Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk.
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta menimbulkan rangsangan
untuk menggaruk. Reseptor rasa gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate)
yang hanya ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea
Pruritus merupakan sensasi kulit yang tidak nyaman bersifat iritatif sampai tingkat ringan atau
berat pada inflamasi kulit dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Keadaan tersebut
menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang berat
mengganggun penampilan pasien. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial
atau pruritus sine materia. Pruritus psikologik, merupakan respon garukan lebih kecil dari derajat
gatal subyektif.
ETIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Antara lain yaitu :
1. Pruritus lokal
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Beberapa Penyebab
Pruritus Lokal:
a) Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
b) Punggung : Notalgia paraesthetica
c) Lengan : Brachioradial pruritus
d) Tangan : Dermatitis tangan
e) Pruritus perianal terjadi akibat partikel feses yang terjepit dalam lipatan perianal atau melekat
pada rambut anus.
2. Gangguan sistemik/penyakit
a) Gagal ginjal kronik.
b) Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c) Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan Myxoedema.
d) Anemia, Polycythaemia, Leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
MANIFESTASI KLINIS
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menggaruk yang biasanya dilakukan semakin
intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien
teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana ha-hal yang bisa mengalihkan perhatian
hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan. Efek sekunder mencakup
ekskorisi, kemerahan bagian kulit yang menonjol (bidur), infeksi dan perubahan pigmentasi. Rasa
gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien.. Efek sekunder pruritus adalah ekskoriasi,
kemerahan, bidur (kulit menonjol), infeksi, dan perubahan pigmentasi. Pruritus pada malam lebih
intensif dari pruritus pada sianga hari, akibatnya minimnya distraktor pada malam hari. Sebaliknya
pada siang hari banyak distraktor yang mengalihkan perasaan gatal, seperti pekerjaan, hiburan dan
sebagainya.
KLASIFIKASI PRURITUS:
a. Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering, dan
kerusakan kulit.
b. Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral. Misalnya, pada
herpes dan tumor.
b) Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat transmitter yang
merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice)
c) Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia
Ada juga yang menggolongkan/mengklasifikasikan pruritus dalam jenis:
1) Pruritus pada gravidarum
Di induksi oleh hormon estrogen terutama pada trimester III akhir gravidarum dimulai dari abdomen
atau badan kemudian generalisata, bisa disertai dengan gejala anorexia, nausea atau muntah juga
disertai ikterus kolestatik setelah pruritus 2- 4 minggu karena garam empedu ada dalam kulit.
KOMPLIKASI
Dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis,
limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara
pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa
gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
Penatalaksanaan secara medis :
Pengobatan topical:
a. Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan memiliki batasan
waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.
b. Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
c. Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
d. Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan
menimbulkan alergi dermatitis kontak.
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan
menyebabkan tidur terganggu:
a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat
memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan
tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c. Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus. Antihistamin
penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
d. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik.
Penatalaksanaan secara keperawatan :
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah faktor pengendap,
seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan
rasa gatal (mis. Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan,
maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering, dapat
dilakukan penanganan sendiri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra, menghindari bahan wol
serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat berlebihan.
g. Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
h. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
i. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.
FOKUS PENGKAJIAN
1. Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa.
2. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal pada kulitnya,
intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
3. Riwayat penyakit sekarang
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan sistemik internal
seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan preperat oral seperti aspirin , terapi
antibiotik, hormone. Adanya alergi, baru saja minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat
menjadi factor pencetus adanya pruritus. Tanda-tanda infeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang
panas, kering, atau seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus dikenal.Pruritus dapat terjadi pada
orang yang berusia lanjut sebagai akibat dari kulit yang kering.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/ timbul, sehingga pada riwayat penyakit dahulu
sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Diduga faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam keluarga ada
kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga mengalami pruritus.
6. Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oeh factor psikologik seperti stress yang berlebihan dalam
keluarga atau lingkunagn kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas
kulit. Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien.
FOKUS INTERVENSI :
1. Gatal berhubungan dengan erupsi dermal
Tujuan : Gatal berkurang/hilang
Kriteria hasil : Erupsi dermal dapat diatasi
Intervensi :
a. Observasi intensitas gatal dan perluasan kulit.
b. Jaga kebersihan kulit.
c. Gunakan air hangat untuk mandi.
d. Anjurkan untuk tidak menggaruk saat gatal jika terpaksa ingin menggaruk, menggunakan telapak
tangan saat menggaruk.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antihistamin.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan
Tujuan : Integritas kulit kembali normal
Kriteria hasil : lesi dan peradangan teratasi.
Intervensi :
a. Beri pelembab.
b. Gunakan handuk yang lembut saat mengeringkan tubuh.
c. Anjurkan untuk tidak menggaruk saat gatal jika terpaksa ingin menggaruk, menggunakan
telapak tangan saat menggaruk.
EVALUASI
1. Tanyakan pada klien apakah status kesehatannya sudah membaik
2. Lihat hasil perkembangan kesehatan terakhir
3. Dokumentasikan hasil evaluasi tersebut