Vous êtes sur la page 1sur 10

KESALEHAN SOSIAL

SEBAGAI PARAMETER KESALEHAN KEBERISLAMAN


(Ikhtiar baru dalam menggagas mempraktekkan tauhid sosial)
Oleh: Haris Riadi
Dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Email : lp2muinsuska@yahoo.com

Abstrak
Seringkali terdengar di kalangan muslim, orang yang membedakan antara kesalehan Individu
dan kesalehan sosial. Seolah-olah dalam Islam ada dua macam kesalehan; kesalehan individu
dan kesalehan sosial. Itulah sebabnya, kenapa kesalehan tersebut tidak terukur seperti ibadah
lainnya, dan terkadang tak jarang, menyebabkan perbedaan dalam memahami kesalehan tersebut.
Paling tidak dalam pengertian Kesalehan Individu dimaksud adalah kesalehan yang hanya
mementingkan ibadah semata yang berhubungan dengan Tuhan dan kepentingan diri sendiri,
sementara kesalehan sosial dipahami sebagai kesalehan yang menunjukkan pada prilaku orang
yang peduli dengan dengan nilai-nilai Islami, yang bersifat sosial.
Maka yang terpenting sekarang adalah menjadikan satu Ibadah tidak hanya bernilai kesalehan indiviui
tapi sekaligus bernilai kesalehan sosial. Sehingga ibadah itu tidak terdikhotami antara individu dan sosial.

Key words: Kesalehan Individu, Kesalehan Sosial, Tauhid Sosial

Pendahuluan yang merupakan inti atau ruh Islam. Dengan kata


Islam merupakan agama mayoritas dianut lain tauhid merupakan konsep sentral dan sangat
masyarakat Indonesia. Dalam skala global, fundamental dalam Islam. Tauhid secara
masyarakat Islam Indonesia merupakan kebahasaan berarti ke-Esa-an atau kesatuan.
masyarakat Islam terbesar di dunia. Sebagai Dimaksud keesaan di sini adalah keesaan Tuhan.
agama yang banyak dianut, Islam tentu tidak bisa Selama ini konsep tauhid dipahami bersifat
diabaikan begitu saja dalam kehidupan sosial sekadar ranah ketuhanan, teosentris.2 Ia tidak
masyarakat. Secara langsung atau tidak langsung
pemahaman keislaman penganutnya memengaruhi
yang menegaskan adanya proses satu kesatuan dan tunggal
kehidupan ranah sosial. Karenanya upaya kemanunggalan dalam berbagai aspek hidup dan kehidupan
penggiringan agama, dalam hal ini Islam, semata semua yang ada, berasal dari bersumber hanya pada satu Tuhan
saja, yang menjadi asas kesatuan ciptaan-Nya dalam berbagai
soal urusan atau ranah privat perlu didebatkan. bentuk, jenis dan bidang kehidupan. Lihat dalam Musa Asy’arie;
Agama hanya menyoal urusan halal-haram perlu Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, (Yogyakarta, LESFI,
dipertanyakan, atau dalam kata lain apakah agama 2002), h. 180-181
2
Dalam konteks teologi, Tauhid adalah pernyataan iman
melulu persoalan hukum?. Apakah agama kepada Tuhan yang Tunggal, dalam suatu sistem, karena
merupakan media pembebasan?. pernyataan iman seseorang kepada Tuhan, bukan hanya
Persoalan lain adalah secara keseluruhan pengakuan. lisan, pikiran dan hati atau qalbu, tetapi juga tindakan
dan aktualisasi yang diwujudkan dan tercermin dalam berbagai
prinsip Islam bertumpu pada tauhid.1 Hal inilah aspek kehidupannya, baik sosial, ekonomi, politik, kebudayaan
dan agama. Bhakan Iman dalam pengertian ini menjadi kunci
sukses yang luar biasa melejitnya, yang menjadi pegas bagi amal-
1
Dalam filsafat Islam Sebagaimana yang disebut oleh Musa amal lain. Dengan amat sederhana Taufiq Yusuf al-Wa’iy
al-Asy’ari, bahwa tauhid adalah suatu sistem pandangan hidup mengimpikan sebuah motor dengan bahan bakan Iman yang

49|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

pernah dilihat dalam perspektif kemanusiaan, orientasi hidup dan obyek pengabdian. Dalam
antroposentris. Sehingga konsep tauhid kerap pengertian ini menjadikan uang, kekuasaan,
bersifat metafisis-spekulatif, artinya tidak pernah negara, dan selain Tuhan, sebagai satu-satunya
menyentuh dimensi realitas, dalam pengertian orientasi hidup dan obyek pengabdian sama saja
empirik.3 menuhankan hal tersebut. Dalam pengertian
Implikasinya ada jurang lebar, dalam Islam, menuhankan “sesuatu” selain Tuhan
hubungan antara Khalik dan makhluk, antara disebut syirik. Yaitu menjadikan sesuatu selain
Tuhan dengan manusia. Pemahaman seperti ini Tuhan sebagai sesembahan hidup.
perlu dipertanyakan kembali. Melihat banyaknya Dalam kenyataan praksis, bukan hal yang sulit
pemahaman ketuhanan yang dipahami, namun untuk menemukan bahwa konsep tauhid tidak
pada saat yang sama tidak dapat merubah perilaku pernah termanifestasikan dalam ranah empirik.
kaum Muslim. Konsep tauhid tidak pernah Sekadar ilustrasi, ketika negara dan aparaturnya
termanifestasikan dalam tataran praksis. melulu merupakan sumber penindasan, tetap saja
Demikian pula tauhid memproklamirkan kalangan Muslim meributkan sistem kenegaraan
bahwa tiada Tuhan selain Allah, Laa ilaaha illa tersebutlah yang keliru. Sebagai gantinya mereka
Allah. Seorang Muslim harus menegasikan segala menawarkan sistem kekhalifahan sebagai solusi,
“sesuatu” selain Tuhan, sebagai manifestasi selain alasan sangat islami. Saat ini masih banyak
keimanannya. Hanya saja perlu dipertanyakan apakah kalangan Muslim yang tergantung dengan
konsep tauhid hanya sebatas verbal Laa ilaaha illa keberadaan negara. Tanpa ada negara seolah-olah
Allah? Hanya sebatas dalam tataran konsep yang tak kehidupan akan kacau. Karenanya bisa dipahami
terkait sama sekali dengan tataran praksis? terdapat diktum bahwa “masih lebih baik
Kalau tauhid hanya dipahami menegasikan kepemimpinan lalim ketimbang kekosongan
segala “sesuatu” selain Tuhan semata, tentu saja kepemimpinan dalam suatu negara.”4 Tentu saja
bisa diartikan bahwa sangat tidak bertauhid diktum ini masalah bila dihadapkan dengan konsep
seorang Muslim bila menuhankan “sesuatu” selain tauhid. Mengikuti kerangka syirik, menjadikan
Tuhan. Tuhan dimaksud adalah dalam pengertian “sesuatu” selain Tuhan sebagai orientasi hidup dan
fenomenologis, yaitu “sesuatu” yang dijadikan objek sesembahan, dalam hal ini negara,
merupakan tindakan syirik. Kenyataan seperti ini,
yaitu kosongnya manifestasi konsep tauhid dalam
menarik penunpang menuju kesuksesan. Lihat dalam Taufiq Yusuf tataran empirik, bukanlah tanpa sebab.
al-Wa’iy, Iman membangkitkan kekuatan terpandam, (Jakarta: Konsep tauhid dalam perspektif teosentris5
al-I’tisham, cahaya umat, 2004)
3
Menurut Hasan Hanafi, Watak Islam yang demikian adalah perlu dipikirkan ulang. Apakah tauhid merupakan
watak Islam yang transformatif revolusioner, akan tetapi watak
tersebut tidak diteruskan dalam kehidupan saat ini yang global.
Islam lebih dipahami pada tataran normatif-formalisme. Watak
4
ajaran Islam yang sebenarnya justru kehilangan elan-vitalnya. Bagi kelompok gerakan Islam Radikal pemerintahan
Apa lagi menghadapi globalisasi yang melahirkan agama baru (Negara) menjadi substansi yang penting sehingga ketiadaan
bernama developmentalisme, maka umat Islam dituntut untuk Negara dengan system pemerintahan yang Islami akan melahirkan
merekontruksi terminologi Islam dari tataran teologi ke pro-aksi, budaya yang penuh kesyirikan. Berkaitan dengan bahasa politik
atau implikasi keberagamaan dari keberimanan pada tindakan kelompok Islam radikal ini misal Hizb al-Tahrir dan Salafi di
sosial. Disinilah keinginan Hasan Hanafi untuk men-transformasi- Indonesia merupakan prototype yang mewakili bahasa politik
kan tauhid pada tataran sosial praksis guna mencapai revolusi Islam. kelompok tersebut. lihat dalam Jamhari dan Jajang Jahroni,
Karena Ia menilai para teolog tradisional telah gagal mengaitkan Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, (Jakarta; PT. Raja Grafindo
tauhid kepada kesadaran manusia, untuk diimplementasikan ke Persada, 2004)
5
tataran praksis, guna membebaskan umat dalam kenistaan. Lihat Teosentris dalam pengertian ini adalah bahwa ke-Esa-an
dalam Hasan Hanafi; Dari Akidah ke Revolusi; Sikap kita Allah merupakan inti dari prinsip- prinsip Ilahi yang bersesuaian
terhadap tradisi lama, (Jakarta, Paramadina, 2003) dengan realitas tertinggi yakni Tauhid, sehingga melahirkan amal

50|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

hal yang tidak terkait sama sekali dengan Parameter Kesalehan Keberislamana (Ikhtiar
kemanusiaan, antroposentris?.6 Mengandaikan dalam menggagas mempraktekkan teologi social
tauhid hanya melulu persoalan keesaan Tuhan di Riau)
yang tidak terkait dengan kemanusiaan,
pertanyaannya adalah kenapa agama melibatkan Pembahasan
manusia? 1. Problem Tauhid dan Tauhid Sosial dalam
Perlu dipertanyakan apakah agama dibutuhkan tataran Praktis
manusia atau Tuhan? Pada kenyataannya, dalam Beberapa problem tauhid dan tauhid sosial
perspektif teologis, Tuhan tidak membutuhkan dalam tataran praksis masyarakat yang muncul
apapun. Mengatakan bahwa agama dibutuhkan adalah sebagai bentuk dari keresahan umat
manusia tentu saja perlu menengok sejarah Islam akan kondisi sosial saatnya dan merasa
turunnya Islam. Agama mulai dipertanyakan perlunya membangun sebuah konsep teologis
relevansinya dalam kehidupan. Karenanya perlu yang memihak atau berusaha menganalisa
dilacak penyebab transformasi agama sebagai fenomena ketimpangan sosial. Dalam hal ini
media pembebas menjadi penjaga terkuat status setidaknya ada dua hal yang pantas dikritisi:
quo dan alat legitimasi penguasa.
Maka akhir dari persoalan tersebut adalah Konsumerisme Religius
hilangnya kesalehan seseorang terlebih adalah Tidak dapat dipungkiri bahwa era sekarang
kesalehan sosial. Kesalehan seseorang seringkali ini dapat disebut sebagai era konsumerisme.
diukur dengan kesalehan Individu, karenanya, Di beberapa kota, pemerintah beramai-ramai
apakah memang islam tidak mengajarkan kesalehan membangun supermarket dan di bagian lain
social sebagai parameter keberislaman yang benar menggusur pedagang kaki lima dengan dalih
sekali bersemangat kaffah dan benar. Peroalan inilah ketertiban dan keindahan kota. Tampak bahwa
yang mengundang dan menyebabkan peneliti untuk pemerintah lebih mementingkan para penanam
menggali lebih dalam, apakah Islam hanya mengajar modal supermarket yang jumlahnya hanya
dan mendidik umatnya hanya sampai batas beberapa orang daripada memeperhatikan
kesalehan individu semata tanpa melampaui pada beratus-ratus bahkan mungkin beribu pedagang
batas kesalehan sosial?, atau jangan-jangan justru kaki lima yang nyawanya sedikit lagi melayang
Islam mengajar dan mendidik kesalehan sosial dan akibat kemiskinan. Kemudian di tengah-tengah
tidak mengajar dan mendidik kesalehan individual kelangkaan bahan bakar minyak dan di tengah-
tetapi karena berbagai kepentingan, situasi dan tengah isu pencemaran udara jumlah mobil
kondisi bahkan karena kehendak zaman dan mewah yang menjadi mobil pribadi dari hari
ideologi kesalehan itu berubah dan berganti ke hari semakin bertambah, jumlah orang yang
dengan kesalehan tanpa konsep dan parameter. berlibur atau senang melancong ke luar negeri
Ketertarikan inilah kemudian penulis mengambil walaupun hanya sekedar shopping atau periksa
judul sebagai gambaran persoalan yang akan gigi meningkat, walaupun uang yang mereka
diungkapkan dengan Kesalehan Sosial Sebagai pakai adalah uang para rakyat miskin yang
membayar pajak. Jumlah hotel berbintang
yang berorientasi hanya semata mencari keridhaan Allah. Dalam
yang makin bertambah dan merambah sana-
konsep ini, Allah menjadi inti dari prinsip amal. Lihat dalam sini dengan desain ruangan dan taman serta
Komaruddin Hidayat dan Muhammad wahyu Nafis, Agama masa area parkir yang menakjubkan dari segi
depan; perspektif filsafat Perennial, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2003), h. 59 arsitektur tetapi menyedihkan dari sisi sosial
6
Ibid., sebab setiap penghuni hotel keluar dari area

51|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

parkir dengan mobil mewahnya, mereka mendendangkan lagu-lagu kebangkitan Islam


langsung dihadang oleh anak kecil yang tentang isteri yang saleha tanpa pernah
menengadahkan tangannya sambil berkata mendendangkan kegetiran hidup kaum
“uang ta’ dulue, seratus mo”. Musta’afin. Inikah yang mereka anggap sebagai
Di tengah-tengah peristiwa busung lapar, amal shaleh?.9 Beberapa Islamis yang setiap
para anggota legislatif berkutat untuk harinya menjaga kebersihan tubuhnya dari najis,
dinaikkan tunjangannya dengan dalih mengharumkan tubuh, menjaga busana di saat
meningkatkan kinerja dalam rangka menghadap Allah dengan khusuknya tetapi
memperjuangkan suara rakyat, padahal pada kapan mereka memperhatikan pakaian para
sebuah foto surat kabar, dalam sebuah rapat anak jalanan, walaupun itu hanya sekedar
DPR anggota yang hadir hanyalah 3%. Agama pakaian?.10 Bahkan yang lebih parah lagi, di saat
sekarang ini telah beralih media dakwahnya momen bulan Ramadhan yang kita anggap
dari surau-surau atau pesantren ke media sebagai media untuk mensucikan diri dari
televisi. Kita bisa melihat betapa maraknya dosa-dosa yang kita lakukan, ternyata ada
paket-paket Islam yang anehnya berbau mistik. sebagian kaum muslimin yang sudah sadar
Kegiatan dzikir yang begitu khusyuk bahwa bulan Ramadhan bukan hanya dalam
dilakukan di hotel-hotel berbintang dan rangka “berlapar ria” dan “mencuci lumpur dosa”
dihadiri oleh beberapa pejabat-pejabat tinggi tetapi juga sebagai sarana untuk turut merasakan
negara sampai membuat para pemirsa menjadi penderitaan orang-orang yang kelaparan, namun
menangis, menangisi apa yang mereka anggap sayangnya mereka tidak beranjak dari level
selama ini adalah dosa-dosa besar yang dapat sekedar merasakan menjadi turut beraksi dalam
mengantarkan mereka ke neraka, tapi kapankah pemihakan terhadap orang-orang miskin, turut
mereka menangisi para korban busung lapar, memberikan partisipasi dalam rangka
korban penggusuran yang ditayangkan mentranformasi kondisi sosial yang amburadul
televisi?. 7 Kapankah para penjabat atau saat ini. Inilah yang disebut sebagai
keluarga penjabat yang ikut menangis dalam konsumerisme religius, dimana agama hanya
majelis dzikir tersebut, menangisi dosa-dosa diperlakukan layaknya makanan instant, dengan
mereka menghabisi uang rakyat dan gampang menjadi penenang bagi kita, di saat
menyalahgunakan gaji yang mereka dapatkan pikiran kita galau akibat bisnis yang gagal, dsb
bukan untuk mengabdi pada rakyat.8 tetapi kapankah kita menjadikan agama sebagai
Beberapa konferensi atau pertemuan yang energi spiritual untuk memihak dan memperbaiki
dilakukan oleh beberapa kalangan yang kondisi sosial kaum Mustad’afhin.
menganggap diri mereka sebagai Islamis di
gedung atau hotel-hotel mewah serta shalat di Islam Politik
mesjid yang “wah cantiknya” tetapi sangat Sekarang ini, menurut Syafi’i Ma’arif, isu
berdekatan dengan rumah-rumah kumuh, politik Islam yang didasari oleh penegakan
pedagang kaki lima yang tidak jelas penghasilan
perharinya, para peminta-minta, bahkan
seringkali membuat konser nasyid yang 9
Thaha, Idris (ed.). Berderma Untuk Semua: Wacana dan
Praktik Filantropi Islam. (Jakarta: Teraju-Mizan, 2003).
10
Lihat dalam tulisan Karni, Asrori S. (ed.). Hajatan
7
Efri S. Bahri, Kesalehan Komunitas, solusi problema social, Demokrasi: Potret Jurnalistik Pemilu Langsung Simpul Islam
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003), h. 59 Indonesia dari Moderat Hingga Garis Keras. (Jakarta; Gatra,
8
Ibid., 2006).

52|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

syariat Islam hanyalah slogan belaka dalam membangun masyarakat madani di Yastrib.
rangka menyongsong kepentingan pribadi Rasulullah datang bukan untuk menyalahkan
tertentu. Kemudian walaupun penegakan kaum miskin dan mengkooptasi mereka
syari’at Islam di beberapa daerah dapat dengan pandangan fatalistic bahwa
dikatakan berhasil, pertanyaan yang muncul kemiskinan mereka adalah kehendak Allah,
adalah apakah penegakan syariat Islam tetapi Rasulullah datang dalam rangka
tersebut hanya sebatas formalitas berupa menyadarkan orang yang termarginalkan dan
hukum potong tangan, hukum cambuk, hukum kelas yang memarginalkan untuk mengubah
rajam dan sebagainya, ataukah menyentuh hal tatanan sosial yang ada.13 Spirit Islam yang
yang lebih subtansial dari Islam yaitu membela kaum lemah inilah yang agaknya
keberpihakan Islam pada kaum lemah.11 pudar dikalangan kaum muslimin, kesalehan
Kita juga melihat bahwa ada beberapa yang selama ini kita pelihara adalah kesalehan
partai yang menamakan dirinya partai Islam individual, kesalehan yang kapitalistik,
hanya mengakui kepentingan umat Islam bila kesalehan egoisme, kesalehan semu. Sudah
pesta demokrasi semakin mendekat. Sejarah saatnya kita bersatu membangun gerakan
memperlihatkan kepada kita bahwa fitrah dari untuk melakukan transformasi sosial menuju
Islam yaitu dalam rangka melakukan masyarakat profetik.14
transformasi di segala hal terutama hal-hal
yang berbasis sosial. Transformasi ini 2. Konsepsi dan Aplikasi Ibadah dengan
ditujukan dalam rangka membentuk manusia- Kesalehan Sosial
manusia yang berada dalam kondisi yang Korelasi Ibadah dengan Muamalah
manusiawi atau insan kamil. Islam datang Bagian ini hendak mencari landasan normatif
dalam rangka menghancurkan tatanan yang bahwa Islam terkait dengan soal kehidupan sosial
tidak adil, relasi yang memperbudak, kultur manusia, bukan melulu “ketuhanan” yang jauh
yang tidak manusiawi dan sistem yang “di atas” sana, dalam artian apakah pemahaman
hegemonik. Dalam sirah nabawiah kita telah transendental-metafisis tersebut tidak terkait
mengetahui bahwa Rasulullah dalam dengan kehidupan manusia, bahwa nilai-nilai
kehidupan sehari-harinya bergumul dengan Islam bersentuhan dengan kehidupan sosial. Apa
orang-orang lemah (Mustad’afin),12 bahkan pun itu wajah dari Islam, selalu terkait dengan
dalam riwayat beliau didapatkan menjahitkan ranah sosial. Sebagai misal, tauhid tidak akan
alas kaki seorang janda tua, beliau bermakna bila tidak dimanifestasikan dalam
mencontohkan hidup yang sederhana bahkan konteks sosial.
beberapa sahabat menangis melihat kondisi Secara umum ibadah adalah urusan antara
rumah beliau yang hanya berisi alas tidur dan seorang ‘abd (penyembah atau hamba) dengan
tempat menyimpan air wudhu. Tetapi beliaulah ma’bud (yang disembah); hablun min Allah,
yang paling getol memperjuangkan risalah sedangkan urusan muamalah adalah urusan
Allah untuk melakukan eksperimentasi antara manusia dengan sesamanya; hablun min
al-nas. Yang pertama adalah urusan ritual, yang

11
Ma’arif, Ahmad Syafi’i. 2006. “Sistem Kekhalifahan dalam
13
Tradisi Islam”, makalah seminar Kritik dan Kontekstualisasi Ibid.,
14
Peradaban Islam, (Jakarta; Universitas Paramadina, 2006). hlm Amien Rais, Membangun politik adiluhung: membumikan
79 tauhid sosial, menegakkan Amar Ma’ruf nahi Munkar,
12
Ibid., (Yogyakarta; Zaman Wacana Mulia, 1998), hlm. 89

53|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

kedua adalah urusan sosial. dicintai Allah ialah yang paling bermanfaat
Dalam al-Quran dan kitab-kitab hadits, bagi manusia. Dan amal yang paling utama
proporsi terbesar kedua sumber ajaran Islam adalah memasukkan rasa bahagia pada hati
tersebut berkenaan dengan urusan muamalah. orang (beriman), seperti menutup rasa lapar,
Ayat-ayat ibadah dan ayat-ayat berkenaan membebaskan (orang) dari kesulitan, atau
kehidupan sosial adalah satu berbanding membayarkan utang.” Itu artinya, urusan sosial
seratus. Untuk satu ayat ibadah ada seratus ayat lebih penting daripada urusan ibadah. Dengan
muamalah. Begitu juga di dalam kitab hadits. kata lain, upaya apa pun yang sudah dilakukan
Dari dua puluh jilid Fath al-Bari: Syarah dalam ibadah, penentu diterima atau tidaknya,
Shahih Bukhari, hanya empat jilid berkenaan atau bermanfaat atau tidaknya ditentukan
dengan urusan ibadah. dalam kehidupan sosial.
Dalam Islam bila waktu ibadah bersamaan
dengan urusan muamalah penting, ibadah boleh Efek Ibadah Individual terhadap
ditunda atau ditangguhkan pelaksanannya. Kesalehan sosial
Ibadah yang mengandung segi sosial diberi Perintah-perintah agama yang berkaitan
ganjaran besar daripada ibadah bersifat dengan ibadah individual selalu memperlihatkan
perorangan. Ketika urusan ibadah dilakukan fungsi dan tugas ganda. Pada satu sisi ia
tidak sempurna atau batal, karena satu hal, merupakan cara seorang hamba untuk
maka kifaratnya (tebusannya) ialah melakukan mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan
sesuatu yang berhubungan dengan muamalah. hati, membebaskan diri dari ketergantungannya
Orang yang tidak mampu berpuasa diharuskan kepada selain Allah SWT., dan pada saat yang
memberi makanan kepada orang miskin, di sama ia menyatakan tuntutannya kepada
sebut fidyah. manusia untuk melakukan tanggungjawab
Menariknya, bila orang tidak baik atau sosial dan kemanusiaan.
melakukan kesalahan dalam urusan muamalah, 1. Ibadah Shalat
urusan ibadah tidak dapat menutupinya. Ketika Dalam hal sholat misalnya, Al-Qur’an
seseorang merampas hak orang lain, tidak dapat menyatakan:
menghapus dosanya dengan shalat tahajud.
Ketika saya melukai Anda, kesalahan saya
ÄǂÊ ǯÌ ǀÊ Êdz È̈ Ȑǐ
ċ dz¦ ǶÊ ÊǫÈ¢ÂÈ ňÊƾÌ ÉƦǟƢ
Ì Èǧ....
tidak dapat ditebus dengan “nungging” ribuan “…Maka beribadahlah kalian kepada-
tahun. Satu-satunya cara adalah saya meminta Ku (sembahlah Aku) (Allah SWT), dan
maaf kepada Anda. dirikan lah shalat untuk mengingat-
Melakukan amal baik dalam urusan sosial, Ku”.
lebih baik daripada ibadah sunnah. Bahkan
kebaikan dalam urusan sosial pada titik Dengan kata lain shalat adalah sarana
tertentu menjadi penentu diterimanya atau untuk menghadirkan Allah SWT. dalam
tidak, atau bermanfaat atau tidak ibadah setiap individu. Kesadaran akan
seseorang. Diriwayatkan Tuhan telah berkata kehadiran Allah akan menjadikan
melalui Muhammad saw pada hadits qudsi, manusia selalu menjalani hidupnya
bahwa “tidak beriman kepada-Ku orang yang dengan kebaikan-kebaikan dan menjauhi
tidur kenyang, sementara tetangganya keburukan-keburukan. Hal ini ditegaskan
kelaparan.” Juga diriwayatkan Muhammad dalam ayat Al-Qur’an yang lain sebagai
saw berkata bahwa “hamba yang paling berikut:

54|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

mengendalikan kecenderungan-
¨¦Wà qV6Ø=V" QQSQ ƒ¡ E¯ QQSQ ƒ¡ ª2°U XT
kecenderungan egonya yang seringkali
¿2Q ØÈWc ŒXT  ÈnWÓU  ÄmÙ°VXT  ­mV=À-ÙXT °ÄW‘ÔU[ÝÙ menuntut dan mendesakkan kehidupan
hedonistic (Innan Nafsa laammaaratun
§­®¨ WDSÄÈR<Ô¡V" W% bissuu). Dalam Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah ayat 183 dengan jelas dikatakan
“dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya bahwa puasa diwajibkan kepada orang-
shalat itu mencegah dari perbuatan orang yang beriman, untuk membentuk
keji dan munkar dan ingatlah kepada pribadi-pribadi yang bertaqwa. Orang yang
Allah yang Maha Besar, dan Allah bertaqwa adalah pribadai yang menjauhi
Maha mengetahui apa yang kalian segala larangan Allah dan melaksanakan
perbuat” (QS. Al-Ankabut: 45) segala perintahnya. Termasuk didalamnya
adalah menjaga diri dari menyakiti orang
Dan pernyataan yang paling jelas lain, menghalangi dan merampas hak-hak
adalah Firman Allah SWT. dalam Surat Al- orang lain pada satu sisi, dan menyayangi,
Maa’uun: mengasihi dan menghormati hak-hak
orang lain di lain sisi.
|^°š[kVÙ §ª¨ ªÚÏ°G¯ ½!ªLkVÄc s°Š _0ØcXÄXqU Di dalam Islam itu sendiri tidak diakui
iman seseorang kecuali dia mencintai atau
°4\ÈV» rQ"Wà q¹ÈVVf YXT §«¨ ]2j°.XjÙ rÍÀiWc t°Š mengasihi saudaranya seperti dia
mencintai dirinya sendiri, sebagaimana
×1ÉF WÛÏ°Š §­¨ |Ú®L_¡À-Ú °L ¸#ØcXSVÙ §¬¨ ©Ûܦԁ°-Ù
sabda Rasulullah saw:
|ETÃÄWmÄc ×1ÉF WÛÏ°Š §®¨ WDSÉF\y ×1®M®(Z_™ CWà ƅ¦ ȄǴǏ} œǼdz¦ Ǻǟ džǻ¢ Ǻǟ ¨®ƢƬǫ Ǻǟ ƨƦǠNj Ǻǟ
§°¨ WDSÄÃ\-Ù WDSÄÈX=Õ-WcXT §¯¨ ǾȈƻȋ ƤŹ ŕƷ ǶǯƾƷ¢ ǺǷƚȇ ȏ ¾Ƣǫ {ǶǴLJ ǾȈǴǟ
“Tahukah kamu (orang) yang ǾLjǨǼdz ƤŹ ƢǷ (ÀƢƼȈNj ǽ¦Â°)
mendustakan agama? (1) Itulah orang “Dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas
yang menghardik anak yatim, (2) dan dari Rasulullah saw. bersabda:
tidak menganjurkan memberi makan “tidaklah salah seorang diantara
orang miskin. (3) Maka kecelakaanlah kalian dikatakan beriman sampai dia
bagi orang-orang yang shalat, (4) mencintai saudaranya seperti halnya
(yaitu) orang-orang yang lalai dari dia mencintai dirinya sendiri”. (HR.
shalatnya. (5) orang-orang yang Bukhari, Muslim)
berbuat riya. (6) dan enggan (menolong
dengan) barang berguna (bagi orang Dan masih banyak lagi hadits yang
lain). (QS. Al-Maa’uun:1-7) menganjurkan seorang muslim untuk peka
terhadap lingkungan sekitar nya, tidak
2. Ibadah Puasa hanya memikirkan dirinya sendiri.
Ibadah puasa, selain merupakan proses
menghadirkan Allah SWT ke dalam diri 3. Ibadah Zakat
seorang muslim, ia juga merupakan cara Zakat adalah salah satu ibadah yang
bagi diri manusia untuk dapat dapat membersihkan diri dari kesalahan

55|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

dan dosa juga membersihkan hartanya, suatu ketika beliau saw. bertana kyepada
akan tetapi zakat ini juga punya nilai para Sahabat:
kesalehan sosial yaitu memberi makan “Apakah kalian tahu siapakah orang
fakir miskin dan orang-orang yang yang bangkrut? Jawab para sahabat: orang
menanggung beban hidup yang berat, yang yang bangkrut di antara kami adalah orang
tertindas dan yang menderita lainnya. Nabi yang tidak punya uang dan harta benda,
saw. mengajarkan kepada kita: “Zakat Nabi bersabda: “Orang yang bangkrut dari
fitrah diwajibkan guna membersihkan hati kalangan umatku adalah orang yang datang
orang yang berpuasa dan memberi makan pada hari kiamat dengan membawa
kepada orang-orang miskin”. Dengan kata amalan-amalan ibadah shalat, puasa dan
lain bahwa zakat adalah ibadah yang zakat. Tetapi pada saat yang sama ia juga
bertujuan untuk membentuk keshalihan datang sebagai orang yang pernah mencaci
ritual dan sosial seorang muslim secara maki orang lain, menuduh orang lain,
bersamaan. makan harta orang lain, memukul orang
lain. Maka Allah berikan amal kebaikan
4. Ibadah Haji dia kepada para korban. Ketika seluruh
Haji di samping dimaksudkan sebagai amal kebaikannya sudah habis sementara
bentuk penyerahan diri secara total kepada dia belum dapat menebusnya kepada
Allah dan tanpa reserve, ia juga semua korban, maka dosa-dosa mereka
melambangkan kesatuan, kesetaraan dan (para korban) akan ditimpakan kepadanya
persaudaraan umat manusia sedunia. (orang bangkrut), dan kemudian dia
Dimana semua muslim hanya memakai dilemparkan kedalam api neraka”. (HR.
dua helai kain ihram dan tidak Muslim dan Tirmidzi).
diperkenankan memakai wangi-wangian,
menutup kepala, memakai sepatu dan Ibadah ritual (mahdhah) seperti shalat dapat
apalagi memakai tanda-tanda kepangkatan dipercepat ketika dia mengetahui ada makmum
betapapun kaya dan tinggi pangkat yang lemah, orang tua atau sakit. Nabi saw.
kemanusiaan seorang jemaah haji, pada bersabda: “Jika seseorang menjadi imam shalat
waktu itu semua sama, dan seraya bagi orang lain, maka hendaklah mempercepat
serempak menegaskan bahwa yang Maha shalatnya, karena di antara para makmum boleh
Tinggi dan Maha Kaya adalah Allah SWT jadi ada orang yang lemah, sakit atau tua, jika dia
semata. Dengan demikian jelas bahwa shalat sendirian maka ia berhak berlama-lama”
kesalehan individual selalu menuntut (HR. Bukhari, Muslim).
lahirnya kesalehan sosial. Ketika ritus-ritus Shalat15 dalam pengertian seperti ini,
personal tersebut (ibadah individual) tidak Nabi juga pernah bersabda: Aku betul-
melahirkan efek kesalehan sosial apalagi betul ingin shalat berlama-lama, tetapi
malah melahirkan sikap-sikap hidup
negative atau destruktif terhadap
15
Shalat memang merupakan urusan personal. Akan tetapi
kepentingan sosial kemasyarakatan, maka itu dipahami dalam konteks tindakan. Yang dimaksud adalah siapa
untuk tidak mengatakan sebagai bentuk pun tidak boleh memaksa seseorang untuk shalat. Misalnya,
kesia-siaan, maka ia dapat dikatakan melibatkan pemerintah untuk mengatur ritual tersebut.
Konsekuensinya, shalat yang seharusnya dilakukan atas dasar
sebagai sebuah kebangkrutan agama. Nabi kesadaran dan kesukarelaan, menjadi suatu keterpaksaan. Shalat
saw. pernah menyinggung hal ini, pada sebagai urusan personal harus dilihat dalam konteks ini.

56|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

kemudian aku mendengar tangisan seorang Assyaukanie, Luthfi (ed.). Wajah Liberal Islam
anak kecil. Maka aku segerakan shalatku di Indonesia. (Jakarta: Jaringan Islam
karena aku tidak ingin menyusahkan Liberal, 2002)
ibunya”. (HR. Bukhari). Asy’arie, Musa, Filsafat Islam Sunnah Nabi
Dalam Berfikir, (Yogyakarta, LESFI,
Kesimpulan 2002)
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan dua hal Ayyoub, Mahmoud M.. 2004. The Crisis of
penting: Pertama; Kaum Muslim harus merubah Muslim History: Akar-Akar Krisis Politik
pandangan tauhid dan teologi bercorak dalam Sejarah Muslim. (Bandung: Mizan,
transendental-metafisis-spekulatif yang 2004).
mengawang itu. Gagasan yang tepat adalah Azra, Azyumardi. 2002. Islam Nusantara:
pemahaman tauhid dan teologi harus dilihat dari Jaringan Global dan Lokal, (Bandung;
sudut perspektif empirik-sosial untk menemukan Mizan, 2002)
maknanya dalam kehidupan sosial. Esposito, John L.Dkk, Tokoh-tokoh kunci gerakan
Kedua; Karena Islam mengutamakan Islam Kontemporer (Jakarta; PT.Grafindo
kehidupan sosial, maka kesalehan sosial sebagai Persada, 2002)
parameter kesalehan keberagamaan perlu Hanafi, Hanafi. Humum al-Fikr al-Watan terj.
dibangun. Pada sisi lain, konsep tauhid serta Opisisi pasca tradisi (Yogyakarta;
ibadah tidak akan bermakna bila tidak dipahami Syarikat, 2003)
dalam perspektif sosial. Karenanya merupakan Hanafi, Hasan. Dari Akidah ke Revolusi; Sikap
suatu keniscayaan mengukur kesalehan seseorang kita terhadap tradisi lama, (Jakarta,
dalam perspektif sosial. Maka upaya yang Paramadina, 2003)
dilakukan adalah mengembalikan semua bentuk Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi
ajaran kedalam praktek yang bernilai sosial dan Radikal di Indonesia, (Jakarta; PT. Raja
merupakan kesadaran kesalehan sosial. Grafindo Persada, 2004)
Karni, Asrori S. (ed.). Hajatan Demokrasi: Potret
Jurnalistik Pemilu Langsung Simpul Islam
Daftar Kepustakaan Indonesia dari Moderat Hingga Garis
Keras. (Jakarta: Gatra, 2006)
Abdalla, Ulil Abshar. Menjadi Muslim Liberal. Kunin, Seth D.. Religion: The Modern Theories.
(Jakarta: Nalar. 2005) Edinburgh: Edinburgh University Press, 2003).
Abduh, Syekh Muhammad. Risalah al-Tauhid, Ma’arif, Ahmad Syafi’i. “Sistem Kekhalifahan
(Jakarta; Bulan Bintang,1996) dalam Tradisi Islam”, makalah seminar
Al-Qurtuby, Sumanto. Lubang Hitam Agama: Kritik dan Kontekstualisasi Peradaban
Mengkritik Fundamentalisme Agama, Islam, Universitas Paramadina, (Jakarta,
Menggugat Islam Tunggal. (Jogjakarta: 22 Nopember 2006)
Rumah Kata, 2005) Madjid, Nurcholish.. Masyarakat Religius.
Al-Syahrastani, Muhammad ibn ‘Abd al-Karim (Jakarta: Paramadina, 1997).
Ahmad. Al-Milal wa al-Nihal: Aliran-Aliran Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-Aliran
Teologi dalam Islam. (Bandung: Mizan, 2004) Sejarah Analisa Perbandingan. (Jakarta:
al-Wa’iy, Taufiq Yusuf. Iman membangkitkan UI Press. cet. Kedua, 2002)
kekuatan terpandam, (Jakarta: al-I’tishaom Osman, Mohamed Fathi. Islam, Pluralisme &
cahaya umat, 2004) Toleransi Keagamaan: Pandangan Al-

57|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014
Haris Riyadi: Kesalehan Sosial sebagai Parameter Kesalehan Keberislaman

Quran, Kemanusiaan, Sejarah, dan Hasan Hanafi, (Yogyakarta; LKis, 1988)


Peradaban. (Jakarta: Paramadina, Smith, Wilfred Cantwell. Memburu Makna
2006) Agama. (Bandung: Mizan, 2004)
Rahmat, Jalaluddin. 1986. Islam Alternatif. Soroush, Abdul Karim. Menggugat Otoritas dan
Bandung: Mizan. Tradisi Agama. (Bandung: Mizan, 2002)
Ridwan, A. H. Reformasi Intelektual Islam; Suharsono, Jihad gerakan intelektual mengubah
Pemikiran Hasan Hanafi tentang langgam doktrinal menuju bahasa konsep,
reaktualisasi tradisi keilmuan Islam, (Yogyakarta; Kreasi Kencana, 2005), h. 79
(Yogyakarta; ITTAQA Press, 1998) Supriyadi, Eko. Sosialis Islam; Pemikiran Ali
Schimmel, Annemarie. Dan Muhammad Adalah Syariati, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar,
Utusan Allah. (Bandung: Mizan. cet. 2003)
Kedelapan, 2001) Thaha, Idris (ed.). Berderma Untuk Semua:
Shimogaki, Kazuo. Between modernity and Wacana dan Praktik Filantropi Islam.
postmodernity; The Islamic Left and (Jakarta: Teraju-Mizan, 2003)
Hasan Hanafi’s Thought; a critical reading Thahir, Lukman. 2004. Studi Islam Interdispliner:
Terj. Kiri Islam; antara Modenisme dan Aplikasi Pendekatan Filsafat, Sosiologi,
Post modernisme, telaah kritis pemikiran dan Sejarah. (Yogyakarta: Qirtas, 2004)

58|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.1


Januari - Juni 2014

Vous aimerez peut-être aussi