Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehadirat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas tinjauan pustaka yang berjudul “Achalasia
Esofagus” dengan tepat waktu. Laporan tugas tinjauan pustaka ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas dalam Blok XIV.
Dalam penyelesaian penugasan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami, terutama kepada dr. I Gede Yasa Asmara, SpPD,
M.Med,DTMH selaku koordinator dalam blok XIV
Saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam tugas ini, terutama dalam hal isi
tinjauan pustaka. Saya mengharap tugas ini bisa berguna dan bisa memberikan pengetahuan
kepada pembaca.
Penyusun
Made Jayawisesa Priyambhada Putra
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................................... 1
Bab I Pendahuluan................................................................................................................... 3
A. Epidemiologi ..................................................................................................................... 3
B. Etiologi .............................................................................................................................. 3
C. Patofisiologi ....................................................................................................................... 5
D. Diagnosis ........................................................................................................................... 5
E. Tatalaksana ........................................................................................................................ 7
2
BAB I
Pendahuluan
Achalasia esofagus merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan tidak adanya
gerakan peristaltik korpus esofagus bagian bawah dan sfingter bagian bawah (SEB) yang
hipertonik. Keadaan ini menyebabkan pada saat penderita menelan makanan esofagus tidak
dapat melakukan relaksasi secara sempurna menyebabkan makanan dan minuman tertimbun
didalam esopagus bagian bawah kemudian terjadi pengosongan secara perlahan dengan
peningkatan tekanan hidrostatik.[1,2,3,10]
Achalasia ditemukan pertama kali oleh Sir Thomas Willis (tahun 1672) dan von
Mikulicz (tahun 1881) diduga disebabkan oleh kardiospasme. Tetapi pada penderita
kardiospasme obstruksi terjadi pada bagian proksimal esopaghogastric junction. Pada tahun
1914, Hurt dan Rake memberikan istilah achalasia pada suatu keadaan relaksasi pada bagian
bawah esopagus yang disebabkan tidak adanya koordinasi mekanisme neuromuskular
esopagus bagian bawah. [3,4]
BAB II
Epidemiologi
Etiologi
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian fungsional yaitu sfingter esofagus bagian atas
dan bawah serta korpus esofagus. Sfingter esofagus bagian atas berfungsi untuk mencegah
3
terjadinya refluks makanan dari korpus, maka Sfingter ini selalu tertutup. Korpus esofagus
merupakan saluran muskularis dengan panjang 8 inchi dan memiliki fungsi menhantarkan
makanan. Kemudian sfingter esofagus bagian bawah berfungsi mencegah terjadinya refluks
makanan dari lambung ke korpus esofagus. [1]
Penyebab dari achalasia esofagus belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa bukti
menemukan bahwa degenerasi sel ganglion inhibitor pada pleksus Misenterikus (Auerbach)
menyebabkan hilangnya kontrol neurologis berupa ketidakseimbangan antara neuron
eksitatorik dan neuron inhibitorik yang menyebabkan gelombang peristaltik sfingter esofagus
bagian atas tidak sampai ke sfingter esofagus bagian bawah untuk relaksasi. Achalasia
esofagus juga dapat disebabkan oleh gangguan dari penyakit lain seperti penyakit Chagas,
karsinoma lambung, dan pengaruh obat-obatan.[1,2,12]
4
Patofisiologi
Gangguan motorik esofagus pada kelainan ini merupakan akibat dari terganggunya
fungsi persarafan. Kontraksi Sfingter esofagus diatur oleh pelepasan neurotransmitter
eksitatorik yaitu asetilkolin dan substansi P sedangkan relaksasi diatur oleh pelepasan
neurotransmitter inhibitorik yaitu vasoactive intestinal peptide (VIP) dan nitrit oksida. Pada
kelainan esofagus ini terjadi penurunan fungsi atau kehilangan pada ganglion inhibitori yang
berakibat pada gangguan transmisi sehingga terjadi tekanan yang tinggi dan tidak dapat
berelaksasi.[4,5]
1. Fusiform dilatation
2. Flask-shaped type
3. Sigmoid Shaped
Diagnosis
1. Disfagia yaitu sulit menelan, keluhan ini menjadi keluhan utama dalam
penyakit ini. Penderita akan mengeluhkan merasakan makanan susah turun
ke lambung dan meminum air untuk membantu makanan turun.
5
2. Nyeri pada epigastrium dan substernal yang dapat dirasakan ringan ataupun
hebat.
3. Regurgutasi adalah perasaan makanan kembali ke mulut setalah ditelan.
Keluhan ini biasanya timbul setelah makan tanpa disertai muntah.
6
Tidak ada gerakan peristaltik.
Diagnosis banding pada achalasia esofagus adalah karsinoma gaster yang meluas,
karsinoma paru, sarkoma sel retikulum, dan karsinoma pangkreas.[1]
Tatalaksana
Medikamentosa Oral
Pemberian terapi medikamentosa untuk memberikan efek relaksasi dan
membantu dalam pengosongan esofagus. pemberian amil nitrit pada saat pemeriksaan
esofagogram akan memberikan efek relaksasi. Pemberian obat antagonis kalsium
nefidepin 10-20 mg dapat memberikan efek yang kuat dalam relaksasi sfingter
esofagus bawah dan membantu dalam pengosongan esofagus. Terapi medikamentosa
baik digunakan pada pasien yang kontraindikasi pada tindakan pembedahan.[1,4]
Pneumatic dilation
Pneumatic dilation adalah terapi yang mengambangkan balon dalam esofagus
yang bertujuan untuk merupturkan serat otot dan membuat intak mukosa
7
esofagus.posisi balon berada didaerah hiatus diagfragmatika. Pengobatan ini sudah
lebih dari 30 tahun digunakan dan memberikan 75-85% hasil yang baik dengan
komplikasi yang jarang. Tindakan ini mengaharuskan penderita puasa sejak malam
hari dan satu hari setalahnya. Pengobatan ini dikatakan berhasil jika merasakan nyeri
pada saat balon mengambang dan nyeri reda pada saat balon dikempiskan. Bila
terdapat nyeri menetap kemungkinan terjadi perforasi. [1,4]
8
Prognosis pasca pengobatan bergantung Gpada lama penyakitnya dan
seberapa kuat gangguan mortilitasnya. Jika gangguan mortilitas sedang akan
mendapatkan kemungkinan prognosis yang baik setelah pembedahan.[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Syam AF. Buku Ajar
Ilmu. Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014. p 1743-1747
2. Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses
5. Paterson WG, Goyal RK, Habib FI. Esophageal motility disorders. [online]. 2006.
6. Netter FH. Atlas of human anatomy 3rd ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2006.
7. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Rastuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas
8. Vaezi MF, Pandolfi JE, Vela MF. ACG Clinical Guideline: Diagnosis and
from URL
http://www.hopkinsmedicine.org/gastroenterology_hepatology/clinical_services/specia
10. Boeckxstaens GE, Zaninotto G, Richter JE. Achalasia. [pdf]. 2014. Available from
URL http://thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(13)60651-0.pdf 22
October 2016.
10
11. Oelschlager BK. Achalasia: Heller Myotomy and Toupet Fundoplication. [online].
22 October 2016
12. Williams VA, Peters JH. Achalasia of the Esophagus: A Surgical Disease. [pdf]. 2008.
http://umanitoba.ca/faculties/health_sciences/medicine/units/surgery/general_program/
11