Vous êtes sur la page 1sur 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI


2018

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KOROSI DAN


PENGENDALIAN KOROSI

PENGUKURAN POTENSIAL KOROSI LOGAM Fe


PADA BERBAGAI pH LARUTAN
Modul 3

Kelompok:
Oleh:
1. M Fahmi Dwi Rizaldi 02511540000046
2. Karel Sebastian 02511540000091
3. Farros Taqy Abdillah 02511640000078
4. Bayu Murti Wicaksono 02511640000028
5. Rachnata Rifki A. 02511640000093
6. Vito Valdano 02511640000102

Dosen Mata Kuliah:


Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

Laboratorium Korosi dan Kegagalan Material


Departemen Teknik Material
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI i
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

ABSTRAK
Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan suatu material (terutama logam) karena bereaksi
dengan lingkungannya, dengan bereaksi ini sebagian logam akan ”hilang” menjadi suatu
senyawa yang lebih stabil. Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi
merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada
peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta
berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi
akan habis menjadi karat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh
nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi
lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah
keropos karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang
apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi.. Hal ini membuat para ahli
menganggap kerusakan akibat karat sebanding dengan keuntungan yang diperoleh manusia
dengan ditemukannya logam besi. Padahal sesungguhnya karat hanyalah sebagian dari produk
akibat proses korosi, dan mendefinisikan korosi sebagai fenomena kerusakan material yang
diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara material tersebut dengan lingkungan yang tidak
mendukung. Alat dan bahan praktikum kali ini adalah Sel Percobaan 1 rangkai, Multimeter 1
buah dan pH meter secukupnya. Untuk bahannya sendiri ada logam fe sebanyak 1 buah,
elektroda standar kalomel 1 buah dan masing masing jenis larutan yang mempunyai tingkat
keasaman yang berbeda yaitu ada H2SO4, air ledeng dengan, dan juga larutan NaOH dengan
kadar. Prosedur percobaan pada praktikum pengaruh pH terhadap laju korosi sendiri yang
pertama adalah menyiapkan masing masing larutan ke dalam beaker glass, kemudian
mencelupkan indikator pH untuk tiap larutan yang kemudian dicocokkan sesuai warnanya.
Lalu, merangkai percobaan sesuai dengan skema yang telah disiapkan. Memasukkan logam
Fe kedalam larutan NaOH, serta memasukkan elektroda standar kalomel. Mencatat nilai
potensial yang tercantum pada multimeter. Kemudian, melakukan langkah yang sama ke
dalam larutan H2SO4 serta air ledeng. Masing-masing percobaan diambil datanya sebanyak 3
kali kemudian di rata-rata. Pada akhir percobaan didapatkan data untuk setiap larutan dengan
pH yang berbeda. Dari data tersebut merupakan hasil potensial dalam bentuk Elektroda
Standar Kalomel (V-SCE) yang kemudian harus dikonversikan ke potensial Elektroda Standar
Hidrogen (V-SHE). Pada larutan H2SO4 dengan nilai pH = 5 yang tergolong pada daerah
pasivasi nilai potensial 951 mV. Pada larutan aquades dengan nilai pH = 7 yang tergolong
pada daerah pasivasi memiliki nilai potensial 780,6 mV. Pada larutan NaOH dengan nilai pH
= 12.5 yang tergolong pada daerah FeO42- merupakan daerah korosif memiliki nilai potensial
798,6 mV. Pada praktikum pengaruh pH terhadap laju korosi memiliki kesimpulan yaitu
semakin asam larutan yang digunakan, nilai beda potensial yang didapat akan semakin besar.
Semakin basa larutan yang digunakan, nilai beda potensial yang didapat akan semakin kecil.
Error yang biasa terjadi pada praktikum ini adalah logam Fe yang digunakan tidak benar-
benar bersih setelah dilakukan pengamplasan terhadap bagian yang sudah terkorosi, serta
kondisi larutan yang sudah jenuh juga dapat menjadi penyebab error percobaan. Selain itu
kabel yang digunakan juga harus bersih pada tembaganya, supaya memperlancar dan hasil
praktikum lebih akurat lagi.

Keyword : korosi, kimia, ph, SHE, SCE

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI i
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………......................i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………......................ii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………............................iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….....................iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah .........……………………………………………………..............1
I.3Tujuan Percobaan .........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Jenis Jenis Korosi…………... ……………………………………………................2
II.2 Pengaruh pH terhadap korosi ……………………………………………….............3
II.3 Diagram Pourbaix………………………...…............................................................3
II.4 Tabel Konversi SHE,SCE,CSE……………………………………………...............5
II.5 Korosi dalam Kondisi Asam,Basa,Netral…………………………………...............5
II.6 Aplikasi Korosi di Industri…………………………………………………..............6
BAB III METODE PERCOBAAN
III.1 Diagram Alir Percobaan …………………………………………………...............7
III.2 Alat dan Bahan Percobaan ………………………………………………................7
III.2.1 Alat-alat Percobaan ……………………………………………….....................7
III.2.2 Bahan-bahan Percobaan …………………………………………......................8
III.3 Langkah Percobaan ………………………………………………………...............8
III.4 Skema Percobaan …………………………………………………………..............8
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisa Data ………………………………………………………………...........10
IV.2 Pembahasan ………………………………………………………………............10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..............14
V.2 Saran ……………………………………………………………………................14
DAFTAR PUSTAKA

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ii
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh pH lingkungan terhadap laju korosi………. ………………......3


Gambar 2.2 Diagram Pourbaix sederhana untuk besi dengan batas – batas keaktifan
10−6ekivalen L−1............................................................................................................4
Gambar 2.3 Diagram Pourbaix untuk alumunium……………………………….….....4
Gambar 2.4 Grafik skala Reference cell………………………………………….........5
Gambar 3.1 Diagram Alir...............................................................................................7
Gambar 3.2 Rangkaian Percobaan...…………………………………………..……….8
Gambar 4.1 Diagram Pourbaix dengan pH 5…..……………………………………..11
Gambar 4.2 Diagram Pourbaix dengan pH 7……..………………………………......12
Gambar 4.3 Diagram Pourbaix dengan pH 12.5…..………………………………….13

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI iii
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Skala Reference Cell…………………………………………..5


Tabel 2.2 Tabel Perbandingan di kondisi asam dan basa………………………………..6
Tabel 4.1 Tabel data Hasil Percobaan…………………………………………………..10

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI iv
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan suatu material (terutama logam) karena
bereaksi dengan lingkungannya, dengan bereaksi ini sebagian logam akan ”hilang” menjadi
suatu senyawa yang lebih stabil.
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang
mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa
zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia dari
karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak
kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi. Pasti tidak
ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa
diambil langkah-langkah antisipasi.
Korosi selalu diartikan sebagai karat atau rust oleh orang awam. Secara fisik, karat
inilah yang dapat terlihat jelas kasat mata. Bahkan dalam dunia industri dan metalurgi,
karatlah yang menjadi penyebab utama kerusakan material yang umumnya terbuat dari logam
sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar dari segi biaya. Hal ini membuat para ahli
menganggap kerusakan akibat karat sebanding dengan keuntungan yang diperoleh manusia
dengan ditemukannya logam besi. Padahal sesungguhnya karat hanyalah sebagian dari produk
akibat proses korosi, dan mendefinisikan korosi sebagai fenomena kerusakan material yang
diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara material tersebut dengan lingkungan yang tidak
mendukung.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara mengetahui potensial kondisi logam Fe dalam berbagai keasaman
yang dikaitkan dengan diagram pourbaix?

1.3 Tujuan Percobaan


Mengetahui potensial kondisi logam Fe dalam berbagai keasamaan yang dikaitkan
dengan diagram pourbaix.

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 1
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Jenis-jenis Korosi


Korosi adalah deteriorasi logam oleh serangan kimia atau reaksi dengan
lingkungannya. Ini adalah masalah yang konstan dan terus menerus, seringkali sulit untuk
dihilangkan sepenuhnya. Pencegahan akan lebih praktis dan dapat dicapai daripada eliminasi
lengkap. Inhibitor adalah zat yang bila ditambahkan dalam jumlah kecil ke lingkungan
korosif, menurunkan laju korosi. Mereka mengurangi korosi dengan baik bertindak sebagai
penghalang, dengan membentuk lapisan teradsorpsi atau memperlambat proses katodik dan /
atau anodik. Sebelum tahun 1960 anorganik inhibitor seperti seng, kromat, polifosfat dan
nitrit digunakan sebagai inhibitor. Mereka memberikan perlindungan korosi yang baik.
Namun, pembuangan bahan-bahan tersebut telah menjadi tidak dapat diterima, karena bahaya
lingkungan. Antara 1960 dan 1980, seng, polifosfat, fosfonat, polimer dan asam karboksilat
fosfida digunakan sebagai inhibitor korosi. Setelah 1980, molibdat, fosfonat, fosfono
karboksilat dan polimer digunakan sebagai inhibitor, bersama dengan ion logam seperti Zn²⁺.
Tren terbaru adalah mencari inhibitor ramah lingkungan, oleh para peneliti. Sebagian besar
produk alami tidak beracun, mudah terurai dan tersedia dalam jumlah banyak. Berbagai
bagian dari tanaman - biji, buah, daun, bunga dll telah digunakan sebagai inhibitor korosi.
Beberapa penelitian telah dipublikasikan tentang penggunaan produk alami sebagai inhibitor
korosi.
(RAJA,2014,10)
Korosi atau pengkaratan merupakan suatu peristiwa kerusakan atau penurunan kualitas
suatu bahan logam yang disebabkan oleh terjadinya reaksi terhadap lingkungan. Beberapa
pakar berpendapat definisi hanya berlaku pada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada
yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material non logam, seperti keramik,
plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena sinar matahari atau terkena bahan
kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja, serangan logam yang solid oleh logam
yang cair (liquid metal corrosion). Terkorosinya suatu logam dalam lingkungan elektrolit (air)
adalah proses elektrokimia. Proses ini terjadi bila ada reaksi setengah sel yang melepaskan
elektron dan reaksi setengah yang menerima elektron tersebut. Kedua reaksi ini akan terus
berlangsung sampai terjadi kesetimbangan dinamis dimana jumlah elektron yang dilepas sama
dengan jumlah olektron yang diterima. Korosi dapat terjadi di dalam medium kering dan juga
medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2). Di
dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi. Contoh
korosi seragam di dalam medium basah adalah apabila besi terendam di dalam larutan asam
klorida (HCl). Korosi di dalam medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang
memberikan rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvanik sistem besi - seng, korosi
erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan
rupa mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi` tegangan, korosi patahan, dan korosi antar
butir.
(AR Hakim, 2012)

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 2
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

2 .2 Pengaruh pH terhadap Korosi


Berbagai macam penelitian telah menunjukkan bahwa pH memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap laju korosi pada CO2 . Tipikal pH pada air murni adalah berkisar pada pH
4, sedangkan pada air laut berkisar pada kisaran nilai 5 – 7. Pada korosi CO2 , pada pH 4 dan
lebih rendah akan terjadi reduksi langsung ion 𝐻 + . Sedangkan pada pH tinggi (>4), reaksi
yang dominan adalah reduksi langsung dari asam karbonat. Selain berpengaruh secara
langsung terhadap laju korosi yang terjadi pada korosi CO2 , efek pH lingkungan juga
memiliki pengaruh yang tidak langsung dan berhubungan dengan bagaimana pH lingkungan
mempengaruhi kondisi pembentukan lapisan FeCO3 . Pada pH yang tinggi (>4) akan
mengakibatkan penurunan kelarutan FeCO3 dan mengarahkan pada peningkatan laju
pengendapan dan meningkatkan pembentukan scale, hal tersebut mengakibatkan menurun nya
laju korosi yang terjadu pada korosi CO2 . Gambar berikut menunjukkan pengaruh pH
terhadap laju korosi yang terjadi pada korosi CO2 .

Gambar 2.1 Pengaruh pH lingkungan terhadap laju korosi


( Adhika N, 2012 )

2.3 Diagram Pourbaix


Diagram potensial-pH atau diagram Pourbaix memetakan fasa-fasa stabil logam dan
senyawanya dalam larutan dengan pelarut air, yang berada dalam kesetimbangan
termodinamika, sebagai fungsi dari potensial elektroda dan pH larutan. Dalam diagram
potensial pH untuk besi terdapat zona korosi, yaitu daerah reaksi pelarutan besi yang terletak
dalam daerah asam dan di daerah sempit pada kondisi sangat basa; zona pasif, yaitu daerah
terbentuknya selaput tak larut di permukaan logam yang menghalangi proses korosi lebih
lanjut; dan zona kebal, yaitu daerah yang secara termodinamika keadaan sebagai logam
adalah fasa paling stabil. Gambar 1 memperlihatkan diagram Pourbaix sederhana untuk besi
pada keadaan standar pada suhu 25o C.

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 3
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

Gambar 2.2 Diagram Pourbaix sederhana untuk besi dengan batas – batas keaktifan
10−6ekivalen L−1
( Bundjali B, 2004 )
Jika gaya yang merusak tidak ada, seperti misalnya di lingkungan udara yang kering,
maka lapisan oksida yang akan terbentuk adalah lapisan yang kompak dan terbentuk secara
cepat sampai tercapai ketebalan tertentu. Namun apabila gaya yang merusak tersebut terlalu
kuat, maka lapisan oksida akan lebih cepat terhidrasi dan menyisakan lapisan oksida yang
kompak yang relative tipis. Diantara kedua ekstrim tersebut, dimana kedua gaya tersebut
mencapai kesetimbangan maka akan terbentuk lapisan oksida yang relative tebal antara 20
sampai 200nm atau antara 200 sampai 2000 A. Kondisi stabilitas termodinamik lapisan
oksida tersebut dinyatakan dengan suatu diagram yang menghubungkan potensial dengan pH.
Diagram tersebut lazim disebut dengan diagram Pourbaix

Gambar 2.3 Diagram Pourbaix untuk aluminium

II.4 Tabel Konversi SHE,SCE,CSE


Penggunaan reference cell yang mana saja dapat dengan mudah dikonversikan dengan
reference cell yang kita inginkan dengan perbandingan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Skala Reference Cell

Untuk memudahkan dalam melakukan konversi maka dibuat grafik sebagai berikut :

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 4
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

Gambar 2.4 Grafik Skala Reference Cell


(Jones, 1996)
2.5 Korosi dalam kondisi Asam, Basa, Netral
Lingkungan yang mengandung air, asam dan basa dapat menyebabkan korosi pada
logam. Dimana pada lingkungan asam lebih korosi bila dibandingkan dengan lingkungan basa
dan air. Dimana laju korosi dari korosi basah lebih tinggi dari korosi atmosferik.
( Karim, 2010 )
2+ –
Pada kondisi netral atau basa, ion Fe dan OH selanjutnya membentuk endapan
Fe(OH)2. Di udara, Fe(OH)2 tidak stabil dan membenrtuk Fe2O3 xH2O. Inilah yang disebut
karat. Pada kondisi asam, banyaknya ion H+ memicu terjadinya reaksi reduksi lainnya yang
juga berlangsung, yakni evolusi atau oembentukan hidrogen menurut persamaan reaksi:
2H+(aq) + 2e– → H2(g). Adanya 2 reaksi di katode pada kondisi asam menyebabkan lebih
banyak logam besi yang teroksidasi. Hal ini menjelaskan mengapa korosi paku besi pada
kondisi asam lebih besar daripada korosi dalam air
Tabel 2.2 Tabel perbandingan di kondisi asam dan basa

II.6 Aplikasi Korosi di Inustri


Proses korosi dapat terjadi dimana saja dan tidak dapat dihentikan karena memang
merupakan proses dimana lingkungan bereaksi dengan logam yang degradasi pada
logam.Berbagai macam faktor dapat menyebabkan terjadinya korosi, mulai dari suhu, pH, laju
aliran maupun lingkungan menjadi penyebab utama hal ini terjadi. Gas-gas korosif pada
lingkungan yang kerap kali menjadi hal utama yang diperbincangkan. Hal ini terjadi pada
industri-industri pengolah minyak maupun gas. Gas CO2 seringkali terkandung pada minyak
dan gas. Pada dasarnya CO2 tidak membahayakan, akan tetapi apabila gas tersebut bereaksi
dengan liquid lain akan terjadi reaksi yang menyebabkan korosi. Pada fase cair, CO2

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 5
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

membentuk asam karbonat yang merupakan penyebab korosi yang kuat pada baja. Pada dunia
industri korosi yang disebabkan oleh CO2 disebut sweet corrotion. Penyerangan korosi ini
terjadi dibagian internal pipa. Korosi CO2 atau sweet corrotion memiliki proses korosi yang
cukup rumit, karena disebabkan oleh banyak parameter yang berbeda-beda, seperti suhu,
tekanan parsial dan pH
(Bangkit, 2013)

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 6
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III. 1 Diagram Alir

Mulai

Menyusun rangkaian

Mengisi wadah kaca dengan larutan H2SO4 1 M

Mencelupkan lempeng Fe dan elektroda standar kalomel ke dalam


wadah kaca yang sudah berisi larutan

Mencatat beda potensial yang terbaca di multitester

Mengganti larutan dengan NaOH 1 M

Analisa Data
Dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar III.1 Diagram alir percobaan Pengukuran Potensial Fe pada Berbagai pH

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 7
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

III.2 Alat dan Bahan Percobaan


III.2.1 Alat Percobaan
1. Sel Percobaan 1 Rangkaian
2. Multitester 1 Buah
3. Beaker Glass 1000 ml 3 Buah
4. PH Meter 3 Buah
III.2.2 Bahan-Bahan Percobaan
1. Logam Fe 3 Buah
2. Elektroda Standar Kalomel 1 Buah
3. Larutan H2SO4 1 M 500 ml
4. Aquades 500 ml
5. Larutan NaOH 1 M 500 ml

III.3 Prosedur Percobaan


1. Menyusun rangkaian percobaan seperti gambar 1.
2. Mengisi sel percobaan dengan larutan H2SO4 1 M.
3. Kemudian mencelupkan elektroda standar kalomel dan logam Fe.
4. Kemudian lakukan pengukuran beda potensial logam Fe.
5. Selanjutnya ulangi percobaan 2 - 4 untuk larutan aquades dan larutan NaOH 1 M.

III.3 Skema Percobaan

Larutan H2SO4
1 M atau NaOH
Logam Fe
1 M + Aquades Kalomel

Gambar III.2 Rangkaian Percobaan Pengukuran Potensial Fe pada Berbagai pH

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 8
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

1 2 3

Keterangan Gambar:
1. Mengisi beaker glass dengan masing-masing media ( air, H2SO4, NaOH)
2. Mengukur pH pada masing-masing media.
3. Mengukur potensial pada masing-masing media.

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 9
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisis Data


IV.1.1 Potensial yang dihasilkan dari perbedaan pH
Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Percobaan
No Logam Media pH Potensial Terukur Potensial rata-
(mV) rata vs SHE
Hasil Rata-rata (mV)
1 Fe Air pdam 7 537 536,6 780,6
536
537
2 Fe H2SO4; 5 736 707 951
1M 720
665
3 Fe NaOH; 12,5 555 554,6 798,6
1M 547
562
Perhitungan :
1. V-SHE (Air) = V-SCE + 244 mV
= 536,6 + 244
= 780,6 mV
2. V-SHE (H2SO4) = V-SCE + 244 mV
= 707 + 244
= 951 mV
3. V-SHE (NaOH) = V-SCE + 244 mV
= 554,6 + 244
= 798,6 mV
IV.1.2 Pengamatan secara visual
Media H2SO4: Sedikit gelembung
Media H2O: Tidak adanya fenomena yang terjadi
Media NaOH: Tidak adanya fenomena yang terjadi

IV.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui potensial kondisional Fe dalam
berbagai lingkungan keasaman yang dikaitkan dengan diagram pourbaix dimana pada
teorinya ketika pH elektrolit kurang dari 4 maka ion H+ yang ada akan membuat reduksi H+
mendominasi pada reaksi katodik sehingga terjadi percepatan laju korosi (Pratomo, 2012).
Sedangkan pada daerah pH 4-10, laju korosi baja tidak tergantung dari pH, namun tergantung
dari cepat lambatnya difusi oksigen ke permukaan logam. Ketika pH di atas 10, laju korosi
akan berkurang sebab baja membentuk lapisan pasif di permukaannya (Utomo, 2015).
Percobaan menggunakan alat berupa multitester dan beaker glass, sedangkan untuk
bahan percobaan menggunakan lempengan logam Fe, elektroda reference SCE, air, larutan

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 10
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

H2SO4 1M (larutan suasana asam) dan larutan NaOH 1 M (larutan suasana basa). Percobaan
dimulai dengan menyiapkan beaker glass yang berisi larutan air, larutan H2SO4 1M, dan dan
larutan NaOH 1 M lalu menghubungkan kabel merah untuk kutub positif pada kalomel dan
kabel hitam untuk kutub negatif pada logam Fe dengan multitester, setelah itu mengatur knop
multitester 2000 mv lalu celupkan logam dan kalomel kedalam masing-masing larutan lalu
catat dan amati perubahan angka pada multitester, lakukan pegujian sebanyak tiga kali pada
masing-masing larutan untuk dirata-ratakan.
Dari percobaan ini kami mendapat data potensial SHE untuk elektrolit air (pH = 7)
adalah 780,6 mV, elektrolit H2SO4 (pH = 5) adalah 951 mV, dan elektrolit NaOH (pH = 12,5)
adalah 798,6 mV. Untuk mengetahui kebenaran dari praktikum ini kami menggunakan
diagram pourbaix Fe pada 25oC sebagai berikut:

4.2.1 Pada pH asam


1. Susana Asam (H2SO4) dengan pH = 5

Gambar 4.1 Diagram Pourbaix dengan Titik Potong dari pH = 5 dan SHE = 951 mV
Dari diagram tersebut jika diambil titik perpotongan antara pH = 5 dan nilai potensial SHE =
951mV maka didapatkan penggunaan larutan H2SO4 sebagai elektrolit berada pada daerah
pasivasi karena sesuai dengan yang ditunjukan oleh diagram pourbaix pada daerah itu
terbentuk Fe2O3 yang mendukung terbentuknya lapisan pasivasi. 4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l)
⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s) karat, ketika mulai terjadinya korosi lapisan pasif pada Fe mulai
melindungi Fe dari serangan korosi

4.2.2 Pada pH netral


2. Suasana netral (air) dengan pH = 7

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 11
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

Gambar 4.2 Diagram Pourbaix dengan Titik Potong dari pH = 7 dan SHE = 780,6 mV
Dari diagram diatas setelah di tarik garis lurus di pH =7 dan potensial SHE = 780,6 mV
didapat titik potong di daerah pasif yang membentuk oksida yaitu Fe2O3..H2O sebagai
elektrolit berada pada daerah pasivasi karena sesuai dengan yang ditunjukan oleh diagram
pourbaix pada daerah itu terbentuk Fe2O3 yang mendukung terbentuknya lapisan pasivasi.
4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l) ⎯⎯→ 2Fe2O3.nH2O(s) karat, ketika mulai terjadinya korosi lapisan
pasif pada Fe mulai melindungi Fe dari serangan korosi.

4.2.3Pada pH basa
Suasana basa (NaOH) dengan pH =12,5

Gambar 4.3 Diagram Pourbaix dengan Titik Potong dari pH = 12,5 dan SHE = 798,6 mV
Dari diagram diatas setelah ditarik garis lurus di pH =12,5 dan potensial SHE = 798,6 mV
didapat titik potong di daerah korosif, Pada kondisi ini logam Fe juga dapat menjadi bentuk
yang tidak stabil atau menjadi FeO₄2⁻ yang larut dalam larutan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa Logam Fe secara alamiah mudah teroksidasi. Sebenarnya terdapat error seharusnya ph

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 12
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

basa dan asam berada pada kondisi aktif korosi sedangkan pada ph netral berada pada daerah
pasif, tetapi dalam praktikum tersebut terdapat error yang menyebabkan ph asam berada pada
daerah pasif.

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 13
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini kami mendapatkan data berupa nilai potensial Fe di berbagai
pH dan sifatnya berdasarkan diagram pourbaix adalah sebagai berikut: Medium H2SO4
memiliki pH = 5 dengan nilai potensial SHE = 951 mV berada pada daerah korosif, medium
air memiliki pH=7 dengan nilai potensial SHE= 780,6 mV berada pada daerah pasif, medium
NaOH memiliki pH = 12,5 dengan nilai potensial SHE = 798,6 mV berada pada daerah
korosif. Dari semua data itu kami menyimpulkan Dalam korosi, pH juga berpengaruh. Logam
yang berada dalam lingkungan dengan pH asam dan basa akan laju korosi akan ditunjukan
dari diagram pourbaix dan logam di lingkungan netral akan berada di daerah pasif pada
diagram pourbaix.

V.2 Saran
Saran untuk percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Penimbangan NAOH yang presisi tidak kelebihan tidak kurang agar hasil yang
didapatkan sesuai teori
2. Kebersihan kalomel,besi dan juga ph meter diperhatikan setelah digunakan
3. Volume H20 yang sesuai di modul

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 14
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

DAFTAR PUSTAKA

Adhika N, 2012. Studi pengaruh pH lingkungan 4 terhadap laju korosi baja karbon API 5L
X-52 sebagai pipa penyalur proses produksi gas alam yang mengandung gas
CO2 pada larutan nacl 3.5% dengan variasi laju aliran. Jakarta : Universitas
Indonesia
Djiwo, Bangkit, dkk. 2013. Prediksi Laju Korosi pada Instalasi Pipa Logam Aliran Fluida
Cair Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan(JST). Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Raja, Sahaya, dkk, 2014, Corrosion Control by Green Solution – An Overview,
International ournal of Advanced Research in Chemical Science Vol 1 Issue 1,
India: GTN Arts College
Schweitzer, P. A. (2007). Fundamental of Metallic Corrosion : Atmospheric and Media
Corrosion of Metals. USA: CRC Press.

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI v
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KOROSI DAN PENGENDALIAN KOROSI
2018

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PENGARUH TEMPERATUR

KELOMPOK : 5
ANGGOTA :
1. M Fahmi Dwi Rizaldi 02511540000046
2. Farros Taqy Abdillah 02511640000078
3. Bayu murti wicaksono 02511640000028
4. Karel Sebastian 02511540000091
5. Vito valdano 02511640000102
6. Rachnata Rifki A. 02511640000093

POTENSIAL YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN PH :


No Logam Media pH Potensial Terukur Potensial rata-
(mV) rata vs SHE
Hasil Rata-rata (mV)
1 Fe Air pdam 7 537 536,6 780,6
536
537
2 Fe H2SO4; 5 736 707 951
1M 720
665
3 Fe NaOH; 12,5 555 554,6 798,6
1M 547
562

DESKRIPSI PENGAMATAN SECARA VISUAL :


Media H2SO4: Sedikit gelembung
Media H2O: Tidak adanya fenomena yang terjadi
Media NaOH: Tidak adanya fenomena yang terjadi

(....................................................)

LABORATORIUM KOROSI DAN KEGAGALAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI vi
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Vous aimerez peut-être aussi