Vous êtes sur la page 1sur 7

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam

Penanganan Keputihan di Desa Cilayung

Dinda Regia Febryary,1 Sri Astuti,2 Hartinah2


1
Program Diploma Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2010 menunjukan bahwa remaja
putri usia 15-24 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan patologis. Berdasarkan hasil
survei mawas diri di desa Cilayung terdapat 226 remaja putri yang mengalami keputihan, sebagian besar remaja
putri kurang memahami mengenai kesehatan reproduksi secara umum, khususnya dalam penanganan keputihan.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja putri dalam penanganan
keputihan di Desa Cilayung. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini
adalah 81 remaja putri yang ada di Desa Cilayung. Sampel yang dipilih yaitu Simple Random Sampling. Instrumen
yang digunakan adalah kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja putri yang berpengetahuan
baik sebesar 61,7%, remaja putri yang bersikap positif sebesar 56,8%, remaja putri yang berperilaku positif
sebesar 50,6%, remaja putri yang berpengetahuan baik serta bersikap positif sebesar 68,0%, dan remaja putri
yang berpengetahuan baik serta berperilaku baik sebesar 62%. Simpulan dari penelitian ini adalah penanganan
keputihan yang dilakukan oleh remaja putri di Desa Cilayung dilihat dari tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
termasuk kedalam kategori baik.

Kata kunci : Penanganan Keputihan, Pengetahuan, Perilaku, Sikap

Overview Knowledge, Attitudes, and Behaviors Teenage Girls in Handling of


Leukorhea in the Cilayung Village
Abstract

Based on data from Adolescent Reproductive Health Survey Indonesia (SKRRI) in 2010 showed that teenage girls
aged 15-24 years have a higher risk of infection or pathological leukorhea. Based on the introspective survey
results in the Cilayung village 226 teenage girls who have leukorhea, mostly teenage girl big less understanding
regarding reproductive health in general, especially in the handling of leukorhea. The research aims to describe the
knowledge, attitudes and behavior of teenage girls in the handling of leukorhea in the Cilayung village. The method
used is descriptive research. Samples were 81 teenage girls in the Cilayung village. The selected sample is simple
random sampling. The instrument used was a questionnaire. The results of this reseach showed that teenage girls
good knowledge by 61.7 %, teenage girl be positive by 56.8 %, teenage girl behave positively by 50.6 % , teenager
is good knowledge as well as being positive for 68.0 % , and teenage girl who are bothgood knowledge andwell
behaved by 62 % . The conclusions of this study is treament of leukorhea by teenage girls in the Cilayung village
seen from the level of knowledge, attitudes, and behaviors included into good category in handling of leukorhea

Keywords: Handling of Leukorea, Knowledge, Behavior, Attitudes

Korespondensi:
Dinda Regia Febryary
Program Diploma Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor
Mobile : 081319167120
Email : dindaregia77@gmail.com

40 JSK, Volume 2 Nomor 1 September Tahun 2016


Dinda Regia Febryary : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan di Desa Cilayung

Pendahuluan Berdasarkan hasil survei mawas diri di daerah


Cilayung tahun 2015, Jumlah penduduk berkisar
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak- 5312 Jiwa, dengan jumlah Remaja 425 jiwa,
anak menjadi dewasa. Pada dan terdapat 226 remaja putri yang mengalami
periode ini berbagai perubahan terjadi baik keputihan, beberapa diantaranya sebagian
perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun besar remaja putri kurang memahami mengenai
sosial. Remaja merupakan salah satu bagian dari kesehatan reproduksi secara umum, khususnya
populasi berisiko terkena keputihan yang perlu dalam penanganan keputihan.
mendapat perhatian khusus.1,2 Oleh karena itu penulis tertarik untuk
Keputihan adalah keluarnya cairan yang mengetahui gambaran pengetahuan, sikap
berlebihan dari vagina selain darah menstruasi. dan perilaku remaja putri dalam penanganan
Keputihan ini merupakan keluhan yang umum keputihan di Desa Cilayung.
terjadi pada wanita di dunia, terutama di wilayah
Asia. World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa 5% remaja didunia terjangkit Metode
PMS dengan gejala keputihan setiap tahunnya,
dan sebesar 75% wanita di seluruh dunia Penelitian ini menggunakan metode penelitian
setidaknya mengalami candidiasis atau keputihan deskriptif dengan pendekatan secara Cross
sebanyak satu kali dalam seumur hidupnya.2,4 Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
Karena kurangnya pengetahuan dan informasi seluruh remaja perempuan 10-19 tahun di Desa
tentang keputihan yang didapatkan tidak akurat Cilayung Kecamatan Jatinangor sebanyak 425
atau mungkin karena masih adanya mitos yang orang. Waktu penelitian dilaksanakan mulai
beredar di masyarakat terntang keputihan tanggal 25 Agustus 2015 sampai 8 September
terutama pada remaja putri yang baru mulai 2015.
memahami organ reproduksinya.2 Keputihan Teknik pengambilan sampel yang digunakan
menjadi masalah besar yang tidak ditangani pada penelitian ini adalah teknik Random
dengan serius oleh para perempuan. Padahal, Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. remaja putri yang berusia 10-19 tahun di desa
Dampak dari keputihan yang terlambat atau Cilayung yang berjumlah 81 orang. Kriteria
tidak diobati dapat berakibat buruk bagi kehidupan inklusi dalam penelitian ini yaitu remaja yang
seorang wanita, seperti terjadinya infertil, berusia 10-19 tahun yang mengalami keputihan
endometritis, radang panggul, dan salpingitis. di Desa Cilayung, remaja yang belum menikah,
Kasus PMS khususnya klamidia terjadi sekitar remaja yang sudah menstruasi, dan remaja putri
6,2% pada remaja usia 15-24 tahun.5,6,7 yang bersedia menjadi responden untuk diteliti.
Penyebab keputihan 70% karena jamur Untuk kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu
dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa remaja yang tidak ada saat pengumpulan data.
(Trichomonas vaginalis, serta infeksi jamur Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran
Candida albicans.7 Perilaku buruk dalam menjaga pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja putri
kebersihan genitalia dapat menjadi pencetus dalam penanganan keputihan. Data yang
timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan dikumpulkan pada penelitian ini berupa data
tersebut. Jadi, pengetahuan dan perilaku dalam primer. Dengan teknik Kuesioner dan sebagai
menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan instrumennya adalah daftar pertanyaan. Setelah
faktor penting dalam pencegahan keputihan.10 semua data terkumpul, maka peneliti melakukan
Berdasarkan data Survei Kesehatan pengolahan data melalui beberapa tahap yaitu
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Data
2010 menunjukan bahwa wanita yang rentan yang telah terkumpul dilihat kembali ketepatan
mengalami keputihan yaitu wanita yang berusia dan kelengkapan datanya, kemudian dimasukkan
15-24 tahun. Gejala keputihan yang dialami kedalam program komputer. Data disajikan
oleh remaja puteri, dalam 12 bulan terakhir dalam bentuk distribusi frekuensi. Analasis
menunjukkan remaja tersebut cukup banyak data yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebesar 31,8%. Ini menunjukkan remaja putri univariat. Analisis univariat dalam penelitian ini
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan
atau keputihan patologis.6 Keputihan atau flour hasil terhadap gambaran pengetahuan, sikap
albus harus segera ditangani, karena apabila tidak dan perilaku remaja putri dalam penanganan
ditangani dalam jangka waktu yang lama akan keputihan.
menimbulkan komplikasi antara lain infertilitas,
radang penyakit panggul dan penyakit menular
seksual seperti klamidia diantaranya.7

41 JSK, Volume 2 Nomor 1 September Tahun 2016


Dinda Regia Febryary : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan di Desa Cilayung

Hasil sebesar 50,6%, sedangkan perilaku negatif


sebesar 49,4%. Berdasarkan dari tabel 4, dapat
Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa pengetahuan diketahui bahwa remaja putri yang menangani
remaja putri dalam penanganan keputihan dalam keputihan dengan pengetahuan baik dan
kategori baik sebesar 61,7%, dan kurang sebesar sikapnya positif sebesar 68,0%, pengetahuan
11,1%, di tabel 2, dapat diketahui bahwa remaja baik dan sikap negatif sebesar 77,8%. Dan dari
putri yang menangani keputihan dengan sikap tabel 5 menunjukan bahwa, remaja putri yang
positif sebesar 56,8%, sedangkan sikap negatif menangani keputihan dengan pengetahuan baik
sebesar 43,2%. Dari tabel 3, remaja putri yang dan perilakunya positif sebesar 62%, pengetahuan
menangani keputihan dengan perilaku positif baik dan perilaku negatif sebesar 77,8%.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan


di Desa Cilayung

Pengetahuan f %
Baik 50 61,7
Cukup 22 27,2
Kurang 9 11,1
Total 81 100

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan


di Desa Cilayung

Sikap f %
Positif 46 56,8
Negatif 35 43,2
Total 81 100

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan


di Desa Cilayung

Sikap f %
Positif 41 50,6
Negatif 40 49,4
Total 81 100

Tabel 4 Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan
di Desa Cilayung

Sikap
Total
Positif Negatif
Pengetahuan f % f % f %
Baik 34 68 16 32 50 100
Cukup 10 45,5 12 54,5 22 100
Kurang 2 22,2 7 77,8 8 100

42 JSK, Volume 2 Nomor 1 September Tahun 2016


Dinda Regia Febryary : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan di Desa Cilayung

Tabel 5 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan
di Desa Cilayung

Perilaku
Total
Positif Negatif
Pengetahuan f % f % f %
Baik 31 62 19 38 50 100
Cukup 8 36,4 14 63,6 22 100
Kurang 2 22,2 7 77,8 9 100

Pembahasan dari bakteri lain yang mengganggu, sehingga


berpotensi untuk menimbulkan infeksi karena
Berdasarkan tabel 1, pengetahuan remaja timbulnya kuman yang lebih berbahaya.
putri di Desa Cilayung mengenai penanganan Sikap positif ini diwujudkan dalam respon
keputihan tergolong baik, walaupun masih yang baik, yang merupakan kesiapan untuk
ada yang memiliki pengetahuan yang cukup bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
dan kurang. Pengetahuan remaja putri tentang tertentu. Hal-hal yang dapat membentuk sikap
tujuan dilakukannya penanganan keputihan ialah pengalaman pribadi, pengetahuan yang
masih kurang, padahal tujuan dari penanganan dimilikinya, pengaruh orang lain yang dianggap
keputihan itu adalah untuk menghilangkan gejala penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
keputihan, memberantas penyebab keputihan, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta
dan mencegah terjadinya infeksi. faktor emosional. Pengetahuan dan sikap akan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Meliza menjadi landasan terhadap pembentukan moral
menunjukan sebesar 69,7% berpengetahuan remaja sehingga dalam diri seseorang idealnya
baik, dan menyebutkan bahwa semakin dewasa ada keselarasan yang terjadi antara pengetahuan
umur seseorang, tingkat pengetahuan seseorang dan sikap, dimana sikap terbentuk setelah terjadi
akan lebih matang atau lebih baik dalam berfikir proses tahu terlebih dahulu.
dan bertindak.23 Hal ini juga sejalan dengan Dalam penelitian Wahyu Febru yang bersikap
penelitian yang dilakukan oleh Ori Aprisia positif dalam mengatasi keputihan sebesar 89%,
menunjukan sebesar 74,6% pengetahuan baik dalam penelitian ini disebutkan bahwa salah
tentang keputihan, bahwa pengetahuan seseorang satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau ialah pengetahuan yang dimilikinya. Semakin
tingkat yang berbeda-beda. sumber informasi, baik pengetahuan terhadap suatu objek maka
usia, pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya akan semakin baik pula sikap seseorang terhadap
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan objek tersebut.22,24
seseorang.24 Berdasarkan pembahasan yang Dari pembahasan ini, sikap remaja mengenai
telah disampaikan, remaja putri yang memiliki penanganan keputihan itu tergantung dari respon
pengetahuan yang baik itu dapat dipengaruhi oleh yang baik, yang merupakan kesiapan untuk
usia, dimana semakin dewasa umur seseorang, bereaksi terhadap suatu objek serta hal-hal yang
maka tingkat pengetahuan yang ia miliki akan dapat membentuk sikap seperti pengalaman
semakin baik serta akan lebih matang atau lebih pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
baik dalam. penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sikap lembaga pendidikan dan lembaga agama, faktor
positif remaja putri yang menangani keputihan emosional dan pengetahuan yang dimiliki
sebesar 56,8%, walaupun masih terdapat sikap seseorang. Semakin tinggi pengetahuan yang ia
yang negatif. Sikap negatif yaitu tentang asumsi miliki, maka semakin bagus pula cara remaja
cebok yang baik dengan menggunakan sabun menyikapi dari penanganan keputihan.
pembersih vagina. Sedangkan teori menyebutkan Perilaku merupakan hasil dari segala
bahwa sabun pembersih vagina tidak dianjurkan macam pengalaman interaksi manusia dengan
untuk cebok, karena dengan pemakaian sabun lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk
vagina dapat merubah tingkat keasaman ph pengetahuan, sikap, dan tidakan yang dilakukan
vagina, dan membunuh bakteri endogen yang oleh responden terhadap kesehatan (pencegahan
terdapat di dalam vagina. Apabila bakteri ini mati penyakit), cara peningkatan kesehatan, cara
karena penggunaan sabun pembersih vagina, memperoleh pengobatan yang tepat, dan
maka tidak ada yang menjaga daerah kewanitaan sebagainya.21

43 JSK, Volume 2 Nomor 1 September Tahun 2016


Dinda Regia Febryary : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan di Desa Cilayung

Pada tabel 3 remaja putri yang menangani menciptakan sikap yang positif serta perilaku
keputihan dengan perilaku positif sebesar yang positif pula dalam menanganan keputihan.
50,6%, sedangkan perilaku negatif sebesar Dalam teori Rosenberg, pengetahuan dan sikap
49,4%. Perilaku negatif banyaknya yang jarang berhubungan secara konsisten. Bila komponen
melakukan olahraga untuk menghindari stress, kognitif (pengetahuan) berubah, maka akan
karena dalam teori mengatakan bahwa olahraga diikuti perubahan sikap.34
dianjurkan untuk menghilangkan stress. Semua Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian
organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol besar remaja putri usia 10-19 tahun memiliki
oleh otak, maka ketika reseptor otak mengalami pengetahuan yang baik, sikap positi, dan
kondisi stress hal ini dapat menyebabkan perilaku positif dalam penanganan keputihan,
terjadinya perubahan dan keseimbangan sikap yang baik timbul karena pengalaman
hormon-hormon dalam tubuh dan hal ini dapat serta pengetahuan yang di dapat dari berbagai
menimbulkan terjadinya keputihan. Faktor utama sumber, sehingga remaja putri mengetahui dan
yang mempengaruhi perilaku adalah sikap, sadar tentang penanganan keputihan, remaja
pengetahuan, konsep diri, kepercayaan, nilai putri yang memiliki pengetahuan, pengalaman,
dan informasi. Kemudian faktor pendukung dan informasi dari berbagai sumber serta sikap
yaitu sarana dan prasarana, dan yang terakhir yang positif, dapat menghasilkan perilaku positif
faktor pendorong yakni keluarga dan lingkungan mengenai penanganan keputihan. Pengetahuan
sekitar.33 remaja putri yang baik, akan cenderung memiliki
Berdasarkan penelitian Ester Juliana yang sikap yang positif dan perilaku yang positif.
menunjukan 70,1% responden bersikap positif, Saran untuk penelitian ini adalah bidan
dan sama halnya dengan penelitian Egi yunia yang desa selaku petugas kesehatan diharapkan
menunjukan sebesar 61% remaja putri bersikap dapat bekerja sama dengan kepala desa untuk
positif dalam penanganan keputihan. Dalam meningkatkan pengetahuan remaja di Desa
penelitian ini objek perilaku yang diteliti adalah Cilayung, dalam kesehatan reproduksi khususnya
cara remaja putri dalam penanganan keputihan. dalam penanganan keputihan, Tokoh masyarakat
Penilaiannya terdiri dari perilaku positif dan di kecamatan Jatinangor dapat bekerjasama
perilaku negatif. Perilaku positif maksudnya dengan puskesmas dan bidan desa di wilayah
hasil dari pengalaman, pengetahuan, sikap, dan Desa Cilayung untuk membentuk PKPR, agar
tindakan yang sesuai dalam cara penanganan bisa menambah wawasan remaja di sekitar
keputihan yang baik dan benar.25,26 wilayah Jatinangor tersebut, Kepala desa dapat
Dari pembahasan ini, perilaku seseorang bekerjasama dengan bidan desa dan Puskesmas
dalam menangani keputihan itu diciptakan dari untuk menjalankan kembali PIK-KRR yang telah
pengalaman yang dialami, pengetahuan yang dibentuk, dan mengaktifkan kembali karang
dimiliki, dan dari bagaimana cara ia menyikapi taruna di Desa Cilayung dalam meningkatkan
suatu objek dengan baik. pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 dapat diketahui pencegahan masalah kesehatan khusus remaja.
bahwa remaja yang memiliki pengetahuan baik Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan,
cenderung memiliki sikap positif 68,0% dan yaitu pada variabel gambaran pengetahuan, sikap,
perilaku yang positif sebesar 62,0%. Pengetahuan dan perilaku dalam penelitian ini menggunakan
dan sikap datang dari pengalaman, pengetahuan instrument penelitian berupa kuesioner. Sehingga
juga bisa diperoleh dari informasi yang didapat, rentan terjadi bias recall. Hal ini akan lebih baik
dan akan mempengaruhi sikap. Jika mempunyai apabila dilakukan pengambilan data dengan
pengetahuan tinggi, maka secara otomatis orang lembar observasi sesuai dengan pengambilan
tersebut akan bersikap dan berperilaku sesuai data.
dengan apa yang mereka ketahui.16
Dari hasil penelitian Fitria Ika, siswi yang
memiliki pengetahuan baik akan bersikap dan Daftar Pustaka
berperilaku positif dalam mencegah leukorhea
dibandingkan siswi yang memiliki pengetahuan 1. Jose RL Battubara. Adolescent Development
cukup dan kurang.27 (Perkembangan remaja). Departemen
Mareta Wulan juga menyebutkan bahwa, Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto
semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran
remaja putri tentang personal hygiene, maka Universitas Indonesia, Jakarta 2010;12(1):21-
tindakan pencegahan keputihan pada remaja putri 9)
juga akan semakin baik.28 2. Poltekes Depkes. Kesehatan remaja: problem
Dari pembahasan diatas, pengetahuan yang dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
baik mengenai penanganan keputihan, dapat 2010

44 JSK, Volume 2 Nomor 1 September Tahun 2016


Dinda Regia Febryary : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan di Desa Cilayung

3. Bahari, Hamid. Cara mudah atasi Keputihan. 19. Alhamda, Syukra. Buku Ajar Sosiologi
Jakarta:Buku Biru. 2012. hlm 9 Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
4. Widyasari, Dian Tri. Faktor-Faktor yang 2012. hlm 50-51
berhubungan dengan Perilaku Pencegahan 20. Sastrawinata, Sulaiman. Ginekologi.
dan Penanganan Keputihan Patologis pada Ed_1981. Bandung : Bagian obstetri dan
Mahasiswi Kebidanan STIK Bina Husada Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas
Palembang tahun 2014. Palembang: STIK Padjadjaran. hlm 109-112
Bina Husada 21. Hamdi, Asep Saepul., Bahrudin. Metode
5. Williams H, Tabrizi SN, Lee W. Adolescence Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
and other risk factors for Chlamydia Pendidikan. Yogyakarta: CV Budi Utama.
trachomatis genitourinary infection in women 2012. hlm 18-50
in Melbourne, Australia. British Medical 22. Purnaningarti, Wahyu. Hubungan antara
journal 2005; 31-32. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang
6. BPS (Badan Pusat Statistik), dan ORC Keputihan dengan Sikap Remaja Putri
MACRO. Survey Kesehatan Reproduksi dalam Mengatasi Keputihan di SLTPN 39
Remaja Indonesia. Calveston, Maryland, Semarang. 2011. Semarang
USA : BPS dan ORC Macro. 2010 23. Amelia, Meliza., Yulia, Irvani., Darwin.
7. Curtis, Glade A. 17 Kehamilan:apa yang Gambaran Perilaku Remaja Putri Menjaga
anda hadapi perminggu. Jakarta:Arcan. 2011 Kebersihan Organ Genetalia dalam Mencegah
hlm 188 Keputihan. 2012. FIK-UNRI
8. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. ilmu 24. Putri, Ori P. Gambaran Tingkat Pengetahuan
Penyakit Kulit & Kelamin. 4th ed. Jakarta : dan Sikap Remaja Putri terhadap Keputihan
Balai Penerbit FKUI. PP. 2007 hlm 89 di SMA Negeri 2 Pontianak. 2014. FK-
9. Wandha Paramitha, Misrawati. Efektifitas Universitas Tanjungpura
Pendidikan Kesehatan tentang Hygine 25. Rahmi, Egi Yunia., Arneliwati., Erwin. Faktor
Kewanitaan terhadap Pengetahuan dan Sikap Perilaku yang mempengaruhi terjadinya
Remaja Putri dalam menangani Keputihan. Keputihan pada remaja Putri.2012 Riau:
Jurnal Ners Indonesia, 2012 : vol 2. Riau: FIK-UNRI
UNRI 26. Juliana, Ester., Ina Kuswanti, Fitria melina..
10. Manuaba, Ida Bagus. Penuntun Kepaniteraan Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Klinik Obstetri &Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Keputihan dengan Perilaku Pencegahan
EGC. 2004. hlm 242 Keputihan di SMK BOPKRI 2 Yogyakarta.
11. Lapau, Buchari. Metodologi Penelitian 2015. Yogyakarta: STIKES Yogyakarta
Kebidanan. Jakarta: Pustaka Obor 27. Wulandari, Fitria Eka., Wanda Junta.
Indonesia.2015. 211-216 Hubungan Pengetahuan Personal Hygine
12. Ardayani, Tri. Pengetahuan dan Sikap dengan sikap dan perilaku mencegah
Remaja dalam menangani Fluor Albus atau Leukorhea pada Remaja Putri di SMK
Keputihan Patologis di SMK 11 Bandung. Dwija Dharma Mojosongo Boyolali. 2012.
Jurnal Kesehatan Budi Luhur volume 8 no.2. Surakarta: Akbid-Citra Medika
2015 Cimahi: STIKES Budi Luhur 28. Permatasari, Mareta., Budi Mulyono.,dkk.
13. Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan Hubungan Tingkat pengetahuan Remaja Putri
dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. tentang Personal Hygine dengan Tindakan
Jakarta: EGC. 2008 hlm 29-35 Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 9
14. Maulana, Heri D.J. Promosi Kesehatan edisi Semarang. 2012. Semarang: FIK-Universitas
2. Jakarta : EGC. 2009 hlm 192-194 Muhamadiyah Semarang
15. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. 29. Handayani, Hani. 2011. Hubungan
Jakarta: EGC; 2004. hlm 3-23 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja
16. Fatrahady LB. Fluor albus (leukorea). 2007. Putri tentang Keberhsihan Organ Genetalia
www.fk-unram.ac.id. Eksterna di Madrasah Tsanawiyah
17. Martaadisoebrata DJ, sjahid S, Thouw J, et Pembangunan. 2011. Jakarta: FKIK-UIN
al. Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan 30. Sari, Dyan Lelyana. Persepsi Tentang
ginekologi rsup dr.Hasan Sadikin Bandung Keputihan Pada Remaja Putri di SMP
: Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Negeri 29 Semarang. 2013. Semarang: FIK-
FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin, 2005; 65-68 Universitas muhamadiyah Semarang
18. Hera., Rany Hiola. Hubungan Pengetahuan 31. Mokodonongan, Menthari H., Jhon Wantania.,
dengan Sikap Remaja Putri tentang Keputihan dkk. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo. 2014. Keputihan Dengan Perilaku Pencegahan
Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Keputihan Pada Remaja Putri. 2015. Manado:

45 JSK, Volume 2 Nomor 1 September Tahun 2016


Dinda Regia Febryary : Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan di Desa Cilayung

FK- Universitas Sam Ratulangi Kebersihan Genitalia Eksterna dengan


32. Wijayanti, F. A. Hubungan tingkat Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Negeri
pengetahuan Wanita Penjaja Seks (WPS) 4 Semarang. 2011. Semarang: FK-UNDIP
tentang HIV/AIDS di Resosialisasi Argorejo 34.
Sariyati, Susiana. Faktor-Faktor yang
Kelurahan Kali Banteng Kulon Semarang. Mempengaruhi Sikap remaja putri tentang
2009 Fluor Albus di SMP Negeri 2 Trucuk
33. Donatila, Novrinta A. Hubungan antara Kabupaten Klaten. 2014. Yogyakarta:
Pengetahuan dan Perilaku Menjaga STIKES Alma Ata Yogyakarta.

46 JSK, Volume 2 Nomor 1 September Tahun 2016

Vous aimerez peut-être aussi