Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok:
Oleh:
1. M Fahmi Dwi Rizaldi 02511540000046
2. Karel Sebastian 02511540000091
3. Farros Taqy Abdillah 02511640000078
4. Bayu Murti Wicaksono 02511640000028
5. Rachnata Rifki A. 02511640000093
6. Vito Valdano 02511640000102
ABSTRAK
Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan suatu material (terutama logam) karena bereaksi
dengan lingkungannya, dengan bereaksi ini sebagian logam akan ”hilang” menjadi suatu
senyawa yang lebih stabil. Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi
merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada
peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta
berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi
akan habis menjadi karat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh
nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi
lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah
keropos karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang
apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi.. Hal ini membuat para ahli
menganggap kerusakan akibat karat sebanding dengan keuntungan yang diperoleh manusia
dengan ditemukannya logam besi. Padahal sesungguhnya karat hanyalah sebagian dari produk
akibat proses korosi, dan mendefinisikan korosi sebagai fenomena kerusakan material yang
diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara material tersebut dengan lingkungan yang tidak
mendukung. Alat dan bahan praktikum kali ini adalah Sel Percobaan 1 rangkai, Multimeter 1
buah dan pH meter secukupnya. Untuk bahannya sendiri ada logam fe sebanyak 1 buah,
elektroda standar kalomel 1 buah dan masing masing jenis larutan yang mempunyai tingkat
keasaman yang berbeda yaitu ada H2SO4, air ledeng dengan, dan juga larutan NaOH dengan
kadar. Prosedur percobaan pada praktikum pengaruh pH terhadap laju korosi sendiri yang
pertama adalah menyiapkan masing masing larutan ke dalam beaker glass, kemudian
mencelupkan indikator pH untuk tiap larutan yang kemudian dicocokkan sesuai warnanya.
Lalu, merangkai percobaan sesuai dengan skema yang telah disiapkan. Memasukkan logam
Fe kedalam larutan NaOH, serta memasukkan elektroda standar kalomel. Mencatat nilai
potensial yang tercantum pada multimeter. Kemudian, melakukan langkah yang sama ke
dalam larutan H2SO4 serta air ledeng. Masing-masing percobaan diambil datanya sebanyak 3
kali kemudian di rata-rata. Pada akhir percobaan didapatkan data untuk setiap larutan dengan
pH yang berbeda. Dari data tersebut merupakan hasil potensial dalam bentuk Elektroda
Standar Kalomel (V-SCE) yang kemudian harus dikonversikan ke potensial Elektroda Standar
Hidrogen (V-SHE). Pada larutan H2SO4 dengan nilai pH = 5 yang tergolong pada daerah
pasivasi nilai potensial 951 mV. Pada larutan aquades dengan nilai pH = 7 yang tergolong
pada daerah pasivasi memiliki nilai potensial 780,6 mV. Pada larutan NaOH dengan nilai pH
= 12.5 yang tergolong pada daerah FeO42- merupakan daerah korosif memiliki nilai potensial
798,6 mV. Pada praktikum pengaruh pH terhadap laju korosi memiliki kesimpulan yaitu
semakin asam larutan yang digunakan, nilai beda potensial yang didapat akan semakin besar.
Semakin basa larutan yang digunakan, nilai beda potensial yang didapat akan semakin kecil.
Error yang biasa terjadi pada praktikum ini adalah logam Fe yang digunakan tidak benar-
benar bersih setelah dilakukan pengamplasan terhadap bagian yang sudah terkorosi, serta
kondisi larutan yang sudah jenuh juga dapat menjadi penyebab error percobaan. Selain itu
kabel yang digunakan juga harus bersih pada tembaganya, supaya memperlancar dan hasil
praktikum lebih akurat lagi.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………......................i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………......................ii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………............................iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….....................iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah .........……………………………………………………..............1
I.3Tujuan Percobaan .........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Jenis Jenis Korosi…………... ……………………………………………................2
II.2 Pengaruh pH terhadap korosi ……………………………………………….............3
II.3 Diagram Pourbaix………………………...…............................................................3
II.4 Tabel Konversi SHE,SCE,CSE……………………………………………...............5
II.5 Korosi dalam Kondisi Asam,Basa,Netral…………………………………...............5
II.6 Aplikasi Korosi di Industri…………………………………………………..............6
BAB III METODE PERCOBAAN
III.1 Diagram Alir Percobaan …………………………………………………...............7
III.2 Alat dan Bahan Percobaan ………………………………………………................7
III.2.1 Alat-alat Percobaan ……………………………………………….....................7
III.2.2 Bahan-bahan Percobaan …………………………………………......................8
III.3 Langkah Percobaan ………………………………………………………...............8
III.4 Skema Percobaan …………………………………………………………..............8
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisa Data ………………………………………………………………...........10
IV.2 Pembahasan ………………………………………………………………............10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..............14
V.2 Saran ……………………………………………………………………................14
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2 Diagram Pourbaix sederhana untuk besi dengan batas – batas keaktifan
10−6ekivalen L−1
( Bundjali B, 2004 )
Jika gaya yang merusak tidak ada, seperti misalnya di lingkungan udara yang kering,
maka lapisan oksida yang akan terbentuk adalah lapisan yang kompak dan terbentuk secara
cepat sampai tercapai ketebalan tertentu. Namun apabila gaya yang merusak tersebut terlalu
kuat, maka lapisan oksida akan lebih cepat terhidrasi dan menyisakan lapisan oksida yang
kompak yang relative tipis. Diantara kedua ekstrim tersebut, dimana kedua gaya tersebut
mencapai kesetimbangan maka akan terbentuk lapisan oksida yang relative tebal antara 20
sampai 200nm atau antara 200 sampai 2000 A. Kondisi stabilitas termodinamik lapisan
oksida tersebut dinyatakan dengan suatu diagram yang menghubungkan potensial dengan pH.
Diagram tersebut lazim disebut dengan diagram Pourbaix
Untuk memudahkan dalam melakukan konversi maka dibuat grafik sebagai berikut :
membentuk asam karbonat yang merupakan penyebab korosi yang kuat pada baja. Pada dunia
industri korosi yang disebabkan oleh CO2 disebut sweet corrotion. Penyerangan korosi ini
terjadi dibagian internal pipa. Korosi CO2 atau sweet corrotion memiliki proses korosi yang
cukup rumit, karena disebabkan oleh banyak parameter yang berbeda-beda, seperti suhu,
tekanan parsial dan pH
(Bangkit, 2013)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Mulai
Menyusun rangkaian
Analisa Data
Dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Larutan H2SO4
1 M atau NaOH
Logam Fe
1 M + Aquades Kalomel
1 2 3
Keterangan Gambar:
1. Mengisi beaker glass dengan masing-masing media ( air, H2SO4, NaOH)
2. Mengukur pH pada masing-masing media.
3. Mengukur potensial pada masing-masing media.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
IV.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui potensial kondisional Fe dalam
berbagai lingkungan keasaman yang dikaitkan dengan diagram pourbaix dimana pada
teorinya ketika pH elektrolit kurang dari 4 maka ion H+ yang ada akan membuat reduksi H+
mendominasi pada reaksi katodik sehingga terjadi percepatan laju korosi (Pratomo, 2012).
Sedangkan pada daerah pH 4-10, laju korosi baja tidak tergantung dari pH, namun tergantung
dari cepat lambatnya difusi oksigen ke permukaan logam. Ketika pH di atas 10, laju korosi
akan berkurang sebab baja membentuk lapisan pasif di permukaannya (Utomo, 2015).
Percobaan menggunakan alat berupa multitester dan beaker glass, sedangkan untuk
bahan percobaan menggunakan lempengan logam Fe, elektroda reference SCE, air, larutan
H2SO4 1M (larutan suasana asam) dan larutan NaOH 1 M (larutan suasana basa). Percobaan
dimulai dengan menyiapkan beaker glass yang berisi larutan air, larutan H2SO4 1M, dan dan
larutan NaOH 1 M lalu menghubungkan kabel merah untuk kutub positif pada kalomel dan
kabel hitam untuk kutub negatif pada logam Fe dengan multitester, setelah itu mengatur knop
multitester 2000 mv lalu celupkan logam dan kalomel kedalam masing-masing larutan lalu
catat dan amati perubahan angka pada multitester, lakukan pegujian sebanyak tiga kali pada
masing-masing larutan untuk dirata-ratakan.
Dari percobaan ini kami mendapat data potensial SHE untuk elektrolit air (pH = 7)
adalah 780,6 mV, elektrolit H2SO4 (pH = 5) adalah 951 mV, dan elektrolit NaOH (pH = 12,5)
adalah 798,6 mV. Untuk mengetahui kebenaran dari praktikum ini kami menggunakan
diagram pourbaix Fe pada 25oC sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Pourbaix dengan Titik Potong dari pH = 5 dan SHE = 951 mV
Dari diagram tersebut jika diambil titik perpotongan antara pH = 5 dan nilai potensial SHE =
951mV maka didapatkan penggunaan larutan H2SO4 sebagai elektrolit berada pada daerah
pasivasi karena sesuai dengan yang ditunjukan oleh diagram pourbaix pada daerah itu
terbentuk Fe2O3 yang mendukung terbentuknya lapisan pasivasi. 4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l)
⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s) karat, ketika mulai terjadinya korosi lapisan pasif pada Fe mulai
melindungi Fe dari serangan korosi
Gambar 4.2 Diagram Pourbaix dengan Titik Potong dari pH = 7 dan SHE = 780,6 mV
Dari diagram diatas setelah di tarik garis lurus di pH =7 dan potensial SHE = 780,6 mV
didapat titik potong di daerah pasif yang membentuk oksida yaitu Fe2O3..H2O sebagai
elektrolit berada pada daerah pasivasi karena sesuai dengan yang ditunjukan oleh diagram
pourbaix pada daerah itu terbentuk Fe2O3 yang mendukung terbentuknya lapisan pasivasi.
4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l) ⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s) karat, ketika mulai terjadinya korosi lapisan
pasif pada Fe mulai melindungi Fe dari serangan korosi.
4.2.3Pada pH basa
Suasana basa (NaOH) dengan pH =12,5
Gambar 4.3 Diagram Pourbaix dengan Titik Potong dari pH = 12,5 dan SHE = 798,6 mV
Dari diagram diatas setelah ditarik garis lurus di pH =12,5 dan potensial SHE = 798,6 mV
didapat titik potong di daerah korosif, Pada kondisi ini logam Fe juga dapat menjadi bentuk
yang tidak stabil atau menjadi FeO₄2⁻ yang larut dalam larutan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Logam Fe secara alamiah mudah teroksidasi. Sebenarnya terdapat error seharusnya ph
basa dan asam berada pada kondisi aktif korosi sedangkan pada ph netral berada pada daerah
pasif, tetapi dalam praktikum tersebut terdapat error yang menyebabkan ph asam berada pada
daerah pasif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini kami mendapatkan data berupa nilai potensial Fe di berbagai
pH dan sifatnya berdasarkan diagram pourbaix adalah sebagai berikut: Medium H2SO4
memiliki pH = 5 dengan nilai potensial SHE = 951 mV berada pada daerah korosif, medium
air memiliki pH=7 dengan nilai potensial SHE= 780,6 mV berada pada daerah pasif, medium
NaOH memiliki pH = 12,5 dengan nilai potensial SHE = 798,6 mV berada pada daerah
korosif. Dari semua data itu kami menyimpulkan Dalam korosi, pH juga berpengaruh. Logam
yang berada dalam lingkungan dengan pH asam dan basa akan laju korosi akan ditunjukan
dari diagram pourbaix dan logam di lingkungan netral akan berada di daerah pasif pada
diagram pourbaix.
V.2 Saran
Saran untuk percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Penimbangan NAOH yang presisi tidak kelebihan tidak kurang agar hasil yang
didapatkan sesuai teori
2. Kebersihan kalomel,besi dan juga ph meter diperhatikan setelah digunakan
3. Volume H20 yang sesuai di modul
DAFTAR PUSTAKA
Adhika N, 2012. Studi pengaruh pH lingkungan 4 terhadap laju korosi baja karbon API 5L
X-52 sebagai pipa penyalur proses produksi gas alam yang mengandung gas
CO2 pada larutan nacl 3.5% dengan variasi laju aliran. Jakarta : Universitas
Indonesia
Djiwo, Bangkit, dkk. 2013. Prediksi Laju Korosi pada Instalasi Pipa Logam Aliran Fluida
Cair Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan(JST). Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Raja, Sahaya, dkk, 2014, Corrosion Control by Green Solution – An Overview,
International ournal of Advanced Research in Chemical Science Vol 1 Issue 1,
India: GTN Arts College
Schweitzer, P. A. (2007). Fundamental of Metallic Corrosion : Atmospheric and Media
Corrosion of Metals. USA: CRC Press.
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PENGARUH TEMPERATUR
KELOMPOK : 5
ANGGOTA :
1. M Fahmi Dwi Rizaldi 02511540000046
2. Farros Taqy Abdillah 02511640000078
3. Bayu murti wicaksono 02511640000028
4. Karel Sebastian 02511540000091
5. Vito valdano 02511640000102
6. Rachnata Rifki A. 02511640000093
(....................................................)