Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK
SITHA ARILAH ICHSAN. Aktivitas Ekstrak Kulit Kayu Suren (Toona sinensis
Merr.) Sebagai Antioksidan dan Antidiabetes Secara In Vitro. Dibimbing oleh
SYAMSUL FALAH dan WARAS NURCHOLIS.
Suren (Toona sinensis Merr.) is a herbal plant that its leaves has been
reported have a antioxidant and antidiabetic activity. The bark of suren thought to
have antioxidant and antidiabetic activity as it leaves. This study was conducted to
investigate antioxidants and antidiabetic activity of ethanol 70% and water
extracts of suren bark using in vitro method. The antioxidant activity was
observed using the parameters of biochemical tests, through measurement of the
inhibitory activity to DPPH as free radical with concentration of samples 50, 30,
10, and 5 ppm. The potential antidiabetic activity was measured through
inhibition of -glucosidase enzymes work at a sample concentration of 12.5, 6.3,
3.1, and 1.6 ppm. The moisture content of suren bark samples in the test is 9.04%.
Suren bark extracted with a solvent ethanol 70% and water has a yield of 4.8%
and 2.6%. Phytochemical test of ethanol 70% extract showed the present of
alkaloids, saponins, tannins, flavonoids, and hydroquinone. While the water
extract indicate a content of saponin compounds, flavonoids, and hydroquinone.
The results of the analysis of antioxidant activity indicated by IC50 value which is
11.86 ppm for ethanol 70% extracts and 17.78 ppm for water extract. While the
IC50 value of vitamin C used as a comparison is 3.31 ppm. Inhibition of -
glucosidase enzyme are also shown in the IC50 value which is 0.66 ppm for
ethanol 70% extract and 3.32 ppm for water extracts, whereas acarbose as a
comparison have IC50 value of 0.08 ppm. These results showed that suren bark
have an antioxidant and antidiabetic activity.
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Aktivitas Ekstrak Kulit Kayu Suren (Toona sinensis Merr.)
Sebagai Antioksidan dan Antidiabetes Secara In Vitro
Nama : Sitha Arilah Ichsan
NIM : G84070003
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika & IPA Institut Pertanian Bogor.
Tema yang dipilih pada penelitian ini ialah metabolisme, dengan judul “Aktivitas
Ekstrak Kulit Kayu Suren (Toona Sinensis Merr.) Sebagai Antioksidan dan
Antidiabetes Secara In Vitro”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
hingga Juni 2011 di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia dan
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si.
dan Waras Nurcholis, M.Si atas bimbingan, waktu, dan perhatiannya kepada
penulis selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada teknisi laboratorium Pusat Studi Biofarmaka yang telah
banyak membantu dalam teknis pelaksanaan penelitian, kepada kedua orang tua
dan seluruh keluarga tercinta atas segala doa, dukungan, kasih sayangnya, dan
selalu memberi inspirasi kepada penulis untuk selalu berjuang keras dan menjadi
lebih baik, dan kepada Fajri selaku rekan kerja, Maya, Dina, Leli, Restu, Rezana,
mbak Amel, dan kak Fahry atas dukungan dan bantuannya selama penelitian dan
penyusunan skripsi. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Biokimia dan Farmasi.
Halaman
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
anthraquinones yang mampu manghambat dengan panjang 10-15 cm, menyirip tunggal
aktivitas enzim α-glukosidase. Seperti halnya dengan 8-30 pasang daun pada pohon
pada daunnya, kulit kayu tanaman suren berdiameter 1-2 m. Musim bunga tanaman ini
diduga juga mengandung senyawa fitokimia dua kali dalam setahun yaitu sekitar bulan
yang memiliki mekanisme antioksidan dan Februari hingga Maret dan September hingga
inhibisi α-glukosidase. Potensi tersebut belum Oktober (Djam’an 2002).
banyak diteliti hingga saat ini sehingga Tanaman suren (Gambar 1) merupakan
diperlukan penelitian yang dapat memberikan komoditas tanaman kayu rakyat yang paling
gambaran aktivitas antioksidan dan potensi populer di Jawa Barat. Selain
kulit kayu suren sebagai antidiabetes. pertumbuhannya cepat, mudah tumbuh di
Penelitian ini bertujuan menguji ekstrak berbagai tempat juga harga jualnya cukup
etanol 70% dan ekstrak air kulit kayu suren tinggi untuk mendukung pendapatan petani.
sebagai antioksidan dan antidiabetes secara in Kayu suren digunakan untuk tiang bangunan
vitro. Hasil yang diperoleh akan dibandingkan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan
secara langsung dengan acarbose (obat rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek
komersil diabetes melitus tipe II). Adapun api, pulp, kertas, dan lain-lain. Secara
parameter uji yang digunakan adalah persen tradisional, petani menggunakan daun suren
penghambatan radikal DPPH dan persen untuk menghalau hama serangga tanaman
penghambatan aktivitas enzim -glukosidase (Djam’an 2002).
yang ditunjukkan dalam nilai IC50. Kayu suren berbau harum sehingga tahan
Hipotesis pada penelitian ini adalah terhadap serangan rayap. Serbuk atau bubuk
kandungan senyawa fitokimia yang terdapat di kayunya berwarna kemerahan. Tanaman ini
dalam kulit kayu suren (Toona sinensis Merr.) tumbuh pada daerah bertebing dengan
memiliki aktivitas antioksidan dan ketinggian 600-2.700 m dpl (di atas permukaa
antidiabetes. Senyawa fitokimia tersebut laut) dengan temperatur sekitar 22 ºC. Bagian
diduga dapat menghambat atau mencegah tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah
terjadinya pembentukan radikal bebas yang kayunya sebagai bahan bangunan, furniture,
dapat meningkatkan perkembangan dan veneer, panel kayu. Selain itu, ekstrak
komplikasi penyakit diabetes. Selain itu, daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-
senyawa-senyawa tersebut juga diduga insektisida, sedangkan kulit batang dan
mampu menghambat aktivitas enzim - buahnya dapat disuling untuk menghasilkan
glukosidase yang berperan dalam proses minyak esensial (aromatik). Tajuknya yang
penyerapan gula di usus. Hasil penelitian ini tidak terlalu lebar membuat pohon suren biasa
diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi digunakan sebagai tanaman pelindung atau
tanaman suren melalui pemanfaatan limbah pembatas di ladang dan sebagai windbreak di
kulit kayu suren dalam farmakologi sebagai perkebunan teh (Djam’an 2002).
upaya pencegahan dan pengobatan penyakit Di Taiwan, Toona sinensis umum
diabetes melitus. digunakan sebagai makanan untuk para
vegetarian. Daunnya sering kali digunakan
sebagai obat-obatan untuk menangani
TINJAUAN PUSTAKA enteritis, disentri, dan gatal-gatal. (Hseu et al.
2008). Hasil penapisan fitokimia simplisia
daun suren menunjukkan adanya senyawa
Suren (Toona sinensis Merr.)
golongan flavonoid, tanin dan
Suren merupakan keluarga tanaman steroid/triterpenoid yang penting sebagai
Meliaceae dengan ordo Sapindales. Suren antioksidan (Djam’an 2002).
adalah tanaman spermatophyte yang termasuk Ekstrak air daun tanaman suren memiliki
ke dalam divisi Magnoliophyta (tumbuhan efek antiproliferasi terhadap sel premyelocytic
berbunga) dan class Magnoliopsida dengan manusia dengan cara menginduksi apoptosis
subclass Rosidae. Pohon suren memiliki (Hseu et al. 2008). Suplemen ekstrak daun,
karakter khusus seperti harum yang khas akar, dan kulit kayu tanaman ini dilaporkan
apabila bagian daun atau buah diremas dan mampu meningkatkan kemampuan
bila bagian batang dilukai atau ditebang. memahami dan mengingat pada mencit yang
Bentuk batang suren lurus dan umumnya tidak diduga akibat mekanisme pertahanan
bercabang hingga ketinggiannya mencapai 25 antioksidan. Menurut Cheng (2009), efek
m dan tinggi pohon dapat mencapai 40-60 m. antioksidan ini disebabkan oleh kandungan
Kulit batangnya kasar dan pecah-pecah dan senyawa fitokimia, seperti flavonoid,
berwarna coklat. Daun suren berbentuk oval limonoid, phytol, kumarins dan senyawa
3
fenolik lainnya. Senyawa fenolik yang paling mitokondria, dan oksidasi ion-ion logam
banyak terkandung pada daun suren yang transisi juga merupakan penyebab munculnya
berperan sebagai antioksidan diantaranya radikal bebas dalam tubuh (Salma 1999).
gallic acid, galloylquinic acid, tri-O-galloyl- Radikal bebas yang berasal dari luar tubuh
D-glucose, dan quercetin glucopyranoside. diantaranya disebabkan oleh asap rokok, asap
Jiang et al. (2007) dan Hseu et al. (2008) juga kendaraan bermotor, sinar ultra violet, zat
melaporkan bahwa daun tanaman suren kimiawi dalam makanan, dan senyawa-
memiliki aktivitas antioksidan yang cukup senyawa polutan lainnya (Mardisadora 2010).
tinggi dengan pemutusan aktivitas radikal Antioksidan adalah zat yang dapat
bebas DPPH dan lipid peroksida. menunda atau mencegah terjadinya reaksi
Ekstrak kasar daun tanaman ini dilaporkan oksidasi radikal bebas. Senyawa dikatakan
dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker memiliki sifat antioksidatif bila senyawa
paru-paru, mengurangi glukosa darah pada tersebut mampu mendonasikan satu atau lebih
tikus diabetes, dan meningkatkan lipolisis dan elektron kepada senyawa prooksidan,
kadar glukosa pada jaringan adiposa (Hseu et kemudian mengubah senyawa oksidan
al. 2008). Daun tanaman suren juga menjadi senyawa yang stabil (Packer 1995).
mengandung sejumlah besar flavonoid, Antioksidan, berdasarkan sumbernya
alkaloid, terpene, dan anthraquinones yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu antioksidan
mampu manghambat aktivitas enzim α- sintetik dan antioksidan alami. Beberapa
glukosidase (Zhao et al. 2009). contoh antioksidan sintetik adalah Butil
Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi
Toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidroksi
quinon (TBHQ) dan tokoferol, sedangkan
antioksidan alami berasal dari tumbuhan, yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau
polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid. Berdasarkan asal terbentuknya,
antioksidan dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu antioksidan endogen dan eksogen.
Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya,
antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder,
dan tersier. Antioksidan primer adalah
antioksidan endogen atau antioksidan
enzimatis, contohnya enzim superoksida
dismutase (SOD), katalase, dan glutation
Gambar 1 Pohon suren. peroksidase (GPx). Enzim-enzim ini mampu
menekan atau menghambat pembentukan
Radikal Bebas dan Antioksidan radikal bebas dengan cara memutus reaksi
berantai dan mengubahnya menjadi produk
Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal lebih stabil. Antioksidan sekunder merupakan
bebas berperan dalam terjadinya berbagai antioksidan eksogen atau antioksidan non
penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas enzimatis. Contoh antioksidan sekunder ialah
adalah senyawa kimia yang memiliki vitamin E, vitamin C, β-karoten, isoflavon,
pasangan elektron bebas di kulit terluar asam urat, bilirubin, dan albumin. Senyawa-
sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi senyawa ini dikenal sebagai penangkap
dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. radikal bebas (scavenger free radical),
Reaksi antara radikal bebas dengan salah satu kemudian mencegah amplifikasi radikal.
molekul tersebut berujung pada timbulnya Antioksidan tersier contohnya adalah enzim
suatu penyakit. metionin sulfoksida reduktase yang berperan
Radikal bebas dapat dihasilkan dari proses dalam perbaikan biomolekul yang disebabkan
metabolisme tubuh secara alami (endogenous) oleh radikal bebas (Packer & Ong 1998).
maupun berasal dari factor eksternal Penggunaan senyawa antioksidan saat ini
(exogenous). Dalam tubuh, sekitar 5 persen semakin meluas seiring dengan semakin
dari oksigen pernafasan akan diubah secara besarnya pemahaman masyarakat tentang
alami menjadi radikal bebas. Selain itu proses peranannya dalam menghambat penyakit
autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis degenerative. Masalah-masalah tersebut
dalam respirasi, transpor elektron di berkaitan dengan kemampuan antioksidan
4
dalam bekerja sebagai inhibitor (penghambat) air, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang seluler pada beberapa jaringan tubuh.
menjadi salah satu penyebab penyakit- Diabetes kronis dapat menyebabkan disfungsi
penyakit di atas (Packer & Ong 1998). Tubuh dan kerusakan berbagai organ, terutama mata,
manusia dapat menghasilkan senyawa ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
antioksidan secara alami, tetapi jumlahnya (ADA 2004).
sering kali tidak cukup untuk menetralkan Gejala umum yang timbul pada penderita
radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh diabetes mellitus diantaranya adalah sering
(Hernani & Rahardjo 2005). Antioksidan haus dan sering buang air kecil sebagai efek
alami mampu melindungi tubuh terhadap mekanisme mempertahankan homeostatis
kerusakan yang disebabkan oleh oksigen tubuh. Penderita dibetes juga sering
reaktif dan mampu menghambat terjadinya mengalami kesemutan, penglihatan yang
penyakit degeneratif serta mampu terganggu, banyak makan tetapi berat badan
menghambat peroksida lipid pada makanan. cenderung turun, cepat merasa lelah, dan
Keseimbangan antara antioksidan dan radikal sering mengantuk (Purwakusumah 2003).
bebas menjadi kunci utama pencegahan stres Kadar gula darah normal adalah 100 mg/dL
oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang dan dapat mencapai 120 mg/dL setelah
dihasilkan (Packer et al. 1995). makan. Kadar gula darah penderita diabetes
Stres oksidatif adalah keadaan dapat melebihi 120 mg/dL pada saat 2 jam
ketidakseimbangan antara prooksidan dan setelah makan (Soegondo 2004).
antioksidan. Keadaan stres oksidatif dapat Diabetes dapat disebabkan oleh defisiensi
disebabkan oleh kurangnya antioksidan atau insulin, kelebihan asupan glukosa dalam
kelebihan produksi radikal bebas. Radikal tubuh, kurangnya olahraga, kehamilan,
bebas sebetulnya diproduksi secara fisiologis obesitas, dan berbagai penyebab lainnya.
oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi Diabetes dapat disebabkan pula oleh faktor
biokimia dalam kehidupan aerobik. Namun, keturunan atau genetik karena penyakit ini
jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan termasuk penyakit yang terpaut kromosom
seluler tetap atau lebih sedikit, maka seks. Selain itu, terdapat beberapa virus dan
kelebihan radikal bebas ini tidak dapat bakteri yang diduga dapat menyebabkan
dinetralkan dan akan berakibat pada diabetes mellitus melalui mekanisme sitolitik
kerusakan sel itu sendiri. Kondisi stres sel β pankreas. Beberapa bahan toksik yang
oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, mampu merusak sel β pankreas secara
dapat menyebabkan terjadinya percepatan langsung diantaranya adalah alloxan,
proses penuaan, dan dapat menimbulkan pyrinuron (rodentisida), dan streptozotocin
penyakit jantung, kanker, dan diabetes melitus (produk dari sejenis jamur).
(Packer & Ong 1998). Secara klinis, diabetes dapat dikategorikan
menjadi tiga kelompok, yaitu diabetes tipe I,
Diabetes Melitus diabetes tipe II, dan Gestational Diabetes
Melitus. Diabetes tipe I merupakan tipe
Diabetes melitus merupakan penyakit yang
diabetes yang disebabkan oleh defisiensi
dicirikan oleh adanya abnormalitas
insulin dalam tubuh. Pada kondisi abnormal,
penggunaan “bahan bakar” dalam tubuh
sel β Langerhans pankreas dari penderita
akibat glukosa terdapat dalam jumlah diabetes hanya akan menghasilkan sedikit
berlebihan namun tidak digunakan secara insulin atau bahkan tidak sama sekali
optimal oleh berbagai organ tubuh. Diabetes
sehingga menyebabkan glukosa tidak dapat
termasuk dalam kategori penyakit
digunakan oleh sel untuk energi maupun
metabolisme yang paling serius, diamana
disimpan. Hal ini mengakibatkan kadar
jutaan masyarakat dunia telah menjadi
glukosa darah meningkat melebihi batas
korbannya. Jika telah berkembang penuh normal. Kelebihan glukosa tersebut akhirnya
secara klinis, diabetes melitus akan ditandai dibuang bersama urin melalui ginjal
oleh hiperglikemia (saat puasa),
(Wijayakusuma 2004). Inilah yang
aterosklerosis, mikrongiopati, dan neuropati
menyebabkan penderita diabetes
(Price & Wilson 1995). Diabetes melitus
menghasilkan urin yang mengandung glukosa.
merupakan penyakit yang mampu memicu Selain itu, akan terjadi ketidakseimbangan
komplikasi munculnya penyakit lain dalam hormon glukagon dan insulin, sehingga akan
tubuh manusia. Gangguan metabolisme
terjadi penurunan kadar fruktosa 2,6-bisfosfat
glukosa akibat diabetes akan mempengaruhi
dalam hati. Oleh karena itu, proses glikolisis
metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan
terhambat, dan sebaliknya glukoneogenesis
5
akan terjadi. Akibat paling jelas dari hal ini glukosa dalam otot dan sel β pankreas, juga
adalah meningkatnya kadar glukosa dalam menginisiasi perkembangaan awal komplikasi
darah, terutama setelah mengasup makanan mikrovaskular dan makrovaskular. Salah satu
kaya karbohidrat (Stryer et al. 2007). Diabetes cara terbaik untuk menurunkan kadar gula
tipe I ini biasanya diderita oleh anak-anak atau darah pasca makan adalah dengan
dewasa muda sehingga disebut pula sebagai memperlambat absorbsi glukosa melalui
juvenile-onset diabetes. Diperlukan penghambatan kerja enzim yang dapat
pengobatan insulin untuk penderita penyakit menghidrolisis karbohidrat seperti -
ini glukosidase (Lee et al. 2007).
Diabetes tipe II merupakan gangguan
toleransi glukosa. Penyakit ini sering disebut Metode DPPH
sebagai penyakit non-insulin dependent
diabetes melitus atau diabetes melitus tak DPPH (difenil pikril hidrazil hidrat)
tergantung insulin (DMTTI). Penyakit ini menghasilkan radikal bebas aktif bila
seringkali dihubungkan dengan obesitas dan dilarutkan dalam alkohol. Radikal bebas
kelebihan asupan karbohidrat dalam diet tersebut stabil dengan absorpsi maksimum
(Price & Wilson 1995). DMTTI merupakan pada panjang gelombang 517 nm dan dapat
tipe diabetes yang lebih umum terjadi. direduksi oleh senyawa antioksidan (Praptiwi
Penyakit ini umumnya menjangkiti orang- 2006).
orang dewasa. Namun demikian, belakangan Analisis kualitatif aktivasi antioksidan
ini, jumlah penderita DMTTI dari kalangan menggunakan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil
remaja semakin meningkat. Pankreas pada (DPPH) sebagai uji dalam mencari
penderita DMTTI masih mampu kemampuan menangkap radikal suatu
memproduksi insulin, walaupun jumlah senyawa dalam ekstrak tumbuhan telah umum
insulin yang dihasilkan tidak mampu dilakukan. Metode ini lebih cepat, lebih
mempertahankan kadar normal gula darah. sederhana, dan membutuhkan sampel dalam
DMTTI yang akut dapat membawa jumlah yang lebih sedikit dibandingkan
penderitanya ke penyakit diabetes tipe I dengan beberapa metode pengujian
(Stryer et al. 2007). Selain itu, kondisi ini antioksidan lainnya seperti metode TBA
dapat pula disebabkan oleh gangguan akibat (Mardisadora 2010).
resistensi insulin yang menyebabkan jaringan Prinsip metode penangkapan radikal
tubuh menjadi kurang peka terhadap efek (Gambar 2) adalah pengukuran penangkapan
insulin. Faktor-faktor yang mempengaruhi radikal bebas sintetik DPPH dalam pelarut
timbulnya diabetes tipe II ini antara lain yaitu organik polar seperti etanol atau metanol pada
obesitas, usia lanjut, kurangnya aktivitas suhu kamar oleh suatu senyawa yang
olahraga, dan lain-lain (ADA 2004). mempunyai aktivitas antioksidan (Pokorni
Tipe lainnya dari diabetes adalah diabetes 2001). Metode DPPH dapat mengukur
pada masa kehamilan atau sering juga disebut aktivitas donasi elektron komponen lain dalam
sebagai Gestational Diabetes Melitus (GDM). campuran dan mengevaluasi aktivitas
Seorang wanita hamil membutuhkan lebih antioksidan karena adanya radikal bebas.
banyak insulin untuk mempertahankan Beberapa molekul dapat memberikan elektron
metabolisme karbohidrat, jika tidak maka atau hidrogen ketika beraksi DPPH, sehingga
kadar gula darah pada tubuh wanita yang akan memudarkan warna DPPH, melalui
sedang hamil dapat meningkat
(Wijayakusuma 2004). Penyakit ini dapat
menjangkiti sebagian ibu hamil, baik
penderita diabetes maupun yang sehat (Price
& Wilson 1995). Kondisi ini dapat
membahayakan wanita yang sedang hamil dan
bayi dalam kandungannya. Setelah proses
kelahiran, kadar gula darah sang ibu dapat
kembali normal, namun bayinya dapat
menderita diabetes (ADA 2004).
Peningkatan gula darah pasca makan
merupakan awal terganggunya metabolisme
yang terjadi pada penderita diabetes. Kondisi
ini mempercepat perkembangan penyakit
diabetes mellitus yang disebekan toksisitas Gambar 2 Reaksi DPPH dengan antioksidan.
6
reaksi reduksi dengan perubahan warna ungu obat sintetiknya adalah acarbose, maglitol,
menjadi kekuningan oleh elektron dari dan voglibose. Acarbose berperan sebagai
senyawa antioksidan. Reaksi DPPH dengan inhibitor kompetitif. Obat ini dijual dalam
gugus hiroksil menyebabkan substitusi bentuk tablet Glukobay. Jumlah acarbose
homolik dari satu cincin fenil DPPH yang dapat terserap tubuh hanya sekitar 1-4%,
menghasilkan 2-(4-hidroksifenil)-2-fenil-1- sisanya dibuang melalui ginjal (Samson
pikrilhidrazin sebagai produk mayor yang 2010). Kelemahan dari obat-obatan ini yaitu
juga dibentuk melalui proses sekunder. DPPH harus dimakan bersama makanan dan dapat
diketahui hanya dapat mengukur senyawa menyebabkan pembentukan gas di perut.
antioksidan yang terlarut dalam pelarut Selain itu, obat sintetik ini memiliki efek
organik, khususnya alkohol. Walaupun samping seperti kembung, diare, dan kram
metode DPPH secara luas digunakan untuk usus (Lee et al. 2007). Oleh karena itu banyak
pengukuran dan perbandingan aktivitas dikembangkan obat-obatan alami yang
antioksidan senyawa-senyawa fenolik, memiliki aktivitas antidiabetes menghambat
evaluasi aktivitas antioksidan dengan adanya -glukosidase dengan sedikit atau tanpa efek
perubahan serapan DPPH harus secara hati- samping.
hati dilakukan karena senyawa antioksidan
yang akan beraksi dengan DPPH dapat
didegradasi oleh cahaya, oksigen, pH, dan BAHAN DAN METODE
pelarut.
Bahan dan Alat
Inhibisi -Glukosidase
α-Glukosidase, dengan nama kimia -D- Bahan yang digunakan yaitu kulit kayu
glikosida glukohidrolase, merupakan enzim suren, akuades, etanol 70%, enzim α-
yang berfungsi untuk memutus ikatan -1,4 glukosidase, p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida
glikosidik pada berbagai substrat dan (p-NPG), larutan bufer fosfat pH 7, tablet
menghasilkan -D-glukosa yang mampu acarbose (glukobay), HCl 2 N, larutan DPPH
diserap oleh usus (Gao et al. 2007). Enzim ini 0.2mM, Na2CO3, H2SO4 2 M, pereaksi
bekerja di dalam retikulum endoplasma kasar Dragendorf, Mayer, dan Wagner, etanol 30%,
di sel-sel usus halus (Murray et al. 2009). etanol 70%, metanol, asam asetat anhidrat,
Dengan adanya enzim ini, maka pati yang H2SO4 pekat, FeCl3 1%, NaOH, eter, dan
dikonsumsi oleh seseorang dapat diubah metanol 30%.
menjadi molekul-molekul glukosa yang dapat Alat yang digunakan yaitu microplate,
diubah menjadi energi melalui berbagai jalur microplate reader, lemari inkubasi, oven,
metabolisme seperti glikolisis. neraca analitik, rotary evaporator, vortex,
Enzim α-glukosidase bekerja pada saat penangas, kertas saring, pipet mikro, pipet
proses penyerapan makanan dalam usus. Pada tetes, pipet Mohr, cawan porselin, labu
penderita diabetes, hal ini merupakan salah Erlenmeyer, labu ukur, tabung reaksi, gelas
satu hal yang harus dicegah. Semakin banyak piala, gelas ukur, bulb, batang pengaduk, dan
glukosa yang terbentuk dari pemecahan pati, sudip.
maka akan semakin tinggi kadar glukosa
dalam darah penderita diabetes. Oleh karena Metode Penelitian
itu pengembangan obat diabetes saat ini lebih
difokuskan pada inhibisi kerja enzim ini. Preparasi Sampel
Namun demikian, defisiensi enzim α- Sampel kulit kayu diperoleh dari tanaman
glukosidase pada lisosom dapat suren yang berasal dari daerah Sumedang,
mengakibatkan timbulnya penyakit Pompe. Indonesia. Kulit kayu tersebut dikeringkan
Pada penyakit ini, glikogen akan menumpuk dibawah sinar matahari secara langsung.
pada lisosom dan dapat menyebabkan Setelah kulit kayu tersebut benar-benar
timbulnya gagal jantung (Murray et al. 2009). kering, kemudian dilakukan penggilingan
Inhibitor enzim -glukosidase adalah obat dengan menggunakan mesin Wiley Mill
antihiperglikemia untuk pasien diabetes tipe 2, hingga terbentuk serbuk berukuran 40 mesh.
khususnya penderita postprandial
hyperglycemia. Obat yang berperan sebagai Penentuan Kadar Air Kulit Kayu Suren
inhibitor ini telah menjadi obat umum yang (AOAC 1999 dalam Samson 2010)
sering digunakan untuk penderita Penentuan kadar air dilakukan dengan
hyperglycemia sejak tahun 1990an. Salah satu mengeringkan cawan porselin pada suhu
7
105˚C selama 30 menit lalu didinginkan selang waktu 10 menit menunjukkan adanya
dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 2 g saponin.
sampel serbuk kulit kayu suren dimasukkan Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik.
dalam cawan dan dipanaskan pada suhu Ekstrak kulit kayu suren sebanyak 0.2 gram
105˚C selama 3 jam, kemudian didinginkan ditambah metanol 30% sampai terendam lalu
pada desikator dan ditimbang. Penentuan dipanaskan selama 5 menit. Filtratnya
kadar air dilakukan sebanyak tiga kali ditambah NaOH 10% (b/v) atau H2SO4 pekat.
ulangan. Terbentuknya warna merah karena
Kadar air (%) = x 100% penambahan NaOH menunjukkan adanya
Keterangan: A adalah bobot sampel (g) senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan
B adalah bobot bahan setelah warna merah yang terbentuk akibat
dikeringkan (g) penambahan H2SO4 pekat menunjukkan
adanya senyawa flavonoid.
Ekstraksi Kulit Kayu Suren (Toona Uji Triterpenoid dan Steroid. Ekstrak
sinensis) (Ningappa 2008 dan Harjadi 1993) kulit kayu suren sebanyak 0.2 gram ditambah
Sebanyak 250 gram kulit kayu suren yang 2 mL eter. Lapisan eter yang terbentuk dipipet
sudah berbentuk serbuk dimaserasi dengan lalu diuapkan dengan dipanaskan. Residu
cara direndam ke dalam 2500 mL etanol 70%. yang didapat kemudian ditambahkan dengan
pada suhu kamar selama 24 jam untuk pereaksi Lieberman Buchard (3 tetes asam
memperoleh ekstrak etanol 70%. Larutan asetat anhidrida dan 1 tetes H2SO4 pekat).
tersebut diletakkan pada shaker orbital Warna merah atau ungu menunjukkan
dengan kecepatan 250 rpm. Hal ini bertujuan kandungan triterpenoid pada sampel
mempercepat proses ekstraksi. Ekstrak air sedangkan warna hijau menunjukkan adanya
diperoleh dengan merendam 120 gram serbuk kandungan steroid.
kulit kayu suren di dalam 1200 mL akuades. Uji Tanin. Ekstrak kulit kayu suren
Larutan ini dipanaskan pada suhu 100oC dan sebanyak 0.2 gram ditambahkan 2 mL
dilakukan pengadukan selama pemanasan 4 akuades kemudian dididihkan selama 5 menit.
jam. Larutan hasil dipisahkan melalui Larutan ini disaring dan filtratnya ditambah 3
penyaringan menggunakan kertas saring. tetes FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua atau
Filtrat hasil penyaringan kemudian dipekatkan hitam kehijauan menunjukkan terdapatnya
dengan menggunakan vacuum rotary tanin.
evaporator pada suhu 40oC. Ekstrak yang
diperoleh ditempatkan di dalam botol tertutup Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
dan disimpan di dalam lemari es dengan suhu DPPH (Salazar et al. 2011)
4oC. Aktivitas antioksidan diuji dengan
melarutkan 0.2 mg ekstrak dalam etanol agar
Analisis Fitokimia (Harbone 1987) konsentrasinya menjadi 1000 ppm dan
Uji Alkaloid. Ekstrak kulit kayu suren divortex, kemudian konsentrasinya dibuat
sebanyak 0.2 gram ditambahkan 2 mL menjadi 50, 30, 10, dan 5 ppm. Larutan DPPH
kloroform dan 3 tetes NH4OH. Fraksi dibuat dengan melarutkan 5 mg DPPH dalam
kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 mL etanol dan larutan disimpan dalam
ditambahkan 2 tetes H2SO4. Fraksi H2SO4 keadaan gelap. Larutan standar, blanko, dan
dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi, sampel dimasukkan ke dalam sumur
lalu ditambahkan pereaksi Dragendorf pada microplate sebanyak 100 μL, ditambahkan
tabung pertama, pereaksi Meyer pada tabung dengan etanol 100 μL, dan larutan DPPH
kedua, dan pereaksi Wagner pada tabung hingga volume 300 μL. Masing-masing
ketiga. Terdapatnya alkaloid ditunjukkan konsentrasi dilakukan sebanyak 3 kali
dengan terbentuknya endapan putih oleh ulangan. Plate yang sudah berisi campuran
pereaksi Meyer, endapan merah oleh pereaksi diinkubasi dalam keadaan gelap. Hasil reaksi
Dragendorf, dan endapan coklat oleh pereaksi diukur dengan microplate reader pada
Wagner. panjang gelombang 517 nm. Nilai absorbansi
yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan
Uji Saponin. Ekstrak kulit kayu suren
persamaan regresi y = a + b ln x dengan nilai
sebanyak 0.2 gram ditambahkan air sebanyak
% inhibisi (penangkapan radikal), yaitu %
3 mL dan dipanaskan selama 5 menit. Larutan
inhibisi = [1 – (absorban sampel/absorban
tersebut didinginkan kemudian dikocok
blanko)] x 100%. Data persentase inhibisi
menggunakan vortex. Timbulnya busa sampai
8
Tabel 1 Hasil ekstraksi kulit kayu suren melalui penghambatan kerja enzim -
Pelarut Berat Berat Rendemen glukosidase (Sari 2010).
sampel (g) ekstrak (g) (%)
Etanol 250 12.0123 4.8 Uji Fitokimia
70% Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak
Air 120 3.1104 2.6 etanol dan air kulit kayu suren (Tabel 2),
ekstrak etanol 70% kulit kayu suren
bahwa etanol 70% dapat mengekstrak lebih menunjukkan adanya kandungan alkaloid,
banyak metabolit sekunder yang terkandung flavonoid, fenolik, saponin, dan tanin.
di dalam kulit kayu suren dibandingkan Sementara hasil uji fitokimia terhadap ekstrak
ekstraksi menggunakan pelarut air. Hal ini air kulit kayu suren menunjukkan kandungan
dapat diperkuat dengan hasil analisis flavonoid, fenolik, dan saponin. Senyawa-
kandungan fitokimia dari masing-masing senyawa tersebut diduga memiliki aktivitas
ekstrak. antioksidan dan penghambatan -glukosidase
Ekstraksi bertujuan untuk mengambil zat- yang penting untuk pengobatan penyakit
zat yang terkandung dalam suatu campuran diabetes.
dengan bantuan pelarut tertentu. Sampel kulit Winarti & Nurdjanah (2005) menyatakan
kayu suren yang diekstrak berbentuk serbuk. bahwa beberapa senyawa fitokimia seperti
Ini dapat meningkatkan efektifitas ekstraksi karotenoid, fitosterol, saponin, glikosinolat,
karena semakin kecil atau halus ukuran bahan polifenol, inhibitor protease, monoterpen,
yang digunakan maka semakin luas bidang fitoestrogen, sulfida, dan asam fitat memiliki
kontak antara bahan dengan pelarutnya (Tuyet fungsi fisiologis dan bersifat antioksidan aktif.
& Chuyen 2007). Senyawa saponin yang terkandung di dalam
Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit kayu
maserasi dengan pelarut etanol 70% dan suren diharapkan memiliki aktivitas
metode perebusan dengan pelarut air. antioksidan.
Pemilihan metode maserasi dengan cara Senyawa fitokimia yang diketahui memiliki
perendaman sampel dilakukan karena metode peran sebagai antidiabetes diantaranya
ini sederhana dan tidak menggunakan flavonoid, alkaloid, dan terpene (Zhao et al.
pemanasan sehingga dapat mencegah 2009). Berdasarkan hasil uji, senyawa
rusaknya senyawa metabolit sekunder yang fitokimia yang diduga memiliki aktivitas
tidak tahan terhadap suhu tinggi. Metode antidiabetes di dalam ekstrak etanol 70%
ektraksi lainnya yang digunakan yaitu metode adalah flavonoid dan alkaloid, sedangkan
perebusan yang didasarkan pada kebiasaan pada ekstrak air adalah flavonoid.
masyarakat yang sering mengkonsumsi bahan Senyawa fitokimia yang terkandung dalam
herbal dengan cara diseduh dengan air panas tanaman merupakan senyawa kimia yang
atau direbus. Metode ini murah dan praktis memiliki peranan sangat penting bagi
sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat kesehatan dan pencegahan terhadap beberapa
umum. penyakit degeneratif. Analisis senyawa
Ekstrak berupa cairan yang diperoleh fitokimia merupakan uji pendahuluan yang
setelah penyaringan kemudian dievaporasi bersifat kualitatif yang bertujuan untuk
untuk menguapkan sisa pelarut yang mengetahui kandungan metabolit sekunder
digunakan sehingga diperoleh ekstrak padatan yang terdapat di dalam sampel yang diduga
berupa serbuk. Pemekatan dilakukan dengan mengandung bahan bioaktif. Metabolit
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40 sekunder yang biasanya terdapat di dalam
o
C untuk mencegah kemungkinan terjadinya tanaman antara lain alkaloid, flavonoid, tanin,
kerusakan komponen bahan aktif yang polifenol, saponin, terpenoid, dan lain-lain.
terkandung di dalam ekstrak. Hasil ekstrak ini
kemudian dianalisis secara kualitatif untuk Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit
mengetahui kandungan fitokimianya. kayu suren
Etanol dan air yang digunakan dalam Ekstrak Ekstrak
Uji
ekstraksi termasuk golongan pelarut polar, etanol air
namun derajat kepolaran air lebih besar Alkaloid + -
Flavonoid + +
dibandingkan etanol. Senyawa metabolit
Fenolik hidroquinon + +
sekunder yang mudah larut dalam pelarut Saponin + +
polar diantaranya adalah alkaloid dan Steroid - -
flavonoid. Kedua metabolit ini menyebabkan Tanin + -
suatu tanaman berpotensi sebagai antidiabetes Triterpenoid - -
10
Perbedaan kandungan fitokimia pada jenis Tabel 3 Aktivitas antioksidan ekstrak kulit kayu
tanaman yang sama sering kali dapat terjadi suren dan vitamin C
karena beberapa faktor, yaitu jenis pelarut Konsentrasi Inhibisi
Sampel IC50 (ppm)
yang digunakan saat ekstraksi, variasi genetik, (ppm) (%)
umur tanaman, serta lingkungan atau kondisi 50 82.89 0.83
Ekstrak
geografis tempat tanaman tersebut tumbuh 30 83.53 1.48 11.86
etanol
(Kardono 2003). 10 51.52 2.25 0.04
70%
5 19.58 4.05
50 80.46 0.41
Daya Hambat Ekstrak Terhadap Radikal Ekstrak 30 69.56 2.11 17.78
Bebas DPPH air 10 29.86 3.51 0.23
Pengujian daya hambat ekstrak terhadap 5 11.17 4.91
radikal bebas DPPH ini menggunakan 10 96.25 0.31
konsentrasi ekstrak masing-masing 50, 30, 10, 7.5 87.08 0.31
Vitamin 3.31
dan 5 ppm untuk memperoleh nilai IC50. 5 60.98 0.76
C 0.01
Sedangkan konsentrasi vitamin C yang 2.5 30.19 0.42
diujikan sebagai pembanding adalah 10, 7.5, 1 9.44 0.40
5, 2.5, dan 1 ppm. Hasil absorbansi sampel
digunakan untuk memperoleh nilai persen Nilai IC50 ekstrak etanol 70% lebih besar
inhibisinya (Tabel 3). Berdasarkan hasil daripada ekstrak air, hal ini dapat terjadi
pengukuran tersebut kemudian dibuat grafik karena perbedaan kandungan senyawa
yang menggambarkan hubungan antara fitokimia yang terdapat di dalam masing-
konsentrasi dan persen inhibisi sampel, masing ekstrak. Menurut Wang (2007),
sehingga dari persamaan garis kurva dapat senyawa golongan flavonoid berperan sebagai
ditentukan nilai IC50 masing-masing sampel. antioksidan utama pada tanaman suren.
Berdasarkan nilai inhibisi yang terjadi Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak etanol
terlihat bahwa makin tinggi konsentrasi 70% mengandung senyawa golongan
ekstrak dan standar yang diujikan, nilai flavonoid, alkaloid, hidroquinon, saponin dan
inhibisi juga semakin tinggi. Hal tersebut tanin yang umum diketahui memiliki aktivitas
menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi antioksidan yang tinggi. Sementara pada
memberikan pengaruh terhadap radikal bebas ekstrak air, memiliki kandungan fitokimia
DPPH. yang sama dengan ekstrak etanol 70%, kecuali
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai alkaloid dan tanin. Dengan demikian,
dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan perbedaan kandungan tersebut menyebabkan
sampel yang dibutuhkan untuk menghambat aktivitas antioksidan ekstrak air lebih rendah
50 % radikal bebas DPPH. Nilai IC50 dibandingkan ekstrak etanol.
diperoleh dengan menggunakan persamaan Nilai IC50 vitamin C lebih kecil dibanding
regresi logaritmik yang menyatakan hubungan dengan nilai IC50 ekstrak etanol 70% dan
antara konsentrasi sampel (senyawa uji) ekstrak air kulit kayu suren karena merupakan
dengan aktivitas penangkap radikal. Semakin senyawa yang murni dibandingkan dengan
kecil nilai IC50 maka senyawa uji tersebut kedua fraksi yang masih dalam bentuk
mempunyai keefektifan sebagai penangkap campuran dari beberapa senyawa. Di samping
radikal yang lebih baik. itu, molekul vitamin C memiliki 2 situs
Hasil yang diperoleh menunjukkan ekstrak penangkapan elektron, sehingga dapat
etanol 70% dari kulit kayu suren memiliki menangkap radikal lain setelah yang pertama,
nilai IC50 sebesar 11.86 ppm dan pada ekstrak hal ini menyebabkan perbandingan
air nilai IC50nya sebesar 17.78 ppm. stoikiometrinya 2:1, artinya 2 molekul DPPH
Sementara vitamin C yang digunakan sebagai ditangkap atau direduksi oleh 1 molekul
senyawa pembanding memiliki nilai IC50 3.31 vitamin C. Vitamin C mudah mengalami
ppm. Jika dibandingkan, daya penangkap oksidasi oleh radikal bebas karena mempunyai
radikal (sebagai IC50) vitamin C 3.58 kali ikatan rangkap dan dengan adanya 2 gugus-
lebih kecil daripada ekstrak etanol 70% dan OH yang terikat pada ikatan rangkap tersebut,
5.37 kali lebih kecil dibandingkan dengan radikal bebas akan mencabut atom hidogen
ekstrak air kulit kayu suren. Hal ini dan menyebabkan muatan negatif pada atom
menunjukkan bahwa ekstrak dan vitamin C oksigen yang selanjutnya akan didelokalisasi
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat melalui resonansi, sehingga menghasilkan
karena mempunyai IC 50 kurang dari 200 radikal bebas yang stabil dan tidak
µg/ml (Blouis 1958). membahayakan (Cholisoh 2008). Vitamin C
11
reaksi enzimatis yang terjadi. Aktivitas etanol 70% dan ekstrak air kulit kayu suren
tersebut diukur berdasarkan absorbansi p- memiliki kemampuan antioksidan dan
nitrofenol pada panjang gelombang 400 nm. antidiabetes melalui penghambatan kerja
Semakin besar aktivitas inhibisi dari suatu enzim -glukosidase.
sampel, maka jumlah p-nitrofenol yang
terbentuk semakin sedikit, sehingga intensitas Saran
warna kuning yang terbentuk semakin Pengembangan alternatif obat herbal kaya
berkurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan antioksidan dan memiliki kemampuan
nilai absorbansi yang kecil ketika pengukuran. antidiabetes dengan menggunakan kulit kayu
Apabila ekstrak yang di uji memiliki suren perlu dilakukan. Uji lanjutan aktivitas
kemampuan menghambat kerja enzim maka antidiabetes melalui penghambatan enzim -
p-nitrofenol yang dihasilkan akan berkurang amilase dan uji secara in vivo juga penting
sehingga warna larutan yang dihasilkan untuk dilakukan. Selain itu, diperlukan
setelah inkubasi lebih cerah dibandingkan penelitian serupa terkait kulit kayu suren
warna larutan tanpa inhibitor (Sugiwati 2005). dengan cara penambahan jenis ekstrak dengan
Menurut Zhao et al. (2009), senyawa pelarut yang lebih berbeda kepolarannya
fitokimia yang mampu menghambat aktivitas maupun dengan menggunakan ekstrak tunggal
enzim -glukosidase antara lain flavonoid, senyawa bioaktif yang terkandung di
alkaloid, terpene, dan quinon. Berdasarkan dalamnya yang telah diketahui memiliki peran
hasil uji fitokimia, ekstrak etanol 70% penting sebagai antioksidan dan antidiabetes.
mengandung senyawa golongan alkaloid
sedangkan ekstrak air tidak. Dengan
demikian, perbedaan kandungan tersebut
menyebabkan aktivitas inhibisi -glukosidase DAFTAR PUSTAKA
ekstrak etanol 70% lebih tinggi dibandingkan
ekstrak air. ADA (American Diabetes Association). 2004.
Berdasarkan Kardono (2003), besarnya Diagnosis and classification of diabetes
daya hambat terhadap kerja -glukosidase mellitus. Diabetes Care 27: s5-s10.
yang ditunjukkan oleh beberapa tanaman obat
berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008.
tersebut disebabkan adanya perbedaan Penentuan aktivitas antioksidan, kadar
senyawa metabolit sekunder yang terdapat di fenolat total dan likopen pada buah
dalam suatu tanaman obat, adanya senyawa tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal
pengganggu, perbedaan metode ekstraksi, dan Sains dan Teknologi Farmasi 13: 1-9.
perbedaan jenis pelarut yang digunakan.
Blouis MS. 1958. Antioxidant determinations
by the use of a stable free radical. Nature
181: 1199-1200.
SIMPULAN DAN SARAN
Chen H, Yan X, Lin W, Zheng L, Zhang W.
Simpulan 2004. A new method for screening a-
Analisis kandungan fitokimia serta uji glucosidase inhibitors and application to
aktivitas antioksidan dan antidiabetes terhadap marine microorganism. Pharmaceutical
ekstrak kulit kayu suren telah berhasil Biology 42: 416-421.
dilakukan. Hasil uji fitokimia menunjukkan
adanya kandungan senyawa alkaloid, saponin, Cheng Ka-Wing et al. 2009. Analysis of
tanin, flavonoid, dan hidroquinon pada ekstrak antioxidant activity and antioxidant
etanol 70%. Ekstrak air kulit kayu suren constituents of Chinese toon. Journal of
menunjukkan adanya senyawa saponin, Functional Foods 1: 253-259.
flavonoid, dan hidroquinon. Hasil analisis
secara in vitro untuk aktivitas antioksidan Chiasson J et al. 2002. Acarbose for
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% prevention of type 2 diabetes mellitus:
memiliki nilai IC50 sebesar 1,5 kali lebih kecil the stop NIDDM randomized. Medical
dibandingkan ekstrak air. Sementara itu, nilai Progress 359: 2072-2077.
IC50 ekstrak etanol 70% untuk aktivitas
antidiabetes 5 kali lebih kecil dibandingkan Cholisoh Z, Utami W. 2008. Antiradical
dengan ekstrak air. Hal tersebut menunjukkan activity of ethanolic (70%) stinky bean
kandungan senyawa fitokimia dalam ekstrak
14
Koolman J, Rohm KH. 2001. Atlas Berwarna Murray RK, Granner DK, Rodwel VW. 2009.
dan Teks Biokimia. Wanadi SI, Biokimia Harper. Ed ke-27. Wulandari
penerjemah. Jakarta: Hipokrates. N et al., penerjemah. Jakarta: EGC.
Terjemahan dari: Color Atlas of Terjemahan dari: Harper’s Illustrated
Biochemistry. Biochemistry 27th ed.
Lee et al. 2007. Inhibitory activity of Ningappa MB, Dinesha R, Srinivas L. 2008.
Euonymus alatus against -glucosidase Antioxidant and free radical scavenging
in vitro and in vivo. J nutr Re Pract 1: activities of polyphenol-enriched curry
184-188. leaf (Murraya koenigii L.) extracts. Food
Chem. 106: 720-728.
Lee SH et al. 2008. A-glucosidase and a-
amylase inhibitory activity of Ningappa MB et al..2009. Potent antibacterial
phlorotannin derivatives of Ecklonia property of APC protein from curry
cava. J Biotechnol 22: 5588. leaves (Murraya koenigii L.). Food
Chem. 118: 747-750.
Mardisadora O. 2010. Identifikasi dan potensi
antioksidan flavonoid kulit kayu mahoni Neal MJ. 2002. Medical Pharmacology a
(Swietenia macrophylla KING). Glance. New York: Blackwell
[skripsi]. Bogor: FMIPA Institut Publishing.
Pertanian Bogor.
Nelson DL, Cox MM. 2005. Lehninger
Markham KR. 1988. Cara Principles of Biochemistry. Edisi ke-4.
Mengidentifikasikan Flavonoid. New York: Worth Publisher.
Padmawinata K, penerjemah; Niksolihin
s, editor. Bandung: ITB Pr. Terjemahan Ong ASH, Niki E, Packer L. 1995. Nutrition,
dari: Techniques of Flavonoid Lipids, and Desease. Champaign Illinois:
Idenctification. AOCS Pr.
Mathur R, Shiel WC. 2003. Diabetes Mellitus. Packer L. 1995. Oxidative stress, antioxidants,
[terhubung berkala]. aging and desease. Di dalam: Cutler RG,
http://www.medicine.com/diabetesmellit Packer J, Bertram A, Mori, editor.
us/article.html. [7 Juni 2011]. Oxidative Stress and Aging. Basel
Switzerland: Birkhauser Verlag. hlm 1 –
Matsumoto K et al. 2002. A novel method for 14.
the assay of -glucosidase inhibitory
activity using a multi-channel oxygen Packer L, Ong ASH. 1998. Biological Oxidant
sensor. J Anal Sci 18: 1351-1319. and Antioxidant: Molecular Mechanism
and Health Effects. Campaign Illinois:
Mattjik AA. 2002. Rancangan Percobaan. AOCS Pr.
Bogor: IPB Press.
Pikiran Rakyat Online. 2008. Antioksidan, Zat
Miller Al. 1996. Antioxidant flavonoids: Ajaib Antipenuaan Dini. http:// www.
structure, function, and clinical usage. jawapos. com/
Alt Med Rev 1: 103-111. Antioksidan_Zat_Ajaib_Antipenuan_Di
ni.html. Jawa Pos 24 Desember (1) [20
Mohamad H et al. 2004. DPPH free radical Oktober 2009].
scavenger components from the fruits of
Alpinia rafflesiana (Zingiberaceae). Z Price SA, Wilson LM. 1995. Patologi Sel
Naturforsch 59: 811-815. dalam:Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Putri DR. 2010. Efek antioksidan fraksi larut Sugiwati S. 2005. Aktivitas antihiperglikemik
etil asetat ekstrak etanol daun jambu biji dari ekstrak buah mahkota dewa
(Psidium guajava L.) pada kelinci yang (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.)
dibebani glukosa. [skripsi]. Surakarta: sebagai inhibitor -glukosidase in vitro
Fakultas Farmasi Universitas dan in vivo pada tikus putih. [tesis].
Muhammadiyah Surakarta. Bogor: Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Salazar R et al. 2011 Antimicrobial and
antioxidant activities of plants from Tabobda T et al. 2008. Bioactive
northeast of Mexico. Evidence-Based aristolactams from Piper umbellatum.
Complementary and Alternative Phytochem 69: 1726-1731.
Medicine. 2011: 1-6.
Tadera K, Minami Y, Takamatsu K, Matsuoka
Salma S. 1999. Kimia Organik Jilid 2. T. 2005. Inhibitory a-glucosidase and a-
Jakarta: Erlangga. amylase of flavonoids. J Nutr Sci
Vitaminol 52: 149-152.
Samson ZM. 2010. Senyawa golongan
alkaloid ekstrak buah mahkota dewa Tuyet T, Chuyen NV. 2007.
sebagai inhibitor α-glukosidase. Antihyperglicemic activity of an aqueous
[skripsi]. Bogor: FMIPA Institut extract from flower buds of Cleistocalyx
Pertanian Bogor. operculatus (Roxb.) Merr. and Perry.
Biosci Biotechnol Biochem 71: 69-76.
Santoso SO. 1993. Perkembangan obat
tradisional dan ilmu kedokteran di Umar F. 2008. Optimalisasi Ekstraksi
Indonesia dan upaya pengembangannya Flavonoid Total Daun Jati Belanda
sebagai obat alternatif [disertasi]. (Guazuma ulmifolia Lamk.). [skripsi].
Jakarta: Fakultas Kedokteran, Bogor: FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Universitas Indonesia.
Wang Kai-Jin, Chong-Ren Wang, Ying-Jun
Sancheti Shruti et al. 2009. Chaenomeles Zang. 2007. Phenolic antioxidants from
sinensis: a potent α-and β-glucosidase Chinese toon (fresh young leaves and
inhibitor. American Journal of shoots of Toona sinensis). Food
Pharmacology and Toxicology 4(1): 8- chemistry 101: 365-371.
11.
Wijayakusuma H. 2004. Atasi Diabetes
Sari N. 2010. Potensi buah makasar (Brucea Mellitus dengan Tanaman Obat. Jakarta:
javanica [L.] Merr.) sebagai inhibitor Puspa Sehat.
17
LAMPIRAN
19
Preparasi sampel
Ekstrak kasar
Sebanyak 100 µL larutan blanko, standar, dan sampel uji dimasukkan dalam
sumur microplate
Lampiran 3 Prosedur uji inhibisi enzim -glukosidase ekstrak kulit kayu suren
Sebanyak 50 µL larutan blanko, standar, dan sampel uji dimasukkan dalam sumur
microplate
Lampiran 4 Perhitungan kadar air serbuk kulit kayu suren dan hasil rendemen
ekstrak kulit kayu suren
Kadar air serbuk kulit kayu suren = (bobot sampel – bobot sampel setelah
dikeringkan dengan oven)/bobot sampel x 100%
Ulangan Bobot sampel Bobot sampel setelah Kadar air (%)
(gram) dikeringkan (gram)
1 2 1.8193 9.035
2 2 1.8203 8.985
3 2 1.8180 9.100
Rerata 9.040
Lampiran 5 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu
suren sebagai antioksidan
y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 26.18 -13.94 2.442322 11.50
Ulangan 2 50 29.26 -22.2 2.467532 11.79 11.86 0.40
Ulangan 3 50 29.09 -22.98 2.508766 12.29
24
Lampiran 6 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak air kulit kayu suren
sebagai antioksidan
y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 30.15 -36.81 2.87927 17.80
Ulangan 2 50 32.69 -44.49 2.890486 18.00 17.78 0.23
Ulangan 3 50 30.86 -38.41 2.864874 17.55
25
Lampiran 7 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu
suren sebagai inhibitor -glukosidase
Aktivitas inhibisi ekstrak etanol 70% kulit kayu suren terhadap -glukosidase:
120
100
80
y = 8.48ln(x) + 68.37
R² = 0.773
60
y = 11.28ln(x) + 63.79
R² = 0.816
40
y = 23.05ln(x) + 39.41
R² = 0.822
20
0
0 2 4 6 8 10 12 14
y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 8.48 68.37 -2.16627 0.11
Ulangan 2 50 11.28 63.79 -1.22252 0.29 0.66 0.80
Ulangan 3 50 23.05 39.41 0.459436 1.58
26
Lampiran 8 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak air kulit kayu suren
sebagai inhibitor -glukosidase
y = a ln(x) +b
% inhibisi = a ln (konsentrasi) + b
Jenis ekstrak y a b ln(x) x IC50 rerata
Ulangan 1 50 10.69 48.89 0.103835 1.11
Ulangan 2 50 34.31 -5.455 1.616293 5.03 3.32 2.01
Ulangan 3 50 19 24.48 1.343158 3.83
27
Lampiran 9 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) ekstrak kulit kayu suren
sebagai antioksidan
Duncan Mean N
Perlakuan
Grouping
Lampiran 10 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) ekstrak kulit kayu suren
sebagai inhibitor -glukosidase
B A
Lampiran 11 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) nilai IC50 ekstrak kulit
kayu suren sebagai antioksidan
Duncan Mean N
Perlakuan
Grouping
C 3.3100 3 Vitamin C
30
Lampiran 12 Hasil uji analisis statistik (tabel ANOVA) nilai IC50 ekstrak kulit
kayu suren sebagai inhibitor -glukosidase
Duncan Mean N
Perlakuan
Grouping
B 0.0800 3 Acarbose