Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB 10 Pelaporan Segmen, Evaluasi Pusat Investasi, dan

Penetapan Harga Transfer

A. Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban


Secara umum, sebuah perusahaan diatur menurut garis-garis
pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional dengan bentuk piramidnya
mengilustrasikan garis pertanggungjawaban yang mengalir dari CEO turun melewati
wakil direktur menuju manajer yang lebih rendah.

Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih


salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka
yang rumit dan beragam . Semua organisasi berada dalam rentang dari yang sangat
tersentraliasi hingga sangat terdesentralisasi. Kebanyakan perusahaan berada di tengah di
antara kedua ujung rentang tersebut dengan mayoritas cenderung ke arah desentralisasi.

1. Alasan-alasan untuk Melakukan Desentralisasi


a. Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal
Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia.
Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan dan penambahan operasi dipasar dan area
yang berbeda, manajemen pusat mungkin tidak memahami kondisi lokal.
b. Memfokuskan manajemen pusat
Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen pusat
bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis. Keberlangsungan
jangka panjang dari perusahaan harus lebih penting bagi manajemen pusat daripada
operasional sehari-sehari.
c. Melatih dan memotivasi para manajer
Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk menggantikan posisi
manajer jenjang ;ebih tinggi yang keluar untuk mengambil keuntungan dari peluang
yang lain. Manajer-manajer yang menghasilkan keputusan terbaik adalah manajer
yang bisa dipromosikan.
d. Meningkatkan daya saing
Pada perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin laba secara keseluruhan mampu
menutupi ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya. Perusahaan-perusahaan
besar sekarang menemukan bahwa mereka tidak mampu mempertahankan suatu divisi
yang tidak berdaya saing.
2. Divisi-divisi dalam Perusahaan yang Terdesentralisasi
Desentralisasi biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang disebut
divisi. Satu cara pembagian dvisi adalah berdasarkan jenis barang atau jasa yang
diproduksi. Dalam latar terdesentralisasi, biasanya terdapat beberapa saling
kebergantungan. Jika tidak, satu perusahaan hanya akan menyerupai kumpulan entitas
yang terpisah secara total.
Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya
bartanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. Berikut ini jenis
utama pusat pertanggungjawaban.
- Pusat biaya ( cost center )
- Pusat pendapatan ( revenue center)
- Pusat laba (profit center )
- Pusat investasi (investment center )

B. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi Dengan Menggunakan Laporan Laba – Rugi


Variabel dan Absorpsi
Pusat laba dinilai berdasarkan laporan laba rugi. Akan tetapi, laporan laba rugi
perusahaan secara keseluruhan tidak terlalu berguna untuk tujuan ini. Dua metode
perhitungan laba yang telah dikembangkan, yaitu satu berdasarkan perhitungan biaya
variabel dan yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya penuh atau absorpsi. Perbedaan
antara perhitungan biaya variabel dan absorpsi bergantung pada perlakuan terhadap satu
biaya tertentu, yaitu overhead tetap.
Perhitungan biaya variabel yang juga disebut perhitungan biaya langsung hanya
membebankan biaya manufaktur variabel ke produk, biaya-biaya ini meliputi bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.

Perhitungan biaya absorpsi membebankan semua biaya manufaktur pada produk.


Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap
adalah hal-hal yang menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi,
overhead tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode.
a. Penilaian Persediaan
Perhitungan biaya persediaan akhir dapat menggunakan perhitungan biaya
absorpsi dan perhitungan biaya variabel. Pada persediaan absorpsi, persediaan akhir
mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan
overhead tetap per unit. Pada metode perhitungan biaya variabel, persediaan akhir
hanya mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead
variabel. Tidak dimasukkannya overhead tetap dalam hasil biaya persediaan
perhitungan biaya variabel membuat penilaian persediaan yang lebih rendah
daripada model absorpsi.
b. Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Abrospsi
Karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi penghitungan harga
pokok penjualan, metode perhitungan biaya variabel dan absorpsi dapat
mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena
jumlah overhead tetap yang diakui sebagai beban pada kedua metode.
Laba menurut perhitungan biaya absoprsi akan lebih tinggi daripada laba
menurut perhitungan biaya variabel. Perbedaan ini karena sebagian overhead tetap
periode tersebut yang masuk dalam persediaan ketika perhitungan biaya absorpsi
digunakan. Hanya sebagian besar dari overhead tetap yang dimasukkan dalam harga
pokok penjualan pada perhitungan biaya absorpsi, sisanya ditambahkan ke
persediaan. Akan tetapi, pada perhitungan biaya variabel, semua biaya overhead
overhead tetap untuk periode tersebut ditambahkan ke beban pada laporan laba rugi.
Beban penjualan dan administrasi tidak pernah dimasukkan dalam biaya
produk. Beban penjualan dan administrasi selalu dikeluarkan dari laporan laba-rugi
dan tidak pernah muncul di neraca.

c. Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba


Hubungan antara laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba menurut
perhitungan biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan
berubah. Jika barang yang terjual lebih banyak dari barang yang diproduksi, maka
laba menurut perhitungan biaya variabel akan lebih tinggi dari laba menurut
perhitungan biaya absorpsi. Menjual lebih banyak dari yang diproduksi berarti
persediaan awal dan unit yang diproduksi telah terjual. Menurut perhitungan biaya
absorpsi, unit-unit yang keluar dari persediaan mangandung overhead tetap dari
periode sebelumnya. Selain itu, unit-unit yang diproduksi dan dijual telah
mengandung seluruh overhead tetap periode berjalan. Dengan demikian, jumlah
beban overhead tetap menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari overhead
tetap periode berjalan, yaitu sebesar jumlah overhead tetap yang keluar dari
persediaan. Oleh karena itu, laba menurut perhitungan biaya variabel lebih tinggi
dari laba menurut perhitngan biaya absorpsi sebesar jumlah overhead tetap yang
mengalir keluar dari persediaan awal.
Jika jumlah produksi dan penjualan sama, maka tidak ada perbedaan laba yang
dilaporkan. Karena unit-unit yang diproduksi terjual seluruhnya, perhitungan biaya
absorpsi – seperti juga perhitungan biaya variabel – akan mengakui total overhead
tetap periode tersebut sebagai beban. Tidak ada overhead tetap yang masuk atau
keluar dari persediaan.

Jika Maka
1. Produksi > Penjualan Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih Variabel
2. Produksi < Penjualan Laba Bersih Absorpsi < Laba Bersih Variabel
3. Produksi = Penjualan Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih Variabel
Kunci untuk menjelaskan perbedaan antara laba yang dihasilkan perhitungan
biaya absorpsi dan perhitungan biaya variabel adalah analisis terhadap arus overhead
tetap. Perhitungan biaya variabel selalu mengakui total overhead tetap periode
sebagai beban. Dilain pihak, perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead
tetap yang ada pada unit-unit yang terjual. Jika jumlah yang diproduksi berbeda dari
yang terjual, overhead tetap dalam persediaan meningkat, maka laba menurut
perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari pada menurut perhitungan biaya variabel
sebesar kenaikan bersihnya. Jika overhead tetap persediaan berkurang, maka laba
menurut perhitungan biaya variabel lebih besar daripada laba menurut perhitungan
biaya absorpsi sejumlah penurunan bersihnya.

Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan
selisih di antara kedua laba. Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya
absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya variabel dapat dinyatakan
sebagai berikut
Laba menurut Laba menurut
Tarif overhead (unit diproduksi
perhitungan - perhitungan = x
tetap – Unit terjual)
biaya absorpsi biaya variabel

d. Mengevaluasi Manajer Pusat Laba


Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit
yang berada dalam kendali mereka. Bagaimana laba berubah dari satu periode ke
periode berikutnya dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang
direncanakan sering digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial.
Akan tetapi, laba harus mencerminkan usaha manajerial agar dapat menjadi petunjuk
bermakna. Secara umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja
manajerial, maka manajer berhak mengharapkan berlakunya hal-hal berikut:
1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan tetap tidak
berubah.

e. Laporan Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan Perhitungan Biaya


Variabel
Perhitungan biaya variabel berguna dalam menyiapkan laporan laba rugi
segmen karena perhitungan ini menyediakan informasi penting mengenai beban
variabel dan tetap. Sebuah segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup
penting dalam pembuatan laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen,
lini produk, kelompok pelanggan, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam laporan laba rugi
segmen, beban tetap dibagi menjadi dua kategori : beban tetap langsung (direct fixed
expense) dan beban tetap umum (common fixed expense).
Beban tetap langsung (direct fixed expense) adalah beban tetap yang secara
langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai
beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau beban tetap yang
dapat ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban itu akan hilang jika segmen
ditutup atau dihapus.
Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau lebih
segmen secara bersamaan. Beban-beban ini tetap muncul, bahkan ketika salah satu
segmen dihapus. Kontribusi laba yang dihasilkan setiap segmen untuk menutupi
biaya tetap umum perusahaan disebut margin segmen (segment margin). Suatu
segmen harus mampu menutup paling tidak biaya variabel dan biaya tetap
langsungnya sendiri.
Laporan laba rugi segmen dengan menggunakan perhitungan biaya variabel
memiliki satu keistimewaan di samping laporan laba rugi perhitungan biaya variabel
yang telah disajikan sebelumnya. Pembagian seluruh beban tetap dalam beban tetap
langsung dan beban tetap umum, memberikan informasi tambahan bagi manajer.
Karena beban tetap langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen, beban ini
disebabkan oleh keberadaan dari segmen itu sendiri. Jika segmen atau lini produk
dihapus, maka beban tetap ini akan hilang

C. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi Dengan Menggunakan Roi


a. Pengembalian atas Investasi
Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalah dengan
menghitung pengembalian atas investasi (return on investment-ROI), yaitu laba yang
diperoleh untuk setiap dolar investasi. ROI adalah ukuran kinerja yang paling lazim
bagi suatu pusat investasi. ROI dapat didefinisikan sebagai berikut,
ROI = Laba Operasi / Aktiva Operasi Rata-rata

Laba operasi (operation income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak.
Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan
peralatan. Gambaran aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut.

Aktiva operasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + Nilai buuku bersih akhir)/2

b. Margin dan Perputaran


Cara kedua untuk mengitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba
operasi/aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.
ROI = Margin x perputaran
= Laba operasi x Penjualan _____
Penjualan Aktiva operasi rata-rata

Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini
menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal
ini menyatakan laba operasi yang dihasilkan dari setiap penjualan. Hal ini
menyatakan bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba.
Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi
pendaptan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan
jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap dollar yang diinvestasikan dalam aktiva
operasi.
Keunggulan ROI

Sedikitnya, ada tiga hasil positif dari penggunaan ROI.

1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan,


beban, dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer
pusat investasi.

2. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.

3. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.

Kelemahan Pengukuran ROI


Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang sempit.
Berikut dua aspek negative ROI yang sering disebutkan.
1. ROI mengakibatkan focus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan
mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
2. ROI mendorong para manajer untuk focus pada kepentingan jangka pendek
dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.
D. Mengukur Kinerja Pusat Investasi Dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai
Tambah Ekonomi
Untuk mengatasi kecendurungan ROI untuk menghalangi investasi menguntungkan
perusahaan, beberapa perusahaan telah menerapkan alternatif ukuran kinerja seperti laba
residu. Nilai tambah ekonomi adalah cara alternatif untuk menghitung laba residu yang
saat ini digunakan di sejumlah perusahaan.
a. Laba Residu
Laba residu adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian dollar minimum
yang disyaratkan atas aktiva operasi perusahaan.
Laba = Laba – (Tingkat pengembalian minimum x aktiva operasi rata – rata)
residu operasi
Tingkat pengembalian minimum ditentukan perusahaan dan sama dengan
burdle rate yang disebutkan pada bagian ROI. Jika laba residu lebih besar dari nol,
divisi memperoleh lebih banyak tingkat tingkat pengembalian minimum. Jika laba
residu kurang dari nol, divisi memperoleh lebih sedikit pengembalian minimum.
Akhirnya laba residu yang sama dengan nol menunjukkan divisi memperoleh tepat
sama dengan tingkat pengembalian minimum.

Keunggulan Laba Residu

Menurunkan ROI menyebabkan laba perusahaan terbebani. Laba residu sebagai


ukuran kinerja akan mencegah kerugian yang terjadi. Dengan menggunakan
perbandingan laba residu divisi menunjukkan perbeadaan antara dua kelompok dan
penggunaan laba residu mendorong para manajer untuk menerima proyek apapun
yang menghasikan tingkat di atas minimum.

Kelemahan Laba Residu

Laba residu bisa mendorong orientasi jangka pendek. Masalah lainnya dengan laba
residu tidak seperti ROI, laba residu adalah ukuran absolut dari profitabilitas. Jadi,
perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat investasi yang berbeda menjadi
sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda.

b. Nilai Tambah Ekonomi


Nilai Tambah ekonomi adalah laba bersih ( laba operasi dikurangi pajak )
dikurangi total biaya modal tahunan. Pada dasarnya nilai tambah ekonomi (EVA
)merupakan laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya modal akrual dari
perusahaan ( sebagai ganti dari suatu tingkat pengembalian minimum yang
diinginkan perusahaan karena alasan lainnya. Jika EVA positif maka perusahaan
sedang menciptakan kekayaan. Jika negative maka perusahaan sedang menyia –
nyiakan modal.
Sebagai suatu bentuk dari laba residu, EVA adalah suatu bentuk satuan dolar,
bukan suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi, EVA juga menghasilkan
tingkat pengembaliann seperti ROI karena menghubungkan penghasilan bersih (
pengembalian ) dengan modal yang dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba
bersih operasi dan biaya akrual dari modal.

 Menghitung EVA

EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurang biaya modal
yang dipakai. Biaya modal yang dipakai adalah presentase aktual dari biaya
modal dikali dengan total modal yang dipakai. Persamaan EVA dinyatakan sbb.

EVA = laba operasi _ presentase biaya x Total modal


Setelah pajak modal aktual yang dipakai

 Aspek Perilaku EVA

Sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong jenis


perilaku yang sesuai dari berbagai divisi dengan menunjukkan menekanan
semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah mencukupi. Alasan yang
mendasarnya adalah EVA mengandalkan biaya modal yang sebenarnya.

E. Penetapan Harga Transfer


Ketika divisi diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut
dievaluasi berdasarkan laba operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau
EVA. Jadi, nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual
dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai atau harga internal disebut harga transfer.
Dengan kata lain harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen
oleh divisi penjualan pada divisi pembeli di perusahaan yang sama.
Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara
Keseluruhan
Ketika suatu divisi menjual pada divisi lain, kedua divisi tersebut dan perusahaan secara
keseluruhan mendapat pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer
memengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya, laba kedua
divisi tersebut, sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer mereka,
dipengaruhi oleh harga transfer.
Meskipun harga transfer aktual tidak memengaruhi perusahaan sebagai suatu
kesatuan, penetapan harga transfer ternyata mampu memengaruhi tingkat laba yang
dihasilkan perusahaan multinasional mmelalui pajak badan dan persyaratan hukum
lainnya yang ditetapkan negara tempat berbagai divisi beroperasi.

Kebijakan Penetapan Harga Transfer

Perusahaan yang terdesentralisasi memungkinkan lebih banyak wewenang


pengambilan keputusan di tingkat manajemen yang lebih rendah. Dalam penyusun
sebuah kebijakan penetapan harga transfer, pandangan dari divisi penjualan dan divisi
pembelian harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang mencapai tujuan tersebut
dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi penjualan dan harga
maksimum yang ingin dibayar oleh divisi pembeli. Harga maksimum dan minimum
tersebut sesuai dengan biaya transfer internal.

Berikut harga yang ditetapkan:

1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi
internal daripada dijual pada pihak l uar.
2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatuinput dibeli secara
internal.
Beberapa kebijakan penetapan harga transfer digunakan dalam praktik. Kebijakan
penetapan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan
harga transfer yang dinegosiasikan.
Harga Pasar
Jika tersedia, harga pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga
transfer. Karena divisi penjual mampu menjual barangnya pada harga pasar, transfer
internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan divisi
tersebut merugi. Divisi pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar
untuk barang yang ditransfer secara internal.

Harga Transfer Berdasarkan Biaya


Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena karena
produk yang akan ditrasfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan
induk.dalam hal ini, perusahaan bisa menggunakan penetapan harga transfer berdasarkan
biaya. Sebagai contoh, perusahaan matras menggunakan busa dengan kepadatan tinggi
untuk matras dari tempat tidur lipat tersebut dan perusahaan luar tidak memproduksi
matras semacam ini dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan telah menetapkan
kebijakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya, maka divisi matras akan
membebankan biaya penuh mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap.
Harga Transfer yang Dinegosiasikan
Akhirnya, manajemen tingkat atas nisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan
penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat
kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk
menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat bisa
dibagi di antara dua divisi.

Vous aimerez peut-être aussi