Vous êtes sur la page 1sur 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diantara penyakit degenerative, diabetes adalah salah satu diantaranya

penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa akan

datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan

umat manusia pada abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (WHO)

mengimbau perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah jumlah pengidap

diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun

waktu 25 tahun kemudian pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak

menjadi 300 juta orang. Sedangkan sumber lain mengatakan Diabetes Melitus

merupakan penyakit kronis yang menyebabkan kurang lebih 12 juta orang,

tujuh juta dari 12 juta penderita diabetes mellitus tersebut sudah terdiagnosis,

sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus

diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya. Diabetes berada dalam urutan

ketiga sebagai penyebab utama kematian akibat penyakit dan hal ini sebagian

besar disebabkan oleh angka penyakit arteri koroner yang tinggi pada para

penderita diabetes (WHO, 2011).

Berdasarkan penjelasan sebelumya Diabetes melitus merupakan

gangguan metabolik umum yang bersifat kronik dan progresif. Angka

kejadian diabetes melitus di dunia berkembang dari 30 juta pada tahun 1985

menjadi 194 juta pada tahun 2011. Pada tahun 2025 diperkirakan angka ini

1
2

terus meningkat mencapai angka 333 juta. Dari semua pasien diabetes, 85-

95% pasien adalah penderita diabetes melitus tipe 2.

Di Indonesia, penderita diabetes juga mengalami kenaikan dari 8,4 juta

jiwa pada tahun 2010 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2020.

Tingginya angka kesakitan itu menjadikan Indonesia menempati urutan

keempat dunia setelah Amerika Serikat, India dan China sebagaimana

dicantumkan dalam Diabetes Care tahun 2011. Survei Kesehatan Rumah

Tangga atau SKRT memberi gambaran terjadinya peningkatan prevalensi DM

dari tahun 2012 sebesar 7,5 persen menjadi 10,4 persen pada tahun 2013.

(Bustan, M. N. 2013).

Gambaran pola penyakit penyebab kematian di Indonesia telah

menunjukkan perubahan dari penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif.

Salah satu penyakit degeneratif adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus

merupakan salah satu penyakit kronik yang banyak ditemukan di berbagai

negara yang angkanya terus meningkat dan signifikan. Perkembangan

ekonomi mengarah ke perubahan gaya hidup dan berkurangnya aktivitas fisik

dan peningkatan obesitas (Tambunan, M. 2011).

Hasil penelitian Depkes pada Desember 2012, diketahui terdapat 5,7%

penderita DM di Indonesia, atau 13,11 juta jiwa. “Jumlah ini jauh lebih

banyak dibanding hasil penelitian badan kesehatan dunia (WHO). Selain

itu,hasil penelitian Depkes di beberapa provinsi seperti Kalbar dan Maluku

Utara, penyandang DM-nya lebih dari 11%. Dan dari 16 provinsi yang diteliti,

13 provinsi di antaranya dihuni pengidap DM di atas 6%. Menurut beberapa


3

penelitian epidemiologi, prevalensi (kejadian) diabetes di Indonesia berkisar

1,5%-2,3%, kecuali di Manado yang cenderung lebih tinggi, yaitu 6,1%.

Peningkatan prevalensi seiring peningkatan faktor risiko, yaitu obesitas atau

kegemukan, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, tinggi lemak,

merokok, hiperkolesterol, dan kadar gula darah tinggi. ( http//www.Depkes

RI.2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dyah Ekowatiningsih

(2012) dengan judul hubungan antara status sosio-ekonomi dengan kejadian

diabetes melitus tipe 2 di poliklinik interna blu RSUP Prof. dr. R. D.

Kandou Manado, dalam penelitiannya menunjukan bahwa status ekonomi

ikut menentukan perilaku sehat dan jika status ekonomi ditingkatkan maka

perilaku hidup sehat akan meningkat pula. Makin rendah kelas social

seseorang makin terbatas pula gerak perilakunya.

Melihat kenyataan yang ada maka jelaslah bahwa Diabetes Melitus

akan menjadi masalah kesehatan bagi Negara berkembang termasuk

Indonesia. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik meneliti

masalah Diabetes Melitus yang dikaitkan dengan status ekonomi masyarakat.

Status sosial ekonomi baik dinilai oleh pendapatan, pendidikan, atau pekerjaan

terkait dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk di dalamnya bayi berat

lahir rendah, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, arthritis, diabetes dan

kanker. Status sosial ekonomi yang rendah dikaitkan dengan tingkat kematian

yang tinggi (Bustan, M. N. 2013).


4

Berdasarkan data di Sulawesi selatan terdapat Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) memberi gambaran terjadinya peningkatan prevalensi

DM dari tahun 2001 sebesar 7,5% menjadi 10,4% pada tahun 2004. Sementara

itu hasil survei BPS tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi DM mencapai

14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan ( http://www.dinkes-sulsel.go.id,

2010).

Berdasarkan data sekunder Badan Pengelola Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar, didapatkan jumlah penderita diabetes melitus

pada tahun 2012 berkisar 628 kasus, tahun 2013 berkisar 614 kasus,

sedangkan pada tahun 2014, 529. Serta pada tahun 2015 bulan Januari sampai

dengan bulan Mei terdapat 120 orang. Melihat jumlah kasus di setiap tahun

mengalami penurunan akan tetapi ini masih dianggap angka kejadian yang

masih tinggi khususnya di Rumah Sakit tersebut (Data Medical Record RSUD

Labuang Baji Makassar, 2015).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas sehingga peneliti tertarik

untuk mengangkat judul terkait dengan hubungan status ekonomi terhadap

kejadian Diabetes Melitus di RSUD Labuang Baji Makassar 2015.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah di kemukakan

sebagai berikut apakah ada hubungan status ekonomi terhadap kejadian

Diabetes Melitus di RSUD Labuang Baji Makassar 2015?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan status ekonomi terhadap kejadian Diabetes

Melitus di RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan pekerjaan terhadap kejadian Diabetes Melitus.

b. Diketahuinya hubungan jumlah pendapatan terhadap kejadian Diabetes

Melitus.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi UNIVERSITAS

ISLAM MAKASSAR (UIM) selaku tempat kami menimbah ilmu dan juga

dapat manjadi masukan bagi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar dalam

memberikan pelayanan kesehatan.

2. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memperkaya dan menambah

ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu referensi bagi

penelitiamengenai penyakit Diabetes Melitus.


6

3. Manfaat Praktis

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu dan menambah wawasan mengenai Diabetes

Melitus dan juga diharapkan akan bermanfaat bagi orang lain.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus

1. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes adalah kata yunani yang berarti mengalirakn/mengalihkan

(siphon), Melitus adalah kata latin untuk madu atau gula. Jadi Diabetes

Melitus adalah penyakit dimana seseorang mengeluarkan/mengalirkan

sejumlah besar urin yang terasa manis. Paling sedikit terdapat tiga bentuk

diabetes mellitus tipe I, tipe II dan diabetes gestasional. (Brunner &

Suddarth, 2010).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

(Aru w. Sudoyo dkk, .2013).

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (WHO, 2011).

Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik

disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop electron (Bustan, M. N. 2013).

7
8

Sejak ditemukannya insulin pada tahun 1921, pengobatan diabetes

mengalami kemajuan sangat pesat pada pasien diabetes yang mendapat

suntukan insulin, glukosa darahnya turun dan keluhannya berkurang.

Banyak komplikasi akut diabetes dapat dihindari. Namun karena

kelangsungan hidup makin panjang kemungkinan komplikasi kronis pada

mata, saraf, jantung, ginjal dan lain-lain makin meningkat (Tambunan, M.

2011).

Cara kerja insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah adalah

dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin yang terdapat pada

membrane sel sehingga permeabilitas sel berubah dan zat makanan bias

masuk ke dalam sel. Insulin dapat dianggap sebagai kunci yang bertugas

membuka pintu sel agar glukosa dapat masuk ke dalam sel (Suherman,

2014).

2. Penyebab Diabetes Melitus

DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat

kekurangan hormone insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti

tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya

cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang (Grantet al.,

2010).
9

Selain pola makan yang menjadi pemicu timbulnya Diabetes

Melitus, ada beberapa penyebab lain Diabetes Melitus anatara lain :

a. Diabetes Merupakan penyakit merahun yang disebabkan perubahan

gaya hidup tidak sehat. Seperti pola makan berubah kearah makanan

cepat saji (instan) yang memiiliki gengsi dan lemak tinggi

dibandingkan makanan alamiah.

b. Ada riwayat keluarga yang ada terkena Diabetes Melitus (turunan)

c. Stress menghadapi hidup atau persoalan lain.

d. Kerusakan kelenjar pancreas (tidak lagi memproduksi hormone insulin

atau hanya sedikit memperoleh hormone insulin).

e. Kegemukan. (Brunner & Suddarth, 2010).

3. Gejala Diabetes Melitus

Gejala klasik diabetes adalah adanya rasa haus yang berlebihan,

sering kencing terutama malam hari dan berat badan turun dengan cepat.

Disamping itu kadang – kadang ada keluhan ; lemah, kesemutan pada jari

tangan dan kaki, cepat lapar, gatal – gatal, penglihatan kabur, gairah seks

menurun, dan luka sukar sembuh (Aru w. Sudoyo dkk, .2013).

Gejala klinis yang khas pada DM yaitu “Triaspoli” polidipsi

(banyak minum), poliphagia (banyak makan) & poliuri (banyak kencing),

disamping disertai dengan keluhan sering kesemutan terutama pada jari-

jari tangan, badan terasa lemas, gatal-gatal dan bila ada luka sukar

sembuh. Kadang-kadang BB menurun secara drastis.


10

Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu dengan

memeriksakan kadar gula darah. Kadar gula darah normal adalah :

Pada saat : Puasa (nuchter) : 80 - < 110 mg/dl

Setelah makan : 110 - < 160 gr/dl.

4. Jenis – Jenis Diabetes Melitus Pencegahan Diabetes Melitus

Ada beberapa jenis diabetes mellitus yang berbeda : penyakit

dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya.

Klasifikasi diabetes yang utama adalah :

a. Tipe I : diabetes mellitus tergantung insulin (insulin dependent

diabetes mellitus [IDDM])

1) Biasanya terdapat pada orang yang masih muda.

2) Gejala – gejalanya terjadi secara tiba – tiba.

3) Kadar glukosa (gula) darah yang paling tinggi.

Penanganan :

1) Suntikan insulin.

2) Makan makanan yang sehat dan seimbang.

3) Olahraga secara teratur.

b. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non-insulin-

dependent diabetes mellitus [NIDDM])

1) Biasanya pada orang yang usianya lebih dari 40 tahun.

2) Terjadi secara perlahan – lahan dan kemungkinannya dengan tanpa

tanda atau gejala.

3) Biasanya terdapat pada orang gemuk, usia lanjut dan tidak aktif.
11

Penanganannya.:

1) Mempertahankan berat badan yang normal.

2) Olahraga secara teratur

3) Makan makanan yang seimbang.

4) Tablet atau pil untuk sebagian penderita.

5) Mungkin memerlukan insulin, biasanya pada saat stadium akhir.

c. Diabetes mellitus gestasional (gestational diabetes mellitus [GDM]).

Selain tipe diabetes Melitus yang disebutkan di atas, ada juga

diabetes yang khusus dialami oleh wanita hamil. Diabetes ini terjadi

karena adanya perubahan hormon tubuh, pada tipe ini bisa

disembuhkan dan biasnya hilang seiring dengan lewatnya masa

persalinan (Suherman, 2014).

5. Resiko Diabetes Melitus.

Sudah lama diketehui bahwa diabetes merupakan penyakit

keturunan, artinya bila pada orang tuanya menderita diabetes, anak –

anaknya kemungkinan akan menderita diabetes juga. Hal ini memang

benar, tetapi factor lain disebut factor resiko atau factor pencetus misalnya

adanya infeksi virus (pada DM tipe I) kegemukan, pola makn yang salah,

minum obat dapat menaikkkan kadar glukosa darah, proses menua, stress

dan lain – lain (Bustan, M. N. 2013).

Resiko terkena diabetes dapat dikurangi dengan mengatur pola

makan yang sehat, rajin olahraga, tidur yang cukup, menghindari rokok

mirasantika dan lain sebagainya. Bagi anda yang sudah terkena diabetes
12

sebaiknya berolahraga setiap pagi, makan makanan yang bergizi rendah

karbohidrat dan lemak namun tinggi protein, vitamin dan mineral.

Perbanyak makan sayuran dan makanan berserat tinggi lainnya. Rajin-

rajin memeriksakan kandungan gula darah anda dan menginjeksi insulin

ke dalam tubuh dan minum obat jika diperlukan sesuai petunjuk dokter

secara teratur. Dengan begitu anda dapat menghindar dari resiko efek yang

lebih parah (Blas E, Sommerfeld J, Kurup A.S. 2011).

6. Pencegahan Diabetes Melitus

Untuk diabetes melitus aspek perawatan terpenting adalah

pencegahan. Hal ini berupa pemantauan kadar glukosa darah yang cermat

dan diet, terutama pada saat – saat stress atau sakit apabila timbul maka

ketoadiosis diabetes diterapi dengan pemberian insulin dan tindakan untuk

menyumbangkan cairan dan elektrolit (Suiraoka I.P. 2012).

Diabetes Melitus dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat

sedini mungkin yaitu dengan mempertahankan pola makan sehari-hari

yang sehat dan seimbangdengan meningkatkan konsumsi sayuran, buah

dan serat, membatasi makanan yang tinggi karbohidrat, protein dan lemak,

mempertahankan BB yang normal sesuai dengan umur dan tinggi badan

(TB) serta olah raga (OR) teratur sesuai umur & kemampuan (WHO,

2011).
13

Menurut WHO 2011, upaya pencegahan pada diabetes mellitus

ada 3 jenis atau tahap.

a. Pencegahan Primer

Semua aktifitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya

hiperglikemia pada individu yang beresiko untuk jadi diabetes atau

populasi umum.

Contoh tindakan yang dilakukan

Cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran primer adalah

orang – orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat, cakupan

menjadi luas. Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan dengan

penyuluhan mengenai perlunya pola hidup sehat sedini

mungkin.dengan pedoman sebagai berikut :

1) Mempertahankan pola makan sehari – hari, membatasi makanan

tinggi lemak dan karbohidrat sederhana, mempertahankan berat

badan (BB) normal sesuai dengan umur dan tinggi badan (TI).

2) Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan

kemampuan.

b. Pencegahan Sekunder

Menemukan pengidap Diabetes Melitus sedini mungkin

misalnya, dengan tes penyaring terutama pada populasi resiko tinggi,

dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis

dapat terjaring, hingga demikian dapat dilakukan upaya untuk

mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih


14

reversible. Pasien yang sudah diketahui dan sudah berobat tetapi

kenyataannya tidak demikian. Mencegah timbulnya komplikasi,

menurut logika lebih mudah populasinya lebih kecil.

c. Pencegahan Tersier

Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan

akibat komplikasi itu. Usaha itu meliputi mencegah timbulnya

komplikasi.progresi daripada komplikasi itu supaya tidak menjadi

kegagalan organ, dan mencegah kecacatan organ.

Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkan

termasuk ke dalam pencegahan tersier. Upya ini terdapat tiga tahap

yaitu :

1) Pencegahan komplikasi diabetes yang pada consensus

dimaksudkan sebagai pencegahan sekunder.

2) Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus

kepada penyakit organ.

3) Mencegah terjadinya kecectan disebabkan oleh karena kegagalan

organ ataui jaringan (Aru w. Sudoyo dkk, 2013).

7. Pengobatan Diabetes Melitus

Secara teoretis pengobatan diabetes mellitus adalah dengan

memberikan insulin secukupnya sehingga metabolism karbohidrat, lemak,

dan protein pada penderita mendekati metabolism normal.. (Guyton &

Hall, 20).
15

Tujuan pengobatan penderita DM ialah: Untuk mengurangi gejala,

menurunkan BB bagi yang kegemukan & mencegah terjadinya

komplikasi.

Terdapat Empat dasar pengobatan Diabetes Melitus, yaitu ;

a. Diit Diabetes

Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai

yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretik atau insulin,

harus mentaati diit terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi

dan waktu makan harus diatur. Ketaatan ini sangat diperlukan juga

pada saat : undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan

aktivitas lain.

Penderita DM sebaiknya konsultasi gizi kepada dokter atau

nutritionis (ahli gizi) setiap 6 bulan sekali untuk mengatur pola diit dan

makan guna mengakomodasikan pertumbuhan dan perubahan BB

sesuai pola hidup.

b. Obat-obatan (insulin)

Tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun therapy diit

tidak boleh dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai

/suntikan insulin. Insulin tersedia dalam berbagai bentuk. Insulin

“regular” mempunyai durasi kerja yang lamanya 3 sampai 8 jam,

sedangkan insulin dalam bentuk lainnya (yang dipresipitasikan dengan

seng atu dengan berbagai derivate protein) diabsorbsi secara lambat

dari tempat penyuntikannya dan oleh karena itu mempunyai efek yang
16

lamanya 10 sampai 48 jam. Biasanya, penderita diabetes yang berat

setiap harinya diberi dosis tunggal insulin yang mempunyai daya kerja

lama untuk meningkatkan seluruh metabolism karbohidrat sepanjang

hari. Lalu bila kadar glukosa darah naik terlalu tinggi, misalnya pada

waktu makan, maka dapat diberikan tambahan insulin regular. Jadi,

setiap hari penderita diberikan pengobatan individual.

c. Latihan Fisik (LF) atau Olah Raga

Diabetes Melitus akan terawatt baik apabila terdapat

keseimbangan yang baik antara diit, latihan fisik teratur setiap hari,

dan kerja insulin ; latihan yang teratur merupakan komponen yang

penting dalam pengobatan Diabetes Melitus.

Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin

menjadi lebihbaik, sehingga insulin yang ada walaupun relatif kurang,

dapat dipakai dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah

makan terutama pagi hari selama ½ - 1 jam perhari minimal 3

kali/minggu.

d. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat merupakan salah bentuk

penyuluhan kepada penderita Diabetes Melitus melalui bermacam-

macam cara ataupun media, misalnya melalui :

1) TV

2) Kaset Video

3) Diskusi Kelompok
17

4) Poster

5) Leaflet dsb (Edriani Amelia. 2012).

e. Cangkok Sel Pankreas

Cara lain untuk melakukan pencangkokan sel pangkreas yang

membentuk insulin ke dalam tubuh, melalui suntikan ke rongga perut.

Sel yang disuntikan adalah Microencocapsulated Pancreatic Islet

Cells (MPIC) karena terbungkus oleh kapsul, kemungkinan reaksi

penolakan tubuh bias dihindari. Namun tubuh membentuk jaringan

ikat (Fibvosis) disekitarnya sehingga kerja sel baru terhambat.

B. Tinjauan Umum Tentang Status Ekonomi

1. Pengertian

Kata status berarti keadaan atau kedudukan seseorang. Jadi yang

dimaksudkan dengan status ekonomi adalah keadaan atau kedudukan

ekonomi seseorang dalam masyarakat (Dyah Ekowatinigsih, 2012).

2. Status Ekonomi

Staus ekonomi, sebuah komponen kelas social, mengacu pada

tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Para ahli

mengembangkan criteria dan deskripsi keluarga marginal, keluarga secara

ekonomi bersifat adekuat pendapatan yang mencukupi kebutuhan-

kebutuhan sebuah keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota

kelurga dan sumber–sumber pribadi seperti pension dan bantuan–bantuan

(nonpublic), sementara penghasilan yang sebagian berasal dari bantuan –


18

bantuan umum atau pengangguran umumnya bersifat margian, tidak stabil,

atau benar – benar tidak memadai.

Keluarga yang berfungsi secara tidak adekuat dalam hal ini

menunjukkan karakteristik (1) penghasilan seluruhnya berasal dari

bantuan umum Karena kaum dewasa dalam keluraga gagal atau tidak

mampu bekerja. (2) penghasilan yang berasal dari bantuan kesejahteraan

dengan cara – cara curang. (3) jumlah penghasilan yang terlalu rendah atau

tidak cukup sehingga kebutuhan – keburuhan tidak terpenuhi.

Manajemen keuangan yang sangat jelek, termasuk penegeluaran

seenaknya saja dan berutang terlalu banyak, serta kurang tersedianya

kebutuhan – kebutuhan dasar yang dapat membahayakan kesejahteraan

anak (Edriani Amelia. 2012).

3. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dan keluarga

secara cukup financial, ruang gerak dan materi dan pegalokasian sumber-

sumber tersebut yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

Sebuah pengkajian terhadap sumber-sumber ekonomi keluarga

dapat memberikan data kepada perawat yakni data relevan dengan

kemampuan keluarga untuk mengalokasikan sumber – sumber secara

pantas untuk memenuhi kebutuhan keluarga sandang, pangan, papan dan

perawatan kesehatan yang memadai. Dengan memperoleh

mendistribusikan sumber-sumbernya, perawat keluarga dapat memperoleh

suatu perspektif tentang system nilai keluarga (apa yang penting bagi
19

keluarga) yang lebih dan bagaimana sumber-sumber tersebut diakses

untuk membentu keluarga memenuhi kebutuhannya.

Karena fungsi ekonomi sulit sekali bagi kebanyakan kelurga

miskin untuk memenuhi secara memuaskan, perawat keluaraga harus

menerima tanggung jawab untuk membentu keluarga dapat memperoleh

sumber – sumber dalam komunitas yang sesuai dimana mereka dapat

memperoleh informasi yang diperlukan seperti pekerjaan, konseling

pekerjaan, dan bantuan financial (Grantet al.,2010).

4. Pekerjaan

Pekerjaan umumnya lebih banyak melihat dari kemungkinan

keterpaparan khusus dan tingkat atau derajat keterpaparan tersebut serta

besarnya resiko menuntut sifat pekerjaan, lingkunagn kerja dan sifatn

social ekonomi keryawan pada pekerjaan tertentu.

Ada berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat

pekerjaan seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat

pendidikan yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan.

Pekerja – pekerja juga dapat mempunyai hubungan erat dengan status

ekonomi, sedangkan pada berbagai penyakit yang timbul dalam keluarga

sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dapat mempengaruhi

pendapatan keluarga. Kesehatan umumnya sangat erat hubungannya

dengan jenis pekerjaan dan pendapatan keluarga, setelah diketahui angka

kematian yang disebabkan oleh penyakit degenerative meningkat pada

status ekonomi rendah (Dyah Ekowatiningsih, 2012).


20

4. Tingkat Pendapatan

Tinjauan tentang tingkat pendapatan sedikit telah dibahas sebelumnya,

yaitu pada tinjauan status ekonomi salah satu fungsi keluarga atau

tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-

sumber.

Dari skala itu tidak hanya tingkat pendapatan yang diperhitungkan

tapi juga berbagai pengeluaran atau perbelanjaan, berpusat pada

pengalokasian sumber – sumber.

Intervensi yang sifatnya membantu keluarga dalam mengurangi

dampak financial dari kesehatan dan penyakit seringkali diabaikan dalam

keperawatan keluarga. Jika perawat – perawat keluarga menyadari

pengaruh – pengaruh financial dan masalah – masalah pada keluarga ada

banyak sekali hal yang dapat dilakukan oleh perawat untuk menolong.

khususnya jika perawat berada dalam posisi perawatan primer atau

lingkungan komunitas. Sebuah keluarga yang secara medis memiliki

resiko juga menjadi sebuah keluarga yang beresiko secara financial,

mengingat perlunya biaya untuk diagnose prosedur – prosedur

pengobatan, personal dan perawatan jangka panjang yang khusus dan

mahal (Edriani Amelia. 2012).


21

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalh yang akan diteliti (Natoatmojo,

2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Jumlah Pendapatan

Pekerjaan

Sikap Diabetes Melitus

Perilaku

Pola Makan

Keterangan :

= Variabel Independent

= Variabel Dependent

= Variabel Independent yang Tidak Diteliti

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Konsep


22

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Diabetes Melitus

Yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus adalah penyakit yang

ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemi) dan

kadar gula yang tinggi pula dalam air seni (glukosuria). Penyakit Diabetes

Mellitus biasanya herediter (menurun) dan merupakan penyakit metabolik

sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan insulin efektif yang merubah

gula darah menjadi gula otot (glikogen).

Kriteria Objektif :

Normal = jika GDS <140 mg/dl

Tidak Normal = jika GDS ≥ 140-200 mg/dl

2. Pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekejaan adalah suatu kegiatan yang

dilakukan seseorang setiap hari dengan tingkat kesibukan dan tempat yang

berbeda-beda tergantung berat ringannya kegiatan tersebut, seperti petani,

pedagang, Pegawai Negeri Sipil, atau Swasta.

Kriteria Objektif

Kelas atas : Meliputi pekejaan kaum professional dalam bidang hukum,

akuntan, dan dokter, bisnismen tingkat tinggi, manajemen

kelas menengah, perusahaan-perusahaan yang berhasil dan

PNS.

Kelas Bawah : Petani, buruh, dan nelayan.


23

3. Pendapatan

Yang dimaksud dengan pendapatan adalah jumlah penghasilan

rata-rata keluarga selama satu bulan yang didapat untuk menunjang

kelangsungan hidup.

Kriteria Objektif :

Hal ini dilihat berdasarkan Nilai upah minimum Regional Sulawesi

Selatan, dimana Sulawesi Selatan upah minimum adalah Rp. 2.000.000,

serta pertanyaan tentang kecukupan penghasilan.

Kurang : Bila di bawah Rp. 2.000.000 dan ada kesulitan keuangan atau

pendapatan tidak mencukupi kebutuhan hidup.

Cukup : Bila pendapatan di atas Rp. 2.000.000 dan dapat mencukupi

kebutuhan hidup.

E. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan pasien terhadap kejadian

diabetes melitus.

b. Tidak ada hubungan antara jumlah pendapatan pasien terhadap

kejadian diabetes mellitus.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara jenis pekerjaan pasien terhadap kejadian diabetes

melitus.

b. Ada hubungan antara jumlah pendapatan pasien terhadap kejadian

diabetes melitus.
24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode survey

analitik dengan rancangan cross sectional yang dilihat pada waktu yang

bersamaan untuk mencari hubungan jenis pekerjaan, jumlah pendapatan dan

jenis pelayanan kesehatan yang digunakan terhadap kejadian Diabetes

Melitus.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar

tahun 2015.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan awal bulan Agustus sampai awal bulan

september tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat

inap dan rawat jalan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 120 orang.

2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

Accidental Sampling dimana sampel ditentukan dengan cara kebetulan

24
25

yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditemukan pada saat penelitian

dijadikan sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Criteria Inklusi

1) Pasien yang bersedia diteliti

2) Pasien yang menderita diabetes mellitus

3) Pasien yang kooperatif

b. Criteria eksklusi

Pasien yang tidak bersedia diteliti

D. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik

kuesioner disususn dengan mengacu pada uraian pada defenisi operasional

variabel penelitian.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner

yang disediakan) selanjutnya bantuan menggunakan program SPSS For

Windows dengan urutan sebagai berikut :

1. Selecting

Selecting merupakan pemilihan untuk mengidentifikasi data

menurut kategori.

2. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang

sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian

dan kontensi dari setiap jawaban.


26

3. Koding

Koding merupakan tahap selanjutnya denagn member kode pada

jawaban dari responden tersebut.

4. Tabulasi data

Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan

mengelompokkan data ke dalam suatu table menurut sifat – sifat yang

dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

F. Analisa data

Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data diolah dengan

menggunakan uji statistic yaitu analisi univariat dilakukan untuk variabel

tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk

melihat distribusi beberapa variabel yang dinggap terkait dan menggunakan

uji chi – square (X2) dengan kemaknaan 0,05.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSUD

Labuang Baji Makassar, setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan pada resonden yang akan

diteliti dan memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian.
27

2. Anomity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencamtungkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Vous aimerez peut-être aussi