, kinerja, dan
tampilan mereka. Prinsip asesmen bagi anak usia dini dan taman kanak-kanak adalah
proses memahami tingkat perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak secra
terus menerus dengan cara mengumpulkan data melalui amatan, pencatatan, rekaman,
terhadap perilaku yang ditampilkan. Asesmen tidak dilakukan dikelas pada akhir
program atau diakhir tahun TK, tetapi dilakukan secara bertahap dan
berksesinambungan sehingga kemajuan belajar siswa dapat diketahui. Seperti: ketika
anak bermain, menggambar atau dari karya yang dihasilkan. Asesment tidak
mengkondisikan anak pada bentuk ujian.
Dengan mengetahui bakat, minat, kelebihan dan kelemahan siswa, maka guru bersama-
sama dengan orang tua siswa dapat memberi bantuan belajar yang tepat untuk anak
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Assesment kompetensi perlu dilakukan
melalui berbagai penilaian agar rumus yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Menurut Eko Yunianto, beberapa penilaian yang digunakan dalam menyusun
kompetensi anak usia dini yaitu:
1. Beriorentasi pada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, dan
gizi yang dilaksanakan secara integratif dan holistik.
2. Belajar melalui bermain dengan menggunakann strategi, metode, materi atau
bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak.
3. Kreatif dan inovatif, dapat dilakukan dengan kegiatan yang menarik,
memmbangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi , anak untuk berfikir kritis, dan
menemukan hal-hal baru.
4. Lingkungan yang kondusif, lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik dan
menyenangka, dengan memperhatikan kenyamanan anak dalam bermain.
5. Menggunakan pembelajaran terpadu, menggunakan tema yang menarik anak (
cenet of interest), dimaksudkan agar anak mampu dan jelas sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
6. Mengembangkan ketrampilan hidup melalui pembiasaan-pembiasaan agar mampu
menolong diri sendiri, didiplin dan memperoleh bekal ktrampilan dasar yang berguna
untuk kelangsungan hidup.
7. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang berasal dari lingkungan
alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan.
8. Pembelajaran yang beroriantasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak, ciri-ciri
pembelajaran ini adalah anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya
terpenuhi serta merasa aman dan tentram scara psikologis, siklus belajar anak selalu
berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan, memperoleh
penemuan, untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya.
9. Stimuli terpadu, pada saat anak melakukan kegiatan, anak dapat mengembangkan
beberapa aspek pengembangan sekaligus.
Dengan diuraikannya penilaian-penilaian kompetensi diatas, pendidik dapat
mempergunakan dalam menyusun perencanaan maupun melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik.
B. Prinsip-Prinsip Asesment
Menurut puckett dan black (1994) asesmen autentik yang diterapkan pada anak usia
dini menggunakan beberapa prinsip sebagai berikut.
1. Holistik
Asesmen meliputi seluruh aspek perkembangan anak, seperti aspek fisik motorik,
sosial, moral, emosional, intelektual, bahasa dan kreatifitas. Perkembangan anak pada
aspek dipantau untuk mengetahui kelebihan, kelemahan, serta kebutuhan anak.
2. Autentik
Asesmen dilaksanakan melelui kegiatan yang nyata, fungsional, dan alami dengan
harapan hasil asesmen menggambarkan kemampuan anak yang sesungguhya.
3. Kontinu
Asismen dilakukan secara kontinu, setiap saat ketika anak melakukan secara harian
atau mingguan, tergantung kapan guru memandang saat yang tepat bagi seorang anak
untuk dilihat kemampuannya pada aspek tertentu.
4. Individual
Asesmen dilakukan untuk melihat perkembangan setiap siswa secara individual
meskipun mungki dilakukan saat anak melakukan kegiatan kelompok. Asesmen tidak
membandingkan prestasi siswa yang satu dengan siswa lainnya. Tetapi asesmen
berusaha untuk mengungkap kelebihan, kelemahan, kebutuhan setiap siswa. Oleh
karena itu tidak layak jika di TK ada juara kelas. Hal itu didasarkan atas prinsip
keilmuan PAUD yang menyatakan bahwa setiap anak pada dasarnya unik, memiiliki
bakat, minat, dan kemampuan yang berbeda. Fungsi guru, orang tua, dan profesional
ialah memberikan bantuan kepada setiap anak agar ia berkembang secara optimal
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.
5. Multisumber dan Multikonteks
Aesmen dilakukan pada beragai konteks. Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan
motorik halus seorang siswa, guru dapat melihat saat kegiatan menggunting, mewarnai
pola, menggambar bentuk, dan menempel. Untuk melihat perkembangan moral dan
sosial dapat dilakukan bermain bersama, mantre mengambil makanan, sharing pewarna
saat menggambar, dan saat kerja kelompok. Selain observasi dan hasil karya anak,
guru juga perlu mendiskusikan hasil pengamatannya kepada orang tua, anak, dan para
profesional agar informasi yang ia peroleh semakin lengkap.
C. Teknik Asesmen
Teknik asesmen meliputi semua kegiatan menilai pada setiap siswa, yaitu:
1. Pengamatan (observing)
2. Pencatatan (recording)
3. Dokumentasi (documenting)
Kegiatan pengamatan dapat dilakukan melalui bernagai teknik pengamatan, yang
meliputi:
1. Narative observation
2. Anecdotal record
3. Running record
4. Time sampling
5. Chek list
Dari hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis meliputi tingkat perkembangannya,
kelebihan, kekurangan, serta kebutuhan anak untuk kelanjutan
perkembangannya. Sehingga dapat mengetahui sejauh mana perkembangan anak, serta
mengetahui segala potensi anak kedepannya dan sebagai laporan kepada orangtua

D. Komponen Asesmen
Komponen yang dipantau melalui aspek perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek Perkembangan Fisik Motorik
a. Motorik kasar antara lain meliputi :
1) Memenjat tali, tangga, panjatan;
2) Berlari;
3) Melompat;
4) Menendang bola;
5) Menangkap bola;
6) Bermain lompat tali;
7) Berjalan pada titian keseimbangan.

b. Motorik halus meliputi :


1) Menarik resleting;
2) Mengancing baju;
3) Menggunting pola;
4) Mengikat tali sepatu;
5) Mewarnai pola;
6) Makan dengan sendok;
7) Menyisir rambut, dan menggambar.

c. Organ sensor meliputi :


1) Mendengarkan perintah guru dari jauh;
2) Melihat tullisan atau bagan di papan tulis dari jauh;
3) Mengenali berbagai benda dalam kotak tanpa melihat;
4) Mampu membedakan bernagai macam rasa;
5) Mampu mengenali berbagai macam bau;
6) Menyebutkan warna benda;
7) Menyebutkan ciri-ciri objek dari observasi.

d. Kesehatan badan antara lain meliputi :


1) Seimbang antara tinggi dan berat badan;
2) Aktif dan lincah;
3) Catatan kehadiran baik;
4) Mampu menggunakan berbagai alat permainan di luar kelas.

Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah


satu aspek penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-
perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan
bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
 Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;
 Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;
 Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,
seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan,
yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;
 Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-
perubahan dalam tubuh (seperti : pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi,
pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam
cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan
motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti
penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).

Menurut Muss yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (Sarlito, 1991: 51), urutan
perubahan-perubahan fisik adaah sebagai berikut :
Pada anak perempuan :
1. Pertumbuhan tulangtulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi
panjang).
2. Pertumbuhan payudara.
3. Tumbuh bulu halus berwarna gelap di kemaluan.
4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.
5. Bulu kemaluan menjadi keriting.
6. Menstruasi atau haid.
7. Tumbuh bulu-bulu ketiak.

Pada anak laki-laki :


1. Pertumbuhan tulang-tulang.
2. Testis (buah pelir) membesar.
3. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap.
4. Awal perubahan suara.
5. Ejakulasi.
6. Bulu kemaluan menjadi keriting.
7. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.
8. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah.
9. Tumbuh bulu ketiak.
10. Akhir perubahan suara.
11. Rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap.
12. Tumbuh bulu di dada.
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
optimal adalah sangat penting, sebab pertumbuhan / perkembangan fisik anak secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara
langsung, pertumbuhan fisik akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak.
Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan/perkembangan fisik akan
mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.

E. Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik


Dilihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar
merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai
terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi
matang secara seksual pada saat mana pertumbuhan berkembang pesat. Masa ini sering
juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang
masa remaja. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses
pertumbuhan fisik yang berarti.

Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)


Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu
melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan gerakan
berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang
berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat pertumbuhan jaringan
otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang
kaki dan tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai
dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.

Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11)


Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi
mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot otot kecil, kesehatan
umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
· Usia 8-9 tahun
Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki laki
cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi
mata dan tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot
dan syaraf masih kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari
lelaki
· Usia 10-11 tahun
Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan metabolism
yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun). Lelaki hanya 5%
yang mencapai kematangan seksual.

Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja


Pada masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada
perkembangan, kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Karakteristik perkembangan
fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang
cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin)
maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, dan mimpi
basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa puberitas).

Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa


Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat bervariasi
seiring dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan fisiknya
dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proposianal
memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mecapai titik
maksimal. Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai terhenti sehingga hasil dari
pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.

F. Management Symtomp
1. Kontrol Gejala
Penyakit yang lebih lanjut adalah berhubungan dengan pengalaman dari gejala-gejala
bahwa dapat dibandingkan dengan penderitaan. Sebagian besar penelitian dalam area
ini berhubungan pada pasien dengan kanker. Meskipun beberapa penelitian juga
dilakukan pada populasi yang lain, termasuk didalamnya pasien dengan gagal jantung
berat, penyakit respirasi lanjut dan penyakit yang berhubungan dengan HIV. Tinjauan
gejala sangat bervariasi bergantung atas :
 Stadium penyakit
 Persoalan metode
 Populasi yang diteliti (misalnya pasien rawat jalan atau rawat inap)
Pravalensi dari gejala dikeadaan penyakit yang berbeda bervariasi, tetapi ada hal yang
menarik bahwa gejala distress atau sedih sering di penyakit non-malignansi maupun
kanker. Hal tersebut menyokong argumen untuk pelayanan perawatan paliatif untuk
ditawarkan keseluruh pasien (tanpa memperhatikan dari diagnosis), atas dasar
kebutuhan.
Berikut tabel pravalensi dari gejala disstres yang dilaporkan secara retrospektof dengan
perawatan selama tahun terakhir masa kehidupan
Gejala Populasi Kanker (%) Populasi Non Kanker (%)
Nyeri 71 72
Dispneu 63 64
Batuk menetap 50 42
Mulut kering 43 34
Anoreksia 33 21
Kesulitan menelan 63 53
Mual muntah 66 50
Konstipasi 65 69
Kebingungan 42 44
Insomnia 44 45
Mood rendah 67 73

2. Prinsip dari manajemen gejala


Psikologi inividu dan faktor sosial berdampak atas pengalaman dan skpresi dari gejala-
gejala. Pengetahuan bahwa hidup dapat menjadi singkat, dengan gejala-gejala tersebut
secara potensial merepresentasikan penyakit yang memburk, meningkatkan disstress
yang berhubungan dengan gejala itu. Penjelasan dan mengembalikan kepercayaan diri
dimana yang tepat atau sesuai dapat juga menjadi sangat membantu. Pasien dan
keluarga mereka merasa dihargai dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai
terapi semptomasis. Mereka dapar merasakan bahwa mereka telah kehilangan kontrol
dari sebagian besar dengan apa yang terjadi pada mereka. Manajemen paliatif atau
simptomasis memasukkan suatu jangkauan yang sangat luas dari intervensi, dari
melatih teknik pernafasan hingga manajemen modifikasi-penyakit, misalnya
pembedahan. Tujuan umum dari terapi tersebut adalah bukan untuk mengobati pasien,
tetapi sebaliknya untuk membuat mereka merasa lebih baik walaupun hanya sementara.

Keputusan mengenai investigasi dan tatalaksana haruslah sesuai utnuk keadaan


individu. Beberapa pasien dapat sangat tidak sehat untuk ditoleransi atau keuntungan
dari terapi spesifik. Pada situasi ini terapi semestinya dipakai ke arah ukuran
kenyamanan. Pasien akan sering memiliki masalah multiple dan dapat dimasukkan
dalam meprioritaskan mereka. Ada empat prinsip dari manajemen gejala, yaitu :
1. Penilaian Gejala
Penilaian gejala yang akurat esensial untuk mengidentifikasi penyebab dan terapi
yang sesuai. Hal tersebut penting untuk mengenali bahwa tidak semua gejala akan
menjadi haril langsung dari proses penyakit. Beberapa akan muncul sebagai hasil
dari kelemahan umum, yang lain akan menjadi efek samping dari terapi, tetapi
gejala dapat juga muncul secara tiba-tiba dari patologis yang tidak berhubungan.
Riwayat gejala terperinci dan pemeriksaan dapat memunculkan pola yang dikenali,
merujuk kepada penyebabnya. Hal ini akan memadu terapi dan investigasi yang
sesuai. Pada pasien dengan penyakit stadium lanjut, investigasi semestinya hanya
dikerjakan apabila gejala tersebut mempengaruhi manajemen terapi. Apabila
seorang individu terlalu lemah untuk menerima terapi untuk masalah spesifik, maka
kemudian tes invasif untuk mendiagnosis masalah tersebut biasanya tidak dapat
dibenarkan.

2. Penjelasan Dengan Komunikasi yang Baik


Inti dari perawatan paliatif adalah kemampuan komunikasi yang baik.
Mendengarkan secara aktif merupakan kemampuan yang membutuhkan latihan,
namun tanpa adanya hal tersebut keluhan utama pasien tidak kita dapatkan.
Memberi informasi membutuhkan kemampuan dan latihan yang samam selain itu
dibutuhkan untuk mengalokasikan waktu secukupnya. Masing-masing individu
membutuhkan tingkat informasi yang berbeda-beda. Beberapa mungkin hanya
mendapatkan informasi yang terbatas terkait dengan diagnosis. Seoranng yang
profesional perlu memperhatikan hal-hal penting, baik pada saat pemberian
informasi maupun berita yang bersifat rahasia. Perawatan yang dilakukan oleh
keluarga merupakan hal penting dalam menerapkan terapi holistik pada pasien dan
jika memungkinkan harus dibicarakan secara bersama-sama. Cara tersebut dapat
mencegah terjadinya situasi dimana pasien dan keluarganya tidak memberikan
informasi yang sebenarnya karena mereka melindungi rahasia masing-masing.
Kepekaan khusus dibutuhkan pada tahap tertentu dari perjalanan hidup pasien,
berita buruk mungkin membuthkan beberapa waktu yang disampaikan kepada
pasien (misalnya pada saat penyampaian diagnosis, kegagalan terapi dan
komplikasi). Pada penyakit yang bersifat jangka panjang, tiap individu
membutuhkan dukungan untuk menyuarakan pemikirannya tentang masa depan
sehingga mereka mulai dapat membuat rencana untuk mewujudkannya.

3. Terapi Paliatif dengan Modifikasi Penyakit


Terapi modifikasi penyakit dapat sangat membantu untuk mengatasi gejala
meskipun ketika pengobatan untuk kesembuhan tidak lagi mungkin. Pada
keganasan stadium lanjut, kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal dan
pembedahan seluruhnya dapat sesuai dibawah beberapa kondisi. Hal ini penting
ketika mempertimbangkan seperti terapi paliatif untuk menyeimbangkan
keuntungan potensial dengan efek samping. Pada pasien dengan hemoptisis dari
kanker paru, radioterapi, atau laser brakiterapi dapat menawarkan keringanan gejala
yang terbaik dan mungkin dapat menawarkan keringanan gejala yang terbaik dan
mungkin dapat dipertimbangkan meskipun di individu yang lemah. Pembedahan
juga seharusnya dipertimbangkan. Sebagai contoh pada pasien dengan fraktur
panggul patologis ia mungkin tidak dapat membungkuk untuk dilakukan blok
anastesi regional, fiksasi pembedahan menjadi kesempatan terbaik untuk
mengendalikan nyeri. Pasien dengan gagal ginjal kronik stadium akhir yang telah
menerima bahwa mereka menjelang kematian dapat memilih untuk memperpanjang
kehidupan dengan pergi kerumah sakit beberapa kali dalam semingu untuk
hemodialisis dalam rangka mencegah gejala yang tidak diinginkan.

4. Terapi Simptomatis
Dalam banyak kasus, pengobatan penyakit mendasar tidaklah mungkin atau tidak
dapat dikontrol sendiri gejalanya. Terapi simptomatis kemudian dibutuhkan. Terapi
ini dapat berupa :
a. Farmakologis
Ilustrasi ini menggunakan gejala muntah sebagai contoh. Berbagai penyebab
timbuknya gejala muntah meliputi berbagai kelompok reseptor yang berbeda
dan terapi terbaik menggunakan anti emesis yang berbeda-beda. Sama seperti
nyeri, terkadang obat yang terbaik sama sekali bukanlah obat anti emetik.
b. Non farmakologis
1) Teknik relaksasi untuk serangan sesak napas
2) Posisi saat tidur untuk mengurangi sekresi dahak yang tertahan
3) Modifikasi diet pada disfagia
4) Bantuan mobilisasi pada kelumpuhan
5) Akupuntur dan acupressure untuk mual
6) Penggunaan transcutaneus electical nerve stimulation (TENS) untuk nyeri
c. Kombinasi dari keduanya
Kontrol gejala akan sering membutuhkan terapi obat yang mana semestinya
disesuaikan terhadap penyebab dari gejala. Terdapat beberapa prinsip dasar
bahwa seharusnya memandu seluruh pengeresepan untuk gejala-gejala dipasien
dengan penyakit stadium lanjut :
1) Beberapa gejala yang menetap membutuhkan terapi secara teratur, lebih dari
yang dibutuhkan agar mencegah munculnya gejala
2) Tiap obat baru seharusnya memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan
dengan besarnya potensi efek samping yang dimilikinya (sesuai dengan
kondisi pasien)
3) Harus diupayakan untuk membatasi jumlah penggunaaan obat-obat an untuk
meningkatkan kepatuhan
4) Obat-obat an yang sekiranya kurang bermanfaat dalam jangka pendek
(misalnya, statin) sebaiknya dihentikan
5) Jika pasien mengeluh mual dan muntah, perlu dipikirkan rute pemberian
obat yang lain
6) Mengidentifikasi penyebab untuk gejala tertentu sehinga dapat diberikan
terapi simtomatik yang spesifik.
BAB II

ANALISIS

A. Analisis Teoretis
Perubahan - Perubahan dalam Tubuh
Perkembangan fisik dan motorik berkaitan dengan pertumbuhan biologi dimana dalam
perkembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut :

Dari bagan tersebut, kita dapat menganalisis bahwa perkembangan fisik dan motorik
terdiri dari perubahan-perubahan dalam tubuh, dimana perubahan tersebut mengarah
kepada perkembangan atau pertumbuhan otak, system syaraf, organ indrawi, serta
pertambahan tinggi dan berat tubuh. Tahap selanjutnya adalah perubahan-perubahan
dalam cara individu menggunakan tubuhnya. Dimana perubahan tersebut meliputi
perkembangan keterampilan gerak suatu individu serta perkembangan organ-organ
seksual individu.

Tahap terakhir adalah perubahan dalam kemampuan fisik. Dalam tahap ini, terjadi
penurunan-penurunan fungsi organ-organ tubuh, diantaranya jantung, penglihatan, dan
sebagainya.
Secara garis besar, perkembangan fisik dan motorik suatu individu dari masa anak-anak
menuju masa usia lanjut akan terjadi penurunan baik dalam kemampuan organ dalam
tubuh maupun organ luar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asismen adalah suatu proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kinerja
dan karya siswa serta bagaimana proses ia menghasilkan karya. Asesmen adalah proses
pengumpulan informasi tentang seorang yang akan digunakan dengan anak
tersebut. Tujuan atau fungsi utama dari suatu asesmen adalah untuk memperoleh
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan merencanakan
program pembelajaran. Komponen-komponen asesmen aspek perkembangan fisik-
motorik, kognitif, moral, sosial, emosional, kemampuan dalam disiplin ilmu.

Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yaitu: perkembangan fisik dan motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan nilai-nilai
agama, perkembangan sosio-emosional, perkembangan seni dan kreatif. Tujuan atau
manfaat dari aspek-aspek perkembangan anak usia dini adalah untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini serta membimbing anak usia dini untuk
mencapai tahap perkembangan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta, Pustaka

Pelajar.

2. Rosyid, Harun. Dkk. 2012. Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta.

Gama Media.

3. Kurniasih, Imas. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia

4. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan AnakBerkesulitan Belajar. Jakarta.

Rineka Cipta.

5. Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.

Indeks.

6. Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta.

Hikayat Publishing.

Vous aimerez peut-être aussi