Vous êtes sur la page 1sur 5

Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

ail AKREDITASI SMK/MAK SEBAGAI BENTUK AKUNTABILITAS


PUBLIK DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEJURUAN
(TINJAUAN KRITIS AKREDITASI SEKOLAH DI PROVINSI DKI JAKARTA)

Santoso Sri Handoyo, Muhammad Yusro dan Aam Amaningsih Jumhur


Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
e-mail : santoso_handoyo@unj.ac.id

ABSTRAK

Akreditasi sekolah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh institusi pendidikan pada seluruh jenjang) termasuk
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dalam upaya pemenuhan Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau
program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu
lembaga yang mandiri dan profesional. Akreditasi SMK/MAK merupakan bentuk akuntabilitas publik (public accountability)
sekaligus penjaminan mutu (quality assurance) terhadap program pendidikan kejuruan. Selaras dengan upaya peningkatan mutu
SMK/MAK, maka Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas
dan daya saing SDM Indonesia, merupakan komitmen pemerintah untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan kejuruan di
Indonesia. Terdapat 4 (empat) strategi peningkatan kualitas akreditasi SMK, yakni: 1) pengembangan perangkat akreditasi
sekolah, 2) peningkatan profesionalisme asesor akreditasi, 3) pemanfaatan hasil dan rekomendasi akreditasi dan 4) pembinaan
pra dan pasca akreditasi. Diharapkan dengan melaksanakan empat strategi di atas secara efektif dan berkelanjutan akan dapat
meningkatkan kinerja pendidik, peserta didik dan perubahan mutu secara signifikan dalam proses pendidikan.

Kata Kunci : Akreditasi, SMK, SNP, Penjaminan Mutu

untuk bekerja sama memperbaiki kualitas dan citra


1. PENDAHULUAN
Akhir tahun 2014, Mendikbud RI dalam pendidikan Indonesia. Salah satu upaya pemerintah
forum silaturahmi dengan para Kepala Dinas guna meningkatkan terus mutu pendidikan
Pendidikan menyampaikan tentang kondisi Indonesia adalah melalui program penjaminan mutu
pendidikan Indonesia saat ini yang sedang dalam pendidikan, yang dalam implementasinya dilakukan
kondisi gawat darurat. Data yang dihimpun oleh dengan melaksanakan akreditasi sekolah/madrasah.
Kemendikbud [1], menunjukkan kondisi buruk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
dari dunia pendidikan Indonesia, diantaranya 1) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) sebagai jenjang
sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak pendidikan kejuruan tingkat menengah masih harus
memenuhi standar layanan minimal pendidikan; ditingkatkan kualitasnya mengingat perkembangan
2) nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia IPTEKS dan kebutuhan pasar. Idealnya SMK/MAK
hanya 44,5 (nilai standar kompetensi guru adalah menjadi sekolah kejuruan pilihan masyarakat untuk
75); 3) Indonesia masuk dalam peringkat ke-40 mencetak tenaga terampil siap kerja. Di sebagian
dari 40 negara, pada pemetaan kualitas masyarakat masih beranggapan bahwa SMK
pendidikan, menurut lembaga The Learning menjadi sekolah alternatif ketika tidak diterima di
Curve; 4) dalam pemetaan di bidang pendidikan sekolah umum (SMA). Slogan SMK BISA sangat
tinggi, Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 baik dalam upaya menjaring minat calon siswa
negara yang diteliti; 5) pendidikan Indonesia namun di sisi lain pengelola SMK (negeri/swasta)
masuk dalam peringkat ke-64, dari 65 negara harus berupaya keras dalam menjamin mutu
yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for penyelenggaraan SMK, diantaranya melalui proses
International Study Assessment (PISA), pada akreditasi sekolah.
tahun 2012; dan 6) Indonesia menjadi peringkat Terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9
103 dunia, negara yang dunia pendidikannya Tahun 2016 tentang revitalisasi SMK dalam rangka
diwarnai aksi suap- menyuap dan pungutan liar. peningkatan kualitas dan daya saing SDM
Melihat potret pendidikan Indonesia yang Indonesia, sesungguhnya membuktikan komitmen
disampaikan oleh Mendikbud, maka sudah pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan
seharusnya pemerintah bersama masyarakat kejuruan di Indonesia. Dalam Inpres tersebut,
Presiden memberikan enam instruksi khusus kepada
Mendikbud [2]. Keenam instruksi tersebut adalah 1)
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

membuat peta jalan SMK; 2) menyempurnakan proses; 3) standar kompetensi lulusan; 4) standar
dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan pendidik dan tenaga kependidikan; 5) standar sarana
kompetensi sesuai kebutuhan pengguna lulusan dan prasarana; 6) standar pengelolaan; 7) standar
(link and match); 3) meningkatkan jumlah dan pembiayaan; dan 8) standar penilaian pendidikan.
kompetensi bagi pendidik dan tenaga Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah,
kependidikan SMK; 4) meningkatkan kerja konsep akreditasi sekolah telah diatur dalam
sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah sejumlah peraturan perundang-undangan yang
daerah, dan dunia usaha/industri; 5) berlaku, diantaranya 1) Undang-undang Nomor 20
meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
akreditasi SMK; dan 6) membentuk Kelompok (Sisdiknas), Pasal 60, tentang Akreditasi yang
Kerja Pengembangan SMK. menyatakan bahwa Akreditasi dilakukan untuk
Menurut data pendidikan dari Dinas menentukan kelayakan program dan satuan
Pendidikan Pempov DKI Jakarta [3], jumlah pendidikan pada jalur pendidikan formal dan
SMK di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 693 nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan;
sekolah, yang terdiri dari SMK Negeri sebanyak 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
63 sekolah (22,36%) dan SMK Swasta sebanyak Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
630 sekolah (77,64%). Data Badan Akreditasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) tahun 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
2015 [4], menyebutkan jumlah SMK baik negeri Pendidikan pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa
maupun swasta di DKI Jakarta yang mendapat penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang
nilai akreditasi A sebanyak 168 sekolah, nilai B sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
sebanyak 30 sekolah, dan tidak ada satu SMK perlu dilakukan dalam tiga program terintegrasi,
pun dengan nilai C. Total SMK DKI Jakarta yaitu evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi; dan 3)
yang telah terakreditasi sebanyak 198 sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Sehingga, masih terdapat sekitar 495 SMK Republik Indonesia Nomor 59, Tahun 2012
(Program Keahlian) yang belum diakreditasi. tentang Badan Akreditasi Nasional, Pasal 1 butir
Apabila data tersebut benar, maka hal ini 2 dinyatakan bahwa BAN-S/M adalah badan
menjadi pekerjaan rumah yang serius bagi evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan
Kemendikbud, khususnya Dinas Pendidikan program dan/atau satuan pendidikan jenjang
Provinsi DKI Jakarta dan Badan Akreditasi pendidikan dasar dan menengah jalur formal
Provinsi (BAP) DKI Jakarta untuk melakukan dengan mengacu pada Standar Nasional
proses akreditasi pada seluruh SMK yang berada Pendidikan. Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta
di Provinsi DKI Jakarta. dilengkapi dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
No. 13 tahun 2014 tentang Akreditasi
2. HAKIKAT AKREDITASI SEKOLAH Sekolah/Madrasah.
Pada dasarnya latar belakang adanya Proses akreditasi dilakukan secara berkala dan
kebijakan akreditasi sekolah/madrasah di terbuka dengan tujuan untuk membantu dan
Indonesia adalah bahwa setiap warga negara memberdayakan program dan satuan pendidikan
berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. agar mampu mengembangkan sumber dayanya
Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan yang dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional.
bermutu, maka setiap satuan/program Sehingga, pelaksanaan akreditasi diharapkan akan
pendidikan harus memenuhi atau melampaui memberi manfaat untuk SMK yaitu 1) dapat
standar yang dilakukan melalui kegiatan dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan
akreditasi terhadap kelayakan setiap mutu dan rencana pengembangan SMK; 2) dapat
satuan/program pendidikan. dijadikan sebagai motivator agar SMK terus
Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap,
penilaian secara komprehensif terhadap terencana, dan kompetitif baik di tingkat
kelayakan satuan atau program pendidikan, yang kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional
hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan internasional; 3) dapat dijadikan umpan balik
dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan
suatu lembaga yang mandiri dan profesional. kinerja warga SMK dalam rangka menerapkan visi,
Kelayakan program dan/atau satuan pendidikan misi, tujuan, sasaran, strategi dan program SMK; 4)
mengacu pada SNP [5]. Adapun SNP itu sendiri membantu mengidentifikasi SMK dan program
adalah kriteria minimal tentang sistem dalam rangka pemberian bantuan pemerintah,
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara investasi dana swasta dan donatur atau bentuk
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, bantuan lainnya; 5) bahan informasi bagi SMK
SNP harus dijadikan acuan guna memetakan sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan
secara utuh profil kualitas sekolah/madrasah, dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun
lingkup SNP meliputi: 1) standar isi; 2) standar sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral,
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

tenaga dan dana; 6) membantu SMK dalam asesor terkadang kurang objektif dalam melakukuan
menentukan dan mempermudah kepindahan visitasi akreditasi, sehingga BAN S/M harus
peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, melakukan akreditasi ulang dan mengakibatkan
pertukaran guru dan kerjasama yang saling pemborosan waktu, tenaga dan sumber daya.
menguntungkan. Hampir mirip dengan evaluasi Kemendiknas,
Pada kenyataannya penyelenggaraan studi yang dilakukan di Provinsi Jambi tahun 2013
[8]
akreditasi SMK saat ini masih menghadapi , tentang beberapa faktor yang menyebabkan
berbagai persoalan, seperti 1) hasil akreditasi banyaknya sekolah yang belum terakreditasi dan
belum menggambarkan kondisi objektif di sekolah yang terakreditasi kurang baik, sebagai
SMK; 2) hasil akreditasi belum menunjukkan berikut: 1) kurangnya sosialisasi tentang akreditasi
indikator akuntabilitas; 3) hasil akreditasi sekolah/madrasah, sehingga banyak sekolah yang
sekolah belum dijadikan sebagai alat tidak mendapatkan informasi yang lengkap tentang
pembinaan, pengembangan, dan peningkatan akreditasi; 2) terbatasnya pemahaman
mutu pendidikan di sekolah; 4) peringkat hasil sekolah/madrasah tentang pentingnya akreditasi,
akreditasi belum mampu menggambarkan sehingga persiapan yang dilakukan dalam proses
kelayakan sekolah; dan 5) hasil akreditasi belum akreditasi dilakukan secara terburu-buru dan tidak
mampu memberikan rekomendasi tentang matang; 3) minimnya anggaran untuk kegiatan
penjaminan mutu pendidikan. akreditasi sekolah/madrasah dan 4) minimnya
Akreditasi pada hakikatnya merupakan dukungan (kebijakan) instansi pemerintah terkait
proses yang sangat protokoler dan berbasiskan akreditasi sekolah/madrasah.
penelitian untuk mengevaluasi efektivitas suatu Selain itu, akreditasi sekolah yang dilakukan
unit kerja atau institusi dan pemanfaatan oleh pemerintah melalui BAP S/M masih cenderung
akreditasi yang dilaksanakan secara efektif berkutat pada hal-hal yang bersifat kuantitatif dan
akan dapat meningkatkan kinerja peserta didik administratif. Dalam kegiatan visitasi yang
dan perubahan mutu secara berkesinambungan dilakukan asesor, yang merupakan salah satu
dalam proses pendidikan [6]. komponen penting dalam kegiatan akreditasi,
kondisi riil sekolah/madrasah hanya dilihat dari sisi
3. PERMASALAHAN AKREDITASI DAN administratif. Akreditasi yang selalu berfokus pada
REVITALISASI SMK masalah administratif bukan hanya gagal
Kegiatan akreditasi yang merupakan memberikan informasi yang lengkap dan
amanat undang-undang dalam rangka komprehensif kepada masyarakat, tetapi juga
meningkatkan kualitas pendidikan nasional, memberikan informasi tidak lengkap kepada para
menjadi tanggungjawab bersama semua ahli pendidikan, pengawas dan pembina
komponen bangsa, khususnya masyarakat sekolah/madrasah [9].
pendidikan. Berbagai persoalan terkait kegiatan, Untuk saat ini, khususnya di lingkungan
proses dan hasil akreditasi harus menjadi catatan Provinsi DKI Jakarta, maka persoalan banyaknya
penting untuk perbaikan program pendidikan di SMK yang belum terakreditasi menjadi tugas
masa akan datang. Banyaknya SMK yang belum mendesak untuk diselesaikan oleh instansi terkait,
terakreditasi juga menjadi bukti bahwa ternyata yakni Dinas Pendidikan Provinsi dan BAP DKI
banyak hal yang belum optimal dikerjakan oleh Jakarta. Di sisi lain, untuk mendapatkan hasil
lembaga/instansi terkait kegiatan akreditasi. akreditasi yang makin baik dan berkualitas, perlu
Hasil kajian analisis tentang akreditasi dipertimbangkan 4 (empat) hal berikut ini.
sekolah/madrasah yang dilakukan oleh a. Pengembangan Perangkat Akreditasi
Kemendiknas tahun 2011 [7], menjelaskan Sekolah
setidaknya ada 4 (empat) permasalahan dalam Hingga tahun 2016 ini, proses akreditasi yang
pelaksaan akreditasi sekolah/madrasah, yakni 1) dilaksanakan oleh BAN S/M secara nasional, dan
anggaran dana; jumlah alokasi sekolah yang khususnya BAP DKI Jakarta masih menggunakan
akan diakreditasi setiap tahun tergantung dari instrumen akreditasi produk Kurikulum KTSP, yang
kuota dan dana APBN yang sudah ditetapkan; 2) terdiri atas 185 pertanyaan (untuk 8 butir standar) di
banyaknya sekolah yang tersebar diberbagai mana dalam beberapa bagian pertanyaannya
daerah di Indonesia, sehingga proses akreditasi tumpang tindih, berulang, multitafsir, dan kurang
belum sepenuhnya menjangkau seluruh relevan dengan kondisi pendidikan saat ini.
sekolah/madrasah yang ada di Indonesia; 3) Penggunaan kurikulum nasional (Kurikulum 2013)
kurangnya persiapan pelaksanaan akreditasi, yang disempurnakan, menuntut penyempurnaan
terkadang form instrumen dan data pendukung secara komprehensif pada instrumen akreditasi
langsung dibawa oleh asesor pada saat sekolah.
melakukan visitasi, sehingga sekolah tersebut Saat ini BAN S/M sedang melakukan upaya
tidak memiliki persiapan yang baik; dan 4) review dan revisi pada perangkat akreditasi
kurang objektif penilaian akreditasi, di mana sekolah/madrasah. Review dan revisi tersebut
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

dilakukan terhadap empat elemen akreditasi, hasil akreditasi per-komponen standar nasional
yaitu: (1) instrumen akreditasi, (2) petunjuk pendidikan.
teknis pengisian instrumen akreditasi, (3) Hal ini disebabkan karena hasil dan laporan
instrumen pengumpulan data dan informasi akreditasi belum dirinci sampai aspek operasional
pendukung akreditasi, serta (4) teknik penskoran berupa analisis secara sistematis terhadap
dan pemeringkatan hasil akreditasi. rekomendasi dari setiap komponen yang dianalisis
Idealnya pengembangan perangkat sesuai instrumen akreditasi yang digunakan, serta
akreditasi SMK mempertimbangkan Kurikulum belum adanya rekomendasi yang jelas tentang
Nasional serta peraturan/perundangan yang tindak-lanjut yang dilakukan oleh sekolah/madrasah
berlaku, memperhatikan keberagaman Program untuk meningkatkan peringkat/nilai akreditasinya.
Keahlian di SMK dan diharapkan instrumen Bahkan pada kasus tertentu, hasil rekomendasi
baru akreditasi sekolah akan mampu menjawab akreditasi tidak dibuat dengan baik oleh asesor
tantangan perubahan dan perkembangan (terkesan asal-asalan). Inipun kembali terkait
pendidikan kejuruan saat ini. dengan profesionalisme dan kredibilitas seorang
b. Peningkatan Profesionalisme Asesor asesor dalam melakukan kegiatan akreditasi. Asesor
Akreditasi yang menjalankan tugasnya dengan baik dan teliti
Saat ini, asesor SMK yang dimiliki oleh akan dapat merumuskan rekomendasi yang
BAP DKI Jakarta masih sedikit/kurang sistematis dan komprehensif kepada sekolah.
jumlahnya dibandingkan dengan jumlah SMK Harapan ke depannya adalah bahwa setiap hasil
dan Program Keahlian di SMK di Provinsi DKI akreditasi yang didalamnya terdapat rekomendasi
Jakarta. Selain masalah jumlah asesor yang perbaikan untuk sekolah/madrasah dapat segera
sedikit, kendala lain dalam proses akreditasi dikerjakan atau dipenuhi oleh sekolah/madrasah dan
SMK adalah minimnya ketersediaan asesor diperlukan mekanisme kontrol dari pihak terkait,
akreditasi yang sesuai dengan bidang misalnya dinas pendidikan melalui pengawas
keahliannya. Selain itu, kinerja dari setiap asesor sekolah untuk memantau perbaikan atau pemenuhan
pun berbeda-beda yang mengakibatkan rekomendasi asesor.
penilaian hasil akreditasi pun cenderung kurang d. Pembinaan Pra dan Pasca Akreditasi
objektif. Asesor terkadang kurang objektif Sekolah
dalam melakukuan visitasi akreditasi, sehingga Saat ini yang terjadi di hampir semua sekolah
BAN/SM harus melakukan akreditasi ulang dan adalah bahwa kegiatan akreditasi sekolah/madrasah
mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga dan hanya merupakan kegiatan 4-5 tahunan yang
sumber daya. biasanya hanya dipersiapkan 2-3 bulan sebelumnya.
Diperlukan peningkatan komitmen dan Padahal sesungguhnya proses pemenuhan standar
profesionalisme asesor dalam menjalankan pendidikan (8 standar) harus setiap saat dipenuhi
tugasnya dengan baik. Hal ini dapat dimulai oleh sekolah tanpa harus menunggu proses
dengan 1) sistem rekruitmen asesor dengan akreditasi.
kualifikasi yang makin diperketat; 2) pelatihan Selain itu, idealnya penjaminan mutu internal
dan upgrading asesor dengan mekanisme sekolah harus dapat berjalan secara kontinu untuk
pembelajaran yang komprehensif; dan 3) dapat memantau pemenuhan standar pendidikan di
evaluasi terhadap kinerja asesor berdasarkan sekolah. Penjaminan mutu eksternal yang
masukan dari pengguna (sekolah dan diimplementasikan dalam bentuk akreditasi sekolah
masyarakat). oleh lembaga independen (BAN/BAP) pada
Idealnya setiap asesor dipersyaratkan untuk dasarnya hanya untuk memastikan apakah proses
memahami keseluruhan aspek akreditasi yang penjaminan mutu internal sekolah berjalan dengan
sekaligus dapat dimaknai bahwa asesor harus baik.
mampu menafsirkan setiap nilai standar yang Kuncinya adalah pada kegiatan pembinaan pra
diperoleh oleh setiap satuan pendidikan yang dan pasca akreditasi yang dilakukan oleh dinas
diakreditasi sehingga dapat memberikan pendidikan melalui pengawas sekolah. Optimalisasi
rekomendasi tindak lanjut yang dapat dilakukan fungsi pengawas sekolah untuk dapat memantau
oleh sekolah/madrasah. proses pemenuhan standar pendidikan oleh sekolah,
c. Pemanfaatan Hasil dan Rekomendasi menjadi tugas pokok dari pengawas. Reformasi
Akreditasi Sekolah terhadap tugas pengawas sekolah menjadi sangat
Studi yang dilakukan oleh Hendarman penting untuk melakukan upaya revitalisasi SMK
(2013) terkait dengan pemanfaatan hasil sesuai amanat presiden dalam Instruksi Presiden
akreditasi sekolah menyebutkan bahwa hasil (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi
akreditasi masih belum dimanfaatkan oleh SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan daya
berbagai pemangku kepentingan di tingkat saing SDM Indonesia.
provinsi/kabupaten/kota, khususnya dalam hal
perbaikan mutu dengan merujuk pada status
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

4. KESIMPULAN [8] M. Syahran Jailani dan Habib Muhammad,


Dari penjelasan yang telah dipaparkan pada Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah
tulisan ini, dapat disimpulkan beberapa hal (BAP-S/M) dan Upaya Peningkatan Mutu
penting terkait dengan proses akreditasi di SMK, Pendidikan Madrasah di Provinsi Jambi, IAIN
sebagai berikut: 1) akreditasi merupakan Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Media
kewajiban yang harus dipenuhi oleh Akademika, Vol. 28, No. 2, April 2013
sekolah/madrasah sesuai amanat undang- [9] Afiful Ikhwan, Akreditasi Madrasah Aliyah
undang; 2) akreditasi sekolah adalah bentuk (MA) dalam Kebijakan Pendidikan Nasional,
akuntabilitas publik dan penjaminan mutu STAI Muhammadiyah Tulungagung. Jurnal
pendidikan; 3) akreditasi haruslah dipersiapkan Edukasi, Volume 02, Nomor 02, November
dengan matang dan komprehensif oleh 2014: 563-58.
sekolah/madrasah; dan 4) proses akreditasi yang
dilakukan oleh BAN S/M atau BAP harus dapat
dijalankan secara professional sehingga
mendapat hasil yang objektif dan rekomendasi
strategis yang bermanfaat untuk sekolah guna
memperbaiki kualitas pelayanannya kepada
masyarakat.

REFERENSI

[1] Anies Baswedan. Pendidikan Indonesia


Gawat Darurat. URL
:http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/0
1/13455441/anies.baswedan.sebut.pendidik
an.indonesia.gawat.darurat. Diakses April
2016.
[2] Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Revitalisasi SMK. URL:
http://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1903/i
nstruksi-presiden-tentang-revitalisasi-
sekolah-menengah-kejuruan.
[3] Data SMK di Provinsi DKI Jakarta, Dinas
Pendidikan Pempov DKI Jakarta. URL:
http://www.datadikdki.net/?mn=rangkuman
&data=sekolah. Diakses Agustus 2016.
[4] Data Nilai Akreditasi SMK di Provinsi
DKI Jakarta.
URL:http://bansm.or.id/akreditasi/seluruh_j
enjang. Diakses Agustus 2016.
[5] Pedoman Akreditasi, 2014, Badan
Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN S/M).
URL:http://litbang.kemdikbud.go.id/data/b
ansm/PedomanAkreditasiBAN-
SM201315x22isiset82014.05.06.pdf.
Diakses Agustus 2016.
[6] Hendarman, 2013, Pemanfaatan Hasil
Akreditasi dan Kredibilitas Asesor
Sekolah/Madrasah, Pusat Penelitian
Kebijakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kemendikbud.
URL:http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/i
ndex.php/jpnk/article/download/308/210.
[7] Kemendiknas RI, 2011, Kajian Analisis
Sistem Akreditasi Sekolah/Madrasah dalam
Rangka Reformasi Birokrasi Internal.
URL:http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/rbi/Akr
editasiSekolahMadrasah.pdf.

Vous aimerez peut-être aussi