Vous êtes sur la page 1sur 40

AKTIVITAS EKSTRAK KULIT KAYU SUREN (Toona sinensis

Merr.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN ANTIDIABETES


SECARA IN VITRO

SITHA ARILAH ICHSAN

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK

SITHA ARILAH ICHSAN. Aktivitas Ekstrak Kulit Kayu Suren (Toona sinensis
Merr.) Sebagai Antioksidan dan Antidiabetes Secara In Vitro. Dibimbing oleh
SYAMSUL FALAH dan WARAS NURCHOLIS.

Tanaman suren (Toona sinensis Merr.) merupakan tanaman herbal yang


daunnya dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan antidiabetes. Kulit kayu
tanaman suren diduga memiliki aktivitas yang sama dengan daunnya. Penelitian
ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan antidiabetes ekstrak etanol
70% dan ekstrak air kulit kayu suren secara in vitro. Aktivitas antioksidan diamati
menggunakan parameter uji biokimia, yaitu aktivitas inhibisi radikal bebas DPPH
pada konsentrasi sampel 50, 30, 10, dan 5 ppm. Potensi antidiabetes diukur
melalui aktivitas penghambatan kerja enzim -glukosidase pada konsentrasi
sampel 12.5, 6.3, 3.1, dan 1.6 ppm. Kadar air kulit kayu suren yang diuji adalah
9.04%. Ekstraksi dengan pelarut etanol 70 % dan air menghasilkan rendemen
sebesar 4.8% dan 2.6%. Hasil uji fitokimia menunjukkan kandungan senyawa
alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, dan hidroquinon pada ekstrak etanol 70%.
Sementara ekstrak air kulit kayu suren menunjukkan adanya kandungan senyawa
saponin, flavonoid, dan hidroquinon. Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak
etanol 70% dan air ditunjukkan dengan nilai IC50 secara berturut-turut yaitu 11.86
dan 17.78 ppm. Sementara nilai IC50 vitamin C yang digunakan sebagai
pembanding sebesar 3.31 ppm. Penghambatan enzim -glukosidase memiliki nilai
IC50 sebesar 0.66 ppm untuk ekstrak etanol 70% dan 3.32 ppm pada ekstrak air,
sedangkan nilai IC50 acarbose sebagai pembanding adalah sebesar 0.08 ppm.
Hasil pengujian tersebut menunjukkan kulit kayu suren memiliki aktivitas
antioksidan dan berpotensi sebagai antidiabetes.

Kata kunci: antioksidan, antidiabetes, suren (Toona sinensis Merr.), DPPH, -


glukosidase
ABSTRACT

SITHA ARILAH ICHSAN. Activities of Suren (Toona sinensis Merr.) Bark


Extracts as Antioxidant and Antidiabetic With In Vitro Analysis. Under the
direction of SYAMSUL FALAH and WARAS NURCHOLIS.

Suren (Toona sinensis Merr.) is a herbal plant that its leaves has been
reported have a antioxidant and antidiabetic activity. The bark of suren thought to
have antioxidant and antidiabetic activity as it leaves. This study was conducted to
investigate antioxidants and antidiabetic activity of ethanol 70% and water
extracts of suren bark using in vitro method. The antioxidant activity was
observed using the parameters of biochemical tests, through measurement of the
inhibitory activity to DPPH as free radical with concentration of samples 50, 30,
10, and 5 ppm. The potential antidiabetic activity was measured through
inhibition of -glucosidase enzymes work at a sample concentration of 12.5, 6.3,
3.1, and 1.6 ppm. The moisture content of suren bark samples in the test is 9.04%.
Suren bark extracted with a solvent ethanol 70% and water has a yield of 4.8%
and 2.6%. Phytochemical test of ethanol 70% extract showed the present of
alkaloids, saponins, tannins, flavonoids, and hydroquinone. While the water
extract indicate a content of saponin compounds, flavonoids, and hydroquinone.
The results of the analysis of antioxidant activity indicated by IC50 value which is
11.86 ppm for ethanol 70% extracts and 17.78 ppm for water extract. While the
IC50 value of vitamin C used as a comparison is 3.31 ppm. Inhibition of -
glucosidase enzyme are also shown in the IC50 value which is 0.66 ppm for
ethanol 70% extract and 3.32 ppm for water extracts, whereas acarbose as a
comparison have IC50 value of 0.08 ppm. These results showed that suren bark
have an antioxidant and antidiabetic activity.

Key words: antioxidant, antidiabetic, suren (Toona sinensis Merr.) DPPH, -


glucosidase
AKTIVITAS EKSTRAK KULIT KAYU SUREN (Toona sinensis
Merr.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN ANTIDIABETES
SECARA IN VITRO

SITHA ARILAH ICHSAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Aktivitas Ekstrak Kulit Kayu Suren (Toona sinensis Merr.)
Sebagai Antioksidan dan Antidiabetes Secara In Vitro
Nama : Sitha Arilah Ichsan
NIM : G84070003

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si. Waras Nurcholis, M.Si


Ketua Anggota

Diketahui

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc.


Ketua Departemen Biokimia

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika & IPA Institut Pertanian Bogor.
Tema yang dipilih pada penelitian ini ialah metabolisme, dengan judul “Aktivitas
Ekstrak Kulit Kayu Suren (Toona Sinensis Merr.) Sebagai Antioksidan dan
Antidiabetes Secara In Vitro”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
hingga Juni 2011 di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia dan
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si.
dan Waras Nurcholis, M.Si atas bimbingan, waktu, dan perhatiannya kepada
penulis selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada teknisi laboratorium Pusat Studi Biofarmaka yang telah
banyak membantu dalam teknis pelaksanaan penelitian, kepada kedua orang tua
dan seluruh keluarga tercinta atas segala doa, dukungan, kasih sayangnya, dan
selalu memberi inspirasi kepada penulis untuk selalu berjuang keras dan menjadi
lebih baik, dan kepada Fajri selaku rekan kerja, Maya, Dina, Leli, Restu, Rezana,
mbak Amel, dan kak Fahry atas dukungan dan bantuannya selama penelitian dan
penyusunan skripsi. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Biokimia dan Farmasi.

Bogor, November 2011

Sitha Arilah Ichsan


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara Enim (Sumatera Selatan) pada tanggal 8 Juni


1989 dari ayahanda John Arifin dan ibunda Ilah Carsilah sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Praya
(Lombok) dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis mengambil Mayor
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan
memilih Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA)
sebagai minor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan. Tahun 2007-2008 penulis aktif sebagai Ketua Musholla Al-
Mahabbah di Asrama Putri TPB IPB. Tahun 2008-2010 penulis aktif di himpunan
profesi Community of Research and Education of Biochemistry Student (CREBs)
sebagai Badan Pengawas. Pada tahun terakhir perkuliahan, penulis
berkesempatan sebagai penyaji makalah internasional pada Annual Meeting of
Science and Technology Studies (AMSTECS)-Jepang 2011. Pengalaman profesi
penulis diantaranya adalah sebagai asisten praktikum Pengantar Penelitian
Biokimia untuk mahasiswa Departemen Biokimia FMIPA IPB pada tahun 2011.
Penulis pernah menjalani Praktik Lapang (PL) di Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia (BPBPI) pada tahun 2010 dan menulis laporan ilmiah yang
berjudul “Isolasi DNA Tanaman Karet dan Analisis RAPD Planlet Karet pada
Tahap Multiplikasi, Conditioning, dan Rooting”. Pada tahun 2008 sampai 2010,
penulis juga pernah menjadi pengisi suara CD pembelajaran interaktif dan staf
pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar Briliant Student. Selain itu, pada tahun
2011 penulis menjadi panitia dalam acara Globalization of Djamoe Brand
Indonesia yang diselenggarakan di IPB International Convention Center (IICC) di
Bogor.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix


DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Suren (Toona sinensis Merr.) ..................................................................... 2
Radikal Bebas dan Antioksidan .................................................................. 3
Diabetes Melitus ......................................................................................... 4
Metode DPPH ............................................................................................. 5
Inhibisi -Glukosidase ............................................................................... 6
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................... 6
Metode Penelitian ....................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air Kulit Kayu Suren ......................................................................... 8
Ekstraksi Kulit Kayu Suren .......................................................................... 8
Uji Fitokimia................................................................................................. 9
Daya Hambat Ekstrak Terhadap Radikal Bebas DPPH ............................. 10
Daya Inhibisi Ekstrak Terhadap Enzim -Glukosidase ............................. 11
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
LAMPIRAN ..................................................................................................... 18
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hasil ekstraksi kulit kayu suren ....................................................................... 9


2 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit kayu suren ..................................................... 9
3 Aktivitas antioksidan ekstrak kulit kayu suren dan vitamin C....................... 10
4 Perubahan aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan ekstrak air pada
konsentrasi uji ................................................................................................ 11
5 Perubahan aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70%, ekstrak air, dan
vitamin C dalam nilai IC50 ............................................................................. 11
6 Aktivitas inhibisi -glukosidase ekstrak kulit kayu suren dan acarbose....... 12
7 Perubahan aktivitas inhibisi -glukosidase ekstrak etanol 70% dan ekstrak
air pada konsentrasi uji .................................................................................. 12
8 Perubahan aktivitas inhibisi -glukosidase ekstrak etanol 70%, ekstrak air,
dan acarbose dalam nilai IC50 ....................................................................... 13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pohon suren .................................................................................................... 3


2 Reaksi DPPH dengan antioksidan.................................................................. 5
2

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Gambaran umum penelitian ........................................................................... 19


2 Prosedur uji aktivitas antioksidan ekstrak kulit kayu suren ........................... 20
3 Prosedur uji inhibisi enzim -glukosidase ekstrak kulit kayu suren ............. 21
4 Perhitungan kadar air serbuk kulit kayu suren dan hasil rendemen ekstrak
kulit kayu suren ............................................................................................. 22
5 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu suren
sebagai antioksidan ........................................................................................ 23
6 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol air kulit kayu suren
sebagai antioksidan ........................................................................................ 24
7 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu suren
sebagai inhibitor -glukosidase ..................................................................... 25
8 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak air kulit kayu suren sebagai
inhibitor -glukosidase .................................................................................. 26
9 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) ekstrak kulit kayu suren sebagai
antioksidan ..................................................................................................... 27
10 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) ekstrak kulit kayu suren sebagai
inhibitor -glukosidase .................................................................................. 28
11 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) nilai IC50 ekstrak kulit kayu suren
sebagai antioksidan ........................................................................................ 29
12 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) nilai IC50 ekstrak kulit kayu suren
sebagai inhibitor -glukosidase ..................................................................... 30
1

PENDAHULUAN oksidatif akan menghambat pengambilan


glukosa di sel otot dan sel lemak serta
penurunan sekresi insulin oleh sel-β di
Dibetes Melitus (DM) merupakan penyakit pankreas. Stres oksidatif secara langsung
metabolik yang dicirikan oleh tingginya kadar mempengaruhi dinding vaskular, sehingga
glukosa dalam darah. Penyakit ini adalah berperan penting dalam patofisiologi
salah satu penyakit kondisi kronis yang dapat terjadinya komplikasi diabetes tipe 2 (Putri
diderita seumur hidup dan memiliki 2010). Memperbaiki stress oksidatif adalah
komplikasi (menyebabkan terjadinya penyakit strategi yang efektif untuk menurunkan
lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan perkembangan diabetes dan komplikasinya.
dengan kadar gula darah yang tinggi secara Antioksidan dalam jumlah yang cukup sangat
terus-menerus, sehingga berakibat rusaknya penting bagi penderita diabetes untuk
pembuluh darah, saraf, dan struktur internal mencegah komplikasi.
lainnya (Sari 2010). Akibat tingginya kadar Pengobatan umum yang dilakukan untuk
gula darah hingga mencapai fase diabetes penderita diabetes bukanlah untuk
dapat memicu resiko serangan jantung, menyembuhkan melainkan untuk membantu
stroke, gagal ginjal, penyakit pembuluh darah menurunkan konsentrasi gula darah. Penderita
perifer, serta kondisi akut lainnya. Komplikasi diabetes memiliki konsentrasi gula darah yang
kronis ditandai dengan kerusakan dan tinggi terus-menerus, maka pengobatannya
akhirnya kegagalan berbagai organ, seperti juga perlu dilakukan secara terus-menerus
mata, ginjal, saraf, jantung, dan otak. Pada sehingga kurang efektif. Salah satu
kondisi akut, diabetes dapat menyebabkan pengobatan efektif untuk diabetes adalah
kebutaan bahkan kematian (Wijayakusumah dengan penyuntikan hormon insulin, tapi
2004). harga pengobatan ini sangatlah mahal, apalagi
Badan Kesehatan Dunia, WHO (World perlu dilakukan secara rutin.
Health Organization) menyebutkan bahwa Bentuk pengobatan lainnya untuk diabetes
pada tahun 2003 tercatat jumlah penderita adalah dengan pengembangan obat diabetes
diabetes berusia 20-79 tahun dari 3.8 milyar yang mampu menghambat kerja enzim α-
penduduk dunia adalah sebesar 194 juta jiwa glukosidase. Enzim α-glukosidase bekerja
dan diperkirakan jumlahnya akan meningkat pada saat proses penyerapan glukosa dalam
menjadi 333 juta jiwa pada tahun 2025. usus. Pada penderita diabetes, hal ini
Sementara itu, di Indonesia jumlah penderita merupakan salah satu hal yang harus dicegah.
diabetes menempati urutan keempat di dunia Semakin banyak glukosa yang terbentuk dari
setelah Amerika Serikat, India, dan Cina pemecahan pati, maka akan semakin tinggi
dengan jumlah penderita mencapai lebih dari kadar glukosa dalam darah penderita diabetes.
13 juta jiwa (Depkes 2005). Oleh karena itu pengembangan obat diabetes
Secara klinis, diabetes dapat dikategorikan saat ini lebih difokuskan pada inhibisi kerja
menjadi diabetes tipe I, diabetes tipe II, dan enzim ini (Murray et al. 2009).
Gestational Diabetes Melitus. Diabetes tipe I Telah banyak obat-obatan sintetik yang
merupakan tipe diabetes yang disebabkan oleh berperan menghambat aktivitas enzim α-
defisiensi insulin dalam tubuh. Diabetes tipe II glukosidase, salah satunya adalah acarbose
merupakan gangguan toleransi glukosa. yang biasa dikenal dengan merek dagang
Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit glucobay. Obat-obatan sintetik memiliki efek
non-insulin dependent diabetes melitus atau samping pada lambung (Neal 2002)
diabetes melitus tak tergantung insulin diantaranya kembung, diare, dan kejang perut,
(DMTTI). DMTTI yang akut dapat membawa sehingga penggunaannya perlu dibatasi (Lee
penderitanya ke penyakit diabetes tipe I et al. 2007).
(Stryer et al. 2007). Tipe lainnya dari diabetes Pengembangan obat herbal yang
adalah diabetes pada masa kehamilan atau mengandung senyawa aktif yang dapat
sering juga disebut sebagai Gestational berperan sebagai antidiabetes tengah menjadi
Diabetes Melitus (GDM). Penyakit ini dapat trend di masyarakat saat ini karena efek
menjangkiti sebagian ibu hamil, baik sampingnya sangat rendah dan memiliki
penderita diabetes maupun yang sehat (Price manfaat yang beragam. Salah satu tanaman
& Wilson 1995). herbal yang memiliki potensi antidiabetes
Salah satu penyebab utama diabetes adalah tanaman suren (Toona sinensis Merr.).
melitus dan berbagai penyakit degeneratif Zhao et al. (2009) melaporkan bahwa daun
lainnya adalah radikal bebas (Putri 2010). tanaman suren mengandung sejumlah besar
Pada penderita diabetes melitus, stres flavonoid, alkaloid, terpene, dan
2

anthraquinones yang mampu manghambat dengan panjang 10-15 cm, menyirip tunggal
aktivitas enzim α-glukosidase. Seperti halnya dengan 8-30 pasang daun pada pohon
pada daunnya, kulit kayu tanaman suren berdiameter 1-2 m. Musim bunga tanaman ini
diduga juga mengandung senyawa fitokimia dua kali dalam setahun yaitu sekitar bulan
yang memiliki mekanisme antioksidan dan Februari hingga Maret dan September hingga
inhibisi α-glukosidase. Potensi tersebut belum Oktober (Djam’an 2002).
banyak diteliti hingga saat ini sehingga Tanaman suren (Gambar 1) merupakan
diperlukan penelitian yang dapat memberikan komoditas tanaman kayu rakyat yang paling
gambaran aktivitas antioksidan dan potensi populer di Jawa Barat. Selain
kulit kayu suren sebagai antidiabetes. pertumbuhannya cepat, mudah tumbuh di
Penelitian ini bertujuan menguji ekstrak berbagai tempat juga harga jualnya cukup
etanol 70% dan ekstrak air kulit kayu suren tinggi untuk mendukung pendapatan petani.
sebagai antioksidan dan antidiabetes secara in Kayu suren digunakan untuk tiang bangunan
vitro. Hasil yang diperoleh akan dibandingkan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan
secara langsung dengan acarbose (obat rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek
komersil diabetes melitus tipe II). Adapun api, pulp, kertas, dan lain-lain. Secara
parameter uji yang digunakan adalah persen tradisional, petani menggunakan daun suren
penghambatan radikal DPPH dan persen untuk menghalau hama serangga tanaman
penghambatan aktivitas enzim -glukosidase (Djam’an 2002).
yang ditunjukkan dalam nilai IC50. Kayu suren berbau harum sehingga tahan
Hipotesis pada penelitian ini adalah terhadap serangan rayap. Serbuk atau bubuk
kandungan senyawa fitokimia yang terdapat di kayunya berwarna kemerahan. Tanaman ini
dalam kulit kayu suren (Toona sinensis Merr.) tumbuh pada daerah bertebing dengan
memiliki aktivitas antioksidan dan ketinggian 600-2.700 m dpl (di atas permukaa
antidiabetes. Senyawa fitokimia tersebut laut) dengan temperatur sekitar 22 ºC. Bagian
diduga dapat menghambat atau mencegah tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah
terjadinya pembentukan radikal bebas yang kayunya sebagai bahan bangunan, furniture,
dapat meningkatkan perkembangan dan veneer, panel kayu. Selain itu, ekstrak
komplikasi penyakit diabetes. Selain itu, daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-
senyawa-senyawa tersebut juga diduga insektisida, sedangkan kulit batang dan
mampu menghambat aktivitas enzim - buahnya dapat disuling untuk menghasilkan
glukosidase yang berperan dalam proses minyak esensial (aromatik). Tajuknya yang
penyerapan gula di usus. Hasil penelitian ini tidak terlalu lebar membuat pohon suren biasa
diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi digunakan sebagai tanaman pelindung atau
tanaman suren melalui pemanfaatan limbah pembatas di ladang dan sebagai windbreak di
kulit kayu suren dalam farmakologi sebagai perkebunan teh (Djam’an 2002).
upaya pencegahan dan pengobatan penyakit Di Taiwan, Toona sinensis umum
diabetes melitus. digunakan sebagai makanan untuk para
vegetarian. Daunnya sering kali digunakan
sebagai obat-obatan untuk menangani
TINJAUAN PUSTAKA enteritis, disentri, dan gatal-gatal. (Hseu et al.
2008). Hasil penapisan fitokimia simplisia
daun suren menunjukkan adanya senyawa
Suren (Toona sinensis Merr.)
golongan flavonoid, tanin dan
Suren merupakan keluarga tanaman steroid/triterpenoid yang penting sebagai
Meliaceae dengan ordo Sapindales. Suren antioksidan (Djam’an 2002).
adalah tanaman spermatophyte yang termasuk Ekstrak air daun tanaman suren memiliki
ke dalam divisi Magnoliophyta (tumbuhan efek antiproliferasi terhadap sel premyelocytic
berbunga) dan class Magnoliopsida dengan manusia dengan cara menginduksi apoptosis
subclass Rosidae. Pohon suren memiliki (Hseu et al. 2008). Suplemen ekstrak daun,
karakter khusus seperti harum yang khas akar, dan kulit kayu tanaman ini dilaporkan
apabila bagian daun atau buah diremas dan mampu meningkatkan kemampuan
bila bagian batang dilukai atau ditebang. memahami dan mengingat pada mencit yang
Bentuk batang suren lurus dan umumnya tidak diduga akibat mekanisme pertahanan
bercabang hingga ketinggiannya mencapai 25 antioksidan. Menurut Cheng (2009), efek
m dan tinggi pohon dapat mencapai 40-60 m. antioksidan ini disebabkan oleh kandungan
Kulit batangnya kasar dan pecah-pecah dan senyawa fitokimia, seperti flavonoid,
berwarna coklat. Daun suren berbentuk oval limonoid, phytol, kumarins dan senyawa
3

fenolik lainnya. Senyawa fenolik yang paling mitokondria, dan oksidasi ion-ion logam
banyak terkandung pada daun suren yang transisi juga merupakan penyebab munculnya
berperan sebagai antioksidan diantaranya radikal bebas dalam tubuh (Salma 1999).
gallic acid, galloylquinic acid, tri-O-galloyl- Radikal bebas yang berasal dari luar tubuh
D-glucose, dan quercetin glucopyranoside. diantaranya disebabkan oleh asap rokok, asap
Jiang et al. (2007) dan Hseu et al. (2008) juga kendaraan bermotor, sinar ultra violet, zat
melaporkan bahwa daun tanaman suren kimiawi dalam makanan, dan senyawa-
memiliki aktivitas antioksidan yang cukup senyawa polutan lainnya (Mardisadora 2010).
tinggi dengan pemutusan aktivitas radikal Antioksidan adalah zat yang dapat
bebas DPPH dan lipid peroksida. menunda atau mencegah terjadinya reaksi
Ekstrak kasar daun tanaman ini dilaporkan oksidasi radikal bebas. Senyawa dikatakan
dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker memiliki sifat antioksidatif bila senyawa
paru-paru, mengurangi glukosa darah pada tersebut mampu mendonasikan satu atau lebih
tikus diabetes, dan meningkatkan lipolisis dan elektron kepada senyawa prooksidan,
kadar glukosa pada jaringan adiposa (Hseu et kemudian mengubah senyawa oksidan
al. 2008). Daun tanaman suren juga menjadi senyawa yang stabil (Packer 1995).
mengandung sejumlah besar flavonoid, Antioksidan, berdasarkan sumbernya
alkaloid, terpene, dan anthraquinones yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu antioksidan
mampu manghambat aktivitas enzim α- sintetik dan antioksidan alami. Beberapa
glukosidase (Zhao et al. 2009). contoh antioksidan sintetik adalah Butil
Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi
Toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidroksi
quinon (TBHQ) dan tokoferol, sedangkan
antioksidan alami berasal dari tumbuhan, yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau
polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid. Berdasarkan asal terbentuknya,
antioksidan dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu antioksidan endogen dan eksogen.
Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya,
antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder,
dan tersier. Antioksidan primer adalah
antioksidan endogen atau antioksidan
enzimatis, contohnya enzim superoksida
dismutase (SOD), katalase, dan glutation
Gambar 1 Pohon suren. peroksidase (GPx). Enzim-enzim ini mampu
menekan atau menghambat pembentukan
Radikal Bebas dan Antioksidan radikal bebas dengan cara memutus reaksi
berantai dan mengubahnya menjadi produk
Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal lebih stabil. Antioksidan sekunder merupakan
bebas berperan dalam terjadinya berbagai antioksidan eksogen atau antioksidan non
penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas enzimatis. Contoh antioksidan sekunder ialah
adalah senyawa kimia yang memiliki vitamin E, vitamin C, β-karoten, isoflavon,
pasangan elektron bebas di kulit terluar asam urat, bilirubin, dan albumin. Senyawa-
sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi senyawa ini dikenal sebagai penangkap
dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. radikal bebas (scavenger free radical),
Reaksi antara radikal bebas dengan salah satu kemudian mencegah amplifikasi radikal.
molekul tersebut berujung pada timbulnya Antioksidan tersier contohnya adalah enzim
suatu penyakit. metionin sulfoksida reduktase yang berperan
Radikal bebas dapat dihasilkan dari proses dalam perbaikan biomolekul yang disebabkan
metabolisme tubuh secara alami (endogenous) oleh radikal bebas (Packer & Ong 1998).
maupun berasal dari factor eksternal Penggunaan senyawa antioksidan saat ini
(exogenous). Dalam tubuh, sekitar 5 persen semakin meluas seiring dengan semakin
dari oksigen pernafasan akan diubah secara besarnya pemahaman masyarakat tentang
alami menjadi radikal bebas. Selain itu proses peranannya dalam menghambat penyakit
autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis degenerative. Masalah-masalah tersebut
dalam respirasi, transpor elektron di berkaitan dengan kemampuan antioksidan
4

dalam bekerja sebagai inhibitor (penghambat) air, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang seluler pada beberapa jaringan tubuh.
menjadi salah satu penyebab penyakit- Diabetes kronis dapat menyebabkan disfungsi
penyakit di atas (Packer & Ong 1998). Tubuh dan kerusakan berbagai organ, terutama mata,
manusia dapat menghasilkan senyawa ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
antioksidan secara alami, tetapi jumlahnya (ADA 2004).
sering kali tidak cukup untuk menetralkan Gejala umum yang timbul pada penderita
radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh diabetes mellitus diantaranya adalah sering
(Hernani & Rahardjo 2005). Antioksidan haus dan sering buang air kecil sebagai efek
alami mampu melindungi tubuh terhadap mekanisme mempertahankan homeostatis
kerusakan yang disebabkan oleh oksigen tubuh. Penderita dibetes juga sering
reaktif dan mampu menghambat terjadinya mengalami kesemutan, penglihatan yang
penyakit degeneratif serta mampu terganggu, banyak makan tetapi berat badan
menghambat peroksida lipid pada makanan. cenderung turun, cepat merasa lelah, dan
Keseimbangan antara antioksidan dan radikal sering mengantuk (Purwakusumah 2003).
bebas menjadi kunci utama pencegahan stres Kadar gula darah normal adalah 100 mg/dL
oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang dan dapat mencapai 120 mg/dL setelah
dihasilkan (Packer et al. 1995). makan. Kadar gula darah penderita diabetes
Stres oksidatif adalah keadaan dapat melebihi 120 mg/dL pada saat 2 jam
ketidakseimbangan antara prooksidan dan setelah makan (Soegondo 2004).
antioksidan. Keadaan stres oksidatif dapat Diabetes dapat disebabkan oleh defisiensi
disebabkan oleh kurangnya antioksidan atau insulin, kelebihan asupan glukosa dalam
kelebihan produksi radikal bebas. Radikal tubuh, kurangnya olahraga, kehamilan,
bebas sebetulnya diproduksi secara fisiologis obesitas, dan berbagai penyebab lainnya.
oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi Diabetes dapat disebabkan pula oleh faktor
biokimia dalam kehidupan aerobik. Namun, keturunan atau genetik karena penyakit ini
jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan termasuk penyakit yang terpaut kromosom
seluler tetap atau lebih sedikit, maka seks. Selain itu, terdapat beberapa virus dan
kelebihan radikal bebas ini tidak dapat bakteri yang diduga dapat menyebabkan
dinetralkan dan akan berakibat pada diabetes mellitus melalui mekanisme sitolitik
kerusakan sel itu sendiri. Kondisi stres sel β pankreas. Beberapa bahan toksik yang
oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, mampu merusak sel β pankreas secara
dapat menyebabkan terjadinya percepatan langsung diantaranya adalah alloxan,
proses penuaan, dan dapat menimbulkan pyrinuron (rodentisida), dan streptozotocin
penyakit jantung, kanker, dan diabetes melitus (produk dari sejenis jamur).
(Packer & Ong 1998). Secara klinis, diabetes dapat dikategorikan
menjadi tiga kelompok, yaitu diabetes tipe I,
Diabetes Melitus diabetes tipe II, dan Gestational Diabetes
Melitus. Diabetes tipe I merupakan tipe
Diabetes melitus merupakan penyakit yang
diabetes yang disebabkan oleh defisiensi
dicirikan oleh adanya abnormalitas
insulin dalam tubuh. Pada kondisi abnormal,
penggunaan “bahan bakar” dalam tubuh
sel β Langerhans pankreas dari penderita
akibat glukosa terdapat dalam jumlah diabetes hanya akan menghasilkan sedikit
berlebihan namun tidak digunakan secara insulin atau bahkan tidak sama sekali
optimal oleh berbagai organ tubuh. Diabetes
sehingga menyebabkan glukosa tidak dapat
termasuk dalam kategori penyakit
digunakan oleh sel untuk energi maupun
metabolisme yang paling serius, diamana
disimpan. Hal ini mengakibatkan kadar
jutaan masyarakat dunia telah menjadi
glukosa darah meningkat melebihi batas
korbannya. Jika telah berkembang penuh normal. Kelebihan glukosa tersebut akhirnya
secara klinis, diabetes melitus akan ditandai dibuang bersama urin melalui ginjal
oleh hiperglikemia (saat puasa),
(Wijayakusuma 2004). Inilah yang
aterosklerosis, mikrongiopati, dan neuropati
menyebabkan penderita diabetes
(Price & Wilson 1995). Diabetes melitus
menghasilkan urin yang mengandung glukosa.
merupakan penyakit yang mampu memicu Selain itu, akan terjadi ketidakseimbangan
komplikasi munculnya penyakit lain dalam hormon glukagon dan insulin, sehingga akan
tubuh manusia. Gangguan metabolisme
terjadi penurunan kadar fruktosa 2,6-bisfosfat
glukosa akibat diabetes akan mempengaruhi
dalam hati. Oleh karena itu, proses glikolisis
metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan
terhambat, dan sebaliknya glukoneogenesis
5

akan terjadi. Akibat paling jelas dari hal ini glukosa dalam otot dan sel β pankreas, juga
adalah meningkatnya kadar glukosa dalam menginisiasi perkembangaan awal komplikasi
darah, terutama setelah mengasup makanan mikrovaskular dan makrovaskular. Salah satu
kaya karbohidrat (Stryer et al. 2007). Diabetes cara terbaik untuk menurunkan kadar gula
tipe I ini biasanya diderita oleh anak-anak atau darah pasca makan adalah dengan
dewasa muda sehingga disebut pula sebagai memperlambat absorbsi glukosa melalui
juvenile-onset diabetes. Diperlukan penghambatan kerja enzim yang dapat
pengobatan insulin untuk penderita penyakit menghidrolisis karbohidrat seperti -
ini glukosidase (Lee et al. 2007).
Diabetes tipe II merupakan gangguan
toleransi glukosa. Penyakit ini sering disebut Metode DPPH
sebagai penyakit non-insulin dependent
diabetes melitus atau diabetes melitus tak DPPH (difenil pikril hidrazil hidrat)
tergantung insulin (DMTTI). Penyakit ini menghasilkan radikal bebas aktif bila
seringkali dihubungkan dengan obesitas dan dilarutkan dalam alkohol. Radikal bebas
kelebihan asupan karbohidrat dalam diet tersebut stabil dengan absorpsi maksimum
(Price & Wilson 1995). DMTTI merupakan pada panjang gelombang 517 nm dan dapat
tipe diabetes yang lebih umum terjadi. direduksi oleh senyawa antioksidan (Praptiwi
Penyakit ini umumnya menjangkiti orang- 2006).
orang dewasa. Namun demikian, belakangan Analisis kualitatif aktivasi antioksidan
ini, jumlah penderita DMTTI dari kalangan menggunakan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil
remaja semakin meningkat. Pankreas pada (DPPH) sebagai uji dalam mencari
penderita DMTTI masih mampu kemampuan menangkap radikal suatu
memproduksi insulin, walaupun jumlah senyawa dalam ekstrak tumbuhan telah umum
insulin yang dihasilkan tidak mampu dilakukan. Metode ini lebih cepat, lebih
mempertahankan kadar normal gula darah. sederhana, dan membutuhkan sampel dalam
DMTTI yang akut dapat membawa jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
penderitanya ke penyakit diabetes tipe I dengan beberapa metode pengujian
(Stryer et al. 2007). Selain itu, kondisi ini antioksidan lainnya seperti metode TBA
dapat pula disebabkan oleh gangguan akibat (Mardisadora 2010).
resistensi insulin yang menyebabkan jaringan Prinsip metode penangkapan radikal
tubuh menjadi kurang peka terhadap efek (Gambar 2) adalah pengukuran penangkapan
insulin. Faktor-faktor yang mempengaruhi radikal bebas sintetik DPPH dalam pelarut
timbulnya diabetes tipe II ini antara lain yaitu organik polar seperti etanol atau metanol pada
obesitas, usia lanjut, kurangnya aktivitas suhu kamar oleh suatu senyawa yang
olahraga, dan lain-lain (ADA 2004). mempunyai aktivitas antioksidan (Pokorni
Tipe lainnya dari diabetes adalah diabetes 2001). Metode DPPH dapat mengukur
pada masa kehamilan atau sering juga disebut aktivitas donasi elektron komponen lain dalam
sebagai Gestational Diabetes Melitus (GDM). campuran dan mengevaluasi aktivitas
Seorang wanita hamil membutuhkan lebih antioksidan karena adanya radikal bebas.
banyak insulin untuk mempertahankan Beberapa molekul dapat memberikan elektron
metabolisme karbohidrat, jika tidak maka atau hidrogen ketika beraksi DPPH, sehingga
kadar gula darah pada tubuh wanita yang akan memudarkan warna DPPH, melalui
sedang hamil dapat meningkat
(Wijayakusuma 2004). Penyakit ini dapat
menjangkiti sebagian ibu hamil, baik
penderita diabetes maupun yang sehat (Price
& Wilson 1995). Kondisi ini dapat
membahayakan wanita yang sedang hamil dan
bayi dalam kandungannya. Setelah proses
kelahiran, kadar gula darah sang ibu dapat
kembali normal, namun bayinya dapat
menderita diabetes (ADA 2004).
Peningkatan gula darah pasca makan
merupakan awal terganggunya metabolisme
yang terjadi pada penderita diabetes. Kondisi
ini mempercepat perkembangan penyakit
diabetes mellitus yang disebekan toksisitas Gambar 2 Reaksi DPPH dengan antioksidan.
6

reaksi reduksi dengan perubahan warna ungu obat sintetiknya adalah acarbose, maglitol,
menjadi kekuningan oleh elektron dari dan voglibose. Acarbose berperan sebagai
senyawa antioksidan. Reaksi DPPH dengan inhibitor kompetitif. Obat ini dijual dalam
gugus hiroksil menyebabkan substitusi bentuk tablet Glukobay. Jumlah acarbose
homolik dari satu cincin fenil DPPH yang dapat terserap tubuh hanya sekitar 1-4%,
menghasilkan 2-(4-hidroksifenil)-2-fenil-1- sisanya dibuang melalui ginjal (Samson
pikrilhidrazin sebagai produk mayor yang 2010). Kelemahan dari obat-obatan ini yaitu
juga dibentuk melalui proses sekunder. DPPH harus dimakan bersama makanan dan dapat
diketahui hanya dapat mengukur senyawa menyebabkan pembentukan gas di perut.
antioksidan yang terlarut dalam pelarut Selain itu, obat sintetik ini memiliki efek
organik, khususnya alkohol. Walaupun samping seperti kembung, diare, dan kram
metode DPPH secara luas digunakan untuk usus (Lee et al. 2007). Oleh karena itu banyak
pengukuran dan perbandingan aktivitas dikembangkan obat-obatan alami yang
antioksidan senyawa-senyawa fenolik, memiliki aktivitas antidiabetes menghambat
evaluasi aktivitas antioksidan dengan adanya -glukosidase dengan sedikit atau tanpa efek
perubahan serapan DPPH harus secara hati- samping.
hati dilakukan karena senyawa antioksidan
yang akan beraksi dengan DPPH dapat
didegradasi oleh cahaya, oksigen, pH, dan BAHAN DAN METODE
pelarut.
Bahan dan Alat
Inhibisi -Glukosidase
α-Glukosidase, dengan nama kimia -D- Bahan yang digunakan yaitu kulit kayu
glikosida glukohidrolase, merupakan enzim suren, akuades, etanol 70%, enzim α-
yang berfungsi untuk memutus ikatan -1,4 glukosidase, p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida
glikosidik pada berbagai substrat dan (p-NPG), larutan bufer fosfat pH 7, tablet
menghasilkan -D-glukosa yang mampu acarbose (glukobay), HCl 2 N, larutan DPPH
diserap oleh usus (Gao et al. 2007). Enzim ini 0.2mM, Na2CO3, H2SO4 2 M, pereaksi
bekerja di dalam retikulum endoplasma kasar Dragendorf, Mayer, dan Wagner, etanol 30%,
di sel-sel usus halus (Murray et al. 2009). etanol 70%, metanol, asam asetat anhidrat,
Dengan adanya enzim ini, maka pati yang H2SO4 pekat, FeCl3 1%, NaOH, eter, dan
dikonsumsi oleh seseorang dapat diubah metanol 30%.
menjadi molekul-molekul glukosa yang dapat Alat yang digunakan yaitu microplate,
diubah menjadi energi melalui berbagai jalur microplate reader, lemari inkubasi, oven,
metabolisme seperti glikolisis. neraca analitik, rotary evaporator, vortex,
Enzim α-glukosidase bekerja pada saat penangas, kertas saring, pipet mikro, pipet
proses penyerapan makanan dalam usus. Pada tetes, pipet Mohr, cawan porselin, labu
penderita diabetes, hal ini merupakan salah Erlenmeyer, labu ukur, tabung reaksi, gelas
satu hal yang harus dicegah. Semakin banyak piala, gelas ukur, bulb, batang pengaduk, dan
glukosa yang terbentuk dari pemecahan pati, sudip.
maka akan semakin tinggi kadar glukosa
dalam darah penderita diabetes. Oleh karena Metode Penelitian
itu pengembangan obat diabetes saat ini lebih
difokuskan pada inhibisi kerja enzim ini. Preparasi Sampel
Namun demikian, defisiensi enzim α- Sampel kulit kayu diperoleh dari tanaman
glukosidase pada lisosom dapat suren yang berasal dari daerah Sumedang,
mengakibatkan timbulnya penyakit Pompe. Indonesia. Kulit kayu tersebut dikeringkan
Pada penyakit ini, glikogen akan menumpuk dibawah sinar matahari secara langsung.
pada lisosom dan dapat menyebabkan Setelah kulit kayu tersebut benar-benar
timbulnya gagal jantung (Murray et al. 2009). kering, kemudian dilakukan penggilingan
Inhibitor enzim -glukosidase adalah obat dengan menggunakan mesin Wiley Mill
antihiperglikemia untuk pasien diabetes tipe 2, hingga terbentuk serbuk berukuran 40 mesh.
khususnya penderita postprandial
hyperglycemia. Obat yang berperan sebagai Penentuan Kadar Air Kulit Kayu Suren
inhibitor ini telah menjadi obat umum yang (AOAC 1999 dalam Samson 2010)
sering digunakan untuk penderita Penentuan kadar air dilakukan dengan
hyperglycemia sejak tahun 1990an. Salah satu mengeringkan cawan porselin pada suhu
7

105˚C selama 30 menit lalu didinginkan selang waktu 10 menit menunjukkan adanya
dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 2 g saponin.
sampel serbuk kulit kayu suren dimasukkan Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik.
dalam cawan dan dipanaskan pada suhu Ekstrak kulit kayu suren sebanyak 0.2 gram
105˚C selama 3 jam, kemudian didinginkan ditambah metanol 30% sampai terendam lalu
pada desikator dan ditimbang. Penentuan dipanaskan selama 5 menit. Filtratnya
kadar air dilakukan sebanyak tiga kali ditambah NaOH 10% (b/v) atau H2SO4 pekat.
ulangan. Terbentuknya warna merah karena
Kadar air (%) = x 100% penambahan NaOH menunjukkan adanya
Keterangan: A adalah bobot sampel (g) senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan
B adalah bobot bahan setelah warna merah yang terbentuk akibat
dikeringkan (g) penambahan H2SO4 pekat menunjukkan
adanya senyawa flavonoid.
Ekstraksi Kulit Kayu Suren (Toona Uji Triterpenoid dan Steroid. Ekstrak
sinensis) (Ningappa 2008 dan Harjadi 1993) kulit kayu suren sebanyak 0.2 gram ditambah
Sebanyak 250 gram kulit kayu suren yang 2 mL eter. Lapisan eter yang terbentuk dipipet
sudah berbentuk serbuk dimaserasi dengan lalu diuapkan dengan dipanaskan. Residu
cara direndam ke dalam 2500 mL etanol 70%. yang didapat kemudian ditambahkan dengan
pada suhu kamar selama 24 jam untuk pereaksi Lieberman Buchard (3 tetes asam
memperoleh ekstrak etanol 70%. Larutan asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat).
tersebut diletakkan pada shaker orbital Warna merah atau ungu menunjukkan
dengan kecepatan 250 rpm. Hal ini bertujuan kandungan triterpenoid pada sampel
mempercepat proses ekstraksi. Ekstrak air sedangkan warna hijau menunjukkan adanya
diperoleh dengan merendam 120 gram serbuk kandungan steroid.
kulit kayu suren di dalam 1200 mL akuades. Uji Tanin. Ekstrak kulit kayu suren
Larutan ini dipanaskan pada suhu 100oC dan sebanyak 0.2 gram ditambahkan 2 mL
dilakukan pengadukan selama pemanasan 4 akuades kemudian dididihkan selama 5 menit.
jam. Larutan hasil dipisahkan melalui Larutan ini disaring dan filtratnya ditambah 3
penyaringan menggunakan kertas saring. tetes FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua atau
Filtrat hasil penyaringan kemudian dipekatkan hitam kehijauan menunjukkan terdapatnya
dengan menggunakan vacuum rotary tanin.
evaporator pada suhu 40oC. Ekstrak yang
diperoleh ditempatkan di dalam botol tertutup Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
dan disimpan di dalam lemari es dengan suhu DPPH (Salazar et al. 2011)
4oC. Aktivitas antioksidan diuji dengan
melarutkan 0.2 mg ekstrak dalam etanol agar
Analisis Fitokimia (Harbone 1987) konsentrasinya menjadi 1000 ppm dan
Uji Alkaloid. Ekstrak kulit kayu suren divortex, kemudian konsentrasinya dibuat
sebanyak 0.2 gram ditambahkan 2 mL menjadi 50, 30, 10, dan 5 ppm. Larutan DPPH
kloroform dan 3 tetes NH4OH. Fraksi dibuat dengan melarutkan 5 mg DPPH dalam
kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 mL etanol dan larutan disimpan dalam
ditambahkan 2 tetes H2SO4. Fraksi H2SO4 keadaan gelap. Larutan standar, blanko, dan
dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi, sampel dimasukkan ke dalam sumur
lalu ditambahkan pereaksi Dragendorf pada microplate sebanyak 100 μL, ditambahkan
tabung pertama, pereaksi Meyer pada tabung dengan etanol 100 μL, dan larutan DPPH
kedua, dan pereaksi Wagner pada tabung hingga volume 300 μL. Masing-masing
ketiga. Terdapatnya alkaloid ditunjukkan konsentrasi dilakukan sebanyak 3 kali
dengan terbentuknya endapan putih oleh ulangan. Plate yang sudah berisi campuran
pereaksi Meyer, endapan merah oleh pereaksi diinkubasi dalam keadaan gelap. Hasil reaksi
Dragendorf, dan endapan coklat oleh pereaksi diukur dengan microplate reader pada
Wagner. panjang gelombang 517 nm. Nilai absorbansi
yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan
Uji Saponin. Ekstrak kulit kayu suren
persamaan regresi y = a + b ln x dengan nilai
sebanyak 0.2 gram ditambahkan air sebanyak
% inhibisi (penangkapan radikal), yaitu %
3 mL dan dipanaskan selama 5 menit. Larutan
inhibisi = [1 – (absorban sampel/absorban
tersebut didinginkan kemudian dikocok
blanko)] x 100%. Data persentase inhibisi
menggunakan vortex. Timbulnya busa sampai
8

diolah untuk menentukan IC50 (konsentrasi µ = pengaruh rataan umum


yang menyebabkan inhibisi 50%). αi = pengaruh perlakuan ke-i, i = 1,2,3,4
εij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan
Uji Inhibisi α-Glukosidase (Sancheti et al. ulangan ke-j, j = 1,2,3
2009) i = 1 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren
Pengujian aktivitas inhibisi α-Glukosidase 12.5 ppm
dilakukan dengan microplate untuk uji α- i = 2 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren
glukosidase menggunakan sampel dengan 6.25 ppm
konsentasi 12.5, 6.25, 3.125, dan 1.5625 ppm. i = 3 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren
Larutan standar, blanko, dan sampel 3.125 ppm
dimasukkan ke dalam sumur microplate i = 4 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren
sebanyak 50 μL. Masing-masing sumur yang 1.5625 ppm
sudah berisi standar, blanko, sampel
ditambahkan dengan 50 µL larutan bufer.
Sebanyak 25 μL enzim α-glukosidase dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 1 mg/mL dalam bufer fosfat 0.01
M (pH 7.0) dimasukkan ke dalam sumur Kadar Air Kulit Kayu Suren
microplate. Selanjutnya, substrat berupa Kandungan air dalam sampel kulit kayu
campuran berisi bufer fosfat 0.1 M (pH 7.0) suren berukuran 40 mesh yang digunakan
sebanyak 50 μL dan 25 μL 4-nitrophenyl α-D- adalah sebesar 9.04%. Persen kadar air sampel
glucopyranoside (p-NPG) 0.5 mM dalam 0.1 tersebut menunjukkan bahwa kulit kayu suren
M bufer fosfat (pH 7.0) ditambahkan yang digunakan dapat disimpan untuk jangka
beberapa saat sebelum assay dimulai. Semua waktu panjang. Hal ini sesuai dengan Winarno
uji dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. (1992) yang menyatakan bahwa sampel yang
Inkubasi dilakukan pada suhu 37°C selama 30 baik untuk disimpan dalam jangka waktu
menit. Reaksi enzim dihentikan dengan panjang adalah sampel yang memiliki kadar
menambahkan 0.2 M Na2CO3 sebanyak 100 air kurang dari 10% karena dapat terhindar
μL. Hasil reaksi diukur dengan microplate dari pencemaran mikroorganisme dan jamur.
reader pada panjang gelombang 400 nm. Persen kadar air juga digunakan untuk
Selanjutnya dilakukan penghitungan % mengetahui persen bahan kering dan sebagai
inhibisi untuk menentukan nilai IC50. faktor koreksi suatu sampel, jika sampel yang
digunakan memiliki lingkungan agrobiofisik
Analisis Data (Mattjik 2002) yang berbeda, sehingga dapat dipakai untuk
Rancangan percobaan pada penelitian ini memperkirakan jumlah bahan yang
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan dibutuhkan jika ingin mengekstraksi bahan
tiga kali ulangan. Analisis data uji aktivitas langsung dalam keadaan basah dan sebagai
antioksidan dengan metode DPPH koreksi rendemen pada proses ekstraksi.
menggunakan ANOVA dengan model Menurut Harjadi (1993), penentuan kadar
rancang sebagai berikut: air dilakukan untuk mengetahui ketahanan
Yij = µ + αi + εij suatu bahan dalam penyimpanan. Air yang
Keterangan: terikat secara fisik dapat dihilangkan dengan
µ = pengaruh rataan umum pemanasan pada suhu 100-105oC. Dalam
αi = pengaruh perlakuan ke-i, i = 1,2,3,4 penelitian ini, kandungan air pada sampel
εij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan kulit kayu suren dihilangkan dengan cara
ulangan ke-j, j = 1,2,3 pemanasan fisik menggunakan oven pada
i = 1 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren suhu 105oC.
50 ppm
i = 2 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren Ekstraksi Kulit Kayu Suren
30 ppm Rendemen ekstrak etanol 70% kulit kayu
i = 3 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren suren yang didapat setelah dipekatkan dengan
10 ppm menggunakan vacuum rotavavor adalah 4.8%
i = 4 adalah ekstrak etanol/air kulit kayu suren sedangkan rendemen ekstrak air yang
5 ppm diperoleh sebesar 2.6% (Tabel 1). Banyaknya
Analisis data uji inhibisi α-glukosidase rendemen yang diperoleh tersebut
menggunakan ANOVA dengan model menunjukkan jumlah senyawa yang terekstrak
rancang sebagai berikut: dan diduga sebagai senyawa bioaktif.
Yij = µ + αi + εij Berdasarkan nilai rendemen, dapat dikatakan
Keterangan:
9

Tabel 1 Hasil ekstraksi kulit kayu suren melalui penghambatan kerja enzim -
Pelarut Berat Berat Rendemen glukosidase (Sari 2010).
sampel (g) ekstrak (g) (%)
Etanol 250 12.0123 4.8 Uji Fitokimia
70% Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak
Air 120 3.1104 2.6 etanol dan air kulit kayu suren (Tabel 2),
ekstrak etanol 70% kulit kayu suren
bahwa etanol 70% dapat mengekstrak lebih menunjukkan adanya kandungan alkaloid,
banyak metabolit sekunder yang terkandung flavonoid, fenolik, saponin, dan tanin.
di dalam kulit kayu suren dibandingkan Sementara hasil uji fitokimia terhadap ekstrak
ekstraksi menggunakan pelarut air. Hal ini air kulit kayu suren menunjukkan kandungan
dapat diperkuat dengan hasil analisis flavonoid, fenolik, dan saponin. Senyawa-
kandungan fitokimia dari masing-masing senyawa tersebut diduga memiliki aktivitas
ekstrak. antioksidan dan penghambatan -glukosidase
Ekstraksi bertujuan untuk mengambil zat- yang penting untuk pengobatan penyakit
zat yang terkandung dalam suatu campuran diabetes.
dengan bantuan pelarut tertentu. Sampel kulit Winarti & Nurdjanah (2005) menyatakan
kayu suren yang diekstrak berbentuk serbuk. bahwa beberapa senyawa fitokimia seperti
Ini dapat meningkatkan efektifitas ekstraksi karotenoid, fitosterol, saponin, glikosinolat,
karena semakin kecil atau halus ukuran bahan polifenol, inhibitor protease, monoterpen,
yang digunakan maka semakin luas bidang fitoestrogen, sulfida, dan asam fitat memiliki
kontak antara bahan dengan pelarutnya (Tuyet fungsi fisiologis dan bersifat antioksidan aktif.
& Chuyen 2007). Senyawa saponin yang terkandung di dalam
Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit kayu
maserasi dengan pelarut etanol 70% dan suren diharapkan memiliki aktivitas
metode perebusan dengan pelarut air. antioksidan.
Pemilihan metode maserasi dengan cara Senyawa fitokimia yang diketahui memiliki
perendaman sampel dilakukan karena metode peran sebagai antidiabetes diantaranya
ini sederhana dan tidak menggunakan flavonoid, alkaloid, dan terpene (Zhao et al.
pemanasan sehingga dapat mencegah 2009). Berdasarkan hasil uji, senyawa
rusaknya senyawa metabolit sekunder yang fitokimia yang diduga memiliki aktivitas
tidak tahan terhadap suhu tinggi. Metode antidiabetes di dalam ekstrak etanol 70%
ektraksi lainnya yang digunakan yaitu metode adalah flavonoid dan alkaloid, sedangkan
perebusan yang didasarkan pada kebiasaan pada ekstrak air adalah flavonoid.
masyarakat yang sering mengkonsumsi bahan Senyawa fitokimia yang terkandung dalam
herbal dengan cara diseduh dengan air panas tanaman merupakan senyawa kimia yang
atau direbus. Metode ini murah dan praktis memiliki peranan sangat penting bagi
sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat kesehatan dan pencegahan terhadap beberapa
umum. penyakit degeneratif. Analisis senyawa
Ekstrak berupa cairan yang diperoleh fitokimia merupakan uji pendahuluan yang
setelah penyaringan kemudian dievaporasi bersifat kualitatif yang bertujuan untuk
untuk menguapkan sisa pelarut yang mengetahui kandungan metabolit sekunder
digunakan sehingga diperoleh ekstrak padatan yang terdapat di dalam sampel yang diduga
berupa serbuk. Pemekatan dilakukan dengan mengandung bahan bioaktif. Metabolit
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40 sekunder yang biasanya terdapat di dalam
o
C untuk mencegah kemungkinan terjadinya tanaman antara lain alkaloid, flavonoid, tanin,
kerusakan komponen bahan aktif yang polifenol, saponin, terpenoid, dan lain-lain.
terkandung di dalam ekstrak. Hasil ekstrak ini
kemudian dianalisis secara kualitatif untuk Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit
mengetahui kandungan fitokimianya. kayu suren
Etanol dan air yang digunakan dalam Ekstrak Ekstrak
Uji
ekstraksi termasuk golongan pelarut polar, etanol air
namun derajat kepolaran air lebih besar Alkaloid + -
Flavonoid + +
dibandingkan etanol. Senyawa metabolit
Fenolik hidroquinon + +
sekunder yang mudah larut dalam pelarut Saponin + +
polar diantaranya adalah alkaloid dan Steroid - -
flavonoid. Kedua metabolit ini menyebabkan Tanin + -
suatu tanaman berpotensi sebagai antidiabetes Triterpenoid - -
10

Perbedaan kandungan fitokimia pada jenis Tabel 3 Aktivitas antioksidan ekstrak kulit kayu
tanaman yang sama sering kali dapat terjadi suren dan vitamin C
karena beberapa faktor, yaitu jenis pelarut Konsentrasi Inhibisi
Sampel IC50 (ppm)
yang digunakan saat ekstraksi, variasi genetik, (ppm) (%)
umur tanaman, serta lingkungan atau kondisi 50 82.89  0.83
Ekstrak
geografis tempat tanaman tersebut tumbuh 30 83.53  1.48 11.86 
etanol
(Kardono 2003). 10 51.52  2.25 0.04
70%
5 19.58  4.05
50 80.46  0.41
Daya Hambat Ekstrak Terhadap Radikal Ekstrak 30 69.56  2.11 17.78 
Bebas DPPH air 10 29.86  3.51 0.23
Pengujian daya hambat ekstrak terhadap 5 11.17  4.91
radikal bebas DPPH ini menggunakan 10 96.25  0.31
konsentrasi ekstrak masing-masing 50, 30, 10, 7.5 87.08  0.31
Vitamin 3.31 
dan 5 ppm untuk memperoleh nilai IC50. 5 60.98  0.76
C 0.01
Sedangkan konsentrasi vitamin C yang 2.5 30.19  0.42
diujikan sebagai pembanding adalah 10, 7.5, 1 9.44  0.40
5, 2.5, dan 1 ppm. Hasil absorbansi sampel
digunakan untuk memperoleh nilai persen Nilai IC50 ekstrak etanol 70% lebih besar
inhibisinya (Tabel 3). Berdasarkan hasil daripada ekstrak air, hal ini dapat terjadi
pengukuran tersebut kemudian dibuat grafik karena perbedaan kandungan senyawa
yang menggambarkan hubungan antara fitokimia yang terdapat di dalam masing-
konsentrasi dan persen inhibisi sampel, masing ekstrak. Menurut Wang (2007),
sehingga dari persamaan garis kurva dapat senyawa golongan flavonoid berperan sebagai
ditentukan nilai IC50 masing-masing sampel. antioksidan utama pada tanaman suren.
Berdasarkan nilai inhibisi yang terjadi Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak etanol
terlihat bahwa makin tinggi konsentrasi 70% mengandung senyawa golongan
ekstrak dan standar yang diujikan, nilai flavonoid, alkaloid, hidroquinon, saponin dan
inhibisi juga semakin tinggi. Hal tersebut tanin yang umum diketahui memiliki aktivitas
menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi antioksidan yang tinggi. Sementara pada
memberikan pengaruh terhadap radikal bebas ekstrak air, memiliki kandungan fitokimia
DPPH. yang sama dengan ekstrak etanol 70%, kecuali
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai alkaloid dan tanin. Dengan demikian,
dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan perbedaan kandungan tersebut menyebabkan
sampel yang dibutuhkan untuk menghambat aktivitas antioksidan ekstrak air lebih rendah
50 % radikal bebas DPPH. Nilai IC50 dibandingkan ekstrak etanol.
diperoleh dengan menggunakan persamaan Nilai IC50 vitamin C lebih kecil dibanding
regresi logaritmik yang menyatakan hubungan dengan nilai IC50 ekstrak etanol 70% dan
antara konsentrasi sampel (senyawa uji) ekstrak air kulit kayu suren karena merupakan
dengan aktivitas penangkap radikal. Semakin senyawa yang murni dibandingkan dengan
kecil nilai IC50 maka senyawa uji tersebut kedua fraksi yang masih dalam bentuk
mempunyai keefektifan sebagai penangkap campuran dari beberapa senyawa. Di samping
radikal yang lebih baik. itu, molekul vitamin C memiliki 2 situs
Hasil yang diperoleh menunjukkan ekstrak penangkapan elektron, sehingga dapat
etanol 70% dari kulit kayu suren memiliki menangkap radikal lain setelah yang pertama,
nilai IC50 sebesar 11.86 ppm dan pada ekstrak hal ini menyebabkan perbandingan
air nilai IC50nya sebesar 17.78 ppm. stoikiometrinya 2:1, artinya 2 molekul DPPH
Sementara vitamin C yang digunakan sebagai ditangkap atau direduksi oleh 1 molekul
senyawa pembanding memiliki nilai IC50 3.31 vitamin C. Vitamin C mudah mengalami
ppm. Jika dibandingkan, daya penangkap oksidasi oleh radikal bebas karena mempunyai
radikal (sebagai IC50) vitamin C 3.58 kali ikatan rangkap dan dengan adanya 2 gugus-
lebih kecil daripada ekstrak etanol 70% dan OH yang terikat pada ikatan rangkap tersebut,
5.37 kali lebih kecil dibandingkan dengan radikal bebas akan mencabut atom hidogen
ekstrak air kulit kayu suren. Hal ini dan menyebabkan muatan negatif pada atom
menunjukkan bahwa ekstrak dan vitamin C oksigen yang selanjutnya akan didelokalisasi
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat melalui resonansi, sehingga menghasilkan
karena mempunyai IC 50 kurang dari 200 radikal bebas yang stabil dan tidak
µg/ml (Blouis 1958). membahayakan (Cholisoh 2008). Vitamin C
11

digunakan sebagai pembanding positif karena Tabel 5 Perubahan aktivitas antioksidan


vitamin C berfungsi sebagai antioksidan ekstrak etanol 70%, ekstrak air,
sekunder, dengan cara kerja yang sama dan vitamin C dalam nilai IC50
dengan vitamin E, yaitu menangkap radikal Perlakuan Nilai IC50 (ppm)
bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai Ekstrak etanol 70% 11.86b
(Dalimartha & Soedibyo 1998). Ekstrak air 17.78a
Hasil analisis data statistik menggunakan Vitamin C 3.31c
ANOVA (=0.05) menunjukkan bahwa Keterangan : Huruf yang berbeda pada
ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit kayu kolom yang sama
suren pada berbagai konsentrasi yang diujikan menunjukkan nilai berbeda
memberikan pengaruh terhadap aktivitas nyata pada P<0.05.
radikal bebas DPPH. Besarnya daya hambat
terhadap DPPH antara ekstrak etanol 70% penelitian ini yaitu 517 nm. Senyawa yang
pada konsentrasi 50 dan 30 ppm serta ekstrak bereaksi sebagai penangkap radikal akan
air pada konsentrasi 50 ppm secara signifikan mereduksi DPPH yang dapat diamati dengan
tidak berbeda nyata, namun menunjukkan adanya perubahan warna DPPH dari ungu
hasil yang berbeda nyata bila dibandingkan menjadi kuning ketika elektron ganjil dari
dengan ekstrak pada konsentrasi lainnya. Hal radikal DPPH telah berpasangan dengan
ini dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan hidrogen dari senyawa penangkap radikal
aktivitas antioksidan ekstrak dan vitamin C bebas yang akan membentuk DPPH-H
dalam nilai IC50 ditunjukkan pada Tabel 5. tereduksi (Molyneux 2004). Terjadinya reaksi
Secara statistik, terdapat perbedaan yang tersebut menyebabkan radikal bebas DPPH
nyata antara nilai IC50 ketiga kelompok akan membentuk senyawa bukan radikal yaitu
perlakuan tersebut pada taraf nyata 5%. DPP Hidrazin yang stabil (Windono 2001).
Prinsip metode penangkapan radikal dalam Apabila ekstrak yang di uji memiliki aktivitas
penelitian ini yaitu pengukuran penangkapan antioksidan yang makin tinggi, maka warna
radikal dalam pelarut organik polar. Pelarut larutan akan berubah dari ungu menjadi makin
yang dipakai dalam metode ini adalah etanol. kuning.
Proses penangkapan radikal ini melalui Efek antioksidan terutama disebabkan
mekanisme pengambilan atom hidrogen dari karena adanya senyawa fenol seperti
senyawa antioksidan oleh radikal bebas flavonoid dan asam fenolat. Biasanya
(Stanley 1988) sehingga radikal bebas senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas
menangkap satu elektron dari antioksidan. antioksidan adalah senyawa fenol yang
Radikal bebas sintetik yang digunakan mempunyai gugus hidroksi yang tersubstitusi
adalah DPPH. Senyawa DPPH bereaksi pada posisi ortho dan para terhadap gugus -
dengan senyawa antioksidan melalui OH dan –OR (Andayani et al. 2008).
pengambilan atom hidrogen dari senyawa
antioksidan untuk mendapatkan pasangan
Daya Inhibisi Ekstrak Terhadap Enzim -
elektron (Pokorni 2001). Panjang gelombang
Glukosidase
maksimum (λ maks) DPPH yang digunakan
Kemampuan ekstrak sebagai inhibitor -
untuk pengukuran aktivitas antioksidan dalam
glukosidase diukur dengan menggunakan 4
konsentrasi berbeda dan menghasilkan data %
Tabel 4 Perubahan aktivitas antioksidan
inhibisi yang sebanding dengan konsentrasi
ekstrak etanol 70% dan ekstrak air
yang diujikan (Tabel 6). Acarbose digunakan
pada konsentrasi uji
sebagai pembanding daya inhibisi ekstrak.
Perlakuan Inhibisi (%)
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh grafik
Ekstrak etanol 70% 50 ppm 82.89a
Ekstrak etanol 70% 30 ppm 83.53a yang menggambarkan hubungan antara
Ekstrak etanol 70% 10 ppm 51.52c konsentrasi dan persen inhibisi ekstrak kulit
Ekstrak etanol 70% 5 ppm 19.58e kayu suren. Persamaan garis grafik tersebut
Ekstrak air 50 ppm 80.46a dipakai untuk menentukan nilai IC50 masing-
Ekstrak air 30 ppm 69.56b masing. Nilai persen inhibisi yang terjadi
Ekstrak air 10 ppm 29.86d menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi
Ekstrak air 5 ppm 11.17f ekstrak dan standar yang diujikan, nilai
Keterangan : Huruf yang berbeda pada inhibisi juga semakin tinggi. Hal ini berarti
kolom yang sama perubahan konsentrasi memberikan pengaruh
menunjukkan nilai berbeda terhadap reaksi antara enzim -glukosidase
nyata pada P<0.05. dengan substrat.
12

Hasil uji menunjukkan bahwa aktivitas Tabel 7 Perubahan aktivitas inhibisi -


penghambatan kerja enzim -glukosidase glukosidase ekstrak etanol 70% dan
ekstrak etanol 70% kulit kayu suren memiliki ekstrak air pada konsentrasi uji
nilai IC50 sebesar 0.66 ppm dan IC50 untuk Perlakuan Inhibisi (%)
ekstrak air sebesar 3.32 ppm. Daya inhibisi Ekstrak etanol 70% 12.5 ppm 88.18a
acarbose sebagai kontrol positif memiliki Ekstrak etanol 70% 6.25 ppm 88.03a
nilai IC50 sebesar 0.08 ppm. Ini berarti nilai Ekstrak etanol 70% 3.125 ppm 79.28a
IC50 acarbose 8.25 kali lebih kecil daripada Ekstrak etanol 70% 1.5625 ppm 58.13bc
ekstrak etanol 70% kulit kayu suren dan 41.5 Ekstrak air 12.5 ppm 70.86ba
kali lebih kecil dibandingkan ekstrak air kulit Ekstrak air 6.25 ppm 69.55ba
kayu suren. Efektivitas acarbose yang Ekstrak air 3.125 ppm 48.39c
Ekstrak air 1.5625 ppm 28.61d
ditinjukkan oleh nilai IC50 tersebut
menyebabkan acarbose digunakan sebagai Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom
obat diabetes. Namun, penggunaan obat yang sama menunjukkan nilai
sintetik ini menyebabkan efek samping seperti berbeda nyata pada P<0.05.
kembung, diare, dan kram usus (Hartika
2009). tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
Analisis data statistik menggunakan nilai IC50 kelompok perlakuan ekstrak etanol
ANOVA (=0.05) memberikan hasil yang 70% dengan acarbose. Perbedaan yang nyata
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% dan terdapat pada nilai IC50 dari ekstrak air.
ekstrak air kulit kayu suren pada berbagai Enzim -glukosidase merupakan enzim
konsentrasi yang diujikan memberikan yang berperan dalam pembentukan glukosa di
pengaruh terhadap aktivitas enzim - usus halus manusia melalui pemecahan
glukosidase. Besarnya daya hambat terhadap karbohidrat. Enzim ini bekerja optimum pada
kerja -glukosidase (Tabel 7) antara ekstrak suasana basa (pH 7). Penghambatan terhadap
etanol 70% pada konsentrasi 12.5, 6.25, dan kerja enzim ini dapat dilakukan untuk
3.125 ppm tidak memberikan hasil yang mencegah peningkatan secara drastis kadar
berbeda nyata secara signifikan. Sedangkan glukosa di dalam tubuh penderita diabetes tipe
ekstrak air pada konsentrasi 12.5 ppm dan 2 melalui penundaan proses pemecahan
6.25 ppm juga tidak menunjukkan hasil yang karbohidrat sehingga dapat menunda
berbeda nyata. Hasil yang berbeda nyata penyerapan glukosa oleh usus ke dalam darah
ditunjukkan oleh ekstrak etanol 70% pada (Sari 2010). Enzim -glukosidase terdapat
konsentrasi 1.5625 ppm, ekstrak air pada pada lapisan luar usus halus manusia dan
konsentasi 3.125 ppm, dan ekstrak air pada mamalia lainnya. Beberapa jenis organisme
konsentrasi 1.5625 ppm. Data pada Tabel 8 tingkat rendah seperti Bakesrs yeast dan
menunjukkan perubahan aktivitas inhibisi - Bacillus stearothermophilus juga
glukosidase ekstrak dan acarbose dalam nilai menghasilkan enzim -glukosidase
IC50. Secara statistik pada taraf nyata 5%, ekstraseluler. Enzim -glukosidase adalah
enzim kunci dalam pemecahan karbohidrat
Tabel 6 Aktivitas inhibisi -glukosidase ekstrak
menjadi glukosa pada manusia (Pratama
kulit kayu suren dan acarbose
2009).
Konsentrasi Inhibisi IC50
Sampel Pengujian aktivitas inhibisi pada penelitian
(ppm) (%) (ppm)
88.18  1.96 ini dilakukan secara in vitro melalui reaksi
12.5
Ekstrak enzimatis yang terjadi yaitu hidrolisis oleh
6.25 88.03  0.85 0.66 
etanol
3.125 79.28  3.68 0.80 enzim -glukosidase terhadap substrat p-NPG
70% menjadi glukosa dan p-nitrofenol yang
1.5625 58.13  14.95
12.5 70.86  6.43 berwarna kuning. Daya inhibisi terhadap
Ekstrak 6.25 69.55  5.66 3.32  aktivitas enzim diukur berdasarkan
air 3.125 48.39  18.92 2.01 terbentuknya produk p-nitrofenol yang
1.5625 28.61  18.42 dihasilkan. Jumlah glukosa yang terbentuk
2 87.68  5.13 sebanding dengan jumlah p-nitrofenol
1 83.96  3.33 sehingga p-nitrofenol yang berwarna
0.5 79.51  4.93 dijadikan sebagai indikator pengukuran
0.08 
Acarbose 0.25 73.08  2.82 aktivitas enzim -glukosidase. Intensitas
0.02
0.125 59.94  2.34 warna kuning yang dihasilkan oleh p-
0.0625 48.30  4.67 nitrofenol menjadi indikator kemampuan
0.03125 28.24  7.43 suatu senyawa inhibitor untuk menghambat
13

reaksi enzimatis yang terjadi. Aktivitas etanol 70% dan ekstrak air kulit kayu suren
tersebut diukur berdasarkan absorbansi p- memiliki kemampuan antioksidan dan
nitrofenol pada panjang gelombang 400 nm. antidiabetes melalui penghambatan kerja
Semakin besar aktivitas inhibisi dari suatu enzim -glukosidase.
sampel, maka jumlah p-nitrofenol yang
terbentuk semakin sedikit, sehingga intensitas Saran
warna kuning yang terbentuk semakin Pengembangan alternatif obat herbal kaya
berkurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan antioksidan dan memiliki kemampuan
nilai absorbansi yang kecil ketika pengukuran. antidiabetes dengan menggunakan kulit kayu
Apabila ekstrak yang di uji memiliki suren perlu dilakukan. Uji lanjutan aktivitas
kemampuan menghambat kerja enzim maka antidiabetes melalui penghambatan enzim -
p-nitrofenol yang dihasilkan akan berkurang amilase dan uji secara in vivo juga penting
sehingga warna larutan yang dihasilkan untuk dilakukan. Selain itu, diperlukan
setelah inkubasi lebih cerah dibandingkan penelitian serupa terkait kulit kayu suren
warna larutan tanpa inhibitor (Sugiwati 2005). dengan cara penambahan jenis ekstrak dengan
Menurut Zhao et al. (2009), senyawa pelarut yang lebih berbeda kepolarannya
fitokimia yang mampu menghambat aktivitas maupun dengan menggunakan ekstrak tunggal
enzim -glukosidase antara lain flavonoid, senyawa bioaktif yang terkandung di
alkaloid, terpene, dan quinon. Berdasarkan dalamnya yang telah diketahui memiliki peran
hasil uji fitokimia, ekstrak etanol 70% penting sebagai antioksidan dan antidiabetes.
mengandung senyawa golongan alkaloid
sedangkan ekstrak air tidak. Dengan
demikian, perbedaan kandungan tersebut
menyebabkan aktivitas inhibisi -glukosidase DAFTAR PUSTAKA
ekstrak etanol 70% lebih tinggi dibandingkan
ekstrak air. ADA (American Diabetes Association). 2004.
Berdasarkan Kardono (2003), besarnya Diagnosis and classification of diabetes
daya hambat terhadap kerja -glukosidase mellitus. Diabetes Care 27: s5-s10.
yang ditunjukkan oleh beberapa tanaman obat
berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008.
tersebut disebabkan adanya perbedaan Penentuan aktivitas antioksidan, kadar
senyawa metabolit sekunder yang terdapat di fenolat total dan likopen pada buah
dalam suatu tanaman obat, adanya senyawa tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal
pengganggu, perbedaan metode ekstraksi, dan Sains dan Teknologi Farmasi 13: 1-9.
perbedaan jenis pelarut yang digunakan.
Blouis MS. 1958. Antioxidant determinations
by the use of a stable free radical. Nature
181: 1199-1200.
SIMPULAN DAN SARAN
Chen H, Yan X, Lin W, Zheng L, Zhang W.
Simpulan 2004. A new method for screening a-
Analisis kandungan fitokimia serta uji glucosidase inhibitors and application to
aktivitas antioksidan dan antidiabetes terhadap marine microorganism. Pharmaceutical
ekstrak kulit kayu suren telah berhasil Biology 42: 416-421.
dilakukan. Hasil uji fitokimia menunjukkan
adanya kandungan senyawa alkaloid, saponin, Cheng Ka-Wing et al. 2009. Analysis of
tanin, flavonoid, dan hidroquinon pada ekstrak antioxidant activity and antioxidant
etanol 70%. Ekstrak air kulit kayu suren constituents of Chinese toon. Journal of
menunjukkan adanya senyawa saponin, Functional Foods 1: 253-259.
flavonoid, dan hidroquinon. Hasil analisis
secara in vitro untuk aktivitas antioksidan Chiasson J et al. 2002. Acarbose for
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% prevention of type 2 diabetes mellitus:
memiliki nilai IC50 sebesar 1,5 kali lebih kecil the stop NIDDM randomized. Medical
dibandingkan ekstrak air. Sementara itu, nilai Progress 359: 2072-2077.
IC50 ekstrak etanol 70% untuk aktivitas
antidiabetes 5 kali lebih kecil dibandingkan Cholisoh Z, Utami W. 2008. Antiradical
dengan ekstrak air. Hal tersebut menunjukkan activity of ethanolic (70%) stinky bean
kandungan senyawa fitokimia dalam ekstrak
14

(archidendron jiringa) extract. Gaspersz V. 1994. Metode Percancangan


Pharmacon 9: 33-40. Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian,
Ilmu-Ilmu Teknik, dan Ilmu Biologi.
[Depkes]. Departemen Kesehatan. 2005. Bandung Armico.
Jumlah penderita diabetes Indonesia
ranking-4 di dunia. [terhubung berkala]. Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia:
http://www.depkes.go.id/index.php.html. Penuntun Cara Modern Menganalisis
[27 Desember 2010]. Tumbuhan. Padmawinata k dan Soediru
I, penerjemah. Bandung: ITB Pr.
Dalimartha S, Soedibyo M. 1998. Awet Muda. Terjemahan dari: Phytochemical
Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Methods.
Suplemen. Jakarta: Agriwidya.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Dinna S. 2005. Antioksidan adan Radikal Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bebas. Majalah ACID FMIPA
Universitas Lampung Edisis III/Tahun Hartika R. 2009. Aktivitas inhibisi α-
V/Mei 2005. ISSN: 1410-1858. glukosidase ekstrak senyawa golongan
Lampung. flavonoid buah mahkota dewa. [skripsi].
Bogor: FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Djam’an DF. 2002. Toona sinensis (Blume)
Merr. Bogor: Indonesian Forest Seed Heath HB, Reineocius G. 1986. Flavor
Project. Chemistry and Technology. Westport:
The AVI Publishing.
Dwiyani R. 2008. Identifikasi golongan
senyawa antioksidan pada daun Hernani, Raharjo M. 2005. Tanaman
Pepohonan (Pileatrinevea) [skripsi]. Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Swadya.
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Hseu You Cheng et al. 2008. Antioxidant
activities of Toona Sinensis leaves
Fesenden, Fesenden. 1982. Kimia Organik extracts using different antioxidant
Jilid 2. Jakarta: Erlangga. models. Food and Chemical Toxicology
46: 105-114.
Fesenden, Fesenden. 1982. Radikal bebas dan
antioksidan alami tumbuh-tumbuhan. Indraswari A. 2008. Optimasi pembuatan
Jurnal Kesehatan No. 28(1): 221-245. ekstrak daun dewandaru (Eugenia
uniflora L.) menggunakan metode
Floris et al. 2005. A-glucosidase inhibitors for maserassi dengan parameter kadar total
patiens with type 2 diabetes. Diabetes senyawa fenolik dan flavonoid. [skripsi].
Care 28: 154-163. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Ganesya N. 2010. Aktivitas fraksi kloroform
buah makasar (Brucea javanica [L.] Jiang Shen Hua et al. 2007. Antioxidant
Merr.) sebagai inhibitor enzim α- properties of the extract and subfractions
glukosidase. [skripsi]. Bogor: FMIPA from old leaves of Toona sinensis roem
Institut Pertanian Bogor. (Meliaceae). Food Biochemistry 33: 425-
441.
Gao H, Huang Y, Gao B, Kawabata J. 2008.
Chebulagic acid is a potent a-glucosidase Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan kimia
inhibitor. Biosci Biotechnol Biochem 72: mahkota dewa (Phaleria marcocarpa).
601-603. Di dalam: Prosiding Pameran Produk
Obat Tradisional dan Seminar Sehari
Garret RH, Grisham CM. 2002. Biochemistry Mahkota Dewa. Jakarta: Pusat Penelitian
and Molecular Biology Education. New dan Pengembangan Farmasi dan Obat
Orleans: Wiiley Intersci. Tradisional Departemen Kesehatan, hlm
72-76.
15

Kikuzaki H, Nakatani N. 1993. Antioxidant Molyneux P. 2004. Use of DPPH to estimate


Effect of Some Ginger Constituents. J antioxidant activity. Songklanakarin J
Food Sci 58: 1407-1410. Sci Tecnol 26: 2.

Koolman J, Rohm KH. 2001. Atlas Berwarna Murray RK, Granner DK, Rodwel VW. 2009.
dan Teks Biokimia. Wanadi SI, Biokimia Harper. Ed ke-27. Wulandari
penerjemah. Jakarta: Hipokrates. N et al., penerjemah. Jakarta: EGC.
Terjemahan dari: Color Atlas of Terjemahan dari: Harper’s Illustrated
Biochemistry. Biochemistry 27th ed.

Lee et al. 2007. Inhibitory activity of Ningappa MB, Dinesha R, Srinivas L. 2008.
Euonymus alatus against -glucosidase Antioxidant and free radical scavenging
in vitro and in vivo. J nutr Re Pract 1: activities of polyphenol-enriched curry
184-188. leaf (Murraya koenigii L.) extracts. Food
Chem. 106: 720-728.
Lee SH et al. 2008. A-glucosidase and a-
amylase inhibitory activity of Ningappa MB et al..2009. Potent antibacterial
phlorotannin derivatives of Ecklonia property of APC protein from curry
cava. J Biotechnol 22: 5588. leaves (Murraya koenigii L.). Food
Chem. 118: 747-750.
Mardisadora O. 2010. Identifikasi dan potensi
antioksidan flavonoid kulit kayu mahoni Neal MJ. 2002. Medical Pharmacology a
(Swietenia macrophylla KING). Glance. New York: Blackwell
[skripsi]. Bogor: FMIPA Institut Publishing.
Pertanian Bogor.
Nelson DL, Cox MM. 2005. Lehninger
Markham KR. 1988. Cara Principles of Biochemistry. Edisi ke-4.
Mengidentifikasikan Flavonoid. New York: Worth Publisher.
Padmawinata K, penerjemah; Niksolihin
s, editor. Bandung: ITB Pr. Terjemahan Ong ASH, Niki E, Packer L. 1995. Nutrition,
dari: Techniques of Flavonoid Lipids, and Desease. Champaign Illinois:
Idenctification. AOCS Pr.

Mathur R, Shiel WC. 2003. Diabetes Mellitus. Packer L. 1995. Oxidative stress, antioxidants,
[terhubung berkala]. aging and desease. Di dalam: Cutler RG,
http://www.medicine.com/diabetesmellit Packer J, Bertram A, Mori, editor.
us/article.html. [7 Juni 2011]. Oxidative Stress and Aging. Basel
Switzerland: Birkhauser Verlag. hlm 1 –
Matsumoto K et al. 2002. A novel method for 14.
the assay of -glucosidase inhibitory
activity using a multi-channel oxygen Packer L, Ong ASH. 1998. Biological Oxidant
sensor. J Anal Sci 18: 1351-1319. and Antioxidant: Molecular Mechanism
and Health Effects. Campaign Illinois:
Mattjik AA. 2002. Rancangan Percobaan. AOCS Pr.
Bogor: IPB Press.
Pikiran Rakyat Online. 2008. Antioksidan, Zat
Miller Al. 1996. Antioxidant flavonoids: Ajaib Antipenuaan Dini. http:// www.
structure, function, and clinical usage. jawapos. com/
Alt Med Rev 1: 103-111. Antioksidan_Zat_Ajaib_Antipenuan_Di
ni.html. Jawa Pos 24 Desember (1) [20
Mohamad H et al. 2004. DPPH free radical Oktober 2009].
scavenger components from the fruits of
Alpinia rafflesiana (Zingiberaceae). Z Price SA, Wilson LM. 1995. Patologi Sel
Naturforsch 59: 811-815. dalam:Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Pokorni. 2001. Antioxidant in Food; Practical


Applications. New York: CRC Press.
16

Praptiwi, Dewi P, Harapini M. 2006. Peroxide enzim α-glukosidase. [skripsi]. Bogor:


value and DPPH (diphenyl picril FMIPA Institut Pertanian Bogor.
hydrazil hydrate) free radical scavenger
activity of Knema laurina methanol Soegondo S. 2004. Diagnosis dan klasifikasi
extract. Majalah Farmasi Indonesia 17: diabetes melitus terkini. Di dalam:
32-36. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu sebagai Panduan Pelaksanaan
Pratama NR. 2009. Aktivitas Diabetes Melitus 4-5 Maret 2004.
antihiperglikemia daging dan kulit buah Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
salak (Salacca adulis Reinw) varietas
bongkok. [skripsi]. Bogor: FMIPA Stanley PH. 1988. Kimia Organik 2.
Institut Pertanian Bogor. Joedodibroto R, Sasanti WPH,
penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan
Purwakusumah ED. 2003. Tumbuhan sebagai dari: Organic Chemistry.
sumber biofarmaka. Di dalam: Pelaihan
Tanaman Obat Tradisional, 3-4 Mei Stryer L, JL Tymoczko, JM Berg. 2007.
2003. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka Biochemistry 5th Edition. New York:
Lembaga Penelitian IPB. WH Freeman and Company.

Putri DR. 2010. Efek antioksidan fraksi larut Sugiwati S. 2005. Aktivitas antihiperglikemik
etil asetat ekstrak etanol daun jambu biji dari ekstrak buah mahkota dewa
(Psidium guajava L.) pada kelinci yang (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.)
dibebani glukosa. [skripsi]. Surakarta: sebagai inhibitor -glukosidase in vitro
Fakultas Farmasi Universitas dan in vivo pada tikus putih. [tesis].
Muhammadiyah Surakarta. Bogor: Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Salazar R et al. 2011 Antimicrobial and
antioxidant activities of plants from Tabobda T et al. 2008. Bioactive
northeast of Mexico. Evidence-Based aristolactams from Piper umbellatum.
Complementary and Alternative Phytochem 69: 1726-1731.
Medicine. 2011: 1-6.
Tadera K, Minami Y, Takamatsu K, Matsuoka
Salma S. 1999. Kimia Organik Jilid 2. T. 2005. Inhibitory a-glucosidase and a-
Jakarta: Erlangga. amylase of flavonoids. J Nutr Sci
Vitaminol 52: 149-152.
Samson ZM. 2010. Senyawa golongan
alkaloid ekstrak buah mahkota dewa Tuyet T, Chuyen NV. 2007.
sebagai inhibitor α-glukosidase. Antihyperglicemic activity of an aqueous
[skripsi]. Bogor: FMIPA Institut extract from flower buds of Cleistocalyx
Pertanian Bogor. operculatus (Roxb.) Merr. and Perry.
Biosci Biotechnol Biochem 71: 69-76.
Santoso SO. 1993. Perkembangan obat
tradisional dan ilmu kedokteran di Umar F. 2008. Optimalisasi Ekstraksi
Indonesia dan upaya pengembangannya Flavonoid Total Daun Jati Belanda
sebagai obat alternatif [disertasi]. (Guazuma ulmifolia Lamk.). [skripsi].
Jakarta: Fakultas Kedokteran, Bogor: FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Universitas Indonesia.
Wang Kai-Jin, Chong-Ren Wang, Ying-Jun
Sancheti Shruti et al. 2009. Chaenomeles Zang. 2007. Phenolic antioxidants from
sinensis: a potent α-and β-glucosidase Chinese toon (fresh young leaves and
inhibitor. American Journal of shoots of Toona sinensis). Food
Pharmacology and Toxicology 4(1): 8- chemistry 101: 365-371.
11.
Wijayakusuma H. 2004. Atasi Diabetes
Sari N. 2010. Potensi buah makasar (Brucea Mellitus dengan Tanaman Obat. Jakarta:
javanica [L.] Merr.) sebagai inhibitor Puspa Sehat.
17

Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.


Jakarta: Gramedia.

Winarti C, Nurdjanah N. 2005. Peluang


tanaman rempah dan obat sebagai
sumber pangan fungsional. Jurnal
Litbang Pertanian. 24: 1-9.

Windono T. 2001. Uji peredam radikal bebas


terhadap 1, 1-diphenyl-2-picrylhidrazil
(DPPH) dari ekstrak kulit buah dan biji
anggur (Vitis vinifera) probolinggo biru
dan bali. Artocarpus 1: 34–43.

Zhao Jun et al. 2009. α-Glucosidase inhibitory


constituents from Toona sinensis.
Chemistry of Natural Compounds 45(2):
244-247.
18

LAMPIRAN
19

Lampiran 1 Gambaran umum penelitian

Kulit kayu suren (Toona sinensis)

Preparasi sampel

Serbuk 40 mesh Uji kadar air

Ekstraksi etanol 70% Ekstraksi air

Ekstrak kasar

Analisis Uji antioksidan Uji inhibisi


fitokimia (Metode DPPH) -glukosidase
20

Lampiran 2 Prosedur uji aktivitas antioksidan ekstrak kulit kayu suren

Penyiapan sampel uji


(Pengenceran ekstrak menjadi konsentrasi 5, 10, 30, dan 50 ppm)

Pembuatan larutan DPPH


(5 mg DPPH dalam 2 mL etanol)

Sebanyak 100 µL larutan blanko, standar, dan sampel uji dimasukkan dalam
sumur microplate

Penambahan etanol sebanyak 100 µL

Penambahan larutan DPPH sebanyak 100 µL

Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37 ˚C

Baca serapan pada panjang gelombang 517 nm


21

Lampiran 3 Prosedur uji inhibisi enzim -glukosidase ekstrak kulit kayu suren

Penyiapan sampel uji


(Pengenceran ekstrak menjadi konsentrasi 12.5, 6.25, 3.125, dan 1.5625 ppm)

Sebanyak 50 µL larutan blanko, standar, dan sampel uji dimasukkan dalam sumur
microplate

Penambahan bufer sebanyak 50 µL

Penambahan enzim -glukosidase sebanyak 25 µL

Penambahan larutan p-NPG sebanyak 25 µL

Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37 ˚C

Penambahan enzim larutan Na2CO3 sebanyak 100 µL

Baca serapan pada panjang gelombang 400 nm


22

Lampiran 4 Perhitungan kadar air serbuk kulit kayu suren dan hasil rendemen
ekstrak kulit kayu suren

Kadar air serbuk kulit kayu suren = (bobot sampel – bobot sampel setelah
dikeringkan dengan oven)/bobot sampel x 100%
Ulangan Bobot sampel Bobot sampel setelah Kadar air (%)
(gram) dikeringkan (gram)
1 2 1.8193 9.035
2 2 1.8203 8.985
3 2 1.8180 9.100
Rerata 9.040

Rendemen ekstrak = bobot ekstrak/bobot sampel x 100%


Pelarut Bobot sampel Bobot ekstrak Rendemen
(gram) (gram) (%)
Etanol 70% 250 12.0123 4.8
Air 120 3.1104 2.6
23

Lampiran 5 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu
suren sebagai antioksidan

Hasil analisis ekstrak etanol 70%:


Absorbansi (A) Persen inhibisi (%)
Konsentrasi (ppm)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
50 0.113 0.111 0.113 81.98 83.60 83.08
30 0.112 0.101 0.111 82.14 85.08 83.38
10 0.315 0.311 0.329 49.76 54.06 50.75
5 0.475 0.562 0.551 24.24 16.99 17.51

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% kulit kayu suren:


100
90
80
y = 26.18ln(x) - 13.94
70 R² = 0.949
60 y = 29.26ln(x) - 22.2
50 R² = 0.909
40 y = 29.09ln(x) - 22.98
30 R² = 0.932
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3


Log. (ulangan 1) Log. (ulangan 2) Log. (ulangan 3)

y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 26.18 -13.94 2.442322 11.50
Ulangan 2 50 29.26 -22.2 2.467532 11.79 11.86  0.40
Ulangan 3 50 29.09 -22.98 2.508766 12.29
24

Lampiran 6 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak air kulit kayu suren
sebagai antioksidan

Hasil analisis ekstrak air:


Absorbansi (A) Persen inhibisi (%)
Konsentrasi (ppm)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
50 0.129 0.137 0.139 80.89 80.06 80.42
30 0.221 0.206 0.203 67.26 70.01 71.41
10 0.475 0.457 0.522 29.63 33.48 26.48
5 0.584 0.649 0.607 13.48 5.53 14.51

Aktivitas antioksidan ekstrak air kulit kayu suren:


90
80
70 y = 30.15ln(x) - 36.81
R² = 0.995
60
y = 32.69ln(x) - 44.49
50 R² = 0.989
40 y = 30.86ln(x) - 38.41
R² = 0.976
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3


Log. (ulangan 1) Log. (ulangan 2) Log. (ulangan 3)

y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 30.15 -36.81 2.87927 17.80
Ulangan 2 50 32.69 -44.49 2.890486 18.00 17.78  0.23
Ulangan 3 50 30.86 -38.41 2.864874 17.55
25

Lampiran 7 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu
suren sebagai inhibitor -glukosidase

Hasil analisis ekstrak etanol 70%:


Absorbansi (A) Persen inhibisi (%)
Konsentrasi (ppm)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
50 0.055 0.047 0.048 86.01 88.76 89.79
30 0.046 0.054 0.053 88.30 87.08 88.72
10 0.076 0.075 0.117 80.66 82.06 75.11
5 0.122 0.149 0.277 68.96 64.35 41.06

Aktivitas inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu suren terhadap -glukosidase:
120

100

80
y = 8.48ln(x) + 68.37
R² = 0.773
60
y = 11.28ln(x) + 63.79
R² = 0.816
40
y = 23.05ln(x) + 39.41
R² = 0.822
20

0
0 2 4 6 8 10 12 14

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3


Log. (ulangan 1) Log. (ulangan 2) Log. (ulangan 3)

y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 8.48 68.37 -2.16627 0.11
Ulangan 2 50 11.28 63.79 -1.22252 0.29 0.66  0.80
Ulangan 3 50 23.05 39.41 0.459436 1.58
26

Lampiran 8 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak air kulit kayu suren
sebagai inhibitor -glukosidase

Hasil analisis ekstrak etanol 70%:


Absorbansi (A) Persen inhibisi (%)
Konsentrasi (ppm)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
50 0.128 0.079 0.149 69.08 77.99 65.51
30 0.102 0.129 0.133 75.36 64.07 69.21
10 0.133 0.251 0.228 67.87 30.08 47.22
5 0.22 0.323 0.307 46.86 10.03 28.94

Aktivitas inhibisi ekstrak air kulit kayu suren terhadap -glukosidase:


90
80
70
60 y = 10.69ln(x) + 48.89
50 R² = 0.596
y = 34.31ln(x) - 5.455
40 R² = 0.976
30 y = 19.00ln(x) + 24.48
20 R² = 0.840
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14

ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3


Log. (ulangan 1) Log. (ulangan 2) Log. (ulangan 3)

y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 10.69 48.89 0.103835 1.11
Ulangan 2 50 34.31 -5.455 1.616293 5.03 3.32  2.01
Ulangan 3 50 19 24.48 1.343158 3.83
27

Lampiran 9 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) ekstrak kulit kayu suren
sebagai antioksidan

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 9 18765.05722 2085.00636 223.63 <.0001

Error 14 130.52648 9.32332

Corrected Total 23 18895.58370

R-Square Coeff Var Root MSE %Inhibisi Mean

0.993092 5.699579 3.053411 53.57258

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Perlakuan 7 18764.83746 2680.69107 287.53 <.0001

Blok 2 0.21976 0.10988 0.01 0.9883

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Mean N
Perlakuan
Grouping

A 83.534 3 Ekstrak etanol 70% 30 ppm

A 82.889 3 Ekstrak etanol 70% 50 ppm

A 80.457 3 Ekstrak air 50 ppm

B 69.561 3 Ekstrak air 30 ppm

C 51.524 3 Ekstrak etanol 70% 10 ppm

D 29.862 3 Ekstrak air 10 ppm

E 19.581 3 Ekstrak etanol 70% 5 ppm

F 11.173 3 Ekstrak air 5 ppm


28

Lampiran 10 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) ekstrak kulit kayu suren
sebagai inhibitor -glukosidase

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 9 9385.60251 1042.84472 9.63 <.0001

Error 14 1516.12980 108.29499

Corrected Total 23 10901.73232

R-Square Coeff Var Root MSE %Inhibisi Mean

0.860928 15.67754 10.40649 66.37830

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Perlakuan 7 8877.138254 1268.162608 11.71 <.0001

Blok 2 508.464256 254.232128 2.35 0.1321

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 88.183 3 Ekstrak etanol 70% 12.5 ppm

A 88.033 3 Ekstrak etanol 70% 6.25 ppm

A 79.275 3 Ekstrak etanol 70% 3.125 ppm

B A 70.862 3 Ekstrak air 12.5 ppm

B A

B A 69.547 3 Ekstrak air 6.25 ppm

B C 58.125 3 Ekstrak etanol 70% 1.5625 ppm

C 48.393 3 Ekstrak air 3.125 ppm

D 28.608 3 Ekstrak air 1.5625 ppm


29

Lampiran 11 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) nilai IC50 ekstrak kulit
kayu suren sebagai antioksidan

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 317.8367778 79.4591944 881.30 <.0001

Error 4 0.3606444 0.0901611

Corrected Total 8 318.1974222

R-Square Coeff Var Root MSE %Inhibisi Mean

0.998867 2.733578 0.300268 10.98444

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Perlakuan 2 317.6657556 158.8328778 1761.66 <.0001

Blok 2 0.1710222 0.0855111 0.95 0.4601

Means with the same letter


are not significantly different.

Duncan Mean N
Perlakuan
Grouping

A 17.7833 3 Ekstrak air

B 11.8600 3 Ekstrak etanol 70%

C 3.3100 3 Vitamin C
30

Lampiran 12 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) nilai IC50 ekstrak kulit
kayu suren sebagai inhibitor -glukosidase

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 21.82444444 5.45611111 3.98 0.1047

Error 4 5.47937778 1.36984444

Corrected Total 8 27.30382222

R-Square Coeff Var Root MSE %Inhibisi Mean

0.799318 86.41207 1.170404 1.354444

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Perlakuan 2 17.94895556 8.97447778 6.55 0.0547

Blok 2 3.87548889 1.93774444 1.41 0.3431

Means with the same letter


are not significantly different.

Duncan Mean N
Perlakuan
Grouping

A 3.3233 3 Ekstrak air

B 0.6600 3 Ekstrak etanol 70%

B 0.0800 3 Acarbose

Vous aimerez peut-être aussi