Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
E-mail : evaoktarina@gmail.com
Abstrak
Alga menghasilkan komponen seperti polisakarida, lipid, protein, pigmen, dan fenol yang diketahui
memiliki berbagai potensi dalam produk kosmetik. Alga berfungsi sebagai zat tambahan pada formulasi
kosmetik seperti penstabil atau pengemulsi, serta dapat berfungsi sebagai zat aktif pada kosmetik. Zat aktif
alga, berfungsi pada kulit sebagai penunda penuaan, pemutih, pelembab, fotoproteksi, dan antioksidan.
Tulisan ini membahas potensi alga pada produk kosmetik beserta proses mekanismenya secara biokimia,
sehingga diharapkan dapat memberikan nilai tambah alga sebagai bahan tambahan dan bahan aktif untuk
produk kosmetik, serta diversifikasinya sebagai medicated cosmetic bedasarkan fungsi dan proses
biomekanismenya.
Abstract
Component in Alga as polisacharide, lipid, protein, pigmen and fenol has been known to have a multi potencial
benefit in cosmetic. Alga as additive in cosmetic formulation can be role as stabilizer or emulsion, and also as
active substance. Active substances have multi function like anti aging, whitening, moisturizer, fotoprotection
and antioxidant. This article explained the alga potency on cosmetic and its bio-mechanism, so prospected it
can increase added value for alga as additive and active substances on cosmetic, onward its diversification as
medicated cosmetic based on its function and biomechanism.
dengan tekanan ekstrem seperti panas, dingin, kulit, mendukung regenerasi jaringan dan
anaerob, salinitas, foto oksidasi, tekanan osmotik, mencegah kerutan (Wang et al. 2014). Bahan
dan paparan radiasi ultraviolet (UV). Makroalga kosmetik yang mengandung mikroalga atau
(rumput laut) umumnya hidup pada habitat laut, ekstrak dari mikroalga memiliki potensi
merupakan spesies multiselular, namun tidak permintaan yang tinggi, apalagi jika
memiliki akar, batang atau daun yang nyata. dikombinasikan dengan antioksidan atau bahan
Makroalga memiliki thaloid atau stipe yang kimia bioaktif, serta dengan pengembangan
fungsinya menyerupai akar dan batang (Baweja et produk untuk melindungi kulit dari kerusakan
al. 2016). akibat sinar matahari (anti UV atau sun block).
Alga lebih menguntungkan daripada Makroalga juga telah digunakan secara
tanaman dari segi produktivitas, tidak adanya komersil sebagai lulur herbal (Laminaria dicampur
variasi musiman, lebih mudah diekstraksi, dan tanaman herbal lainnya) untuk mencegah penyakit
bahan mentah yang berlimpah. Mikroalga dapat dan juga untuk menghaluskan kulit. Makroalga juga
dikultivasi dengan cara batch, fed batch, dan telah digunakan pada pembuatan sabun, shampoo,
continuous batch. Mikroalga dapat bedak, krim, dan lainnya. Makroalga dapat
mentransformasi energi panas matahari dan meningkatkan kualitas kulit dengan meregenerasi
karbon dioksida ke biomasa. Makroalga (rumput sel; merangsang penumbuhan sel kulit baru;
laut) dapat dibagi menjadi tiga grup bedasarkan memperkuat kulit dalam menangkas paparan sinar
pigmen mereka, yaitu Chlorophycae (alga hijau), UV, radiasi dan toksin; menangkal radikal bebas
Phaeophycae (alga coklat), dan Rhadophyceae karena kandungan antioksidan; melembabkan sel
(alga merah) (Baweja et al. 2016; Wang et al. 2014). kulit; mencegah penuaan dini; mencegah keriput;
Metabolit sekunder alga telah diketahui mendetoksi dan mengoksigenasi sel kulit dengan
kemampuannya untuk kulit, seperti ekstrak kandungan mineralnya; dan membantu membuka
Arthospira dapat memperbaiki tanda-tanda pori-pori kulit untuk meningkatkan kinerja
penuaan kulit, mengencangkan kulit, dan pembersih kulit (Baweja et al. 2016). Aplikasi
mencegah pembentukan kerutan (selulit). Chlorella komponen alga selengkapnya dapat dilihat pada
vulgaris menstimulasi pembentukan kolagen pada Tabel 1.
signal MAPK yang akan mengaktifkan AP-1 yang elastik, sehingga menginduksi hilangnya elastisitas
hasil responnya adalah induksi MMP dan kulit, menyebabkan pembentukan keriput, dan
penurunan produksi kolagen di keratinosit dan mempercepat penuaan kulit (Kim and Park 2016;
fibroblast; oksidasi DNA, protein, dan lipid; Wang et al. 2014).
kerusakan mitokondria; dan kerusakan telomer Peran utama dari protein activator 1 (AP-1)
pada DNA. Radiasi UV juga meningkatkan ekspresi sebagai pengatur faktor transkripsi dari MMP-1
MMP, yang dapat menginduksi degradasi sangat penting. Penelitian sebelumnya oleh M. S.
extracellular matrix (ECM). Selain paparan UV, Kim et al. (2013) menunjukkan bahwa kerjasama
faktor ekstrinsik meliputi merokok, paparan antara AP-1 dengan faktor inti K-light-chain-
polusi, radiasi infamerah, dan panas berkontribusi enhancer dari sel B yang teraktivasi (NF-kB) sangat
pada penuaan kulit (Kim and Park 2016). penting dalam transkripsi aktivasi MMP-1,
Antioksidan pada beberapa alga berperan dalam sehingga jika komponen fungsional menginhibisi
penangkal radiasi UV sehingga mencegah AP-1 dan NF-kB, maka ekspresi dari MMP-1 akan
terbentuknya ROS. tertekan. Penelitian oleh Joe et al (2006)
Porphyra umbilicalis mengandung menunjukkan bahwa Ecklonia stolonifera memiliki
mikrosporine-mirip seperti asam amino (MMAs) potensi efek inhibisi pada NF-kB dan AP-1.
yang dapat menyerap cahaya UV, sehingga bersifat Fukoidan turunan dari alga coklat telah
sebagai anti UV. Porphyra dentante dapat menunjukkan inhibisi pada ekspresi UVB-
menghasilkan fukosterol yang dapat berperan terinduksi MMP-1 secara in vitro dengan
sebagai anti UVA dan UVB. penekanan pada Extracellular Signal Regulated
Polisakarida dengan gugus sulfat yang Kinase (ERK). Penelitian oleh Senni et al. (2006)
diisolasi dari Porphyra tenera atau Porphyra dalam Fabrowska et al. (2015) juga menunjukkan
yezoensis (nori) yaitu porphyran, juga diketahui bahwa 16 kDa fukoidan dapat menekan induksi
memiliki kandungan antialergik. Porphyran MMP-3 pada fibroblast dermal secara in vitro.
merupakan keluarga dari poligalaktan dengan Secara ex vivo, 16 kDa fukoidan dapat menurunkan
gugus sulfat dan dibentuk dari gugus galaktosa dan aktivitas leukosit elastase sehingga melindungi
3,6-anhydrogalactose. Porphyran yang diekstraksi keelastisan jaringan kulit dalam menghadapi enzim
memiliki fungsi sebagai anti peradangan, dengan proteolitik. Hasil menunjukkan bahwa fukoidan
cara memakan ROS (Fleurence and Gall 2016). memiliki potensi dalam mengurangi resiko
Polisakarida seperti laminaran, fukoidan peradangan yang meliputi degradasi matriks
dan alginate turunan dari alga coklat seperti Fucus ektraseluler pada MMPs (Fabrowska et al. 2015).
vesiculosus dan Turbinaria conoides mengandung Phlorotanins turunan dari alga coklat yaitu
antioksidan, yang dapat diaplikasikan untuk dieckol dan 1-(3’,5’-dihydroxyphenoxy)-7-(2’,4’,6’-
mencegah penuaan kulit dan kelainan jaringan trihydroxyphenoxy) 2,4,9-trihydroxydibenzo 1,4,-
kutaneus (Couteau and Coiffard 2016). dioxin, telah dilaporkan dapat menekan ekspresi
Antioksidan juga berfungsi menjaga sifat gen MMP-1, MMP-3 dan MMP-13 pada sel
organoleptik dari kosmetik dengan menghambat osteosarkoma manusia (MG-63). Mereka dapat
oksidasi lipid, yang dapat menyebabkan perubahan juga menginhibisi ROS dan menghadang sitokin
warna, aroma dan rasa. (Thomas dan Kim 2013).
Hasil penelitian oleh Joe et al. (2006)
3. Inhibisi Matriks Metalloproteinase (MMP) dan menunjukkan bahwa phlorotannin dapat
penurunan degradasi kolagen menyebabkan diferensiasi osteosarkoma melalui
sintesis kolagen. Dieckol dan eckol yang diisolasi
MMP merupakan bagian yang berhubungan dari Ecklonia stolonifera dapat menginhibisi
dengan zinc endopeptidase secara fungsional dan ekspresi dari MMP-1 pada sel fibroblast dermal
struktural yang dapat memakan komponen Dermal manusia secara in vitro.
Extracellular Matrix (ECM) seperti kolagen, Corallina pilulifera (CP) dapat menghasilkan
proteoglikan, fibronektin, dan laminin baik secara ekstrak C. pilulifera methanol (CPM) yang dapat
in vitro maupun in vivo. MMP berhubungan dengan menekan ekspresi dari MMP-2 dan MMP-9 dari sel
jaringan ikat pada perkembangan embrio, HT-1080. Sargassum horneri dapat menghasilkan
kehamilan, pertumbuhan dan penyembuhan luka. ekstrak Sargachromanol E yang memiliki efek
UVB dan UVA menginduksi pembentukan ROS, anabolik pada kalsifikasi tulang baik secara in vivo
yang memiliki potensi untuk mengaktifkan dan in vitro, mengindikasikan bahwa
neutrofil darah dan menginduksi distrofi elastin. sargachromanol E memiliki potensi sebagai anti
Neutrofil dapat menyisip ke kulit untuk aging. Penelitian oleh J.A. Kim et al. (2013) juga
mensekresikan neutrofil elastase, untuk menunjukkan bahwa fibroblast yang diperlakukan
mengaktifkan MMP (Gambar. 2a). MMP, MMP-2 dengan sargachromanol E efektif dalam melindungi
dan MMP-9 mendegradasi kolagen dan fiber kolagen dari UVA, sehingga menginhibisi ekspresi
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Desember 2017
(a) (b)
Gambar 2. Mekanisme pengaruh antioksidan terhadap ROS pada proses pembentukan kolagen (a);
Mekanisme pengaruh Sargachromanol E pada sitotoksisitas (b)
(Sumber: Kammeyer dan Luiten 2015)
(a) (b)
Gambar 3. Melanin (a) dan mekanisme pembentukan melanin (b)
(Sumber : Khaiat 2017)
5. Ekstrak alga sebagai anti mikroba berguna pada pengguna dengan kondisi bakteri
alami yang sedang tidak stabil (Wang et al. 2014).
Rumput laut memiliki kemampuan untuk Staphyloccus aureus adalah salah satu
membunuh fungi dan bakteri yang merugikan mikroba alami yang ada di tubuh manusia (hidung,
untuk menjaga kestabilan bakteri alami pada mulut, alat kelamin, dan anus). Jika kulit terluka,
tubuh. Oleh karena itu, mereka dapat digunakan bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh dan
sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan menyebabkan infeksi. S. aureus adalah bakteri
mikroba yang dapat merusak kosmetik dan gram positif dan beberapa spesiesnya
membahayakan pengguna kosmetik. memproduksi staphylococcal enterotoxins,
Alga merah (Rhodomela confervoides) dan superantigen Toxic Shock Syndrome Toxin (TSST)
alga coklat (Padina pavonica) efektif dalam dan eksfoliatif toksin. Saat toksin ini disekresikan
melawan Candida albicans dan Mucor ramaniannus di epidermis maka dapat menyebabkan lecet, kulit
(yang dapat menyebabkan infeksi), serta efektif terkelupas, jerawat, furunkel, impetigo, folikulitis,
dalam melawan fungi. Fungsi tersebut sangat abses, lemahnya kontrol suhu, kehilangan cairan,
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Desember 2017
infeksi sekunder, dan sindrom kulit terkelupas Asam alginik, ekstrak polisakarida dari alga
(Vonthron-Sénécheau 2016; Wang et al. 2014). coklat, merupakan hidrokoloid yang baik yang
Penelitian oleh Fenical (1976) membuktikan dapat digunakan sebagai pengental dan penstabil
bahwa Laurinterol turunan dari alga merah emulsi. Sehingga dapat digunakan pada berbagai
(Laurencia pacifia) dapat digunakan untuk macam produk kosmetik. Asam alginik menyerap
mengobati infeksi oleh S. aureus. Spesies alga air dengan cepat sehingga dapat menjaga bentuk
lainnya yaitu Himanthalia elongate dan sel (Stiger-Pouvreau et al. 2016; Wang et al. 2014).
Synechocystis sp. juga memiliki sifat anti mikroba Polisakarida tersebut terdiri dari -d-(1,4)-
terhadap E. coli, S. aureus, C. albicans, dan A. niger mannuronic acid dan -1-(1,4)-guluronic acid.
(Plaza et al. 2010). Potensi ini dapat menjadikan Polisakarida lainnya adalah agar, yang dapat
alga sebagai pengawet alami untuk kosmetik serta digunakan sebagai pengental untuk mendukung
zat antibakteri dan anti inflamasi pada medicated viskositas dan emollience pada produk kosmetik.
cosmetic. Kation polivalen menyebabkan ikatan
interpolisakarida, junction zone yang terjadi pada
6. Alga sebagai pelembab sisi cross-linking. Secara umum, ion kalsium telah
banyak digunakan dalam mempelajari junction
Pelembab merupakan langkah awal dalam zone pada larutan alginat. Setidaknya harus ada
melawan penuaan kulit, menjaga keelastisan kulit, dua L-guluronic acid untuk membentuk junction
menjaga kekuatan kulit serta sebagai pelindung zone, dan untuk membentuk ikatan yang lebih kuat
dari lingkungan luar. Zat aktif pada alga yang dibutuhkan beberapa L-guluronic acid. Saat
berperan sebagai pelembab adalah lipid yaitu konsentrasi kation polivalen meningkat maka
linoleic acid; dan protein beserta turunannya viskositas dan likuiditas dari larutan juga akan
seperti Natural Moisturizing Factor (NMF), meningkat dan membentuk gel. Penambahan
ceramide, aquaporin serta DNA. NMF sangat kalsium lebih lanjut akan menyebabkan asam
penting untuk kelembaban stratum korneum, alginik terpresipitasi dalam larutan.
penjaga homeostasis, deskuamasi, dan elastisitas Kosmetik yang menggunakan alginat harus
kulit. NMF terbentuk dari asam amino. Asam amino mengatur konsentrasi polivalen ion logam dengan
yang terdapat pada alga seperti histidine, tirosine, menggunakan sequestrants seperti EDTA untuk
triptofan (Couteau and Coiffard 2016). Pelembab memaksimalkan efek kental. Faktor lainnya yang
alami dapat menurunkan resiko iritasi kulit mempengaruhi viskositas dari larutan alginat
sehingga aman digunakan dibandingkan pelembab adalah pH. Pada pH mendekati 4 atau pH di atas 10
dari petrokimia. akan menyebabkan peningkatan viskositas dan
Formula kosmetik dengan kandungan menyebabkan larutan menjadi tidak stabil. Oleh
hyaluronic acid (HA) telah umum digunakan karena itu, larutan alginat tidak dapat digunakan
sebagai material pelembab kulit. HA dapat pada kondisi pH ekstrem (Ahmed et al. 2014; Wang
ditemukan pada tanaman dan hewan, namun et al. 2014).
dengan suplai yang terbatas (Couteau and Coiffard Zat pengental lainnya adalah karagenan,
2016). Polisakarida dari alga ada dalam suplai yang polisakarida yang diisolasi dari alga merah, yang
melimpah dan ramah terhadap lingkungan, dengan bersifat anionik. Rangsangan suhu tinggi
harga relatif murah dan dapat menggantikan diperlukan untuk menjadikan karagenan
petrokimia. Penelitian oleh Wang et al. (2014) membentuk gugus heliks. Proses tersebut
menunjukkan polisakarida yang diesktraksi dari merupakan proses yang bergantung pada faktor
alga coklat (Saccharina Japonica) dapat menyerap suhu, sehingga pembentukan gugus polimer terjadi
dan menjaga kelembaban. Penelitian juga saat polisakarida dilarutkan dalam air panas. Saat
menunjukkan polisakarida yang diekstraksi dari dingin, gugus polisakarida bersatu dan membentuk
Saccharina japonica memberikan kelembaban yang gugus heliks, yang memfasilitasi pembentukan
lebih baik dibandingkan dengan HA. Hal tersebut junction zone dengan adanya beberapa kation
membuktikan bahwa polisakarida yang diekstraksi dibawah pengaruh grup anionik sulfat, sehingga
dari alga dapat berperan sebagai bahan tambahan membentuk interhelical cross-links yang
pada kosmetik atau sebagai pengganti HA. menyebabkan viskositas yang tinggi pada larutan
bahkan pembentukan gel. Lambda karagenan
7. Alga sebagai bahan pengental adalah polisakarida lainnya yang menyebabkan
viskositas melalui pengikatan gugus secara
Bahan pengental berguna dalam menjaga random. Pada kappa karagenan efek reologis
viskositas dan liquiditas produk kosmetik. Ekstrak dipengaruhi oleh suhu, yang berpengaruh juga
alga yang berguna sebagai pengental yaitu pada berat molekulnya. Sehingga, peningkatan
polisakarida seperti asam alginik, agar, karagenan, viskositas menyebabkan peningkatan berat
dan asam alginat.
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Desember 2017
molekuler (Stiger-Pouvreau et al. 2016; Ahmed et manusia karena aktivas dari enzim superoxide
al. 2014; Wang et al. 2014). dismutase dan katalase. Astaxantin juga dapat
menekan hiper pigmentasi pada kulit, menghambat
8. Alga sebagai pigmen pembentukan melanin dan meningkatkan kondisi
lapisan kulit. Fukosantin adalah karotenoid utama
Saat ini pewarna alami akan lebih banyak yang ada di kloroplas alga coklat seperti S.
dicari karena adanya kekhawatiran bahwa siliquastrum, U. pinnatifida, S. fulvellum, L. japonica
pewarna sintetik dapat menyebabkan kanker, dan H. fusiformis. Fukosantin dapat melawan
menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal. oxidative stress yang diakibatkan oleh paparan UV
Pigmen yang ditemukan pada alga adalah klorofil, (Dumay and Morançais 2016; Fabrowska et al.
karotenoid, dan fikobiliprotein. Turunan dari 2015; Ahmed et al. 2014). Maeda et al. (2005)
pigmen tersebut yang juga berperan sebagai menyatakan bahwa fukosantin meningkatkan
antioksidan yaitu fikosianin dan klorofil (Romay et pembakaran lemak di jaringan adiposa, dengan
al. 2003), flavonoid, β-karoten, vitamin A, dan α- adanya peningkatan termogenin.
tokoferol (Wang et al. 2014). Mikroalga -karoten merupakan prekusor
Selain sebagai pigmen, karotenoid juga vitamin, yang diproduksi oleh Dunaliella spp. atau
berfungsi sebagai fotoproteksi melawan foto- Spirulina platensis. -karoten merupakan
oksidasi dari sinar yang berlebihan. Fungsi antioksidan yang tinggi, yang mampu menangkal
tersebut yang membuat karotenoid beserta radikal bebas, yang dapat menyebabkan kanker
turunannya (Gambar. 4) memiliki fungsi lebih pencernaan, arthritis, atau penuaan dini (Baky et al.
sebagai antioksidan. Kandungan beta karoten dari 2013). Sanchez et al. (2008) menemukan lutein
karotenoid juga berfungsi sebagai prekursor pada Scenedesmus dan Chlorella, yang dapat
vitamin A. melindungi kulit dari radiasi sinar UV dan sebagai
Famili alga yang berpotensi sebagai substansi immunoprotektif. Haliman (2007)
penghasil karotenoid adalah Chlorophyceae, menemukan lutein dan zeaxantin pada Rhodophyta
dengan genus Dunaliella, Muriellopsis, Chlorella dan spp. dan Spirulina spp. yang dapat diaplikasikan
Haematococcus. Karotenoid adalah molekul pada industri pewarna makanan, farmasi dan
isoprenoid, yang dapat dibagi menjadi karoten dan kosmetik. Lutein berperan besar dalam mencegah
xantofil. Karotenoid telah umum digunakan kerusakan kronis pada pembuluh darah di jantung,
sebagai pewarna alami di industri makanan, menjaga penglihatan, mencegah penyakit katarak,
farmasi dan kosmetik. Astaxantin merupakan menstimulasi respon imun, dan mencegah penyakit
antioksidan yang ditemukan pada Haematococcus atherosclerosis, mencegah infeksi pencernaan dan
pluvialis, yang memiliki kekuatan antioksidan lebih mencegah degenerasi makula (Dumay and
tinggi daripada vitamin C dan E. Astaxantin dapat Morançais 2016).
melindungi protein dan esensial lipid dari limfosit
9. Nilai Tambah Alga sebagai Bahan Baku di Indonesia merupakan negara dengan
Indonesia wilayah perairan yang luas dan memiliki sentra
penghasil alga (mikroalga dan makroalga) di
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Desember 2017
beberapa daerah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan, 1(2): 92-
Lampung, Bali, daerah Kepulauan seribu, Ambon, 100.
Lombok, dan Makasar. Indonesia juga memiliki Agustina, S. dan S. Herman. 2016. Potensi
varietas alga yang beragam. Namun saat ini Mikroalga sebagai Bahan Kimia Adi. Portal:
aplikasinya belum optimal untuk dijadikan dalam Media ilmiah Bidang Kimia dan Kemasan,
komponen bahan baku. Bedasarkan Munifah 1(3): 122-130.
(2008) alga yang dimanfaatkan di Indonesia baru Ahmed, A. B. A., M. Adel, P. Karimi, and M.
berkisar di 9,7%. Dengan sumber bahan baku alga Peidayesh. 2014. Advances In Food And
yang potensial dari sisi kualitas, kuantitas dan Nutrition Research. Marine Carbohydrates:
availabilitas, serta bedasarkan paparan di atas Fundamentals and Applications, Part B.
mengenai proses biomekanisme alga yang Chapter ten: Pharmaceutical, Cosmeceutical,
memungkinkan alga untuk dikembangkan menjadi and Traditional Applications of Marine
bahan baku kosmetik ataupun medicated cosmetic, Carbohydrates, Advances in Food and
Indonesia memiliki peluang untuk menaikkan nilai Nutrition Research, Volume 73. Se-Kwon Kim
tambah alga. (Ed). Elsevier Inc., London: 198-216.
Negara yang telah menjadikan alga sebagai Aidha, N.N. dan R. Ermawati. 2014. Mikroalga
bahan baku kosmetik (skala produksi dan sebagai Alternatif Renewable Energy untuk
komersialisasi) adalah Cyprus dengan produk Biodisel. Portal: Media ilmiah Bidang Kimia
Abyss. Cyprus dengan perairannya yang luas telah dan Kemasan, 1(1): 26-34.
memanfaatkan alga, baik sebagai bahan baku Babitha, S. and E.K. Kim. 2011. Marine
kosmetik dan juga sebagai sediaan herbal. Negara Cosmeceuticals: Trends and Prospects.
lainnya adalah Jepang dengan Lina blue (Spirulina Chapter 5: Effect of Marine Cosmeceuticals
spp. dan Porphyra spp.) sebagai pewarna untuk eye on the pigmentation of skin. Se-Kwon Kim
shadow; Monaco dengan Protulines yang (ed). CRC Press, Florida: 428 pages.
menggunakan Spirulina platensis sebagai sumber Baky, Hanaa H. Abd El, and Gamal S. El-Baroty.
asam linoleat; Polandia dengan produk Bielenda 2013. Healthy Benefit of Microalgal
(Spirulina platensis) dan Thalgo yang berfungsi Bioactive Substances. Journal of Aquatic
sebagai krim anti aging; dan Dermochlorella yang Science, 1(1) : 11-22.
menggunakan Chlorella spp. sebagai sumber Baweja, P., S. Kumar, D. Sahoo, and I. Levine. 2016.
karetonoid yang berfungsi merangsang Seaweed in Health and Disease Prevention.
pembentukan kolagen (Ryu et al. 2015). Chapter 3: Biology of Seaweed. Edited by J.
Fleurence and I. Levine. Elsevier: 41-106.
Kesimpulan BPOM. PERKA BPOM RI No: HK.00.05.42.1018.
Tentang Bahan Kosmetik. 2008.
Alga bedasarkan kandungan dan fungsinya Couteau, C. and L. Coiffard. 2016. Seaweed in Health
berpotensi sebagai bahan baku kosmetik, dengan and Disease Prevention. Chapter 14:
Seaweed Application in Cosmetic. Edited by
diversifikasi bedasarkan biomekanismenya alga
J. Fleurence and I. Levine. Elsevier: 423-441.
juga berpotensi sebagai mediacated cosmetic dan Dumay, J. and M. Morançais. 2016. Seaweed in
bahan sediaan herbal untuk farmasi. Alga dengan Health and Disease Prevention. Chapter 9:
fungsinya sebagai zat antioksidan dapat juga Protein and Pigmen. Edited by J. Fleurence
dikembangkan menjadi anti kanker dan anti aging, and I. Levine. Elsevier: 275-318.
karena dapat menahan pembentukan ROS dan Fabrowska, J., B. Leska, G. Schroeder, B. Messyasz,
menginhibisi pembentukan MMP. Pigmen pada and M. Pikosz. 2015. Marine Algae Extracts:
Processes, Products, and Applications, First
alga selain sebagai pewarna. juga berperan sebagai
Edition. Chapter 38: Biomass and Extracts of
zat immunoprotektif serta penangkal radikal Algae as Material for Cosmetics. Edited by
bebas, yang dapat menyebabkan kanker S.K. Kim and K. Chojnacka. Wiley-VCH Verlag
pencernaan, arthritis, atau penuaan dini. Alga di GmbH & Co. KgaA: 681-706.
Indonesia tersedia dengan kualitas, kuantitas, Fenical, W. 1976. Chemical variation in a new
varietas dan availibilitas yang baik sehingga bromochamigrene derivative from the red
mendukung untuk dijadikan sumber bahan seaweed Laurencia pacifica, Phytochemistry,
15(4): 511-512.
baku/tambahan pada skala produksi.
Fleurence, J. and E. Ar Gall. 2016. Seaweed in Health
and Disease Prevention. Chapter 12:
Daftar acuan Antiallergic Properties. Edited by J.
Fleurence and I. Levine. Elsevier: 389-406.
Agustina, S. 2015. Teknologi Kimia Hijau untuk
Menghasilkan Fitokimia. Portal: Media
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 9 No. 2 Desember 2017
Guaratini, T., K.H.M. Cardozo, E. Pinto, and P. in white adipose tissues. Biochem. Biophys.
Colepicolo. 2009. Comparison of diode array Res. Commun. 332(2); 392-397.
and electrochemical detection in the C30 Munifah, I. 2008. Prospek pemanfaatan alga laut
reverse phase HPLC analysis of algae untuk industri. Squalen, 3(2): 58-62.
carotenoids. J. Braz. Chem. Soc., 20(9): 1609- Neto, D.C., F.B. de Camargo, and P.B.G.M. Campos.
1616. 2014. Cosmetic composition containing
Joe, J.Y., S.N. Kim, H.Y. Choi, W.S. Shin, G.M. Park, Spirulina and cosmetic treatment method.
D.W. Kang, and Y.K. Kim. 2006. The Patent US 2014/0023676 A1.
Inhibitory effect of Eckol and Dieckol from Plaza, M., S. Santoyo, L. Jamie, R.G.G. Blairsy, M.
Ecklonia stolonifera on the Expression on Herrero, F.J. Senorans, and E. Ibanez. 2010.
Matrix Matalloproteinase-1 in Human Screening for bioactive compounds from
Dermal Fibroblast. Biol. Pharm. Bull., 29(8); alga. J. Pharm. Biomed. Anal. 51: 450-455.
1735-1739. Romay, Ch., R. González, N. Ledón, D. Remirez and
Kammeyer, A. and R.M. Luiten. 2015. Oxidation V. Rimbau. 2003. C-Phycocyanin: A
events and skin aging. Ageing Research Biliprotein with Antioxidant, Anti-
Reviews, 21: 16-29. Inflammatory and Neuroprotective Effects.
Khaiat, A. 2017. Skin Biology. Clay Bunte (ed). Current Protein and Peptide Science, 4: 207-
http://slideplayer.com/slide/3439451/, 216.
diakses pada 30 Maret 2017. Ryu, B., S.W.A. Himaya and S.K. Kim. 2015.
Kim, J.A., B.A. Ahn, C.S. Kong, and S.K. Kim. 2013. Handbook of Marine Microalgae. Chapter 20:
The chromene sargachromanol E inhibits Applications of Microalgae-Derived Active
ultraviolet A-induced ageing of skin in Ingredients as Cosmeceuticals.
human dermal fibroblasts. British Journal of Biotechnology Advances: 309-316.
Dermatology, 168(5): 1365-2133. Sanchez, J.F., J.M. Fernandez-Sevilla, F.G. Acien, M.C.
Kim, M.S., G.H. Oh, N.J. Kim, and J.K. Hwang. 2013. Ceron, J. Perez-Parra, and E. Molina Grima.
Fucosterol inhibits matrix 2008. Biomass and lutein productivity of
metalloproteinase expression and promotes Scenedesmus almeriensis: influence of
type-1 procollagen production in UV B- irradiance, dilution rate and temperature.
induced HaCaT cells. Photochem, Photobiol., Appl. Microbiol. Biotechnol. 79(5); 719-729.
89: 911-918. Stiger-Pouvreau, V., N. Bourgougnon, and E.
Kim, M. and H. J. Park. 2016. Molecular Mechanisms Deslandes. 2016. Seaweed in Health and
of Skin Aging and Rejuvenation, Molecular Disease Prevention. Chapter 8:
Mechanisms of the Aging Process and Carbohydrates From Seaweeds. Edited by J.
Rejuvenation, Prof. Naofumi Shiomi (Ed.), Fleurence and I. Levine. Elsevier: 227-274.
InTech, DOI: 10.5772/62983. Available Thomas, N.V. and S. K. Kim. 2013. Beneficial Effects
from: of Marine Algal Compounds in
https://www.intechopen.com/books/mole Cosmeceuticals. Mar. Drugs, 11(1); 146-164.
cular-mechanisms-of-the-aging-process- Vonthron-Sénécheau, C. 2016. Seaweed in Health
and-rejuvenation/molecular-mechanisms- and Disease Prevention. Chapter 11:
of-skin-aging-and-rejuvenation, diakses Medicinal Properties: Antibiotic, Tonic, and
pada 30 Maret 2017. Antiparasitic Properties. Edited by J.
Maeda, H., M. Hosokawa, T. Sashima, K. Funayama, Fleurence and I. Levine. Elsevier: 369-388.
and K. Miyashita. 2005. Fucoxanthin from Wang, H.M.D., C.C. Chen, P. Huynh, and J.S. Chang.
edible seaweed. Undaria pinnatifida, shows 2014. Exploring the potential of using algae
antiobesity effect through UCP1 expression in cosmetics. Bioresource Technolgy, 12(1):
1-28.