Vous êtes sur la page 1sur 13

1

MATERI KULIAH ASEPTIK


A. Pengertian Aseptik
Aseptik berarti tidak adanya pathogen pada penyakit. Teknik aseptik
adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari
mikroorganisme (Crow,2004).
Sedangkan menurut Hinchliff (1999) dalam buku kamus keperawatan,
teknik aseptik adalah metode penjagaan yang digunakan dalam setiap
tindakan yang membawa resiko masuknya mikroorganisme kedalam tubuh
pasien.
Aseptik berarti tidak adanya patogen pada suatu daerah tertentu.Teknik
aseptik adalah usaha mempertahankan objek agar bebas dari mikroorganisme.
Aseptik berarti bebas dari infeksi. Aseptik adalah keadaan bebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit.Teknik aseptik/asepsis adalah segala
upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis
ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang
terdapat pada permukaan benda hidup atau benda mati.

B. Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis yang Umum


Semua benda yang menyentuh kulit yang luka atau dimasukkan ke dalam
kulit untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke
dalam rongga badan yang dianggap steril haruslah steril. Prinsipnya :
1. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
2. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan
demikian objek-objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah
terjadinya kontaminasi diluar pengawasan.
3. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril.

2
4. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang
sudah steril.
5. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung
pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas.
6. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang
tidak steril.
7. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang
sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu
sudah tercemar

C. Jenis Teknik Aseptik Dalam Praktek Keperawatan


Ada 2 jenis teknik aseptik yang diterapkan dalam praktek keperawatan
yaitu Aseptik medis dan Aseptik Bedah :
1. Aseptik medis
Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme disuatu obyek, serta menurunkan
kemungkinan penyebaran dari mikroorganisme tersebut. Aseptik medis
dikenal juga sebagai teknik bersih. Mencuci tangan, mengganti lien
ditempat tidur dan menggunakan cangkir untuk obat merupakan contoh
Aseptik medis. Salah satu contoh prinsip aseptik medis yang sering
dilakukan dilingkungan masyarakat adalah mencuci tangan sebelum
menghidangkan makanan. Sangat penting untuk diterapkan saat kita
merawat individu yang rentang terhadap infeksi, misalnya karena
penyakitnya, pembedahan, atau karena immunosupresi. Karena selama
proses perawatan, perawat melakukan kontak dengan banyak pasien di
rumah sakit, maka perawat harus menyadari dan mengetahui akan prinsip-
prinsip medical asepsis sebagai upaya untuk menghindari transfer kuman
dari pasien ke perawat, dari perawat ke klien, dari perawat ke perawat lain
atau petugas kesehatan lain, atau dari satu klien ke klien lainnya.

3
Suatu obyek dikatakan terkontaminasi bila obyek tersebut menjadi
tidak steril atau tidak bersih. Dalam medical asepsis suatu area atau obyek
dikatakan terkontaminasi jika terdapat atau obyek dicurigai mengandung
kuman pathogen, misalnya bedpan yang telah dipakai, lantai, dan kassa
basah yang telah dipakai. Mata rantai infeksi yang paling mudah untuk
diputus adalah cara penularan. Dalam lingkungan perawatan kesehatan,
mencuci tangan adalah merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi nosokomial. Mencuci
tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas
dibawah air mengalir(Larson, 2002). Oleh karena itu, mencuci tangan
menjadi metode pencegahan dan pengendalian yang paling penting.
Adapun peralatan yang digunakan untuk mencuci tangan adalah
sebagai berikut :
1. Sabun
Ada dua jenis sabun yang sering digunakan di lingkungan
perawatan kesehatan yaitu :
a. Sabun biasa.
Secara fisik menyingkirkan kotoran dan organisme transient
dari kulit.Sabun tidak mempunyai aktivitas bakterisit.Sabun biasa
tersedia dalam bentuk batang, cair, lembaran dan bubuk, semuanya
dapat digunakan.
b. Sabun anti mikroba.
Mengandung zat kimia yang dapat membunuh organisme
transient dan beberapa organisme residen, tidak hanya
menyingkirkannya dari kulit. Antimikroba memberikan aktivitas
kimiawi yang persisten, yang berarti bahwa zat-zat kimia tersebut
tetap tinggal dikulit untuk tetap membunuh mikroorganisme (
Schaffer,et al 2000).

4
2. Orangestick (tusuk kuku yang terbuat dari kayu jeruk)
Alat ini digunakan untuk membersihkan daerah-daerah subungual,
yaitu daerah yang terdapat di bawah kuku, dan waktu membersihkan
jangan sampai kulit dibawah kuku lecet. Namun jika kesehatan dan
kebersihan kuku sudah terpelihara baik, cara membersihkan seperti ini
tidak perlu lagi, kecuali jika keadaan tertentu mengharuskan.
3. Air yang mengalir pada wastafel
Mencuci tangan lebih baik dilakukan dengan air yang mengalir pada
wastafel, dan kerannya ditutup dan dibuka tidak dengan tangan, maka
membuka dan menutupnya haruslah dengan lap kertas (paper towels)
4. Paper towels atau kertas tissue
5. Keranjang sampah.
Larson (2003) merekomendasikan bahwa perawat mencuci
tangan dalam situasi seperti berikut ini :
1. Jika tampak kotor
2. Sebelum dan sesudah kontak dengan klien
3. Setelah kontak dengan sumber mikroorganisme (darah atau cairan
tubuh, membran mukosa, kulit yang tidak utuh, atau objek yang
mati yang mungkin terkontaminasi)
4. Sebelum melakukan prosedur invasive seperti pemasangan kateter
intravascular atau kateter menetap (dianjurkan menggunakan
sabun anti mikroba)
5. Setelah melepas sarung tangan
The Centers for Disease control (CDC) dan Publik Health
Service mencatat bahwa mencuci tangan paling sedikit 10 – 15
detik akan memusnahkan mikroorganisme transient paling banyak
dari kulit. Jika tampak kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama
(Garner dan Favero,2000). Larson dan Lusk (2002) telah
menemukan bahwa perawat yang mencuci tangannya 8 kali sehari

5
kemungkinan lebih kecil membawa bakteri gram negative ditangan
mereka.
Prosedur mencuci tangan menurut Perry, Potter (2005) adalah
sebagai berikut :
1. Dorong ke atas jam tangan dan lengan baju seragam yang
panjang dia atas pergelangan tangan . Lepaskan perhiasan.
2. Pertahankan kuku jari pendek dan terkikir
3. Perhatikan permukaan tangan dan jari-jari terhadap adanya luka
goresan atau terpotong pada kulit dan kutikula. Laporkan
adanya lesi bila merawat klien dengan kerentanan tinggi.
4. Berdiri di depan bak cuci, jaga agar tangan dan seragam anda
tidak menyentuh permukaan bak cuci (jika tangan menyentuh
permukaan bak cuci selama mencuci tangan, ulangi proses
mencuci tangan dari awal). Gunakan bak cuci dengan keran
yang mudah terjangkau
5. Alirkan air. Tekan pedal kaki dengan kaki untuk untuk
mengatur aliran dan suhu air. Tekan tangkai pedal ke arah
lateral untuk mengontrol aliran dan suhu air. Hidupkan keran
yang dioperasikan dengan tangan, tutupi bagian atas keran
dengan handuk kertas
6. Hindari memercikkan air keseragam
7. Atur aliran air sehingga suhunya hangat
8. Basahi tangan dan lengan bawah secara menyeluruh di bawah
air mengalir. Jaga agar tangan dan lengan bawah lebih rendah
dari siku selama mencuci.
9. Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik
pada tangan dan buat berbusa Bila menggunakan sabun
batangan, pegang dan gosok sampai berbusa. Dapat juga
digunakan sabun berbentuk granula dan preparat liflet

6
10. Cuci tangan dengan menggunakan banyak busa dan
menggosokkan selama 10 – 15 menit. Jalin jari-jari dan gosok
telapak dan punggung tangan dengan gerakan memutar.
11. Bila area di bawah jari-jari kotor, bersihkan dengan kuku jari
tangan yang lain dan tambahkan sabun atau kayu orange bersih.
Jaga agar kulit dibawah (disekitar) kuku anda tidak luka atau
terpotong.
12. Bilas tangan dan pergelangan tangan secara menyeluruh, jaga
agar tangan dibawah dan siku diatas
13. Ulangi langkah 9 sampai 11 tetapi perpanjang periode actual
mencuci tangan selama 1, 2, dan 3 menit
14. Keringkan tangan secara menyeluruh, usap dari jari turun
kepergelangan tangan dan lengan bawah
15. Buang handuk kertas dalam wadah yang telah disediakan
16. Hentikan aliran air dengan kaki dan gagang pedal. Untuk
menghentikan aliran keran tangan, gunakan handuk kertas
bersih yang kering
17. Pertahankan tangan dan kutikula cukup terlumasi dengan losion
tangan atau pelembab di antara waktu pencucian.

2. Aseptik Bedah
Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan
untuk membunuh mikroorganisme. Setelah objek menjadi tidak steril
maka objek tersebut telah terkontaminasi, misalnya alat-alat perawatan
luka yang telah dipakai atau tersentuh objek yang tidak steril. Pada aseptik
bedah, suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh
setiap objek yang tidak steril. Teknik steril sering dilakukan dalam
berbagai tindakan keperawatan di ruang keperawatan, seperti dalam
perawatan luka operasi (mengganti balutan).

7
Keefektifan tindakan pencegahan luka operasi bergantung pada
motivasi perawat dalam menggunakan teknik aseptik. Perawat yang
bekerja dengan lingkungan yang steril atau dengan peralatan yang seteril
harus mengerti bahwa kegagalan sekecil apapun dalam teknik ini
mengakibatkan kontaminasi yang akan membuat pasien beresiko terkena
infeksi luka operasi yang dapat menghambat proses penyembuhan (
Schaffer dkk, 2004).
Kulit yang sehat dan utuh serta memberan mukosa dapat memberikan
suatu barier yang efektif terhadap mikroorganisme, tetapi jaringan yang di
bawahnya merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Oleh karena itu saat jaringan bawah kulit terbuka akibat
luka karena prosedur operasi, maka untuk melindungi daerah tersebut dari
mikroorganisme harus digunakan teknik steril. Adapun prosedur-prosedur
steril perawatan luka menurut Ellis, et al (1999) adalah sebagai berikut:
1. Menata area steril
a. Mencuci tangan
b. Pililah permukaan yang datar, kuat dan kering untuk
menyiapkan alat steril, dengan luas kurang lebih 12x12 inci.
c. Sebelum dilakukan sterilisasi, alat-alat dibungkus rapat agar
tidak terkontaminasi , sehingga saat dibuka alat-alat yang
sudah steril tersebut tidak akan terkontaminasi.
d. Apabila ingin menambah ala-alat yang steril, tempatkan ke sisi
area yang steril.
2. Membuka bungkusan steril
a. Mencuci tangan.
b. Ketika membuka bungkusan steril, jangan sampai menyentuh
objek yang steril atau areah yang steril.
c. Peganglah hanya pada sisi luar penbungkusnya.

8
d. Jangan membiyarkan sesuatu yang tidak steril menyentuh isi
bungkusan steril.
3. Menambahkan alat-alat ke dalam area steril
Ketika menambahkan alat-alat steril ke area steril, hal yang harus
diperhatikan adalah menjaga agar tidak terjadi kontaminasi.
a. Mencuci tangan.
b. Membuka pembungkus tanpa menyentu area steril.
c. Tempatkan alat-alat tersebut pada bidang yang steril dan jaga
agar tangan tidak menyentu bidang steril. Bila alat-alat
tersebut besar atau berat atau secara hati-hati pada bidang
steril atau bisa menggunakan korentang steril .
d. Jaga agar tangan tidak menyentu bidang steril.
4. Menambahkan cairan ke dalam area steril
a. Mencuci tangan.
b. Tuangkan sedikit cairan, misalnya betadin kedalam tempat
pembuangan sebelum menuangkannya kedalam wadah steril.
c. Tuangkan cairan ke dalam wadah steril, tuangkan kira-kira 6-
8 inchi di atasnya.
d. Tuangkan secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya
percikan.
e. agalah agar tidak bersentuhan langsung dengan area steril.
5. Menggunakan sarung tangan steril
a. Cuci tangan secara menyeluruh.
b. Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati
menyibakkannya ke samping.
c. Pegang kemasan bagian dalam dan letak pada permukaan
yang datar dan bersih tepat diatas ketinggian pergelangan
tangan. Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada
permukaan dalam pembungkus.

9
d. Identifikasi tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan
mempunyai manset kurang lebih 5 cm, kenakan sarung
tangan pada tangan dominan terlebih dahulu.
e. Dengan ibu jari dan 2 jari lainnya dari tangan non dominan,
pegang tepi manset sarung tangan untuk tangan dominan.
Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
f. Dengan hati-hati tarik sarung tangan pada tangan dominan,
lebarkan manset dan pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada pergelangan tangan. Pastikan juga bahwa
ibu jari dan jari-jari pada posisi yang tepat.
g. Dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung
tangan, masukan jari-jari tangan manset sarung tangan kedua.
h. Dengan hati-hati tarik sarung tangan kedua pada tangan non
dominan. Jangan biyarkan jari-jari dan ibu jari sarung tangan
dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang
terbuka. Pertahankan ibujari tangan non dominan abduksi ke
belakang.
i. Manakala sarung tangan kedua telah terpasang, cakupkan
kedua tangan anda. Manset biasanya terlepas setelah
pemasangan. Pastikan untuk hanya menyentuh bagian yang
steril.
6. Merawat luka
Menurut David dalam Dwi Handayani (2003), perawatan luka
paska bedah adalah tanggung jawab perawat bangsal. Adapun
tujuan perawatan luka menurut Smith, et al dalam Wina Jivika P
(2007). adalah sebagai berikut :
a. Mengangkat jaringan mati, sehingga mendukung proses
penyembuhan luka.
b. Mencegah terjadinya infeksi pada luka

10
c. Apsorbsi cairan eksudat
d. Mempertahankan kelembaban daerah sekitar luka
e. Melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut
f. Melindungi daerah sekitar luka dari infeksi dan trauma

Menurut Ignatavicius, et al dalam Dwi Handayani (2003), perawatan


luka paska bedah terdiri dari mengganti balutan, merawat balutan,
membersihkan luka dan perawatan drain.
Perawatan luka paska bedah yang baik memberikan penyembuhan
luka yang baik. Dalam hal ini yang terpenting adalah penggunaan
pembalut. Pembalutan pada luka paska bedah berfungsi untuk
memberikan lingkungan yang sesuai untuk penyembuhan luka, untuk
menyerap drainase, untuk membebat dan mengimobilisasi luka, untuk
melindungi luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanik, untuk
melindungi luka dari kontaminasi bakteri dan pengotoran oleh faeses,
muntahan dan urine, untuk meningkatkan hemostatis, seperti pada balutan
tekanan dan untuk memberikan kenyamanan mental dan fisik bagi pasien.

D. Teknik Aseptik dalam Perawatan Luka Operasi


Menurut David dalam Dwi Handayani (2003) dalam pelayanan
keperawatan, perawatan luka operasi adalah tanggung jawab perawat. Berikut
adalah tatacara perawatan luka operasi dengan teknik aseptik.
1. Siapkan peralatan
2. Cek pembalut pasien
3. Pasang peralatan
4. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
5. Cuci tangan dengan efektif, sesuai prosedur cuci tangan menurut WHO
6. Pakai sarung tangan steril
7. Lepaskan plester menggunakan pinset

11
8. Buang pembalut kotor pada tempat yang telah disediakan
9. Perhatikan luka dengan teliti untuk menandai terhadap infeksi dan
penyembuhan
10. Buka bak instrument
11. Siapkan larutan pembersih
12. Jika bekerja sendiri, letakan sarung tangan steril pada tangan yang
dominan, biarkan tangan yang lain bebas untuk bekerja dengan peralatan
yang tidak steril
13. Bersihkan luka. Ketika membersihkan area, selalu mulai pada daerah
terbersih dan kerjakan menjauh dari area tersebut
14. Jika ada drain, bersihkan dibawah saluran dan sekitar lokasi dengan
lapisan kasa 4 x 4 Cm dan larutan pembersih
15. Letakan beberapa kain kasa di bawah drain
16. Letakan beberapa kasa betadin 4 x 4 Cm di atas luka dan plester
17. Buang sarung tangan
18. Tutup kantong plastik dan buang pada kantong isolasi bahan
19. Cuci tangan dengan efektif.

12
13

Vous aimerez peut-être aussi