Vous êtes sur la page 1sur 37

PERHITUNGAN

KEBUTUHAN BIAYA PEMELIHARAAN


PERALATAN KESEHATAN

K. CHANDRA MELIALA

PUSAT SARANA, PRASARANA DAN PERALATAN MEDIK


DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2010
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................i
BAB I. KURIKULUM & METODE PEMBELAJARAN....................................................1
I.1 DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................1
I.2 TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................................1
I.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum:...............................................................................1
I.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus:...............................................................................2
I.3 POKOK BAHASAN....................................................................................................2
I.4 LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN........................................2
BAB II. POKOK BAHASAN................................................................................................3
II.1 PENDAHULUAN........................................................................................................3
II.2 Pengertian Biaya..........................................................................................................4
II.2.1 Berdasarkan Fungsi...............................................................................................4
II.2.2 Volume Produksi...................................................................................................5
II.2.3 Peranan Dalam Proses Produksi...........................................................................6
II.3 Biaya Pemeliharaan Swakelola....................................................................................7
II.3.1 Biaya Tenaga Kerja per Jam.................................................................................7
II.4 Dasar Perencanaan Anggaran Pemeliharaan..............................................................12
II.4.1 Berdasarkan Harga Pengadaan............................................................................13
II.4.2 Nilai Penyusutan.................................................................................................14
II.4.3 Nilai AIC.............................................................................................................15
II.5 Beban Kerja Pemeliharaan.........................................................................................16
II.5.1 Faktor Lingkungan..............................................................................................16
II.5.2 Faktor Human Error............................................................................................17
II.5.3 Faktor Utilisasi....................................................................................................17
II.6 Usia Teknis Alat Kesehatan........................................................................................18
II.7 Batas Maksimum Biaya Pemeliharaan.......................................................................18
BAB III. PENUGASAN........................................................................................................20

K. Chandra Meliala Halaman i dari i


BAB I. KURIKULUM & METODE PEMBELAJARAN

I.1 DESKRIPSI SINGKAT

Kegiatan pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilakukan secara swakelola (in house
services) atau diserahkan kepada pihak lain (out sourching). Pemilihan pelaksana
pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit, dipengaruhi beberapa faktor seperti
fungsi dari peralatan kesehatan, tingkat tehnologi, jumlah peralatan sejenis, usia teknis
peralatan kesehatan dan lain sebagainya. Karena frekuensi pemeliharaan sangat
mempengaruhi faktor biaya pemeliharaan itu sendiri, pada akhirnya akan menentukan
tingkat efisiensi penggunaan biaya dalam kegiatan pemeliharaan peralatan rumah sakit.
Metode perencanaan biaya pemeliharaan peralatan kesehatan menggunakan sistem
persentasi dari harga pengadaan, mengakibatkan biaya pemeliharaan suatu peralatan
kesehatan akan sama untuk setiap tahun selama usia pakai alat tersebut. Kenyataannya
biaya pemeliharaan dipengaruhi oleh usia pakai suatu peralatan kesehatan, karena
semakin bertambah usia pakai pada umumnya biaya pemeliharaan peralatan kesehatan
juga akan semakin meningkat. Dengan menggunakan persentasi dari Annualized
Investment Cost ( AIC ), maka perencanaan biaya pemeliharaan kesehatan dapat
dihitung mengikuti usia pakai suatu peralatan kesehatan.
Biaya kegiatan perbaikan peralatan kesehatan akan meningkat sesuai dengan tingkat
kerusakan serta usia pakai, dimana usia teknis (usia manfaat) akan semakin berkurang.
Dengan melakukan perhitungan biaya pemeliharaan maksimal (Maximum Maintenance
Expenditure Limit = MMEL), akan diperoleh nilai biaya pemeliharaan yang sesuai
dengan sisa usia manfaat. Untuk mengukur tingkat efisiensi biaya pemeliharaan dapat
dilakukan dengan membandingkan biaya pemeliharaan swakelola dengan jika
pemeliharaan dilakukan oleh pihak lain atau pihak III.

I.2 TUJUAN PEMBELAJARAN

I.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu melakukan perencanaan kebutuhan biaya
pemeliharaan peralatan kesehatan dan perhitungan biaya yang wajar untuk perbaikan
peralatan kesehatan di rumah sakit.

I.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus:

Pada akhir sesi ini peserta mampu :

K. Chandra Meliala Halaman 1 dari 34


 Memahami pengertian dan jenis-jenis biaya
 Menjelaskan perhitungan biaya pemeliharaan peralatan kesehatan secara swakelola
(in house services)
 Menerapkan rumus-rumus dasar yang berhubungan dengan perhitungan biaya
pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit.
 Memahami faktor yang mempengaruhi beban kerja pemeliharaan peralatan kesehatan
di rumah sakit.
 Memahami langkah-langkah efisiensi biaya pemeliharaan peralatan kesehatan di
rumah sakit.

I.3 POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut :


1. Biaya pemeliharaan peralatan kesehatan Swakelola :
 Pengertian dan Jenis Biaya
 Biaya Pemeliharaan Swakelola
2. Dasar Perencanaan Biaya Pemeliharaan.
3. Batas Maksimum Biaya Pemeliharaan.

I.4 LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

 Berikut ini disampaikan langkah-langkah kegiatan yang menggambarkan proses


pembelajaran.
 Fasilitator menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk
menerima materi. Ini dapat dilakukan dengan memulai acara perkenalan antara
fasilitator dan peserta dengan meminta peserta untuk memperkenalkan diri.
 Fasilitator meminta beberapa peserta untuk menyampaikan apa harapan yang ingin
dicapai dengan materi yang akan disampaikan pada sesi ini.
 Fasilitator kemudian menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran, pokok
bahasan dan metode yang digunakan.

 Sebelum menyampaikan masing-masing pokok bahasan, usahakan terlebih dahulu


menggali pendapat beberapa peserta tentang pokok bahasan kemudian
mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan metode dimana peserta
secara keseluruhan terlibat secara aktif dan fasilitator bertugas untuk memfasilitasi.

K. Chandra Meliala Halaman 2 dari 34


 Dalam mengerjakan penugasan, peserta dapat dibagi dalam beberapa kelompok.
Hasil kelompok dipresentasikan dan dibahas bersama fasilitator dan kelompok lain.
Kesempatan kepada peserta diberikan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta
terjadi interaksi yang baik.
 Setelah terjadi diskusi dalam kelas, fasilitator memberikan klarifikasi sesuai dengan
materi yang akan disampaikan.
 Sebelum sesi ditutup, lakukan refleksi dengan menanyakan kepada peserta apakah
masih ada yang akan didiskusikan untuk memenuhi harapan yang sudah
disampaikan tadi. Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta selama proses
pembelajaran.

BAB II. POKOK BAHASAN

II.1 PENDAHULUAN

Perkembangan Ilmu Kedokteran sangat pesat dengan berkembangnya teknologi


peralatan kesehatan, sehingga peralatan kesehatan berperan sangat penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tidak ada rumah sakit tanpa
menggunakan peralatan kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Tetapi dalam pemanfaatannya, fungsi peralatan kesehatan dapat
terganggu yang akan berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan itu sendiri. Untuk
menghindarkan kejadian tersebut seminimal mungkin, diperlukan kegiatan
pemeliharaan yang adekuat, agar kontinuitas pemanfaatan peralatan kesehatan dapat
terjaga.
Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan peralatan kesehatan, dibutuhkan sejumlah
biaya yang sering disebut sebagai biaya pemeliharaan untuk pengadaan suku cadang,
peralatan pemeliharaan, bahan habis pakai serta biaya untuk sumber daya manusia.

Adanya biaya pemeliharaan tersebut akan menjadi beban pada rumah sakit, pada
akhirnya menjadi beban pada para pengguna pelayanan kesehatan atau masyarakat yang
berdampak pada meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. Agar penggunaan biaya
pemeliharaan dapat dilakukan seefisien mungkin, harus dilakukan perhitungan secara
cermat dan tepat.

K. Chandra Meliala Halaman 3 dari 34


Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan secara swakelola, perlu mempertimbangkan
tingkat efisiensi tenaga dan fasilitas dengan manfaat. Demikian juga pemeliharaan yang
dilakukan oleh pihak lain, harus diperhatikan tingkat efisiensi dari jenis kontrak
pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat menekan biaya pemeliharaan peralatan
kesehatan.

II.2 Pengertian Biaya.

Berdasarkan konsep biaya adalah seluruh pengorbanan (sacrifice) yang diderita, dengan
tujuan untuk memproduksi atau mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Biaya
pemeliharaan berarti seluruh pengorbanan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan
meliputi seluruh sumber daya yang digunakan. Untuk memudahkan perhitungan sering
sumber daya tersebut di konversikan kedalam bentuk “nilai uang”.
Dalam perhitungan ekonomi “biaya produksi” secara umum dikenal dalam berbagai
bentuk, diantaranya adalah :

II.2.1 Berdasarkan Fungsi.

Pada kelompok ini, seluruh biaya kegiatan pemeliharaan di dibagi atas :


Biaya investasi (Invesment Cost) :
Biaya investasi adalah pengeluaran untuk barang modal yang pemanfaatannya dapat
berlangsung selama satu tahun atau lebih, misalnya gedung, alat kerja, alat ukur dan
kalibrasi, dll. Biaya investasi berhubungan dengan konsep biaya kesempatan
(opportunity cost) dan depresiasi. Analisa biaya investasi dilakukan untuk suatu masa
tertentu, pada umumnya untuk masa satu tahun anggaran, sehingga biaya investasi
selalu disetahunkan (annualized). Nilai investasi disetahunkan suatu barang, dikenal
dengan istilah "biaya investasi disetahunkan” (Annualized Invesment Cost/AIC), nilai
tersebut dipengaruhi oleh nilai uang yang dibandingkan dengan inflasi, usia pakai serta
usia teknis barang bersangkutan, dalam bentuk rumus sbb:
IIC (1 + i)t
AIC =
L

AIC = Annualized Investment Cost


IIC = Initial Investment Cost
t = Usia Pakai
r = Inflasi
L = Usia teknis barang investasi

K. Chandra Meliala Halaman 4 dari 34


Biaya Operasional (Operational Cost) :
Biaya operasional yaitu biaya yang diperlukan untuk dapat mengoperasikan barang
investasi, sehingga barang tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya, termasuk
dalam kelompok ini adalah : biaya gaji, insentif, biaya makan, biaya obat dan bahan
habis pakai, biaya listrik, air, telephone, biaya umum dan sebagainya.

Biaya pemeliharaan (Maintenance Cost) :


Biaya pemeliharaan adalah biaya yang diperlukan untuk mempertahankan usia teknis
dan menjaga fungsi barang investasi, agar barang tersebut dapat berproduksi sesuai
dengan kapasitasnya. Termasuk dalam kelompok ini adalah biaya : pemeliharaan
gedung, pemeliharaan alat kerja, pemeliharaan alat ukur dan kalibrasi serta
pemeliharaan fasilitas lainnya.

Total Biaya = Biaya (Investasi + Operasional + Pemeliharaan

II.2.2 Volume Produksi.

Biaya yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk jasa pelayanan kesehatan,
dapat dikelompokkan berdasarkan volume produksi yang dihasilkan.

Biaya tetap (fixed cost) :


Biaya tetap yaitu biaya yang diperlukan tidak dipengaruhi oleh jumlah kegiatan
pemeliharaan yang dihasilkan serta waktu pengeluarannya. Biaya ini harus tetap
dikeluarkan walaupun tidak ada kegiatan pemeliharaan, misalnya biaya untuk
pengadaan gedung, biaya ijin, biaya peralatan, dll.

Biaya tidak tetap (variabel cost) :


Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan
jumlah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, semakin besar jumlah kegiatan
pemeliharaan maka biaya tidak tetap juga akan semakin besar. Termasuk dalam
kelompok biaya ini misalnya biaya untuk pengadaan bahan habis pakai.

Biaya semivariabel (semivariabel cost) :

K. Chandra Meliala Halaman 5 dari 34


Biaya semivariabel yaitu biaya yang jumlahnya tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan akan berubah dengan jumlah tertentu, jika volume kegiatan berubah dari
suatu tingkat tertentu. Pada suatu rentang waktu yang panjang dan perubahan jumlah
produksi yang besar, pada umumnya biaya tetap akan berubah menjadi biaya semi
variabel.

Total Biaya = Biaya (Tetap + Tidak Tetap + Semivariabel)

II.2.3 Peranan Dalam Proses Produksi.

Biaya yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk jasa pelayanan kesehatan,
dapat dikelompokkan berdasarkan peranan biaya tersebut pada produksi yang
dihasilkan. Berdasarkan peranan biaya dalam proses produksi, biaya dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

Biaya langsung (direct cost) :


Biaya langsung adalah biaya yang dipergunakan langsung untuk menghasilkan output
produksi, biaya ini terdiri atas 2 jenis yaitu biaya material langsung (direct material
cost) dan biaya pegawai langsung (direct labor cost). Termasuk dalam biaya material
langsung adalah biaya bahan habis pakai dan yang termasuk dalam biaya karyawan
langsung misalnya gaji.

Biaya tidak langsung (indirect cost) :


Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk menunjang pelaksanaan
suatu kegiatan pelayanan kesehatan atau kegiatan produksi, termasuk dalam kelompok
ini misalnya biaya administrasi, biaya prasarana, dll.

Total Biaya = Biaya (Langsung + Tidak Langsung)


II.3 Biaya Pemeliharaan Swakelola

Biaya untuk program pemeliharaan yang dilaksanakan sendiri secara swakelola harus
diketahui untuk dibandingkan dengan program pemeliharaan lainnya. Salah satu cara
untuk menentukan biaya adalah menghitung harga atau nilai pada pemeliharaan yang
akan dilaksanakan. Dalam hal ini data pembiayaan dikumpulkan oleh bagian tehnik

K. Chandra Meliala Halaman 6 dari 34


dalam bentuk catatan, agar dapat dipergunakan sebagai acuan dan alat oleh pihak
manajemen untuk menetapkan nilai dari program pemeliharaan.
Keuntungan atau kerugian pemeliharaan swakelola sangat dipengaruhi oleh faktor
biaya, disamping faktor lain yang harus disepakati dengan bagian akutansi keuangan,
jika biaya pemeliharaan tidak ditetapkan. Untuk menetapkan biaya pemeliharaan perlu
diperhatikan hal sebagai berikut :
 Menentukan biaya nyata tenaga kerja per jam kerja
 Mengevaluasi hubungan biaya-volume-keuntungan

II.3.1 Biaya Tenaga Kerja per Jam.

Dalam melakukan evasuasi biaya, maka biaya sumber daya manusia umumnya dihitung
berdasarkan biaya tenaga kerja perjam. Biaya tersebut yang dikonversi dan dihitung
adalah biaya secara nyata dan efektif.
Metode biaya tenaga kerja perjam lebih mudah untuk dihitung, dimengerti dan
menjelaskan pada pihak manajemen untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektifitas
kegiatan pemeliharaan dan metode ini juga digunakan oleh penyedia tenaga tehnisi atau
perusahaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan. Biaya ini menyatakan jumlah biaya
jam kerja yang efektif untuk melaksanakan pemeliharaan dan menjadi dasar
pembayaran tenaga kerja.
Hasil perhitungan biaya tenaga kerja per jam dapat dipergunakan oleh unit kerja
pemeliharaan sebagai dasar untuk :
 Mengukur efisiensi biaya pemeliharaan swakelola.
 Dasar pengukuran terhadap efisiensi seluruh biaya dan produktifitas karyawan.
 Alat pengukuran terhadap efektivitas manajemen tehnik.
 Sebagai dasar perkiraan biaya pemeliharaan atau kontrak dengan pihak ketiga.
Walaupun ada perbedaan pada masing-masing institusi dalam sistem laporan keuangan,
ketersediaan data serta istilah-istilah yang digunakan, perhitungan biaya kerja per jam
didasarkan pada standar prinsip akutansi biaya yaitu :
Total Biaya
Biaya tenaga kerja perjam =
Jam kerja efektif

biaya tidak tetap + biaya tetap


Biaya tenaga kerja perjam = ....Josep. D Bronzino - 1992.
Jam kerja efektif

Jam kerja efektif (JKE) adalah jumlah jam kerja karyawan yang wajar untuk dibayar
dalam setahun, sehingga dalam bentuk rumus dapat ditulis sebagai berikut :

K. Chandra Meliala Halaman 7 dari 34


JKE = Jumlah Karyawan x Jumlah Jam Kerja x Produktifitas

Produktifitas adalah perbandingan antara jumlah jam kerja yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dengan jumlah jam kerja yang tersedia.
Jumlah Jam Kerja per Tahun
Produktifitas =
Jumlah Jam Pelaksaan Kerja per Tahun
Jumlah jam kerja per tahun adalah 52 minggu x 40 jam (standar Menpan) = 2.080
jam/tahun.
Hak cuti karyawan = 80 jam
Hari besar  64 jam
Sakit  40 jam
Sehingga jam kerja per karyawan adalah : 2.080 – 80 – 64 – 40 = 1.896 jam/tahun.
Pada umumnya tingkat produktifitas antara 75 – 80 %, karena tidak berproduksi dalam
kegiatan pemeliharaan tidak selalu merupakan waktu yang terbuang percuma, internal
housekeeping, education and general departmental activities perhaps should be charge
as internal overhead. (Mahachek, 1987).
Pada kegiatan pemeliharaan perlu diperhatikan adalah biaya pengelolaan penyimpanan
suku cadang ( inventory carrying cost ), karena :
 Membutuhkan ruangan penyimpanan.
 Pengelolaan Suku cadang oleh petugas khusus
 Kemungkinan terjadi pencurian/kehilangan.
 Dapat rusak atau menjadi usang dimakan usia.
Untuk meningkatkan efisiensi biaya, kegiatan inventory carrying cost harus dievaluasi
dengan membandingkan terhadap jika suku cadang yang dibutuhkan tidak tersedia
sehingga harus dilakukan proses pengadaan. Hal ini akan berdampak pada
meningkatnya break down time dari peralatan yang akan dipelihara atau di perbaiki.
Dari uraian diatas maka biaya tenaga kerja perjam dapat di tulis dalam rumus sebagai
berikut :
Biaya tenaga kerja per jam (Rp/jam) = (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap)/Jam Kerja
Efektif

(Biaya Tidak Tetap – Biaya Suku Cadang) + (Biaya Tetap) + (Biaya Tetap Administrasi)
=
(Jumlah Tenaga Kerja) x (Jam Kerja yang Tersedia) x (Produktifitas)

Contoh perhitungan :

K. Chandra Meliala Halaman 8 dari 34


Suatu unit kerja pemeliharaan di rumah sakit X dengan data jumlah karyawan
pemeliharaan alat kesehatan 5 orang, masing-masing menerima gaji sebesar Rp.
1.850.000,-/bulan ditambah insentif Rp. 250.000/orang/bulan serta tunjangan Rp.
500.000,- per orang sekali setahun. Dengan komponen biaya lain selengkapnya sebagai
berikut :

a. Biaya Tetap Investasi.


Pengadaan
Komponen Biaya Usia Teknis Inflasi
Harga Tahun
Gedung Rp 150.000.000 2002 50 tahun 8%
Alat ukur-1 Rp 3.000.000 2003 6 tahun 8%
Alat ukur-2 Rp 6.000.000 2003 6 tahun 8%
Tools Kit Rp 5.000.000 2003 8 tahun 8%
Oscilloscope Rp 30.000.000 2003 8 tahun 8%
Power Supply DC Rp 11.500.000 2003 5 tahun 8%
UPS Rp 15.000.000 2004 5 tahun 8%
Furniture Rp 20.000.000 2002 10 tahun 8%
Alat Kalibrasi-1 Rp 12.500.000 2005 5 tahun 8%
Alat Kalibrasi-2 Rp 9.000.000 2005 5 tahun 8%
Alat Kalibrasi-3 Rp 6.000.000 2005 6 tahun 8%
SDM Rp 15.000.000 2005 4 tahun 8%

b. Biaya Tetap Personil/Administrasi.


Komponen Biaya Biaya Jumlah Periode
Gaji Rp 1.850.000 5 Orang 12 bulan
Insentif Rp 350.000 5 Orang 12 bulan
Tunjangan Rp 750.000 5 Orang 1 bulan

c. Biaya Tidak Tetap


Komponen Biaya Biaya Jumlah Periode
Air Rp 490 15 m3/bulan 12 bulan
Listrik Rp 600 1.450 kWh/bulan 12 bulan
Telephone Rp 60.000 1 Bulan 12 bulan
Biaya Pemeliharaan Rp 3.250.000 1 Bulan 12 bulan
Alat Tulis Kantor Rp 77.550 1 Bulan 12 bulan
Bahan Pemeliharaan Rp 6.000.000 1 Lumps Total
Suku cadang Rp 180.000.000 1 Lumps Total

Hitunglah biaya kerja karyawan pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit


tersebut per jam kerja pada tahun 2008, dengan asumsi produktifitas kegiatan
pemeliharaan adalah 75 %.

K. Chandra Meliala Halaman 9 dari 34


Jawab :
a. Biaya Tetap Investasi :

b. Biaya Tetap Personil/Administrasi.


Komponen Biaya Biaya Jumlah Periode Jumlah Biaya
Gaji Rp 1.850.000 5 Orang 12 bulan Rp111.000.000
Insentif Rp 350.000 5 Orang 12 bulan Rp 21.000.000
Tunjangan Rp 750.000 5 Orang 1 bulan Rp 3.750.000
Jumlah Biaya Tetap Personil : Rp135.750.000

c. Biaya Tidak Tetap.


Komponen Biaya Biaya Jumlah Periode Jumlah Biaya
Air Rp 490 15 m3/bulan 12 bulan Rp 88.200
Listrik Rp 600 1.450 kWh/bulan 12 bulan Rp 10.440.000
Telephone Rp 60.000 1 Bulan 12 bulan Rp 720.000
Biaya Pemeliharaan Rp 3.250.000 1 Bulan 12 bulan Rp 39.000.000
Alat Tulis Kantor Rp 77.550 1 Bulan 12 bulan Rp 930.600
Bahan Pemeliharaan Rp 6.000.000 1 Lumps Total Rp 6.000.000
Suku cadang Rp 180.000.000 1 Lumps Total Rp180.000.000
Jumlah Biaya Tidak Tetap : Rp237.178.800
Jumlah Bahan Pemeliharaan & Suku Cadang : Rp186.000.000
Jumlah Biaya Tidak Tetap - Biaya Suku Cadang : Rp 51.178.800

Biaya tenaga kerja per jam (Rp/jam) = (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap)/Jam Kerja
Efektif

K. Chandra Meliala Halaman 10 dari 34


(Biaya Tidak Tetap – Biaya Suku Cadang) + (Biaya Tetap) + (Biaya Tetap Administrasi)
=
(Jumlah Tenaga Kerja) x (Jam Kerja yang Tersedia) x (Produktifitas)
(Rp. 237.178.800 – Rp. 186.000.0000) + Rp. 35.427.989 + Rp. 135.750.000
=
5 orang x 1.896 jam x 75%
Rp. 222.356.789,-
= = Rp. 31.274,-/Jam
7110 Jam

Jadi biaya tenaga kerja per jam di rumah sakit tersebut adalah Rp. 31.274/Jam pada
produktifitas 75%. Bagaimana jika tingkat produktifitas menurun ? Menggunakan data
diatas dengan perubahan tingkat produktifitas dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Cost – Volume – Profit Analisys.


Y
Rp. 250.000
Rp. 234.554
Rp. 225.000

Rp. 200.000

Rp. 175.000

Rp.150.000 Rp. 156.369

Rp.125.000
Rp. 117.277
Rp.100.000
Rp. 93.821

Rp.75.000 Rp. 78.185


Rp. 67.015
Rp. 31.274,-
Rp. 50.000 Rp. 52.123
Rp. 36.085

Rp. 25.000 Rp. 29.319

10 20 30 40 50 60 70 80 90 X
Y = Biaya tenaga kerja per jam kerja dalam Rupiah.
X = Tingkat Produktifitas dalam persen.

K. Chandra Meliala Halaman 11 dari 34


Dari grafik Cost - Volume - Profit Analisys diatas, terlihat bahwa tingkat produktifitas
sangat mempengaruhi besarnya biaya tenaga kerja per jam. Biaya tenaga kerja per jam
akan meningkat signifikan pada kondisi produktifitas dibawah 60 %.

II.4 Dasar Perencanaan Anggaran Pemeliharaan.

Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan


kesehatan akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari
peralatan bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan kebutuhan biaya
pemeliharaan adalah tersedianya data yang sesuai dengan kebutuhan.
Annualized Investment Cost atau biaya investasi disetahunkan adalah suatu metode
untuk menghitung “penggunaan” biaya investasi pada tahun berjalan. Metode ini seperti
menghitung biaya depresiasi atau penyusutan pada sistem akunting keuangan.

Annulized Investment Cost menggunakan prinsip Nilai Sekarang (Present Value = PV)
akan lebih rendah dibanding dengan Nilai Dimasa Depan (Future Value = FV), karena
adanya infasi nilai uang serta dihitung dengan memperhatikan usia pakai serta usia
teknis suatu peralatan kesehatan.
Selama ini perencanaan biaya pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan metode
persentasi dari nilai pengadaan peralatan kesehatan secara langsung, atau persentasi dari
nilai penyusutan, hal ini mengakibatkan biaya pemeliharaan suatu peralatan akan sama
selama masa pakai peralatan tersebut.

II.4.1 Berdasarkan Harga Pengadaan

Untuk merencanakan anggaran pemeliharaan berdasarkan Harga Pengadaan alat


kesehatan, biasanya menggunakan persentasi sebesar 2,5% dari harga pengadaan. Hal
tersebut akan menyebabkan biaya pemeliharaan pada alat kesehatan bersangkutan tetap,
selama periode pemakaian. Karena harga pengadaan sebagai dasar perhitungan bersifat
tetap dan nilai persentasi juga bersifat tetap, seperti terlihat pada tabel berikut.

K. Chandra Meliala Halaman 12 dari 34


Metode penyusunan anggaran pemeliharaan dengan metode ini, kurang tepat karena
tidak sesuai dengan sifat biaya pemeliharaan yang akan meningkat sesuai dengan
peningkatan usia pakai suatu peralatan kesehatan.

II.4.2 Nilai Penyusutan.

Penyusunan anggaran pemeliharaan juga sering dilakukan sebesar 15% dari nilai
penyusutan. Metode penyusunan anggaran pemeliharaan berdasarkan nilai penyusutan,
juga akan menghasilkan anggaran pemeliharaan yang tetap seperti metoda berdasarkan
harga pengadaan. Karena sistem akutansi keuangan pemerintah menerapkan metode
penyusutan garis lurus (straight line), sehingga nilai investasi suatu alat kesehatan akan
berkurang sejumlah harga pengadaan dibagi usia teknis alat kesehatan tersebut.
Sehingga nilai investasi pada tahun berjalan adalah tetap. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

K. Chandra Meliala Halaman 13 dari 34


Jika berdasarkan nilai penyusutan disusun anggaran pemeliharaan dengan besaran 15%,
maka akan diperoleh anggaran pemeliharaan seperti pada tabel berikut ini.

Dari tabel diatas terlihat bahwa anggaran pemeliharaan pada masing-masing alat
kesehatan juga adalah tetap, sehingga metode ini juga kurang tepat di terapkan
mengingat biaya pemeliharaan meningkat sesuai dengan penambahan usia pakai suatu
alat kesehatan.

II.4.3 Nilai AIC.

Kedua metode perhitungan tersebut tidak memenuhi prinsip perhitungan biaya


pemeliharaan dimana usia pakai mempengaruhi besarnya biaya pemeliharaan.
Perencanaan anggaran pemeliharaan akan lebih tepat jika menggunakan Annualized
Investment Cost sebagai dasar perhitungan. Karena pada metode ini semakin tinggi usia
pakai suatu peralatan, maka nilai AIC akan semakin besar. Sehingga pada saat

K. Chandra Meliala Halaman 14 dari 34


perencanaan anggaran pemeliharaan dibuat berdasarkan persentasi dari nilai AIC
tersebut, maka hasil perencanaan anggaran pemeliharaan akan meningkat sesuai dengan
penambahan usia pakai peralatan kesehatan.

Jika perencanaan anggaran dibuat berdasarkan perhitungan AIC dengan besaran 15%,
maka anggaran pemeliharaan untuk masing-masing alat kesehatan adalah :

Dengan menggunakan perhitungan anggaran pemeliharaan berdasarkan AIC,


diharapkan penyusunan anggaran pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit akan
lebih realistik, dibandingkan dengan sistem perhitungan sebelumnya.

II.5 Beban Kerja Pemeliharaan.

Kegiatan dan biaya pemeliharaan sangat dipengaruhi oleh beban kerja pemeliharaan itu
sendiri. Dimana beban kerja pemeliharaan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah :

K. Chandra Meliala Halaman 15 dari 34


II.5.1 Faktor Lingkungan.

Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan persyaratan operasional peralatan


kesehatan akan mempengaruhi kinerjanya, pada akhirnya akan menambah beban kerja
pemeliharaan peralatan kesehatan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungan
peralatan kesehatan adalah:
 Catu Daya Listrik, meliputi stabilitas tegangan dan frekuensi listrik serta kecukupan
daya juga kehandalan jaringan listrik. Secara umum alat kesehatan memiliki internal
stabilizer tegangan  10%, jika terjadi perubahan tegangan melebihi batas toleransi
tersebut, akan mengganggu kinerja alat kesehatan bahkan dapat menyebabkan
kerusakan pada alat kesehatan tersebut.

 Suhu dan Kelembaban Ruangan, setiap peralatan kesehatan memiliki persyaratan


suhu dan kelembaban ruangan untuk operasionalnya, hal tersebut akan terlihat pada
spesifikasi masing-masing alat kesehatan. Jika suhu dan atau kelembaban ruangan
melebihi batas persyaratan tersebut, akan menyebabkan gangguan pada kinerja atau
menyebabkan kerusakan pada alat kesehatan.
 Kebersihan Ruangan dan Alat Kesehatan, kotoran atau debu akan sangat
mengganggu operasional alat kesehatan dan kemungkinan akan menyebabkan
kerusakan. Termasuk dalam hal ini adalah jelly pada elektrode atau transducer yang
tidak dibersihkan setelah selesai menggunakan alat kesehatan.

II.5.2 Faktor Human Error


Kesalahan penggunaan alat kesehatan cukup sering ditemukan yang menjadi salah satu
penyebab kerusakan peralatan kesehatan, juga kurangnya perhatian sebagian pengguna
terhadap tindakan pemeliharaan tahap I yang merupakan kewajiban pengguna pada
peralatan kesehatan. Untuk menekan faktor Human Error, dianjurkan untuk :
 Pada pengadaan alat kesehatan dilengkapi dengan buku operasional dan
pemeliharaan serta training untuk operator dan tehnisi.
 Setiap alat kesehatan dilengkapi dengan SOP penggunaan dan pemeliharaan serta
dilaksanakan.
Hal tersebut diharapkan dapat menekan beban dan biaya pemeliharaan peralatan
kesehatan di rumah sakit.

K. Chandra Meliala Halaman 16 dari 34


II.5.3 Faktor Utilisasi

Beban kerja atau utilisasi peralatan kesehatan harus menjadi perhatian dalam menekan
beban kerja pemeliharaan, tetapi kondisi di lapangan sering akibat kurangnya jumlah
alat kesehatan menyebabkan sebagain alat kesehatan harus mengalami pembebanan
yang relatif tinggi. Suatu alat kesehatan yang bersifat mobile atau transportable dan
portable, jika terlalu sering dipindahkan juga akan menyebabkan meningkatnya beban
kerja pemeliharaan. Walaupun di sebagian rumah sakit mungkin masalah beban kerja
alat kesehatan malahan cukup rendah.

II.6 Usia Teknis Alat Kesehatan

Sangat sulit untuk mengukur usia teknis alat kesehatan, karena beberapa faktor
berpengaruh terhadap usia teknis tersebut, secara umum diantaranya adalah :
- Perkembangan Tehnologi, mungkin suatu peralatan kesehatan masih berfungsi
tetapi akibat adanya perkembangan tehnologi menyebabkan peralatan tersebut
”terasa kuno”, sehingga pengguna akan mengganti peralatan kesehatan tersebut
dengan tehnologi yang lebih baru.
- Perkembangan Ilmu Kedokteran, sering terjadi suatu alat kesehatan yang masih
dapat berfungsi tetapi karena tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan atau
tuntutan dari perkembangan ilmu kedokteran, sering alat tersebut harus
diperbaharui terutama pada diagnose dan tindakan khusus. Sebagian alat kesehatan
dapat di upgrade, tetapi untuk alat kesehatan yang tidak bisa di upgrade mau tidak
mau harus diganti atau ditambah.
- Perkembangan Standar, untuk menjamin keselamatan dalam penggunaan peralatan
kesehatan pemerintah maupun organisasi profesi selalu mengkaji dan
mengembangkan standar, terutama dalam hal keselamatan (safety). Jika suatu
peralatan kesehatan telah tidak sesuai dengan standar baru yang ditetapkan, maka
peralatan kesehatan tersebut perlu diganti.
Secara umum usia teknis peralatan kesehatan disajikan pada lampiran makalah ini,
diambil dari hasil penelitian American Society for Healthcare Engineering of the
American Hospital Association-1996. Kondisi penggunaan dan pemeliharaan di
Indonesia, mungkin menyebabkan usia teknis alat kesehatan berbeda dengan hasil

K. Chandra Meliala Halaman 17 dari 34


penelitian tersebut. Tetapi sebagai acuan dapat dipergunakan dalam perhitungan biaya
serta perbandingan manfaat penggunaan peralatan kesehatan.

II.7 Batas Maksimum Biaya Pemeliharaan

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan alat kesehatan tentu membutuhkan biaya, terutama


pada saat harus melakukan perbaikan atas bagian yang rusak. Perhitungan Batas
Maksimum Biaya Pemeliharaan (Maximum Maintenance Expenditure Limit = MMEL)
adalah suatu cara untuk menghitung biaya yang masih dapat diterima untuk
memperbaiki atau memelihara suatu peralatan kesehatan di rumah sakit.
MMEL membutuhkan beberapa data sebagai dasar perhitungan batas maksimum biaya
pemeliharaan, yaitu usia teknis dan harga pengganti dan MEL Factor. Perhitungan
MMEL dilakukan sebagai berikut.
- Pastikan Usia Pakai, Usia Teknis dan Harga Pengganti alat kesehatan tersebut.
Usia Pakai dihitung sejak alat kesehatan tersebut digunakan sampai saat perhitungan
dilakukan dan Harga Pengganti adalah harga alat kesehatan saat perhitungan
dilakukan dengan spesifikasi setara.
- Tentukan sisa usia manfaat alat kesehatan tersebut.
Sisa Usia Manfaat = Usia Teknis – Usia Pakai.
- Hitung Persentasi Manfaat.

Sisa Usia Manfaat


Persentasi Manfaat =
Usia Teknis

- Tentukan MEL Faktor, berikut adalah MEL Faktor yang disusun oleh Logistik
Tentara Amerika dan di kutip oleh American Hospital Association.
Furniture Rumah Sakit : 80%
Peralatan Listrik Dasar : 80%
Peralatan Mekanik Dasar : 80%
Peralatan Listrikmekanik dasar : 80%
Peralatan Khusus : 90%
- Hitung dengan menggunakan rumus :
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x (Harga Pengganti)

Contoh Perhitungan :

K. Chandra Meliala Halaman 18 dari 34


Sebuah alat Defibrillator yang mulai digunakan sejak tahun 2003 dengan Usia Teknis
adalah 8 tahun atau 16.064 Jam, mengalami kerusakan pada tahun 2008 dengan usia
pakai adalah 5 tahun atau 9.480 Jam.
Hitunglah biaya maksimum perbaikan alat Defibrilator tersebut, jika harga pengganti
dengan spesifikasi yang sama adalah Rp. 78.000.000,-
Jawab :
Sisa Usia Manfaat Defibrilator : Usia Teknis – Usia Pakai =16.064 – 9.480 = 5.584 Jam.

Sisa Usia Manfaat


Persentasi Manfaat =
Usia Teknis

5.584 Jam
% Manfaat = = 40,99 %
16.064 Jam

MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x (Harga Pengganti)


MMEL = 90 % x 40,99 % x Rp. 78.000.000,- = Rp. 28.772.211.-
Berarti jika biaya perbaikan alat defibrilator tersebut lebih besar dari Rp. 28.772.211,
maka alat defibrilator tersebut secara ekonomi tidak layak untuk diperbaiki dan lebih
tepat jika diganti dengan Alat Defibrilator yang baru.

BAB III. PENUGASAN

Pilih jawaban yang benar dari pilihan jawaban pada soal berikut, lingkarilah jawaban
yang anda anggap benar.
1. Pengertian dari “biaya” pemeliharaan adalah :
Jawaban :
a. Sejumlah uang yang dikeluarkan untuk melakukan suatu kegiatan pemeliharaan.
b. Nilai uang yang telah direncanakan untuk biaya pemeliharaan
c. Seluruh pengorbanan yang dilakukan untuk melaksanakan pemeliharaan
d. a, b dan c salah.
e. a dan b benar.

2. Pengelompokan biaya berdasarkan Fungsi Biaya adalah :


Jawaban :
a. Biaya Investasi, Biaya Operasional dan Biaya Pemeliharaan.

K. Chandra Meliala Halaman 19 dari 34


b. Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung
c. Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya Semi Variabel
d. a, b dan c benar
e. a dan b benar.

3. Dalam kelompok biaya Berdasarkan Volume Produksi, maka Biaya Pemeliharaan


termasuk dalam kelompok biaya :
Jawaban :
a. Biaya Operasional
b. Biaya Tidak Langsung
c. Biaya Tetap
d. Biaya Variabel
e. Semua salah.

4. Biaya tenaga kerja pemeliharaan per jam, dapat digunakan untuk :


Jawaban :
a. Mengukur efisiensi biaya pemeliharaan swakelola.
b. Dasar pengukuran terhadap efisiensi seluruh biaya dan produktifitas karyawan.
c. Alat pengukuran terhadap efektivitas manajemen tehnik.
d. Sebagai dasar perkiraan biaya pemeliharaan atau kontrak dengan pihak ketiga.
e. Semua benar.
5. Perhitungan biaya tenaga kerja per jam pada kegiatan pemeliharaan alat kesehatan,
dipengaruhi oleh komponen biaya dari :
Jawaban :
a. Biaya suku cadang pemeliharaan
b. Biaya investasi alat kerja pemeliharaan.
c. Biaya gaji karyawan
d. a, b dan c benar
e. b dan c benar.

6. Biaya pemeliharaan alat kesehatan berubah sesuai dengan usia pakai alat kesehatan
tersebut, sehingga sebagai dasar perencanaan anggaran pemeliharaan peralatan kesehatan
sebaiknya menggunakan :

K. Chandra Meliala Halaman 20 dari 34


Jawaban :
a. Persentasi dari nilai Annualized Investment Cost alat kesehatan.
b. Persentasi dari harga pengadaan alat kesehatan
c. Persentasi dari biaya penyusutan dengan straight line alat kesehatan
d. Persentasi dari nilai investasi setelah penyusutan
e. Semua salah.

7. Beban kerja pemeliharaan alat kesehatan di rumah sakit, dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu :
Jawaban :
a. Faktor Lingkungan
b. Faktor Human Error
c. Faktor Beban Kerja Alat Kesehatan.
d. a, b dan c benar
e. b dan c benar.

8. Usia teknis suatu alat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
Jawaban :
a. Perkembangan tehnologi alat kesehatan
b. Perkembangan ilmu kedokteran
c. Perkembangan standar alat kesehatan
d. a, b dan c benar
e. a dan c benar.

9. Sebuah Electrocardiograph dengan usia teknis 16.064 jam dibeli seharga Rp. 25.000.000
dan mulai digunakan tahun 2002. Tahun 2008 setelah digunakan selama 11.376 jam
mengalami kerusakan, agen dari alat ECG tersebut mengajukan biaya perbaikan sebesar
Rp. 9.000.000,- Harga ECG baru dengan spesifikasi sama adalah Rp. 32.500.000,- Untuk
efisiensi maka tindakan anda adalah :
Jawaban :
a. Menolak biaya perbaikan dan mengusulkan pengadaan ECG baru.
b. Menyetujui pemeliharaan dengan harga Rp. 9.000.000,-
c. Meminta persetujuan Pimpinan untuk perbaikan dengan biaya Rp. 9.000.000,-
d. a, b dan c salah
e. b dan c benar.

K. Chandra Meliala Halaman 21 dari 34


10. Sebuah X-Ray Unit Mobile dibeli pada tahun 2003 seharga Rp. 125.000.000,- dengan usia
teknis 8 tahun dengan 192.768 kali expose, pada tahun 2008 setelah digunakan selama 5
tahun dengan 136.268 kali expose alat tersebut rusak dan membutuhkan perbaikan. Harga
beli untuk alat dengan spesifikasi sama adalah Rp. 185.000.000,-
Hitunglah batas biaya maksimum perbaikan X-Ray unit Mobile tersebut.
Jawaban :
a. Rp. 68.750.890,-
b. Rp. 52.650.890
c. Rp. 48.800.890,-
d. Rp. 44.500.890,-
e. Rp. 42.350.890,-

K. Chandra Meliala Halaman 22 dari 34


Lampiran : Usia Teknis Alat Kesehatan.

K. Chandra Meliala Halaman 23 dari 34


K. Chandra Meliala Halaman 24 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 25 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 26 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 27 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 28 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 29 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 30 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 31 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 32 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 33 dari 34
K. Chandra Meliala Halaman 34 dari 34
Referensi :
Hospitals Facilities Planning and Management, G D Kunders, McGraw-Hill Publishing
Company Limited, 2005.
Maintenance Management for Medical Equipment, American Society for Healthcare Engineer
of the American Hospital Association 1996.
Management of Medical Technology, A Primer for Clinical Engineers. Joseph D Bronzino
Butterworth Heinemann 80 Montvale Avenue Stoneham United State of America
1992.
Technician’s Handbook for Hospital Engineering, Special Edition, Josef Neureiter and Anton
Tschank, Ministry of Foreign Affairs Federal Republic of Austria A-1010 Vienna,
1989.

K. Chandra Meliala

Vous aimerez peut-être aussi