Vous êtes sur la page 1sur 79

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

SEKT

OR KONTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL
JABATAN KERJA GEODETIC ENGINEER OF BUILDING

PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN


IRIGASI

KODE UNIT KOMPETENSI:


F45 AMPI 02 002 01
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
SEKT

OR KONTRUKSI
SUB SEKTOR SIPIL
JABATAN KERJA GEODETIC ENGINEER OF BUILDING

PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN


IRIGASI

KODE UNIT KOMPETENSI:


F45 AMPI 02 002 01
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

KATA PENGANTAR

Pengembangan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi bertujuan untuk


meningkatkan kompetensi sesuai standar kompetensi yang dipersyaratkan dengan bidang
kerjanya. Berbagai upaya ditempuh, baik melalui pendidikan formal, pelatihan secara
berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi proyek atau kombinasi antara
pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu mewujudkan standar kinerja yang
dipersyaratkan di tempat kerja.

Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan


Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan salah satu institusi pemerintah
yang ditugasi untuk melakukan pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-
standar kompetensi kerja yang diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan
penyediaan kompetensi kerja tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka
menyusun suatu standar kompetensi kerja yang dapat digunakan untuk mengukur
kompetensi tenaga kerja di bidang jasa konstruksi yang bertugas sesuai jabatan kerjanya
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa
Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya.

Penyusunan Modul Pelatihan (Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi) untuk jabatan kerja
Ahli Muda Perencana Irigasi mengacu kepada SKKNI Ahli Muda Perencana Irigasi, yang
dalam penjabarannya kepada program pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan Berbasis
Kompetensi (KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengindentifikasi Unit-unit
Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang merupakan dasar rumusan penyusunan
kurikulum dan silabus pelatihan.

Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya memenuhi kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut
diatas, sehingga dimungkinkan adanya tambahan materi-materi lainnya untuk lebih
meningkatkan kompetensi dari standar yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja

Penyusunan modul ini melalui beberapa tahapan diantaranya Focus Group Discusion serta
Workshop yang melibatkan para nara sumber, praktisi, pemangku jabatan serta stakeholder.
Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dalam proses penyusunan modul ini, dan
seiring dengan perkembangan dan dinamika teknologi konstruksi kedepan, maka tetap
diupayakan penyesuaian dan perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan
dilaksanakannya pelatihan dengan menggunakan modul ini dilapangan melalui respon
peserta pelatihan, instruktur , asesor serta semua pihak.

Pada kesempatan ini disampaikan banyak terimakasih kepada tim penyusun yang telah
mencurahkan segala kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan modul ini, serta semua
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan modul pelatihan ini.

Jakarta, Nopember 2012

PUSAT PEMBINAAN
KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI

Judul Modul : Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman : i
Buku Informasi
 
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................................... 1

BAB I PENGANTAR ................................................................................................. 2


1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)........................... 2
1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.................................................................. 2
1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini ............................................................ 3
1.4 Pengertian-pengertian / Istilah .............................................................. 4

BAB II STANDAR KOMPETENSI............................................................................... 6


2.1 Peta Paket Pelatihan ............................................................................ 6
2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi .................................................... 6
2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari .......................................................... 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ....................................................... 12


3.1 Strategi Pelatihan ................................................................................. 12
3.2 Metode Pelatihan ................................................................................. 13
3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan .......................................... 13

BAB IV PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN IRIGASI....................................... 26


4.1 Umum .................................................................................................. 26
4.2 Persiapan Pengumpulan Data Perencanaan......................................... 26
4.3 Pelaksanaan Sosialisasi Tentang Ke-Irigasian Kepada
Masyarakat ........................................................................................... 48
4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Konsultasi Dengan
Masyarakat (PKM) ................................................................................ 51
4.5 Pengorganisasian Data Perencanaan................................................... 53
4.6 Penetapan Data Perencanaan .............................................................. 56

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI ................................................................................................ 74
5.1 Sumber Daya Manusia ......................................................................... 74
5.2 Sumber-sumber Perpustakaan ............................................................. 74
5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...................................................... 76

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 1 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

BAB I

PENGANTAR

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)


1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi.
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang
menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
1.1.2 Kompeten ditempat kerja.
Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang
bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja
yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1 Desain materi pelatihan
Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan
Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.
1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang
instruktur.
2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh
peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang
diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi pelatihan


1) Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun
peserta pelatihan.
2) Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat
setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal
maupun Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk
mempelajari dan memahami informasi.
b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor
pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan
dalam melaksanakan praktek kerja.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 2 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

3) Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban
dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan.
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian
keterampilan peserta pelatihan.
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencapai keterampilan.
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku
Kerja.
e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.
f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
1.2.3 Penerapan materi pelatihan
1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:
a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta
pelatihan sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban /
tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku
Kerja.
2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan
adalah:
a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini


1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-
RCC)
Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang
berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.
1.3.2. Persyaratan
Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus
sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh
melalui:

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 3 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan,


keterampilan dan sikap kerja yang sama atau
2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang
sama atau
3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sama.

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah


1.4.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,
pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh
dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau
penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu
pekerjaan/jabatan.
1.4.2 Standarisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta
menerapkan suatu standar tertentu.
1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi
Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta
keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan
membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang
dipersyaratkan.
1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas
pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian
unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
1.4.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja
yang ditetapkan.
1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 4 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

1.4.7 Standar Kompetensi


Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus
dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang
didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan
unjuk kerja yang dipersyaratkan.
1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4.9 Sertifikat Kompetensi
Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu
kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi.
1.4.10 Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada
standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 5 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan


Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli
Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi
Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi - Kode Unit F45 AMPI 02 002 01,
sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan
kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:
 Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi
 Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
 Perencanaan Layout Daerah Irigasi
 Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi
 Perencanaan Bangunan Utama (Bendung)
 Parameter Standar Penggambaran Irigasi
 Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
 Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi


2.2.1 Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan
yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit
komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu
jabatan kerja tertentu.
2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari
Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini
adalah “Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi”.
2.2.3 Durasi / waktu pelatihan
Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada
pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang
berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi
kompeten dalam melakukan tugas tertentu.
2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten
Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan
pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih
yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali
kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level
yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga)
kali.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 6 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari


Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi
peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :
 mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
 mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
 memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
 menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja
telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Judul Unit
Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi
2.3.2 Kode Unit
F45 AMPI 02 002 01
2.3.3 Deskripsi Unit
Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang diperlukan untuk melakukan pengumpulan data perencanaan irigasi
melalui sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat.
2.3.4 Kemampuan Awal
Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa
Konstruksidan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan
Lingkungan (SMK3L).
Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air terpadu.

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

1. Menyiapkan pengumpulan 1.1 Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik


data perencanaan teknis maupun non teknis diidentifikasi dengan
cermat.
1.2 Kebutuhan data untuk perencanaan irigasi baik
teknis maupun non teknis dirangkum dengan
cermat.
1.3 Metode pengumpulan data perencanaan
ditentukan sesuai dengan jenis dan
karakteristik data.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 7 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

2. Melaksanakan sosialisasi 2.1 Materi untuk kegiatan sosialisasi kepada


tentang keirigasian kepada masyarakat tentang keirigasian disusun
masyarakat dengan cermat.
2.2 Informasi tentang keirigasian dijelaskan secara
rinci dengan bahasa yang mudah dipahami
pada saat sosialisasi.
2.3 Saran dan masukan dari masyarakat terkait
dengan keirigasian dicatat sebagai data
2.4 Laporan hasil sosialisasi dibuat sesuai format
dan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Melaksanakan kegiatan 3.1 Bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan
pertemuan konsultasi angket (daftar pertanyaan) kepada pemilik
dengan masyarakat (PKM) kepentingan (Stakeholder), disusun dengan
cermat sesuai tujuan pertemuan.
3.2 Tempat, waktu dan panitia penyelenggara
PKM serta wakil pemilik kepentingan yang
akan diundang, direncanakan dengan cermat .
3.3 Semua masukan dari masyarakat dan instansi
terkait, termasuk hal-hal yang telah disepakati
dicatat dengan cermat.
3.4 Laporan hasil kegiatan PKM dibuat sesuai
format dan prosedur yang telah ditetapkan.

4. Mengorganisasi data 4.1 Data dan informasi baik yang dihasilkan dari
perencanaan survei dan investigasi lapangan maupun hasil
pertemuan dengan masyarakat diperiksa
dengan cermat.
4.2 Hasil pemeriksaan data dan informasi baik
yang dihasilkan dari survei dan investigasi
lapangan maupun hasil pertemuan dengan
masyarakat dipilah sesuai dengan kebutuhan
perencanaan irigasi.
4.3 Semua data hasil pemilahan dirangkum secara
cermat.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 8 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

5. Menetapkan data 5.1 Data teknis perencanaan (hidroklimatologi,


perencanaan hidrogeologi, hidrometri, geologi, geoteknik,
kapabilitas tanah, peta dan hasil pengukuran,
demografi dan sosial ekonomi) hasil analisis
diperiksa dengan teliti
5.2 Data hasil analisis hidrologi berupa water
balance, kebutuhan air disawah, pola tanam
dan tata tanam yang optimum diperiksa
dengan benar dan teliti.
5.3 Semua data hasil pemeriksaan diklasifikasikan
sesuai dengan kebutuhan sebagai data
perencanaan definitif.

2.3.6 Batasan Variabel


1) Kontek Variabel
a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan
atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi
utamanya pada perencanaan irigasi.
b. Unit kompetensi ini berlaku dalam mengumpulkan data
perencanaan irigasi melalui sosialisasi
c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan
tugas perencanaan irigasi, meliputi:
(1) Data hasil survey dan investigasi lapangan.
(2) Hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan
masyarakat
(3) Data hasil analisis
2) Perlengkapan dan Peralatan
a. Peralatan: Komputer dan software dalam menyelesaikan tugas
individual dan kelompok
b. Bahan: form questioner dan form wawancara
c. Fasilitas: Ruangan dan Tempat pertemuan/Balai
3) Tugas-tugas yang harus dilakukan :
a. Menyiapkan pengumpulan data perencanaan
b. Melaksanakan sosialisasi tentang ke-irigasi-an kepada
masyarakat
c. Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan masyarakat
(PKM)
d. Mengorganisasi data perencanaan
e. Menetapkan data perencanaan.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 9 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan :


a. Pedoman atau peraturan tentang Pertemuan Konsultasi dengan
Masyarakat dalam Perencanaan Irigasi
b. Kode Etik Profesi.

2.3.7 Panduan Penilaian


1) Kondisi Pengujian
a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh
elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang
sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi
dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan
kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan
(wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode
lain yang relevan;
2) Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai
sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi
ini serta unit-unit kompetensi yang terkait.
a. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi:
(1) F45 AMPI 01 001 01 Menerapkan Peraturan dan
perundang-undangan yang terkait
Jasa Konstruksidan Sistem
Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L).
(2) F45 AMPI 02 001 01 Menerapkan prinsip-prinsip
pengelolaan sumber daya air

b. Unit kompetensi yang terkait, meliputi:


.
(1) F45 AMPI 02 003 01 Merencanakan Layout Daerah Irigasi
(2) F45 AMPI 02 004 01 Merencanakan Saluran dan
Bangunan Irigasi
(3) F45 AMPI 02 005 01 Merencanakan Bangunan Utama
(Bendung)
(4) F45 AMPI 02 006 01 Menerapkan parameter perencanaan,
dan standar penggambaran Irigasi

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 10 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

(5) F45 AMPI 02 007 01 Menyusun Panduan Operasi dan


Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan
Kriteria Perencanaan
(6) F45 AMPI 03 001 01 Melakukan Aplikasi Model Matematis
jaringan irigasi

3) Pengetahuan yang dibutuhkan :


a. Data Perencanaan Irigasi
b. Dampak pengembangan daerah irigasi
c. Metode sosialisasi dan PKM
d. Investigasi lapangan
e. Data hasil análisis (Hidrologi, kebutuhan air di sawah, wáter
balance, dll)
f. Data hasil survei
g. Data hasil investigasi.
4) Keterampilan yang dibutuhkan :
a. Melakukan koordinasi dalam Tim Kerja
b. Melakukan sosialisasi terhadap masyarakat
c. Menjelaskan maksud dan tujuan dikembangkannya daerah irigasi
d. Melakukan investigasi lapangan
e. Menginventarisasi dan mengelola data perencanaan
5) Aspek Kritis
Aspek kritis yang harus diperhatikan :
a. Kecermatan dalam menjelaskan secara detail dan jelas tentang
rencana pengembangan daerah irigasi, termasuk peran
masyarakat dalam kegiatan tersebut
b. Kecermatan dalam mengelola dan menetapkan jenis data yang
dibutuhkan dalam perencanaan irigasi

2.3.8 Kompetensi kunci

No Kompetensi Kunci Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan 3


informasi
2. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 3

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 3

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2

6. Memecahkan masalah 2

7. Menggunakan teknologi 3

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 11 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan


Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan
pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta
pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya
bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan
Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana
yang telah dibuat.
3.1.1 Persiapan / perencanaan
1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap
belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi
proses belajar yang harus diikuti.
2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh
berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki.
4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.
3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran
1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang
terdapat pada tahap belajar.
2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek
1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh
instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.
2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang
ditemukan selama pengamatan.
3.1.4 Implementasi
1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan
praktek.
3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta
pelatihan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 12 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

3.2 Metode Pelatihan


Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa
kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
3.2.1 Belajar secara mandiri
Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar
secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan
disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk
mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
3.2.2 Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang
bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar
berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi
antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.
3.2.3 Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang
dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya
mencakup topik tertentu.

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan


Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil
analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan
memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh
instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session
plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu
para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya
sebagai instruktur.
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:
Unit Kompetensi : Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Elemen Kompetensi 1 : Menyiapkan pengumpulan data perencanaan
Kriteria Unjuk Metode Sumber/ Jam
Tujuan Tahapan
No Kerja/Indikator Pelatihan yang Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Disarankan Indikatif
1.1 Kebutuhan data Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
untuk pembelajaran 2. Diskusi tentang jenis Perencanaan
perencanaan sesi ini, peser- data yang Irigasi 01 s.d.
irigasi baik teknis ta dapat dibutuhkan 07 dan B01-
maupun non Mengidentifika dalam 02.
teknis si Kebutuhan perencanaan b. Undang-
diidentifikasi data untuk irigasi undang
dengan cermat perencanaan 2. Menjelaskan tentang
1) Dapat irigasi baik tata cara Pengelolaan
menyebutkan teknis maupun mengumpulka SDA.
jenis data yang non teknis n berbagai c. Peraturan
dibutuhkan dengan cermat jenis data Pemerintah
dalam untuk tentang Irigasi

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 13 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Kriteria Unjuk Metode Sumber/ Jam


Tujuan Tahapan
No Kerja/Indikator Pelatihan yang Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Disarankan Indikatif
perencanaan perencanaan
irigasi irigasi
2) Dapat 3. Menjelaskan
menjelaskan tata cara
cara menyusun
mengumpulkan daftar
berbagai jenis kebutuhan
data untuk data untuk
perencanaan perencanaan
irigasi irigasi
3) Mampu 4. Menjelaskan
menyusun daftar tata cara
kebutuhan data mengidentifika
untuk si kebutuhan
perencanaan data untuk
irigasi perencanaan
4) Harus mampu irigasi
bersikap cermat
dan teliti dalam
mengidentifikasi
kebutuhan data
untuk
perencanaan
irigasi
1.2 Kebutuhan data Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelasakan a. Kriteria 10 menit
untuk pembelajaran 2. Diskusi tentang data Perencanaan
perencanaan sesi ini, peser- yang diperoleh Irigasi 01 s.d.
irigasi baik teknis ta mampu melalui 07 dan B01-
maupun non Merangkum sosialisasi 02.
teknis dirangkum Kebutuhan dengan b. Undang-
dengan cermat data untuk masyarakat undang
1) Dapat perencanaan 2. Menjelaskan tentang
menjelaskan irigasi baik tentang cara Pengelolaan
data yang teknis maupun mengumpulka SDA.
diperoleh melalui non teknis n data melalui c. Peraturan
sosialisasi dengan cermat sosialisasi Pemerintah
dengan dengan tentang Irigasi
masyarakat masyarakat
2) Mampu sesuai
mengumpulkan kebutuhan
data melalui 3. Menjelaskan
sosialisasi tentang tata
dengan cara
masyarakat pengumpulan
sesuai data melalui
kebutuhan sosialisasi
3) Harus mampu dengan
bersikap cermat masyarakat
dan teliti terkait
dengan
pengumpulan
data melalui
sosialisasi
dengan
masyarakat
1.3 Metode Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
pengumpulan pembelajaran 2. Diskusi data yang Perencanaan
data sesi ini, peser- dapat Irigasi 01 s.d.
perencanaan ta mampu diperoleh 07 dan B01-
ditentukan Menentukan melalui 02.
sesuai dengan Metode pertemuan b. Undang-
jenis dan pengumpulan konsultasi undang

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 14 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Kriteria Unjuk Metode Sumber/ Jam


Tujuan Tahapan
No Kerja/Indikator Pelatihan yang Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Disarankan Indikatif
karakteristik data data dengan tentang
1) Dapat perencanaan masyarakat Pengelolaan
menjelaskan sesuai dengan 2.Menjelaskan SDA.
data yang dapat jenis dan tentang c. Peraturan
diperoleh melalui karakteristik pemangku Pemerintah
pertemuan data kepentingan tentang Irigasi
konsultasi yang hadir
dengan dalam
masyarakat pertemuan
2) Dapat konsultasu
menjelaskan masyarakat
pemangku 3.Menjelaskan
kepentingan tentang data
yang hadir dalam yang
pertemuan dikumpulkan
konsultasu melalui
masyarakat pertemuan
3) Mampu konsultasi
menyusun data dengan
yang masyarakat
dikumpulkan sesuai
melalui kebutuhan
pertemuan 4.Menjelaskan
konsultasi tentang
dengan pengumpulan
masyarakat data melalui
sesuai pertemuan
kebutuhan konsultasi
4) Harus mampu dengan
bersikap cermat masyarakat
dan teliti terkait
dengan
pengumpulan
data melalui
pertemuan
konsultasi
dengan
masyarakat
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi : Mengumpulkan data perencanaan irigasi


Elemen Kompetensi 2 : Melaksanakan sosialisasi tentang keirigasian kepada masyarakat
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
2.1 Materi untuk Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
kegiatan pembelajaran 2. Diskusi tentang tujuan Perencanaan
sosialisasi kepada sesi ini, peser- kegiatan Irigasi 01 s.d.
masyarakat ta dapat sosialisasi 07 dan B01-
tentang Menyusun kepada 02.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 15 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
keirigasian Materi untuk masyarakat b. Undang-
disusun dengan kegiatan tentang ke- undang
cermat sosialisasi irigasi-an tentang
1) Dapat kepada 2. Menjelaskan Pengelolaan
menjelaskan masyarakat tentang tata SDA.
tujuan kegiatan tentang cara c. Peraturan
sosialisasi kepada keirigasian mengidentifikas Pemerintah
masyarakat dengan cermat i materi untuk tentang Irigasi
tentang ke-irigasi- kegiatan
an sosialisasi
2) Mampu kepada
mengidentifikasi masyarakat
materi untuk 3. Menjelaskan
kegiatan tentang cara
sosialisasi kepada menyusun
masyarakat materi untuk
3) Mampu kegiatan
menyusun materi sosialisasi
untuk kegiatan kepada
sosialisasi kepa- masyarakat
da masyarakat tentang ke-
tentang ke-irigasi- irigasi-an
an 4. Menjelaskan
4) Harus mampu tentang tata
bersikap cermat cara
dan teliti dalam menyiapkan
menyiapkan materi untuk
materi untuk kegiatan
kegiatan sosiali- sosialisasi
sasi kepada kepada
masyarakat masyarakat
tentang ke-irigasi- tentang ke-
an irigasi-an

2.2 Informasi tentang Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit


keirigasian pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
dijelaskan secara sesi ini, peser- menetapkan Irigasi 01 s.d.
rinci dengan ta dapat tempat dan 07 dan B01-
bahasa yang Menjelaskan waktu 02.
mudah dipahami Informasi pelaksanaan b. Undang-
pada saat tentang sosialisasi undang
sosialisasi keirigasian 2. Menjelaskan tentang
1) Dapat secara rinci tentang cara Pengelolaan
menetapkan dengan bahasa menyusun SDA.
tempat dan waktu yang mudah jadwal yang c. Peraturan
pelaksanaan dipahami pada tepat untuk Pemerintah
sosialisasi saat sosialisasi melakukan tentang Irigasi
2) Mampu sosialisasi
menyusun jadwal 3. Menjelaskan
yang tepat untuk tentang cara
melakukan penetapan
sosialisasi tempat yang
3) Mampu sesuai untuk
menetapkan melakukan
tempat yang sosialisasi
sesuai untuk
melakukan
sosialisasi
4) Harus mampu
bersikap konsisten
dan taat terhadap

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 16 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
tempat dan waktu
pelaksanaan
sosialisasi
2.3 Saran dan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 5 menit
masukan dari pembelajaran 2. Diskusi tentang kriteria Perencanaan
masyarakat terkait sesi ini, peser- yang termasuk Irigasi 01 s.d.
dengan ta dapat keirigasian dari 07 dan B01-
keirigasian dicatat Mencatat Saran saran dan 02.
sebagai data dan masukan masukan b. Undang-
1) Dapat dari masyarakat masyarakat undang
menjelaskan terkait dengan 2. Menjelaskan tentang
kriteria yang keirigasian cara memilah Pengelolaan
termasuk sebagai data saran dan SDA.
keirigasian dari masukan yang c. Peraturan
saran dan terkait dengan Pemerintah
masukan keirigasian tentang Irigasi
masyarakat 3. Menjelaskan
2) Mampu cara mencatat
memilah saran saran dan
dan masukan masukan dari
yang terkait masyarakat
dengan terkait dengan
keirigasian keirigasian
3) Harus mampu
bersikap cermat
dalam mencatat
saran dan
masukan dari
masyarakat terkait
dengan
keirigasian
2.4 Laporan hasil Pada akhir 1. Ceramah 1. Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
sosialisasi dibuat pembelajaran 2. Diskusi tentang isi Perencanaan
sesuai format dan sesi ini, peser- laporan Irigasi 01 s.d.
prosedur yang ta dapat sosialisasi 07 dan B01-
telah ditetapkan Membuat 2. Menjelaskan 02.
1) Dapat Laporan hasil format laporan b. Undang-
menjelaskan isi sosialisasi sosialisasi yang undang
laporan sesuai format digunakan tentang
2) Dapat dan prosedur 3. Menjelaskan Pengelolaan
menjelaskan yang telah cara menyusun SDA.
format laporan ditetapkan laporan hasil c. Peraturan
yang digunakan sosialisasi Pemerintah
3) Mampu sesuai format tentang Irigasi
menyusun laporan dan prosedur
hasil sosialisasi
sesuai format dan
prosedur
4) Harus mampu
bersikap vermat
dan teliti dalam
menyusun laporan
hasil sosialisasi
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 17 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Unit Kompetensi : Mengumpulkan data perencanaan irigasi


Elemen Kompetensi 3 : Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan masyarakat (PKM)
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
3.1 Bahan yang akan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
dilaporkan dalam pembelajaran 2. Diskusi tentang bahan Perencanaan
PKM dan angket sesi ini, peser- yang akan Irigasi 01 s.d.
(daftar ta mampu dilaporkan 07 dan B01-
pertanyaan) Menyusun dalam PKM 02.
kepada pemilik Bahan yang 2. Menjelaskan b. Undang-
kepentingan akan cara menyusun undang
(Stakeholder), dilaporkan angket yang tentang
disusun dengan dalam PKM ditujukan Pengelolaan
cermat sesuai dan angket kepada pemilik SDA.
tujuan pertemuan (daftar kepentingan c. Peraturan
1) Dapat pertanyaan) 3. Menjelaskan Pemerintah
menjelaskan kepada tujuan tentang Irigasi
bahan yang akan pemilik pelaksanaan
dilaporkan dalam kepentingan PKM
PKM (Stakeholder), 4. Menjelaskan
2) Mampu dengan cara
menyusun cermat sesuai menyiapkan
angket yang tujuan bahan yang
ditujukan kepada pertemuan akan dilaporkan
pemilik dalam PKM
kepentingan dan angket
3) Dapat
menjelaskan
tujuan
pelaksanaan
PKM
4) Harus mampu
bersikap cermat
menyiapkan
bahan yang akan
dilaporkan dalam
PKM dan angket
3.2 Tempat, waktu Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
dan panitia pembelajaran 2. Diskusi tempat, waktu Perencanaan
penyelenggara sesi ini, peser- dan panitia Irigasi 01 s.d.
PKM serta wakil ta mampu penyelenggara 07 dan B01-
pemilik Merencanakan PKM 02.
kepentingan Tempat, waktu 2. Menjelaskan b. Undang-
yang akan dan panitia cara undang
diundang, penyelenggara merencanakan tentang
direncanakan PKM serta tempat yang Pengelolaan
dengan cermat wakil pemilik sesuai untuk SDA.
1) Dapat kepentingan penyelenggara c. Peraturan
menjelaskan yang akan an PKM Pemerintah
tempat, waktu diundang, 3. Menjelaskan tentang Irigasi
dan panitia dengan cara
penyelenggara cermat merencanakan
PKM waktu yang
2) Mampu tepat untuk
merencanakan penyelenggara
tempat yang an PKM
sesuai untuk 4. Menjelaskan
penyelenggaraan cara
PKM mengidentifikas
3) Mampu i kebutuhan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 18 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
merencanakan personal panitia
waktu yang tepat untuk
untuk penyelenggara
penyelenggaraan an PKM
PKM
4) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan
personal panitia
untuk
penyelenggaraan
PKM
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
merencanakan
penyelenggaraan
PKM
3.3 Semua masukan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 5 menit
dari masyarakat pembelajaran 2. Diskusi tujuan Perencanaan
dan instansi sesi ini, peser- melakukan Irigasi 01 s.d.
terkait, termasuk ta mampu pencatatan 07 dan B01-
hal-hal yang Mencatat terhadap 02.
telah disepakati Semua semua b. Undang-
dicatat dengan masukan dari masukan dari undang
cermat masyarakat masyarakat tentang
1) Dapat dan instansi dan instansi Pengelolaan
menjelaskan terkait, terkait SDA.
tujuan termasuk hal- 2. Menjelaskan c. Peraturan
melakukan hal yang telah cara Pemerintah
pencatatan disepakati, mengumpulkan tentang Irigasi
terhadap semua dengan semua
masukan dari cermat masukan dari
masyarakat dan masyarakat
instansi terkait dan instansi
2) Mampu terkait dengan
mengumpulkan cermat
semua masukan
dari masyarakat
dan instansi
terkait dengan
cermat
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
mencatat semua
masukan dari
masyarakat dan
instansi terkait
3.4 Laporan hasil Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
kegiatan PKM pembelajaran 2. Diskusi kegunaan Perencanaan
dibuat sesuai sesi ini, peser- laporan hasil Irigasi 01 s.d.
format dan ta mampu kegiatan PKM 07 dan B01-
prosedur yang membuat 2. Menjelaskan 02.
telah ditetapkan laporan hasil cara b. Undang-
1) Dapat kegiatan PKM mengaplikasika undang
menjelaskan sesuai format n laporan hasil tentang
kegunaan dan prosedur kegiatan PKM Pengelolaan
laporan hasil yang telah dalam SDA.
kegiatan PKM ditetapkan perencanaan c. Peraturan
2) Mampu irigasi Pemerintah

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 19 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
mengaplikasikan 3. memilah tentang Irigasi
laporan hasil laporan hasil
kegiatan PKM kegiatan PKM
dalam yang akan
perencanaan digunakan
irigasi sebagai data
3) Mampu perencanaan
memilah laporan
hasil kegiatan
PKM yang akan
digunakan
sebagai data
perencanaan
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menggunakan
laporan hasil
kegiatan PKM
pada
perencanaan
irigasi
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi : Mengumpulkan data perencanaan irigasi


Elemen Kompetensi 4 : Mengorganisasi data perencanaan
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
4.1 Data dan Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
informasi baik pembelajaran 2. Diskusi tentang data Perencanaan
yang dihasilkan sesi ini, peser- dan informasi Irigasi 01 s.d.
dari survei dan ta mampu yang dihasilkan 07 dan B01-
investigasi memeriksa dari survei 02.
lapangan data dan lapangan b. Undang-
maupun hasil informasi baik 2. Menjelaskan undang
pertemuan yang data dan tentang
dengan dihasilkan dari informasi yang Pengelolaan
masyarakat survei dan dihasilkan dari SDA.
diperiksa dengan investigasi investigasi c. Peraturan
cermat lapangan lapangan Pemerintah
1) Dapat maupun hasil 3. Menjelaskan tentang Irigasi
menjelaskan pertemuan cara
data dan dengan mengoleksi
informasi yang masyarakat, data dan
dihasilkan dari dengan informasi baik
survei lapangan cermat hasil survei
2) Dapat maupun
menjelaskan investigasi
data dan lapangan
informasi yang sesuai
dihasilkan dari kebutuhan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 20 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
investigasi perencanaan
lapangan 4. Menjelaskan
3) Mampu cara memilah
mengoleksi data data dan
dan informasi informasi baik
baik hasil survei hasil survei
maupun maupun
investigasi investigasi
lapangan sesuai lapangan
kebutuhan sesuai
perencanaan kebutuhan
4) Mampu perencanaan
memilah data
dan informasi
baik hasil survei
maupun
investigasi
lapangan sesuai
kebutuhan
perencanaan
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
memilih data dan
informasi baik
hasil survei
maupun
investigasi
lapangan sesuai
kebutuhan
perencanaan
4.2 Hasil Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
pemeriksaan pembelajaran 2. Diskusi jenis data dan Perencanaan
data dan sesi ini, peser- hasil pemilihan Irigasi 01 s.d.
informasi baik ta mampu dari informasi 07 dan B01-
yang dihasilkan memilah hasil maupun 02.
dari survei dan pemeriksaan investigasi b. Undang-
investigasi data dan lapangan undang
lapangan informasi baik sesuai dengan tentang
maupun hasil yang kebutuhan Pengelolaan
pertemuan dihasilkan dari perencanaan SDA.
dengan survei dan irigasi c. Peraturan
masyarakat investigasi 2. Menjelaskan Pemerintah
dipilah sesuai lapangan cara tentang Irigasi
dengan maupun hasil mengoleksi
kebutuhan pertemuan hasil pemilihan
perencanaan dengan data dan
irigasi irigasi masyarakat, informasi hasil
1) Dapat sesuai dengan survey maupun
menjelaskan kebutuhan investigasi
jenis data dan perencanaan lapangan
hasil pemilihan irigasi irigasi sesuai dengan
dari informasi kebutuhan
maupun perencanaan
investigasi irigasi
lapangan sesuai 3. Menjelaskan
dengan cara menyusun
kebutuhan hasil pemilihan
perencanaan data dan
irigasi informasi hasil
2) Mampu survey maupun

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 21 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
mengoleksi hasil investigasi
pemilihan data lapangan
dan informasi sesuai dengan
hasil survey kebutuhan
maupun perencanaan
investigasi irigasi
lapangan sesuai 4. Menjelaskan
dengan cara
kebutuhan menyiapkan
perencanaan hasil pemilihan
irigasi data dan
3) Mampu informasi hasil
menyusun hasil survey maupun
pemilihan data investigasi
dan informasi lapangan
hasil survey sesuai dengan
maupun kebutuhan
investigasi perencanaan
lapangan sesuai irigasi
dengan
kebutuhan
perencanaan
irigasi
4) Harus dapat
bersikap cermat
dan teliti dalam
Menyiapkan hasil
pemilihan data
dan informasi
hasil survey
maupun
investigasi
lapangan sesuai
dengan
kebutuhan
perencanaan
irigasi
4.3 Semua data hasil Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
pemilahan pembelajaran 2. Diskusi data hasil Perencanaan
dirangkum sesi ini, peser- sosialisasi dan Irigasi 01 s.d.
secara cermat ta mampu pertemuan 07 dan B01-
1) Dapat merangkum konsultasi 02.
menjelaskan semua data dengan b. Undang-
data hasil hasil masyarakat undang
sosialisasi dan pemilahan, sesuai tentang
pertemuan secara cermat kebutuhan Pengelolaan
konsultasi perencanaan SDA.
dengan irigasi c. Peraturan
masyarakat 2. Menjelaskan Pemerintah
sesuai cara memilah tentang Irigasi
kebutuhan data hasil
perencanaan sosialisasi dan
irigasi pertemuan
2) Mampu konsultasi
memilah data dengan
hasil sosialisasi masyarakat
dan pertemuan sesuai
konsultasi kebutuhan
dengan perencanaan
masyarakat irigasi
sesuai 3. Menjelaskan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 22 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
kebutuhan cara menyusun
perencanaan data hasil
irigasi sosialisasi dan
3) Mampu pertemuan
menyusun data konsultasi
hasil sosialisasi dengan
dan pertemuan masyarakat
konsultasi hasil sosialisasi
dengan dan pertemuan
masyarakat hasil sesuai
sosialisasi dan kebutuhan
pertemuan perencanaan
sesuai irigasi
kebutuhan 4. Menjelaskan
perencanaan cara
irigasi menyiapkan
4) Harus mampu data dan
bersikap cermat informasi
dan teliti dalam dengan cermat
Menyiapkan data dan teliti
dan informasi
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi : Mengumpulkan data perencanaan irigasi


Elemen Kompetensi 5 : Menetapkan data perencanaan
Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
5.1 Data teknis Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 45 menit
perencanaan pembelajaran 2. Diskusi tentang data Perencanaan
(hidroklimatologi, sesi ini, peser-ta perencanaan Irigasi 01 s.d.
hidrogeologi, mampu hasil analisisis 07 dan B01-
hidrometri, memeriksa data 2. Menjelaskan 02.
geologi, geoteknik, teknis cara b. Undang-
kapabilitas tanah, perencanaan mengidentifik undang
peta dan hasil (hidroklimatologi, asi data hasil tentang
pengukuran, hidrogeologi, analisis Pengelolaan
demografi dan hidrometri, hidroklimatolo SDA.
sosial ekonomi) geologi, gi c. Peraturan
hasil analisis geoteknik, 3. Menjelaskan Pemerintah
diperiksa dengan kapabilitas tata cara tentang Irigasi
teliti tanah, peta dan mengidentifik
1) Dapat hasil asi data hasil
menjelaskan data pengukuran, analisis
perencanaan hasil demografi dan hidrogeologi
analisis sosial ekonomi) 4. Menjelaskan
2) Mampu hasil analisis, cara
mengidentifikasi dengan teliti mengidentifik
data hasil analisis asi data hasil
hidroklimatologi analisis
3) Mampu hidrometri
mengidentifikasi 5. Menjelaskan
data hasil analisis tata cara
hidrogeologi mengidentifik

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 23 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
4) Mampu asi data hasil
mengidentifikasi analisis
data hasil analisis geoteknik
hidrometri 6.Menjelaskan
5) Mampu tentang data
mengidentifikasi hasil analisisis
data hasil analisis kapabilitas
geoteknik tanah
6) Mampu 7. Menjelaskan
mengidentifikasi cara
data hasil analisis mengidentifik
kapabilitas tanah asi data hasil
7) Mampu pengukuran
mengidentifikasi 8. Menjelaskan
data hasil tata cara
pengukuran mengidentifik
8) Mampu asi data hasil
mengidentifikasi analisis
data hasil analisis demografi
demografi 9. Menjelaskan
9) Mampu cara
mengidentifikasi mengidentifik
data hasil analisis asi data hasil
sosial ekonomi analisis sosial
10) Harus mampu ekonomi
bersikap cermat
dan teliti dalam
mengidentifikasi
semua data
perencanaan
5.2 Data hasil analisis Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 20 menit
hidrologi berupa pembelajaran 2. Diskusi tentang data Perencanaan
water balance, sesi ini, peserta hasil analisis Irigasi 01 s.d.
kebutuhan air mampu hidrologi 07 dan B01-
disawah, pola memeriksa data 2. Menjelaskan 02.
tanam dan tata hasil analisis tentang data b. Undang-
tanam yang hidrologi berupa water balance undang
optimum diperiksa water balance, 3. Menjelaskan tentang
dengan benar dan kebutuhan air di tata cara Pengelolaan
teliti sawah, pola menerapkan SDA.
1) Dapat tanam dan tata ekosistem c. Peraturan
menjelaskan data tanam yang dalam Pemerintah
hasil analisis optimum, pengelolaan tentang Irigasi
hidrologi dengan benar SDA sesuai
2) Mampu dan teliti ketentuan
menunjukkan data 4. Menjelaskan
water balance tentang data
3) Mampu data pola
menunjukkan data tanam dan
kebutuhan air tata tanam
disawah yang optimum
4) Mampu 5. Menjelaskan
menunjukkan data cara
pola tanam dan mengidentifik
tata tanam yang asi data hasil
optimum analisis
5) Harus mampu hidrologi
bersikap cermat dengan
dan teliti dalam cermat dan
mengidentifikasi teliti
data hasil analisis

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 24 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Metode
Kriteria Unjuk Sumber/ Jam
Tujuan Pelatihan Tahapan
No Kerja/Indikator Referensi yang Pelajaran
Pembelajaran yang Pembelajaran
Unjuk Kerja Disarankan Indikatif
Disarankan
hidrologi
5.3 Semua data hasil Pada akhir 1. Ceramah 1.Menjelaskan a. Kriteria 10 menit
pemeriksaan pembelajaran 2. Diskusi tentang Perencanaan
diklasifikasikan sesi ini, peserta semua jenis Irigasi 01 s.d.
sesuai dengan mampu data hasil 07 dan B01-
kebutuhan mengklasifikasi identifikasi 02.
sebagai data kan semua data sebagai data b. Undang-
perencanaan hasil perencanaan undang
definitif pemeriksaan, 2. Menjelaskan tentang
1) Dapat sesuai dengan cara Pengelolaan
menjelaskan kebutuhan mengklasifika SDA.
semua jenis data sebagai data sikan data c. Peraturan
hasil identifikasi perencanaan hasil Pemerintah
sebagai data definitif identifikasi tentang Irigasi
perencanaan dengan
2) Dapat cermat dan
menjelaskan cara teliti
mengklasifikasikan 3.Menjelaskan
data hasil cara
identifikasi mengelompok
3) Mampu kan data
mengelompokkan sesuai
data sesuai kebutuhaan
kebutuhaan rancangan
rancangan
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
mengklasifikasikan
data hasil
identifikasi
Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 25 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

BAB IV

PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN IRIGASI

4.1 Umum
Bab ini berisi uraian mengenai kegiatan persiapan pengumpulan data
perencanaan, pelaksanaan sosialisasi tentang keirigasian kepada masyarakat,
pelaksanaan kegiatan Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat (PKM),
pengorganisasian data perencanaan, serta penetapan data perencanaan.

4.2 Persiapan Pengumpulan Data Perencanaan


Kegiatan-kegiatan Tahap Perencanaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Tahap perencanaan pendahuluan, dan
- Tahap perencanaan akhir.

Dalam kedua tahap tersebut, dilakukan pengukuran dan penyelidikan guna


memperoleh data yang diperlukan untuk membuat perencanaan pendahuluan
hingga perencanaan akhir.

Sedangkan secara umum, tahapan perencanaan irigasi akan meliputi beberapa


kegiatan seperti:
a. Identifikasi
b. Pengukuran situasi
c. Studi pengenalan (recognition)
d. Kelayakan (feasibility study)
e. Desain petak-petak
f. Penyelidikan (investigasi)
g. Desain jaringan

4.2.1 Data Perencanaan Irigasi


Dalam bab ini hanya akan dirinci data-data yang diperlukan untuk Tahap
Perencanaan. Untuk tahap-tahap perencanaan data-data yang dibutuhkan
adalah yang berhubungan dengan informasi mengenai hidrologi, topografi
dan geologi teknik.

a. Data Hidrometeorologi
1). Parameter
Parameter-parameter hidrologi yang sangat penting untuk perencanaan
jaringan irigasi adalah:
1. Curah hujan
2. Evapotranspirasi
3. Debit puncak dan debit harian
4. Angkutan sedimen.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 26 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Sebagian besar parameter-parameter hidrologi di atas akan


dikumpulkan; dianalisis dan dievaluasi di dalam Tahap Studi proyek.
Pada Tahap Perencanaan, hasil evaluasi hidrologi akan ditinjau kembali
dan mungkin harus dikerjakan dengan lebih mendetail berdasarkan
data-data tambahan dari lapangan dan hasil-hasil studi perbandingan.

Ahli irigasi sendiri harus yakin bahwa parameter hidrologi itu benar-
benar telah memadai untuk tujuan-tujuan perencanaan.
Dalam Tabel 4.1. diringkas parameter perencanaan terkait data-data
hidrologi dan kriteria perencanaan.

Tabel 4.1. Parameter Perencanaan

2). Pencatatan data


Catatan informasi mengenai analisis hidrologi terdiri dari peta-peta,
aliran sungai dan meteorologi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari
instansi-instansi yang berwajib.

Adalah penting bagi perencana untuk memeriksa tempat-tempat


pencatatan data, memeriksa data-data yang terkumpul dan metode
pemrosesannya, memastikan bahwa tinggi alat ukur adalah nol
sebelum dilakukan evaluasi dan analisis data. Perencana hendaknya
yakin bahwa perencanaannya dibuat berdasarkan data-data yang
andal.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 27 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

3). Penyelidikan lokasi


Penyelidikan di daerah aliran sungai dan irigasi akan lebih melengkapi
catatan data dan lebih memperdalam pengetahuan mengenai gejala-
gejala hidrologi. Tempat-tempat pencatatan akan dikunjungi dan
metode yang digunakan diperiksa. Penyelidikan lapangan dipusatkan
pada keadaan aliran sungai dan daerah pembuangan. Data-data yang
akan dikumpulkan berkenaan dengan tinggi muka air maksimum,
peluapan tanggul sungai, penggerusan, sedimentasi dan erosi tanggul.
Potongan melintang tinggi tanggul (bankfull cross-sections) akan
diperkirakan; -koefisien kekasaran saluran dan kemiringan dasar diukur
di mana perlu.

Wawancara mengenai keadaan setempat dapat mengorek informasi


yang sangat berharga tentang hidrologi historis. Orang-orang yang akan
diwawancarai harus diseleksi, yaitu orang-orang yang dapat
memberikan informasinya secara objektif dan kebenarannya dapat
diandalkam. Tinggi muka air penggenangan, lokasi dan besarnya
pelimpahan tanggul sungai, dan frekuensi kejadiannya sering diketahui
dengan baik oleh penduduk setempat.

a.1.1. Curah hujan


Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan:
a) Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah
hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah
hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.
b) Curah hujan lebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung
kebutuhan pembuangan/drainase dan debit (banjir).

Untuk analisis curah hujan efektif, curah hujan di musim kemarau dan
penghujan akan sangat penting artinya. Untuk curah hujan lebih, curah
hujan di musim penghujan (bulan-bulan turun hujan) harus mendapat
perhatian tersendiri. Untuk kedua tujuan tersebut data curah hujan
harian akan dianalisis untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang dapat
diterima. Data curah hujan harian yang meliputi periode sedikitnya 10
tahun akan diperlukan. Analisis curah hujan yang dibicarakan di sini
juga disajikan pada Tabel 4.1

a.1.2. Evaportanspirasi
Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi tanaman yang kelak akan dipakai untuk menghitung
kebutuhan air irigasi dan, kalau perlu untuk studi neraca air di daerah
aliran sungai. Studi ini mungkin dilakukan bila tidak tersedia data aliran
dalam jumlah yang cukup.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 28 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang


berkenaan dengan :
a) Temperatur: harian maksimum, minimum dan rata-rata
b) Kelembaban relatif
c) Sinar matahari: lamanya dalam sehari
d) Angin: kecepatan dan arah
e) Evaporasi: catatan harian

Data-data klimatologi di atas adalah standar bagi stasiun-stasiun


agrometerologi. Jangka waktu pencatatan untuk keperluan analisis
yang cukup tepat dan andal adalah sekitar sepuluh tahun.

Tabel 4.2. Parameter perencanaan evaportanspirasi

a.1.3. Banjir Rencana


Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah
dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat
dialirkan tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan-
bangunan.

Presentase kemungkinan tak terpenuhi (rata-rata) yang dipakai untuk


perencanaan irigasi adalah:
a) Bagian atas pangkal bangunan 0,1%
b) Bangunan utama dan bangunan-bangunan di sekitarnya 1%
c) Jembatan jalan Bina Marga 2%
d) Bangunan pembuang silang, pengambilan di sungai 4%
e) Bangunan pembuang dalam proyek 20%
f) Bangunan sementara 20% - 4%

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 29 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Jika saluran irigasi primer bisa rusak akibat banjir sungai, maka
perentase kemungkinan tak terpenuhi sebaiknya diambil kurang dari
4%, kadang-kadang turun sampai 1%.

Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit puncak, dan


biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air.
Untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal, catatan data yang
dipakai harus paling tidak mencakup waktu 20 tahun. Persyaratan ini
jarang bisa dipenuhi (lihat juga Tabel 4.4)
Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan tinggi
muka air (debit) puncak dari catatan data yang tersedia. Data debit
puncak yang hanya mencakup jangka waktu yang pendek akan
mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si pengamat.

Harga–harga debit rencana sering ditentukan dengan menggunakan


metode hidrologi empiris, atau analisis dengan menghubungkan harga
banjir dengan harga curah hujan. Pada kenyataannya bahwa ternyata
debit banjir dari waktu kewaktu mengalami kenaikan, semakin
membesar seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air.

Pembesaran debit banjir dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang


yang mengakibatkan desain bangunan kurang besar. Antisipasi
keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran
110%-120% untuk debit banjir. Faktor koreksi tersebut tergantung pada
kondisi perubahan DAS. Perhitungan debit rencana diringkas pada
Tabel 4.3.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 30 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Tabel 4.3. Banjir Rencana

a.1.4. Debit Andalan


Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai
untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan
bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit
andalan ditentukan untuk periode tengah–bulanan. Debit minimum
sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar analisisnya
cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi
jangka waktu paling sedikit 20 tahun. Jika persyaratan ini tidak bisa
dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 31 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Dalam menghitung debit andalan, kita harus mempertimbangkan air


yang diperlukan dari sungai di hilir pengambilan. Dalam praktek
ternyata debit andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan
seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air. Penurunan
debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang
mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini
perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 80% - 90%.
Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 32 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Tabel 4.4. Debit Andalan

b. Data Topografi
Studi Awal dan Studi ldentifikasi didasarkan pada peta-peta yang ada.
Pengukuran pemetaan merupakan kegiatan yang dimulai di dalam Studi
ldentifikasi sampai tahap perencanaan pendahuluan suatu proyek.

Pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran medan (terestris) penuh


yang sudah menghasilkan peta-peta garis topografi lengkap dengan
garis-garis konturnya. lni adalah cara pemetaan yang relatif murah
untuk daerah-daerah kecil. Pemetaan fotogrametri, walaupun lebih
mahal, jauh lebih menguntungkan karena semua detail topografi dapat
dicakup di dalam peta. Ini sangat bermanfaat khususnya untuk
perencanaan petak tersier. Yang paling tidak menguntungkan adalah
apabila diperlukan foto udara dan biaya-biaya yang tinggi. Untuk
proyek-proyek kecil pembuatan foto udara akan terlalu mahal dan
kurang praktis perencanaannya. Kemudian pemecahan yang mungkin

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 33 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

adalah pada waktu yang bersamaan mengambil potret untuk proyek-


proyek yang bersebelahan/di dekatnya.
Proyek seluas 10.000 ha atau lebih biasanya didasarkan pada peta foto
udara. Untuk itu (kalau dianggap perlu) akan dibuat foto udara yang
baru, dengan skala foto 1:10.000.

Peta-peta yang dihasilkan dari pemetaan fotogrametri biasanya peta-


peta foto; peta-peta garis yang dihasilkan dari foto akan banyak
kehilangan detail topografi. Peta-peta ortofoto dihasilkan untuk daerah-
daerah dengan kemiringan tanah di atas 0,5 persen. Untuk daerah-
daerah datar mosaik foto yang direktifikasi dan lebih murah, dapat
dipakai. Sudah menjadi kebiasaan umum untuk mendasarkan penetuan
garis kontur pada intepretasi pengukuran terestris. Pengukuran titik rinci
ketinggian terestris dengan pembuatan peta foto ini dilakukan dengan
densitas yang lebih kecil daripada yang diperlukan untuk pengukuran
terestris penuh.

Bila peta itu dibuat dengan cara pemetaan ortofoto, pada umumnya
skala peta diambil 1:5000. Jika tidak, skala peta harus 1:2000 agar peta
tersebut dapat dipakai. untuk tujuan-tujuan perencanaan tersier. Jika
tidak, skala peta sebaiknya 1:2000. Persyaratan Teknis untuk
Pengukuran Topografi (Bagian PT-02) dan Standar Penggambaran (KP
- 07) memberikan detail-detail yang lebih terinci.

Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci sebagai


berikut:
a) Potret bentuk tanah (landform), relief mikro dan bentuk fisik harus
jelas : ini akan langsung menentukan tata letak dan lokasi saluran
irigasi, saluran pembuang dan jalan.
b) Ketelitian elevasi tanah:
Di daerah-daerah datar kemiringan saluran mungkin kurang dari 10
cm/km; ketepatan dalam hal ketinggian adalah penting sekali
karena hal ini akan menunjukkan apakah suatu layanan irigasi dan
pembuang yang memadai akan dapat dicapai.

Di daerah yang bermedan curam layanan irigasi dan pembuang jarang


merupakan masalah relief mikro lokal adalah lebih penting daripada
ketepatan ketinggian.
a) interval garis kontur
- tanah datar < 2 % Interval 0,5 m
- tanah berombak dan randai/rolling 2-5 % Interval 1,0 m
- berbukit-bukit 5 - 20 % Interval 2,0 m
- bergunung-gunung >20 % Interval 5,0 m

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 34 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

b) Ketelitian planimetris:
Identifikasi lapangan dilakukan relatif sampai titik yang sudah
ditentukan di lapangan dan ketepatan peta sekitar 1 mm dapat
diterima.
c) Jaringan irigasi dan pembuang :
Bila jaringan irigasi yang baru akan dibangun pada jaringan yang
sudah ada, maka jaringan lama ini juga harus ikut diukur.
d) Beberapa titik di sungai pada lokasi bendung akan dicakup dalam
pengukuran topografi.
e) Batas-batas administratif kecamatan dan desa akan digambar.
f) Data-data dasar tanah seperti misalnya tipe medan, jenis utama
vegetasi dan cara pengolahan tanah, daerah-daerah berbatu
singkapan, atau daerah-daerah yang berpasir dan berbatu-batu
akan dicatat.
g) Kalau peta-peta topografi yang dibuat juga akan dipakai untuk
perencanaan tersier, saluran-saluran kecil yang ada akan diukur
pula.

1). Pengukuran Sungai dan Lokasi Bendung


Untuk perencanaan bangunan utama di sungai diperlukan informasi
topografi mendetail mengenai sungai dan lokasi bendung. Bersama-
sama dengan pengukuran untuk peta topografi umum, akan diukur pula
beberapa titik di sungai. Hasil-hasilnya akan digunakan dalam
perencanaan pendahuluan jaringan irigasi.

Pengukuran ini mencakup unsur-unsur berikut:


a) Peta bagian sungai di mana bangunan utama akan dibangun.
Skala peta ini adalah 1:2.000 atau lebih besar, yang meliput 1 km
ke hulu dan 1 km ke hilir bangunan utama dan melebar hingga 250
m ke masing-masing sisi sungai. Daerah bantaran harus terliput
semuanya. Kegiatan Pengukuran ini juga mencakup pembuatan
peta daerah rawan banjir. Peta itu harus dilengkapi dengan garis-
garis kontur pada interval 1,0 m, kecuali di dasar sungai dimana
diperlukan garis-garis kontur pada interval 0,50 m. Peta itu juga
harus memuat batas-batas penting seperti batas-batas desa,
sawah dan semua prasarananya. Di situ harus pula ditunjukkan
tempat-tempat titik tetap (benchmark) di sekeliling daerah itu
lengkap dengan koordinat elevasinya.
b) Potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50
m. Panjang potongan memanjang serta skala horisontalnya akan
dibuat sama dengan untuk peta sungai di atas skala vertikalnya 1:
200 atau 1 : 500, bergantung kepada kecuraman medan. Skala.
potongan melintangnya 1 : 200 horisontal dan 1 : 200 vertikal.
Panjang potongan melintang adalah 50 m ke masing-masing sisi

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 35 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

sungai. Elevasinya akan diukur pada jarak maksimum 25 m atau


untuk beda tinggi 0,25 m mana saja yang bisa dicapai lebih cepat.
c) Pengukuran detail lokasi bendung yang sebenarnya harus
dilakukan, yang menghasilkan peta berskala 1: 200 atau 1: 500
untuk areal seluas kurang lebih 50 ha (1000 x 500 m2). Peta ini
akan menunjukkan lokasi seluruh bagian bangunan utama
termasuk lokasi kantong pasir dan tanggul penutup. Peta ini akan
dilengkapi dengan titik rincik ketinggian dan garis-garis kontur
setiap 0,25 rn.

Persyaratan penggambaran detail topografi adalah sarna dengan


penggarnbaran untuk peta topografi umum. Uraian yang lebih rinci
diberikan pada bagian PT–02 Persyaratan Teknis untuk Pengukuran
Topografi, KP – 07 Standar Penggambaran dan KP – 02 Bangunan
Utama.

2). Pengukuran Trase Saluran


Setelah tata letak pendahuluan selesai (yang didasarkan dan
digambarkan pada peta topografi umum) trase saluran akan diukur dan,
dipetakan pada peta baru. Pengukuran ini merupakan dasar topografis
untuk perencanaan potongan memanjang saluran.

Sebelum membuat konsep persyaratan (spesifikasi) pengukuran


saluran, ahli irigasi akan melakukan pencekan lapangan, didampingi
oleh ahli geodetik dan ahli geoteknik. Tujuan pencekan lapangan ini
adalah menentukan lokasi yang tepat untuk trase saluran dan
bangunan-bangunan pelengkap.

Merancang persyaratan pengukuran akan menjadi tanggung jawab ahli


irigasi lagi karena dia sudah terbiasa dengan kepekaan dalam
perencanaan pendahuluan dan dialah yang tahu keadaan lapangan.
Pengukuran trase saluran biasanya mencakup jaringan irigasi maupun
pembuang.

Pengukuran trase saluran. (pengukuran strip) akan sebanyak mungkin


mengikuti trase saluran yang diusulkan pada tata letak pendahuluan.
Pengukuran ini akan meliputi jarak 75 m dari as saluran, atau bisa
kurang dari itu, menurut petunjuk ahli irigasi.

Pengukuran dan pemetaan ini meliputi pembuatan:


a) Peta trase saluran dengan skala 1:2.000 dengan garis-garis kontur
pada interval 0,5 m untuk daerah datar, dan 1,0 m untuk tanah
berbukit bukit;
b) Profil memanjang dengan skala horisontal 1:2000 dan skala vertikal
1:200 (atau 1:100 untuk saluran-saluran kecil);
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 36 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

c) Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1:200 atau


1:100 untuk saluran-saluran kecil pada interval 50 m pada ruas-
ruas lurus dan 25 m pada tikungan.

3). Pengukuran lokasi bangunan


Untuk lokasi-lokasi bangunan besar, seperti bangunan pembuang
silang, diperlukan peta lokasi detail. Skalanya adalah 1:100 dengan
skala garis kontur 0,25 m.

c. Data Geologi Teknik


1). Tahap Studi
Pada tahap studi proyek data geologi teknik dikumpulkan untuk
memperoleh petunjuk mengenai keadaan geologi teknik yang dijumpai
di proyek. Sebelum dilakukan penyelidikan lokasi, semua informasi
mengenai geologi permukaan dan tanah di daerah proyek dan
sekitarnya akan dikumpulkan. Banyak informasi berharga yang dapat
diperoleh dari :
a) Laporan-laporan dan peta-peta geologi daerah tersebut
b) Hasil-hasil penyelidikan mekanika tanah untuk proyek-proyek di
dekatnya
c) Foto-foto udara
d) Peta-peta topografi. Termasuk foto-foto lama.

Khususnya dengan pengccekan foto udara yang diperkuat lagi dengan


hasil-hasil pemeriksaan tanah, maka akan diperoleh gambaran daerah
itu, misalnya :
a) Perubahan kemiringan
b) Daerah yang pembuangnya jelek
c) Batu singkapan
d) Bekas-bekas tanah longsoran
e) Sesar
f) Perubahan tipe tanah
g) Tanah tidak stabil
h) Terdapatnya bangunan-bangunan buatan manusia.

Peninjauan lokasi akan lebih banyak memberikan informasi mengenai :


a) Pengolahan tanah dan vegetasi yang ada sekarang
b) Tanah-tanah yang strukturnya sulit (gambut dan lempung
berplastisitas tinggi)
c) Bukti-bukti tentang terjadinya erosi dan parit
d) Terdapatnya batu-batu bongkah di permukaan
e) Klasifikasi tanah dengan, jalan melakukan pemboran tanah dengan
tangan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 37 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Untuk pembuatan tata letak dan perencanaan saluran, adalah penting


untuk mengetahui hal-hal berikut:
a) Batu singkapan
b) Lempung tak stabil berplastisitas tinggi
c) Pasir dan kerikil
d) Bahan-bahan galian yang cocok.

Dari hasil-hasil kunjungan pemeriksaan lokasi, diputuskanlah cocok


tidaknya pembuatan saluran tanpa pasangan. Uji lapangan dari contoh-
contoh pemboran dan sumuran uji akan dilakukan untuk mengetahui
sifat -sifat tanah.

Lokasi bangunan utama akan diperiksa untuk menilai:


a) Morfologi dan stabilitas sungai
b) Stabilitas dasar sungai untuk pondasi
c) Keadaan dasar sungai untuk pondasi
d) Keadaan pondasi untuk tanggul banjir bahan-bahan galian untuk
tanggul
e) Kecocokan batu sebagai bahan bangunan
f) Pengukuran dasar sungai
g) Terdapatnya batu singkapan.

Yang disebut terakhir ini tidak hanya terbatas sampai pada bangunan
utama saja, tetapi harus dilakukan sampai hulu dan hilir dari lokasi ini.
Seluruh informasi akan dievaluasi dan dituangkan pada peta
pendahuluan dengan skala 1:50.000, atau lebih besar lagi.

Aspek-aspek geologi teknik dalam tahap studi pengenalan ditangani


oleh ahli irigasi yang berpengalaman. Hanya dalam pembuatan waduk
atau bangunan-bangunan utama yang besar yang melibatkan keadaan-
keadaan geologi teknik yang kompleks saja maka seorang ahli geologi
diikutsertakan.

Ahli irigasi hendaknya cukup memiliki pengalaman yang memadai di


bidang geologi dan mekanika tanah untuk tujuan-tujuan teknik.
Konsultasi dengan seorang ahli geologi yang sudah berpengalaman
sangat dianjurkan, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
keadaan-keadaan geologi. Perumusan detail penyelidikan geologi
teknik akan didasarkan pada hasil-hasil studi pengenalan.

2). Penyelidikan Detail


Pada tahap ini lokasi pekerjaan yang direncanakan ditentukan oleh
perencanaan pendahuluan. Perencanaan penyelidikan detail akan
didasarkan pada peta geologi. Kadang-kadang informasi tambahan
mengenai tanah sudah bisa dikumpulkan dari penelitian tanah
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 38 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

pertanian. Pengarnatan dari pengukuran topografi yang berkenaan


dengan batu singkapan. tata guna tanah. dan bentuk topografi yang
tidak teratur (terjadinya parit-parit, longsoran) akan lebih memperjelas
gambaran geologi teknik.

Penyelidikan geologi teknik detail memungkinkan dilakukannya evaluasi


karakteristik tanah dan batuan untuk parameter perencanaan bangunan
seperti disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Karakreristik perencanaan tanah/ batuan

Parameter-parameter yang menentukan sifat-sifat tanah tersebut


didapat dari hasil-hasil penyelidikan di lapangan dan di laboratorium.
Pengetahuan tentang sifat-sifat di atas diperlukan dari lapisan
permukaan sampai lapisan bawah hingga kedalaman tertentu,
bergantung pada tipe bangunan.

Pada sumuran dan paritan uji, penyelidikan dapat dilakukan sampai


pada kedalaman tertentu tergantung pada kondisi geologi. Untuk
penyelidikanlapisan tanah bawah yang lebih dalam (lebih dari 5 m),

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 39 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

akan diperlukan pemboran. Jumlah lubang bor (jarak yang diperlukan)


sangat bergantung pada keseragaman keadaan tanah dan batuan.

Penyelidikan geologi teknik detail pada trase saluran yang


direncanakan akan terdiri dari sekurang-kurangnya satu titik (pemboran
tanah atau pembuatan sumuran uji) per km jika kondisi tanah tidak
teratur. Petunjuk indikasi kualitas dari sifat-sifat batuan dan tanah
diperoleh dari bagan Klasifikasi Batuan dan Tanah. Cara ini akan cukup
memadai untuk konstruksi saluran biasa (gali/ timbunan sampai 5,0 m)
dan untuk kondisi tanah pada umumnya. Untuk pembuatan bangunan-
bangunan irigasi, khususnya bangunan utama di sungai, diperlukan
pengetahuan yang mendetail mengenai parameter perencanaan
geologi teknik demi tercapainya hasil perencanaan yang aman dan
ekonomis.

Dalam Bagian PT-03 Persyaratan Teknis untuk Penyelidikan Geoteknik


dibedakan penjelasan mendetail mengenai tata letak, ketentuan jarak
dan kedalaman pemboran. Kiranya dapat dimaklumi bahwa hanya
harga persyaratan-persyaratan minimum saja yang dapat dirinci.
Bergantung kepada ketidakteraturan dan kompleksnya keadaan tanah,
diperlukan lebih banyak penyelidikan detail. Hal ini hanya dapat
diputuskan di lapangan oleh seorang ahli geologi teknik yang telah
berpengetahuan banyak.

d. Data Pertanian (Agronomi)


Data pertanian pada wilayah yang akan dikembangkan meliputi peta
tanah/ data tanah dan data pertanian.

Berdasarkan peta topografi berskala 1:25.000 atau fotofoto udara,


harus dilakukan penelitian kemampuan tanah pada tingkat semidetail,
sekurang-kurangnya satu pengamatan per 25-50 Ha.

Penelitian ini akan menghasilkan data-data mengenai kecocokkan/


kesesuaian tanah, struktur tanah, kelulusan/perkolasi dan data
kedalaman muka air tanah yang kurang dari 2 meter. Data-data
tersebut akan dianalisa dan diplot pada peta topografi berskala
1:25.000 guna memperoleh klasifikasi yang bisa dipakai sebagai dasar
tata letak.

Data-data yang harus diperlukan adalah:


a. Peta tata guna tanah yang ada sekarang, skala 1:25.000
b. Peta tanah semidetail, skala 1:25.000
c. Peta klasifikasi tanah, skala 1:25.000
d. Peta tata guna tanah yang dianjurkan, skala 1:25.000

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 40 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Lahan pertanian ditinjau dari ekosistemnya dapat dibedakan menjadi


dua kelompok besar yaitu:
a. Lahan pertanian basah, dan
b. Lahan pertanian kering.

Antara kedua kelompok lahan pertanian tersebut mempunyai


karakteristik yang berbeda sehingga pengelolaannya harus berbeda
sehingga pengelolaannya harus berbeda pula agar memberikan hasil
yang optimal.

Lahan pertanian basah lazim disebut dengan sawah. Ciri-ciri umum dari
sawah adalah sebagai berikut:
a. Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang. Pematang
tersebut ada yang lurus ada pula yang berbelok.
b. Permukaannya selalu datar atau topografinya rata meskipun di
daerah bergunung-gunung atau berbukit.
c. Biasa diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh air atau berair.
d. Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering sehingga
memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penurunan
produktivitas yang drastis.
e. Secara umum produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering
f. Sawah umumnya mempunyai sumber perairan yang relatif teratur
kecuali sawah tadah hujan. Tanaman yang utama diusahakan
adalah padi sawah.

Ditinjau dari sistem irigasinya lahan pertanian basah (sawah), dapat


dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut:
a. Sawah irigasi teknis
b. Sawah irigasi setengah teknis
c. sawah irigasi perdesaan (sawah irigasi sederhana)
d. Sawah tadah hujan
e. Sawah rawa
f. Sawah rawa pasang surut
g. Sawah lebak
h. Tambak
i. Kolam

Lahan pertanian kering secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut :
a. Produktivitas tanah umumnya rendah;
b. Topografi bervariasi dari datar, berbukit dan bergunung;
c. Tidak dibatasi oleh pematang antarsatu petak dengan petak
lainnya.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 41 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

d. Tingkat erosi umumnya tinggi, terutama jika tidak ada upaya


pelestarian yang berupa sengkedan atau tidak ada tumbuhan
(vegetasi);
e. Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena
persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali
untuk lahan kering yang dekat dengan sumber air dapat
diusahakan secara terus-menerus;
f. Umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada
musim kemarau dibedakan.

Lahan pertanian kering dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai


berikut:
1) Pekarangan
2) Tegalan
3) Kebun
4) Ladang (perladangan atau shifting cultivation)
5) Penggembalaan ternak.
6) Hutan; tipe-tipenya seperti:
a. Hutan lindung
b. Hutan produksi
c. Hutan margasatwa
d. Hutan raya
e. Hutan rakyat

e. Data Kependudukan (demografi) dan Sosial


Penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal pada suatu
negara atau daerah tertentu pada waktu tertentu. Ilmu yang
mempelajari penduduk dengan karakteristiknya yang khusus disebut
demografi.

Demografi adalah ilmu tentang jumlah, komposisi, persebaran, dan


perubahan penduduk yang disebabkan oleh faktor–faktor kelahiran
(natalitas), kematian (mortalitas), dan migrasi.
a. Demografi murni atau demografi formal, mempelajari secara
matematis dan statistis hubungan antara unsur-unsur utama demografi
yaitu: kelahiran, kematian, migrasi, persebaran, jenis kelamin, umur
atau komposisi penduduk serta kepadatannya.
b. Demografi sosial atau kependudukan, berusaha menjelaskan proses-
proses yang terjadi tentang penduduk.

melalui sosio-demografi, kita dapat mempelajari (misalnya) dampak


masalah-masalah kependudukan (seperti ledakan penduduk atau
kepadatan penduduk) terhadap struktur sosial, terhadap bentuk
interaksi sosial (seperti interstruktur sosial, interaksi masyarakat
perkotaan dan interaksi masyarakat pedesaan), terhadap diferensiasi
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 42 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

sosial, terhadap kelembagaan sosial, terhadap pembangunan


masyarakat, dan lain-lain.

f. Data Land Use dan Tata Ruang


Perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan pembangunan/
pemanfaatan ruang wilayah, yang intinya adalah perencanaan
pembangunan lahan (land use planning) dan perencanaan pergerakan
pada ruang tersebut. Perencanaan ruang wilayah pada dasarnya
adalah menetapkan ada bagian–bagian wilayah (zona) yang tidak diatur
penggunaannya (jelas peruntukannya) dan ada bagian–bagian wilayah
yang kurang tidak diatur penggunannya. Bagi bagian wilayah yang tidak
diatur penggunaannya maka pemanfaatannya diserahkan kepada
mekanisme pasar. Perencanaan pemanfaatan ruang wilayah
dimaksudkan agar pemanfaatan itu dapat memberikan kemakmuran
yang sebesar-besarnya kepada masyarakat baik jangka pendek
maupun jangka panjang termasuk menunjang daya pertahanaan dan
terciptannya keamanaan.

Dalam pelaksanaannya, perencanaan ruang wilayah ini disinonimkan


dengan hasil akhir yang hendak dicapai, yaitu tata ruang. Dengan
demikian kegiatan itu disebut perencanaan ata penyusunaan tata ruang
wilayah. Berdasarkan materi yang dicakup, perencanaan ruang wilayah
ataupun penyusunan tata ruang wilayah dapat dibagi kedalam dua
kategori, yaitu perencanaan yang mencakup keseluruhaan wilayah
perkotaan dan non perkotaan (wilayah belakang) dan perencanaan
yang khusus untuk wilayah perkotaan.

Perencanaan tata ruang yang menyangkut keseluruhan wilayah


misalnya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana
tata ruang wilayah provinsi (RTRWP), dan Rencana tata ruang wilayah
kabupaten (RTRWK). Perbedaan utama dari kedua jenis perencanaan
tersebut adalah pada perbedaan kegiatan utama yang terdapat pada
wilaya perencanaan.

Landasan penataan ruang wilayah di Indonesia adalah Undang-Undang


Penataan Ruang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Penataan ruang wilayah dilakukan pada tingkat Nasional, Provinsi
Kabupaten/Kota, setiap rencana tata ruang harus mengemukakan
kebijakan makro pemanfaatan ruang berupa:
a. Tujuan pemanfaatan ruang;
b. Struktur dan pola ruang, dan;
c. Pola pengendalian pemanfaatan ruang.

Tujuan pemanfaatan ruang adalah menciptakan hubungan yang


harmonis diantara berbagai subwilayah, sehingga dapat mempercepat
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 43 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

proses tercapainya kemakmuran dan terjaminnya kelestarian


lingkungan hidup.

RTRW tingkat nasional berisikan:


a. Penggambaran struktur tata ruang nasional.
b. Penetapan kawasan yang perlu dilindungi;
c. Pemberian indikasi penggunaan ruang budi daya dan arahan
permukiman dalam skala nasional;
d. Penentuan kawasan yang diprioritaskan;
e. Penentuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional;
f. Perencanaan jaringan penghubung dalam skala nasional.

RTRW tingkat Provins adalah penjabaran RTRWN berisikan:


a. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya;
b. Arahan pengelolaan kawasan pedesaan, perkotaan dan kawasan
tertentu;
c. Arahan pengembangan kawasan permukiman, kehutanan,
pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata, dll;
d. Arahan pengembangan sistem pusat permukiman pedesaan dan
perkotaan;
e. Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah;
f. Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan;

Arahan kebijakan pada dasrnya meliputi tata guna tanah, tata guna air,
tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya.

Terkait dengan penetapan kawasan pada RTRW Kabupaten, maka


untuk perencanaan irigasi termasuk ke dalam Sistem Prasarana
Wilayah dalam hal penyediaan jaringan/ saluran irigasi.

Dalam analisis tata guna lahan, satuan lahan atau unit lahan
merupakan satuan ekologi yang unik dan dapat berfungsi sebagai dasar
segmentasi dalam ruang. Suatu satuan lahan dibedakan dengan yang
lainnya melalui satuan pemetaan (peta) lahan (land mapping unit).

Pada saat akan dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan untuk proyek


irigasi detail, misalnya, maka pada tahap awal kegiatan perlu dilakukan
pembagian areal perencanaan ke dalam satuan-satuan lahan, dimana
setiap satuan memiliki homogenitas dalam hal variabel pembatas,
misalnya jarak dari sumber air, lereng-lereng tunggal, drainase, tekstur
tanah, pH, dan SAR (sodium absorption ratio). Delineasi satuan peta
lahan sangat diperlukan untuk menggambarkan satuan-satuan lahan
yang masing-masing memiliki kekhususan dalam hal kualitas sebagai
prasyarat irigasi.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 44 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Penggunaan lahan (land use) berkaitan dengan jenis pengelolaan lahan


yang diterapkan pada suatu satuan lahan. Ini dapat berupa grup utama
(major kinds of land use) seperti pertanian irigasi, tanaman tahunan,
lahan penggembalaan, hutan rekreasi, hutan produksi, budidaya lahan
pesisir, dan lain-lain. Penggunaan lahan juga dapat berupa grup yang
lebih khusus misalnya, sawah tadah hujan, perkebunan kelapa sawit,
plot pembibitan, plot percobaan erosi, blok perumahan, tambak udang,
dan lain-lain.

Secara umum untuk mengumpulkan atau mendapatkan berbagai jenis


untuk perencanaan irigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang
meliputi cara langsung (data primer) maupun cara tidak langsung (data
sekunder). Sebagai contoh untuk mendapatkan data debit aliran sungai
bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a) Cara empiris, dengan analisis data hujan
b) Pengukuran langsung di lapangan
c) Berdasarkan data sejarah

Instansi-instansi yang terkait dimana data-data untuk perencanaan irigasi


dapat diperoleh, antara lain dari:
a) BAKOSURTANAL: untuk peta-peta topografi umum dan foto-foto
udara.
b) Direktorat Geologi: untuk peta-peta topografi dan peta-peta geologi.
c) Badan Meteorologi dan Geofisika: untuk data-data meteorologi dan
peta-peta topografi.
d) Puslitbang Sumber Daya Air, Seksi Hidrometri: untuk catatan-catatan
aliran sungai dan sedimen, data meteorologi dan peta-peta topografi.
e) DPUP: untuk peta-peta topografi, catatan mengenai aliran sungai,
pengelolaan air dan catatan-catatan meteorologi, data-data jalan dan
jembatan, jalan air.
f) Dinas Tata Ruang Daerah: informasi mengenai tata ruang.
g) PLN, Bagian Tenaga Air: untuk peta daerah aliran dan data-data aliran
air.
h) Puslit Tanah: Peta Tata Guna Lahan
i) Departemen Pertanian: untuk catatan-catatan mengenai
agrometeorologi serta produksi pertanian.
j) Balai Konservasi lahan dan hutan : informasi lahan kritis
k) Biro Pusat Statistik (BPS): untuk keterangan-keterangan statistik,
kementerian dalam negeri, agraria, untuk memperoleh data-data
administratif dan tata guna tanah.
l) Balai Wilayah Sungai: informasi kebutuhan air multisektor.
m) Bappeda: untuk data perencanaan dan pembangunan wilayah.
n) Kantor proyek (kalau ada)

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 45 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Dari sekian banyak data yang ada, kebutuhan akan suatu data sangat
dipengaruhi oleh jenis kegiatan perencanaan irigasi yang akan dikerjakan.
Untuk memudahkan dalam menggunakan data, maka para perencana
perlu menyusun daftar kebutuhan data apa saja yang dibutuhkan untuk
perencanaan suatu bangunan irigasi.

Sebagai contoh, untuk keperluan perencanaan irigasi yang umum, maka


data teknis yang perlu disiapkan/ disusun antara lain adalah debit aliran
sungai, lokasi daerah irigasi, dan data curah hujan. Sedangkan data pokok
yang sangat dibutuhkan dan perlu disiapkan dalam perencanaan irigasi,
antara lain: curah hujan, data klimatologi, dan peta topografi.

Mengingat tiap kegiatan perencanaan bangunan irigasi akan memerlukan


data yang berbeda, dan ketersediaan data juga akan mempengaruhi hasil
perhitungan dan analisis, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam
mengidentifikasi kebutuhan data untuk perencanaan irigasi.

4.2.2 Pengumpulan data melalui sosialisasi dengan masyarakat


Sesuai dengan Pasal 11, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30
/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem
Irigasi Partisipatif, maka Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan sosialisasi dan konsultasi publik sebelum
melaksanakan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi.

Sosialisasi yang dimaksud merupakan penjelasan mengenai rencana


Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota yang
meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat, serta tahap
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi.

Data yang diperoleh melalui sosialisasi dengan masyarakat, diantaranya


berupa:
a) Jumlah petani penggarap
b) Pengetahuan tentang pengelolaan air irigasi
c) Pengetahuan tentang pola tanam

Cara mengumpulkan data melalui sosialisasi dengan masyarakat sesuai


kebutuhan, antara lain melalui feedback maupun komentar yang diberikan
oleh masyarakat selama maupun setelah kegiatan sosialisasi berlangsung.
Usulan, saran, persetujuan atau penolakan dari masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A dapat disampaikan secara tertulis dan dituangkan
dalam bentuk catatan rapat yang ditandatangani oleh wakil Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota dan wakil

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 46 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A sebagai dasar pelaksanaan tahap


berikutnya.

Indikasi diperolehnya data melalui sosialisasi dengan masyarakat,


diantaranya terkumpulnya informasi tentang kepemilikan lahan pertanian
yang dimiliki masyarakat

Untuk mendapatkan data yang mewakili dari berbagai kalangan


masyarakat, petani, maupun kelompok petani maka perlu adanya
kecermatan dan ketelitian terkait dengan pengumpulan data melalui
sosialisasi dengan masyarakat.

4.2.3 Pengumpulan data melalui pertemuan konsultasi dengan masyarakat


(PKM)
Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30 /PRT/M/2007 tentang
Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif,
merupakan forum terbuka masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A guna
menyampaikan usulan, saran, persetujuan atau penolakan terhadap
rencana pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang
disampaikan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota.

Data yang dapat diperoleh melalui pertemuan konsultasi dengan


masyarakat, diantaranya:
a) Adanya kesepakatan dalam pengelolaan air irigasi
b) Keterlibatan masyarakat (kelompok petani penggarap) dalam O&P

Sedangkan daftar pemangku kepentingan yang diharapkan dapat hadir


dalam pertemuan konsultasi masyarakat, setidaknya berasal dari:
a) Dinas pengairan
b) Pemerintah daerah
c) Kelompok petani

Cara mengumpulkan data melalui pertemuan konsultasi dengan


masyarakat sesuai kebutuhan, antara lain melalui feedback maupun
komentar yang diberikan oleh masyarakat selama maupun setelah
kegiatan sosialisasi berlangsung. Usulan, saran, persetujuan atau
penolakan dari masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat disampaikan
secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk catatan rapat yang
ditandatangani oleh wakil Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota dan wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A
sebagai dasar pelaksanaan tahap berikutnya.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 47 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Indikasi terkumpulnya data melalui pertemuan konsultasi dengan


masyarakat, diantaranya berupa tersusunnya data hasil sosialisai dan
konsultasi dengan masyarakat baik yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan maupun dalam pengelolaan air irigasi (O&P).

Untuk mendapatkan data yang mewakili dari berbagai kalangan


masyarakat, petani, maupun kelompok petani maka perlu adanya
kecermatan dan ketelitian terkait dengan pengumpulan data melalui
konsultasi dengan masyarakat.

4.3 Pelaksanaan Sosialisasi Tentang Keirigasian Kepada Masyarakat


Sosialisasi pada dasarnya adalah bentuk penyampaian informasi atas suatu
rencana program atau kegiatan sebelum program atau kegiatan tersebut
dilaksanakan. Umumnya dari pihak pemerintah memberikan penjelasan tentang
rencana program kerja/ kegiatan, dan masyarakat sebagai penerima sekaligus
menyampaikan aspirasi terhadap program tersebut. Kedua pihak kemudian
disinkronkan untuk mencapai persetujuan bersama antara pemerintah dan
masyarakat demi lancarnya program kerja rencana.

Pelaksanaan sosialisasi tentang keirigasian kepada masyarakat merupakan tahap


yang penting sebagai salah satu bentuk penyebarluasan rencana kegiatan
pembangunan bidang irigasi dan metode untuk mendapatkan dukungan, masukan
dan respon dari masyarakat petani setempat terhadap rencana yang akan
dilakukan.
4.3.1 Penyiapan materi sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian
Tujuan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang keirigasian adalah
Untuk memberikan penjelasan secara rinci tentang peran masyarakat
dalam pengelolaan irigasi, sehingga para petani tidak hanya terlibat dalam
proses pertaniannya saja tetapi juga terlibat dalam operasi dan
pemeliharaan irigasi.

Salah satu materi penting untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat,


adalah adanya partisipasi masyarakat khususnya petani dalam mengelola
irigasi terutama dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

Secara umum materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat


tentang keirigasian, diantaranya:
a) Perubahan sistem pengairan yang biasanya tradisional menjadi irigasi
teknis
b) Manfaat irigasi teknis yang dikelola pemerintah bersama masyarakat
petani (P3A)
c) Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan irigasi

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 48 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Supaya kegiatan sosialisasi dapat berjalan lancar dan mudah serta dapat
dipahami oleh masyarakat petani maka perlu kecermatan dan ketelitian
dalam menyiapkan materi untuk kegiatan sosialisasi kepada masyarakat
tentang keirigasian.

4.3.2 Pelaksanaan Sosialisasi


Sebelum pelaksanaan sosialisasi, tempat dan waktu pelaksanaan
sosialisasi keirigasian harus ditetapkan terlebih dahulu karena kedua hal
tersebut sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan kegiatan
sosialisasi. Tempat yang relatif mudah dijangkau (akses) serta pemilihan
waktu yang tepat akan sangat mendukung masyarakat dan pihak-pihak
terkait dapat menghadiri pertemuan tersebut.

Sebagai contoh salah satu tempat yang cocok untuk melakukan sosialisasi
tentang keirigasian, adalah di balai desa/ kelurahan. Hal ini dikarenakan
lokasi tersebut umumnya sudah dikenal dan mudah dijangkau oleh
masyarakat setempat. Lokasi di atas bisa dipilih jika di wilayah yang
bersangkutan belum terbentuk komisi irigasi. Sedangkan untuk wilayah
yang komisi irigasinya sudah terbentuk, maka segala keperluan untuk
kegiatan sosialisasi akan difasilitasi oleh komisi irigasi, termasuk masalah
tempat/ lokasi sosialisasi.

Hal berikutnya yang juga mempunyai arti penting dan bakal suksesnya
sosialisai adalah peserta sosialisasi terutama dari petani setempat.
Perwakilan petani, setidaknya untuk 1 calon blok tersier harus diwakili 1-2
petani. Sehingga aspirasi dan suara dari pemanfaat irigasi (petani) bisa
terwakilkan.

Selanjutnya, jadwal (rundown acara) untuk kegiatan sosialisasi perlu


disusun agar pelaksanaan sosialisasi bisa lebih efektif dan efisien, karena
umumnya waktu yang tersedia tidak terlalu banyak akibat kesibukan dari
masyarakat dan juga pihak-pihak terkait lainnya.

Setelah kedua hal tersebut diperoleh dan ditetapkan, maka perlu


konsistensi dan ketaatan terhadap tempat dan waktu pelaksanaan
sosialisasi, sehingga kegiatan yang diharapkan dapat berjalan lancar.

4.3.3 Saran dan masukan dari masyarakat terkait dengan keirigasian


Saran dan masukan dari masyarakat terkait keirigasian sangatlah
diperlukan sebagai imbal balik dari rencana keirigasian yang akan
dijalankan. Berdasarkan saran dan masukan dari masyarakat, maka
tambahan data baik teknis dan non teknis terkait dengan perencanaan
irigasi bisa diperoleh. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana peran
serta masyarakat petani terhadap perencanaan irigasi.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 49 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Salah satu contoh saran dan masukan dari masyarakat yang termasuk
keirigasian adalah mengenai keterlibatan petani penggarap dalam
pengelolaan air irigasi. Hal ini bisa berupa saran dan masukan mengenai
lokasi bendung, arah saluran, posisi bangunan bagi/ bangunan sadap,
overall layout, saluran pembuang, dan lain-lain.

Saran juga dapat berua solusi terhadap program yang akan dilaksanakan;
apakah bisa difasilitasi (oke), tidak bisa difasilitasi, atau harus melalui
kompromi, misalnya ½ difasilitasi dan ½ tidak difasilitasi. Saran dalam
bentuk teknis, apakah pembangunan saluran irigasi dan bendung, sert a
bangunan lain dilakukan secara bertahap atau sekaligus. Sedangkan
contoh saran yang berupa non-teknis dapat berupa alternative pengalihan
saluran yangmelewati jalur yang tidak disetujui masyarakat (kuburan,
petilasan, dll).

Tujuan pemilahan saran dan masukan yang terkait dengan keirigasian


adalah untuk memilah data mana yang dapat dijadikan data non teknis
terkait dengan perencanaan irigasi, misalnya keberadaan kelompok petani
penggarap, kepemilikan lahan pertanian, dan sebagainya.

Mengingat pentingnya data yang akan diperoleh, maka perlu adanya


kecermatan dalam mencatat berbagai saran dan masukan dari masyarakat
terkait dengan keirigasian.

4.3.4 Penyusunan Laporan Hasil Sosialisasi


Sebagai bentuk dokumentasi dan pertanggungjawaban, maka hasil dari
kegiatan sosialisasi harus disusun dan dirangkum dalam bentuk laporan.
Laporan ini sangat penting terutama untuk menindaklanjuti hasil maupun
saran dari peserta sosialisasi terhadap suatu perencanaan irigasi.

Isi laporan hasil sosialisasi yang paling umum adalah terangkumnya


informasi berupa masukan ataupun saran yang konstruksif yang dapat
dijadikan data baik teknis maupun non teknis terkait dengan perencanaan
irigasi.

Format laporan hasil sosialisasi yang digunakan harus tergambarkan, dan


berisi tentang:
1) Latar belakang dilakukannya sosialisasi keirigasian
2) Maksud dan tujuan
3) Tempat dan waktu penyelenggaraan
4) Materi sosialisasi berupa rencana pembuatan daerah irigasi, dsbnya.
5) Sistem perwakilan pemanfaat irigasi (petani)
6) Para pihak yang menghadiri
7) Saran dan masukan dari peserta sosialisasi, termasuk kesepakatan
yang dicapai dituangkan dalam berita acara
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 50 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

8) Kesimpulan
9) Dokumentasi
10) Lampiran atau data pendukung lainnya.

Mengingat laporan hasil sosialisasi akan mempunyai peran yang penting


sebagai referensi atau contoh untuk pelaksanaan sosialisasi serupa di
tempat dan waktu yang lain, maka dalam menyusun laporan hasil
sosialisasi diperlukan kecermatan dan ketelitian. Salah satu yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan laporan hasil sosialisasi adalah harus
dibuat sesuai dengan format dan prosedur yang sudah ditetapkan.

4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat (PKM)


Pelaksanaan kegiatan pertemuan konsultasi dengan masyarakat merupakan
tahap berikutnya yang juga penting sebagai salah satu bentuk penyebarluasan
rencana kegiatan pembangunan bidang irigasi dan metode untuk mendapatkan
dukungan, masukan dan respon dari masyarakat petani setempat terhadap
rencana yang akan dilakukan.

4.4.1 Penyiapan Materi PKM


Bahan atau materi yang akan disampaikan dalam kegiatan PKM secara
inti, bahwa bahan yang disampaikan dalam kegiatan PKM adalah adanya
rencana pembuatan daerah irigasi, yang mana kemungkinan ada
beberapa data yang diperlukan dari masyarakat ataupun pihak terkait.

Sebagian dari bahan atau materi pendukung PKM dapat dibuat dalam
bentuk kuesioner atau angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan
untuk mendapatkan respon dan masukan terkait rencana keirigasian.
Salah satu materi pokok yang terdapat dalam angket yang ditujukan
kepada pemilik kepentingan dapat berupa kesepakatan terhadap rencana
perubahan kawasan menjadi daerah irigasi.

Tujuan dilaksanakan PKM antara lain adalah:


1) untuk membahas penyusunan rancangan daerah irigasi
2) untuk membahas penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber
daya air wilayah sungai

Mengingat hasil PKM akan mempunyai peran yang penting sebagai media
untuk memperoleh data tambahan dalam penyusunan rancangan daerah
irigasi dan pola pengelolaan sumber daya air di suatu wilayah sungai,
maka diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan bahan yang
akan dilaporkan dalam PKM dan angket.

4.4.2 Perencanaan Tempat, Waktu dan Panitia PKM


Sebelum pelaksanaan PKM, terlebih dahulu harus ditentukan tempat,
waktu dan panitia penyelenggara PKM karena kedua hal tersebut sangat
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 51 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

menentukan keberhasilan dan kesuksesan kegiatan PKM. Tempat yang


relatif mudah dijangkau (akses) serta pemilihan waktu yang tepat akan
sangat mendukung masyarakat dan pihak-pihak terkait dapat menghadiri
pertemuan tersebut.

Tujuan penetapan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM adalah


agar kegiatan PKM dapat dilaksanakan secara efektif sesuai dengan
tujuan PKM itu sendiri yaitu pertemuan konsultasi dengan masyarakat
sehingga diperoleh masukan dan informasi yang dapat dijadikan data
perencanaan dari segi non teknis.

Salah satu tujuan dari merencanakan tempat yang sesuai untuk


penyelenggaraan PKM adalah agar diperoleh tempat yang representatif
untuk kegiatan PKM. Untuk hal ini bisa direncanakan kegiatan PKM di
balai desa ataupun kelurahan.

Di lain sisi, dengan merencanakan waktu yang tepat untuk


penyelenggaraan PKM maka diharapkan pertemuan tersebut dapat
dihadiri oleh masyarakat dan pihak/instansi yang terkait dengan
perencanaan irigasi dan kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Agar diperoleh hasil PKM sesuai dengan yang diharapkan maka


kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan PKM menjadi faktor
penentu. Seberapa banyak personil yang akan dilibatkan bisa ditentukan
melalui identifikasi jenis kegiatan dan ketersediaan personil. Hasil
identifikasi tentang kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan
PKM yang tepat antara lain ditunjukkan dengan terbentuknya panitia
dengan jumlah personal yang proposional sesuai kebutuhan pertemuan.

Supaya kegiatan PKM dapat berjalan lancar dan memberikan masukan/


data untuk mencapai tujuan PKM maka perlu adanya kecermatan dan
ketelitian dalam merencanakan penyelenggaraan PKM.

4.4.3 Membuat catatan atas masukan dari masyarakat dan instansi terkait
Masukan dari masyarakat dan instansi terkait pada saat kegiatan PKM
sangatlah penting dan oleh karena itu perlu dicatat dengan rapi. Tujuan
dilakukannya pencatatan terhadap semua masukan dari masyarakat dan
instansi terkait adalah agar setiap masukan atau saran dari masyarakat
dan instansi terkait dapat didokumentasi dan dikumpulkan untuk keperluan
analisis berikutnya. Hal ini dikarenakan masukan dari masyarakat
merupakan data dan informasi yang sangat berguna dalam perencanaan
irigasi.

Cara untuk mengumpulkan semua masukan dari masyarakat dan instansi


terkait dapat dilakukan melalui pencatatan manual (notulen), maupun
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 52 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

dengan menggunakan media elektronik seperti rekaman kaset tape,


maupun video kamera. Indikasi terkumpulnya semua masukan dari
masyarakat dan instansi terkait, diantaranya dapat berupa terseleksinya
data atau informasi yang masuk dalam kriteria keirigasian sehingga
menjadi data pendukung perencanaan irigasi.

Mengingat masukan dari masyarakat merupakan data dan informasi yang


sangat berguna dalam perencanaan irigasi, maka perlu kecermatan dan
ketelitian dalam mencatat semua masukan dari masyarakat dan instansi
terkait.

4.4.4 Laporan hasil kegiatan PKM


Sebagai bentuk dokumentasi dan pertanggungjawaban, maka hasil dari
kegiatan PKM harus disusun dan dirangkum dalam bentuk laporan.
Laporan ini sangat penting terutama untuk menindaklanjuti temuan
maupun saran dari peserta PKM terhadap suatu perencanaan irigasi.
Laporan hasil kegiatan PKM walalupun bersifat non teknis namun sangat
berguna dalam penyusunan O&P perencanaan irigasi.

Selanjutnya, berdasarkan laporan hasil kegiatan PKM beberapa masukan


dan saran dapat diterapkan dalam suatu perencanaan irigasi. Indikasi
penerapan laporan hasil kegiatan PKM dalam perencanaan irigasi
diantaranya berupa adanya kesepakatan tentang rencana proyek daerah
irigasi.

Salah satu data penting sebagai laporan hasil kegiatan PKM yang dapat
digunakan sebagai data perencanaan, adalah:
1) Kondisi eksisting daerah pertanian yang dimiliki masyarakat.
2) Keberadaan masyarakat yang bisa dilibat dalam pelaksanaan (tenaga
kerja) dan petani penggarap
3) Batas wilayah desa/ kecamatan yang jelas dan tegas berdasarkan
informasi yang jeals dari masyarakat dan pemerintah setempat

Mengingat laporan hasil PKM mempunyai peran yang penting dalam


penyusunan kegiatan O&P perencanaan irigasi, maka perlu kecermatan
dan ketelitian dalam menggunakan laporan hasil kegiatan PKM pada
perencanaan irigasi.

4.5 Pengorganisasian Data Perencanaan


Sebelum melaksanakan desain pembangunan dan/atau peningkatan jaringan
irigasi primer dan sekunder, penanggung jawab kegiatan melaksanakan survei
penelusuran lapangan baik sendiri maupun bekerja sama dengan masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai kondisi di
lapangan.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 53 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Berdasarkan hasil survei penelusuran lapangan, penanggung jawab kegiatan


melaksanakan pembuatan desain partisipatif jaringan irigasi baik sendiri maupun
bekerja sama dengan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.

Pengorganisasian data sangat penting dan secara umum dapat disamakan


dengan proses pengaturan data yang meliputi: tahap kompilasi, screening, dan
pengecekan (diperkisa), dipilih dan dirangkum. Pada tahap pengecekan, data
yang perlu diperiksa adalah terkait dengan;
a. Autentik (kaslian) data
b. Instrument penghasil data
c. Crosscek data antar instansi-instansi yang mengumpulkan data
d. Besarnya kewajaran (reliabilitas) data
e. Kontinuitas (besaran) data
f. Menentukan data dari institusi yang terpercaya (memilih sumber data yang
akan dipakai)
g. Membuang data ekstrim yang tidak wajar

Sedangkan pada tahap merangkum, dibuat cek list terhadap data yang diperlukan
dan data yang sudah dikumpulkan, dan termasuk catatan mengenai kualitas dan
kuantitas (panjang data) ketersediaan datanya.

4.5.1 Identifikasi Data dan informasi


Data dan informasi yang dihasilkan dari survei lapangan, diantaranya:
1) Sumber air irigasi, baik secara kualitas maupun kuantitas
2) Kondisi existing daerah pertanian
3) Lokasi penempatan bangunan utama
4) Data tanah, baik untuk struktur bangunan maupun untuk daerah
pertanian
5) Material yang dapat dimanfaatkan untuk konstruksi
6) Morfologi sungai
7) Dan sebagainya.

Data dan informasi yang dihasilkan dari investigasi lapangan, diantaranya


adalah :
1) Kondisi topografi daerah irigasi
2) Data tanah khususnya untuk peletakan bangunan irigasi
3) Daerah-daerah yang tidak dapat diairi
4) Batas wilayah
5) Bangunan-bangunan existing
6) Dan sebagainya

Data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan harus
dikumpulkan sesuai kebutuhan perencanaan. Sebagai contoh, yang dapat
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 54 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

dimasukkan sebagai data hidrologi yang dibutuhkan dalam perencanaan,


adalah data curah hujan dan klimatologi.

Berbagai data dan informasi yang dikumpulkan baik dari hasil survei
maupun investigasi lapangan dapat dipilih dan dipilah sesuai kebutuhan
perencanaan irigasi. Sebagai contoh, salah satu data dan informasi hasil
survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan perencanaan
adalah kondisi topografi daerah irigasi.

Mengingat pentingnya data dan informasi untuk kegiatan perencanaan


irigasi, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam memilih data dan
informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan
perencanaan irigasi.

4.5.2 Menyiapkan data dan informasi hasil survey


Berbagai jenis data dari informasi maupun investigasi lapangan sesuai
dengan kebutuhan perencanaan irigasi perlu disiapkan untuk kegiatan
analisis berikutnya. Salah satu data yang merupakan data hasil investigasi
lapangan sesuai kebutuhan perencanaan lapangan adalah lokasi
penempatan bendung.

Pengumpulan hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun


investigasi lapangan dapat dilakukan/ dikelompokkan sesuai dengan
kebutuhan perencanaan irigasi.

Tujuan pengumpulan data hasil pemilihan data dan informasi hasil survey
maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan
irigasi adalah untuk memilah data, mana yang termasuk data non teknis
dan mana yang teknis, sehingga dengan mudah dapat digunakan untuk
kegiatan analisis dalam perencanaan.

cara menyusun data hasil pemilihan data dan informasi hasil survey
maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan perencanaan
irigasi antara lain penyusunan data dilakukan berdasarkan kebutuhan
perancangan, misalnya untuk pembuatan layout daerah irigasi dibutuhkan
data peta topografi, kondisi existing bangunan, dan sebagainya.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan data dan informasi


hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan
perencanaan irigasi, sehingga dapat mendukung kegiatan analisis dan
memberikan hasil yang sesuai.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 55 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

4.5.3 Menyiapkan Data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan


masyarakat
Jenis data yang dihasilkan dari kegiatan sosialisasi dan PKM, diantaranya
adalah batas wilayah desa/ kecamatan yang jelas dan tegas berdasarkan
informasi yang jelas dari masyarakat dan pemerintah setempat.

Cara memilah data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan


masyarakat sesuai kebutuhan perencanaan irigasi dapat dikelompokkkan
apakah sebagai data teknis maupun non teknis. Pada prinsipnya data
yang dihasilkan dari kegiatan sosialisasi dan PKM cenderung bersifat non
teknis, sehingga lebih mengarah sebagai data pendukung.

Data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan masyarakat perlu


disusun sesuai kebutuhan perencanaan irigasi yang akan dilakukan.
Tujuan penyusunan data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi
dengan masyarakat sesuai kebutuhan perencanaan irigasi, adalah:
1) Sebagai laporan hasil pertemuan
2) Sebagai data non teknis yang dapat dijadikan input dalam
penyusunan panduan O&P
3) Melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan, mulai dari tahap
perencanaan sampai pada pelaksanaan

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan data dan informasi


hasil sosialisasi dan PKM sesuai kebutuhan perencanaan irigasi sehingga
mendukung tujuan perencanaan irigasi.

4.6 Penetapan Data Perencanaan


Data-data perencanaan yang yang terkait dengan perencanaan irigasi perlu
ditetapkan untuk kegiatan analisis/ hitungan sesuai yang telah dijelaskan pada
sub bab sebelumnya. Data tersebut antara lain: data inventarisasi tpografi,
hidrogrologi, geoteknik, mekanika tanah, pertanian, geologi, dan sosial ekonomi.

4.6.1 Mengidentifikasi Data perencanaan hasil analisis


Salah satu contoh data yang merupakan data perencanaan hasil analisis
adalah debit banjir rencana.

Data hasil analisis hidroklimatologi perlu diidentifikasi kesesuaian dan


realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu
contoh data yang termasuk data hasil analisis hidroklimatologi, adalah
debit andalan.

Data hasil analisis hidrogeologi perlu diidentifikasi kesesuaian dan


realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu
contoh data yang termasuk data hasil analisis hidrogeologi, adalah
karakteristik air tanah.
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 56 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Data hasil analisis hidrometri perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas


datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh
data yang termasuk data hasil analisis hidrometri, adalah debit aliran.

Data hasil analisis geoteknik perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas


datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh
data yang termasuk data hasil analisis geoteknik, adalah daya dukung
tanah.

Data hasil analisis kapabilitas tanah perlu diidentifikasi kesesuaian dan


realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu
contoh data yang termasuk data hasil analisis kapabilitas tanah adalah
daya dukung tanah.

Data hasil analisis hasil pengukuran perlu diidentifikasi kesesuaian dan


realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa
contoh data yang termasuk data hasil analisis hasil pengukuran, adalah:
1) Kondisi topografi
2) Panjang saluran
3) Morfologi sungai

Data hasil analisis demografi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas


datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa contoh
data yang termasuk data hasil analisis demografi, adalah:
1) Jumlah penduduk
2) Sosial budaya
3) Pendidikan

Data hasil analisis sosial ekonomi perlu diidentifikasi kesesuaian dan


realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa
contoh data yang termasuk data hasil analisis sosial ekonomi, adalah
pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi semua data


perencanaan irigasi sehingga memudahkan kegiatan analisis berikutnya.

4.6.2 Mengidentifikasi Data hasil analisis hidrologi


Beberapa data hasil analisis hidrologi yang penting dan umumny dipakai
dalam perencanaan irigasi antara lain berupa neraca air (water balance),
kebutuhan air di sawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum.

a) Perhitungan Neraca Air


Penghitungan neraca air dilakukan untuk mencek apakah air yang
tersedia cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 57 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

proyek yang bersangkutan. Perhitungan didasarkan pada periode


mingguan atau tengah bulanan.

Dibedakan adanya tiga unsur pokok:


1) Tersedianya Air
2) Kebutuhan Air
3) Neraca Air.

Perhitungan pendahuluan neraca air dibuat pada tahap studi proyek.


Pada taraf perencanaan pendahuluan ahli irigasi akan meninjau dasar-
dasar perhitungan ini. Kalau dipandang perlu akan diputuskan
mengenai pengumpulan data-data tambahan, inspeksi dan uji
lapangan. Ahli irigasi harus yakin akan keandalan data-data tersebut.

Perhitungan neraca air (Tabel 4.6) akan sampai pada kesimpulan


mengenai:
1) Pola tanam akhir yang akan dipakai untuk jaringan irigasi yang
sedang direncakan dan
2) Penggambaran akhir daerah proyek irigasi

Tabel 4.6. Perhitungan neraca air

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 58 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

a.1. Tersedianya Air


Analisis debit sungai dan penentuan debit andalan telah disajikan dalam
sub bab sebelumnya. Debit andalan didefinisikan sebagai debit
minimum rata-rata mingguan atau tengah-bulanan. Debit minimum rata-
rata mingguan atau tengah-bulanan ini didasarkan pada debit mingguan
atau tengah bulanan rata-rata untuk kemungkinan tak terpenuhi 20%.

Debit andalan yang dihitung dengan cara ini tidak sepenuhnya dapat
dipakai untuk irigasi karena aliran sungai yang dielakkan mungkin
bervariasi sekitar harga rata-rata mingguan atau tengah-bulanan;
dengan debit puncak kecil mengalir di atas bendung. Sebagai harga
praktis dapat diandaikan kehilangan 10%.

Hasil analisis variasi dalam jangka waktu mingguan atau tengah


bulanan dan pengaruhnya terhadap pengambilan yang direncanakan
akan memberikan angka yang lebih tepat. Untuk proyek-proyek irigasi
yang besar di mana selalu tersedia data-data debit barian, harus
dipertimbangkan studi simulasi. Pengamatan di bagian hilir dapat lebih
membantu memastikan debit minimum hilir yang harus dijaga.

Para pengguna air irigasi di daerah hilir harus sudah diketahui pada
tahap studi. Hal ini akan dicek lagi pada tahap perencanaan. Kebutuhan
mereka akan air irigasi akan disesuaikan dengan perhitungan debit dan
waktu. Juga di daerah irigasi air mungkin saja dipakai untuk keperluan
selain irigasi.

a.2. Kebutuhan air


Di sini dibedakan tiga bidang utama kebutuhan air. Bidang-bidang yang
dimaksud adalah:
- Meteorologi
- Agronomi dan tanah serta
- Jaringan irigasi

Dalam memperhitungkan kebutuhan air harus dipertimbangkan


kebutuhan untuk domestik dan industri. Ada berbagai unsur yang akan
dibicarakan secara singkat di bawah ini.

h. Evaporasi
Pada sub bab sebelumnya telah diuraikan cara penentuan
evaporasi dan merinci data-data yang dibutuhkan.

i. Curah hujan efektif


Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan
diambil 70% dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengah-
bulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%. Untuk proyek-
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 59 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

proyek irigasi besar di mana tersedia data-data curah hujan harian,


hendaknya dipertimbangkan studi simulasi. Hal ini akan mengarah
pada diperolehnya kriteria yang lebih mendetail.

j. Pola tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam Tahap Studi akan ditinjau
dengan memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil
survei. Kalau perlu akan diadakan penyesuaian-penyesuaian.

k. Koefisien tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan
evapotranspirasi (ETo) dengan evapotranspirasi tanaman acuan
(ETtanaman) dan dipakai dalam rumus Penman. Koefisien yang
dipakai harus didasarkan pada pengalaman yang terus menerus
proyek irigasi di daerah itu.

l. Perkolasi dan rembesan


Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data
mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan
tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari
penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek,
maka pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di
sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah
dilakukan penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hr. Di
daerah-daerah miring perembesan dari sawah ke sawah dapat
mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan
kemiringan di atas 5 persen, paling tidak akan terjadi kehilangan 5
mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.

m. Penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan
lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan
dengan peralatan mesin, jangka waktu satu bulan dapat
dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah
(puddling) bisa diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan
(presaturation) dan penggenangan sawah; pada awal transplantasi
akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi. Angka 200 mm di atas
mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat, cocok digenangi
dan bahwa lahan itu belum bera (tidak ditanami) selama lebih dari
2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah
250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan
air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk
persemaian.

n. Efisiensi Irigasi
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 60 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

o. Rotasi / Golongan

a.3. Neraca air


Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang
dihasilkannya untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan
dengan. debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang
bisa diairi.

Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah proyek irigasi adalah
tetap karena luas maksinum daerah layanan (command area) dan
proyek akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai.

Bila debit sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi


kekurangan debit maka ada 3 pilihan yang bisa dipertimbangkan:
1) luas daerah irigasi dikurangi:
bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum
daerah layanan) tidak akan diairi
2) melakukan modifikasi dalam pola tanam:
dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal
tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha)
agar ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas
dengan debit yang tersedia.
3) rotasi teknis golongan:
untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau
golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan
dianjurkan hanya untuk proyek irigasi yang luasnya sekitar 10.000
ha atau lebih.

Data hasil analisis neraca air (water balance) dapat disajikan dalam
bentuk tabulasi yang menampilkan hasil perhitungan ketersediaan air
dan hasil perhitungan kebutuhan air, serta imbangan air yang terjadi.
Indikasi hasil analisis water balance, antara lain dengan diketahuinya
debit yang tersedia di sumber dengan debit yang dibutuhkan.

b. Data kebutuhan air di sawah


Perhitungan kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor–
faktor berikut :
1) Penyiapan lahan
2) Penggunaan air konsumtif
3) Perkolasi dan rembesan
4) Penggantian lapisan air
5) Curah hujan efektif
6) Efisiensi irigasi

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 61 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4.


Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah
hujan efektif.
Kebuituhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari atau l/dt/ha/ tidak
disediakan kelonggaran untuk efisiensi irigasi di jaringan tersier dan
utama.
Efisiensi juga dicakup dalam memperhitungkan kebutuhan pengambilan
irigasi (m3/ dt).

b.1.1 Penyiapan Lahan untuk Padi


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor–faktor penting
yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan
adalah :
a) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan
b) Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan

1. Jangka Waktu Penyiapan Lahan


Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu
penyiapan lahan adalah:
1) Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk
2) menggarap tanah
3) Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia
cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua.

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan. Kondisi sosial budaya yang ada


di daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang
diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk daerah-daerah proyek baru,
jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan
yang berlaku di daerah-daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil
jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di
seluruh petak tersier.

Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan


mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil
satu bulan.

Perlu diingat bahwa transplantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin


sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak
tersier di mana pengolahan lahan sudah selesai.

2. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan


Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan
dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 62 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

sawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air


untuk penyiapan lahan.

dimana :
PWR : Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm
Sa : Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan lahan dimulai, %
Sb : Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, %
N : Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk
kedalaman tanah
d : Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan
mm
Pd : Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm
F1 : Kehilangan air di sawah selama 1 hari, mm

Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk


penyiapan lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan
dan pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi tidak akan ada
lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan
air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti
bahwa lapisan air yang diperlukan menjai 250 mm untuk menyiapkan
lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai.

Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2,5
bulan atau lebih), maka laposan air yang diperlukan untuk penyiapan
lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan
setelah transplantasi.

Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-
harga kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi
lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari
daerah-daerah di dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan
hendaknya didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di lapangan. Walau
pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju perlokasi tinggi,
tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa
tahun. Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri
sebelum harga-harga kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan
menurut ketentuan di atas.

Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga-harga


kebutuhan air di atas.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 63 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

3. Kebutuhan air selama penyiapan lahan


Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan,
digunakan metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra
(1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt
selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :

dimana :
IR : Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari
M : Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air
akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
(M = Eo + P), mm/ hari
Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama penyiapan
lahan, mm/ hari
P : Perkolasi
k = MT/S
T : jangka waktu penyiapan lahan, hari
S : Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan laposan air 50
mm, mm yakni 200+50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan
di atas.

Untuk menyikapi perubahan iklim yang selalu berubah dan juga dalam
rangka penghematan air maka diperlukan suatu metode penghematan
air pada saat pasca konstruksi.

Pada saat ini perhitungan kebutuhan air dihitung secara konvensional


yaitu dengan metode genangan, yang berkonotasi bahwa metode
genangan adalah metode boros air.

Metode perhitungan kebutuhan air yang paling menghemat air adalah


metode Intermitten yang di Indonesia saat ini dikenal dengan nama SRI
atau System Rice Intensification.

SRI adalah metode penghematan air dan peningkatan produksi dengan


jalan pengurangan tinggi genangan disawah dengan system pengaliran
terputus putus (intermiten). Metode ini tidak direkomendasi untuk
dijadikan dasar perhitungan kebutuhan air, tetapi bisa sebagai referensi
pada saat pasca konstruksi.

Tabel 4.7 memperlihatkan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan


yang dihitung menurut rumus di atas

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 64 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Tabel 4.7 Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR)

b.1.2. Penggunaan air Konsumtif


Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut

dimana;
ETc : evapotranspirasi tanaman, mm/ hari
Kc : Koefisien tanaman
ETo : evapotransirasi tanaman acuan, mm/ hari

a. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman
yang dijadikan acuan, yakni rerumputan pendek. ETo adalah kondisi
evaporasi berdasarkan keadaan-keadaan meteorologi seperti :
1) Temperatur
2) Sinar matahari (atau radiasi)
3) Kelembapan
4) Angin

Evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus-rumus teoritis-empiris


dengan mempertimbangkan faktor-faktor meterologi di atas.

Bila evaporasi diukur di stasiun agrometeorologi, maka biasanya


digunakan pan Kelas A. harga-harga pan evaporasi (Epan) dikonversi
ke dalam angka-angka ET0 dengan menerapkan faktor pan Kp antara
0,65 dan 0,85 bergantung kepada kecepatan angin, kelembapan relatif
serta elevasi.

ETo = KP. Epan

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 65 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Harga-harga faktor pun mungkin sangat bervariasi bergantung kepada


lamanya aingin bertiup, vegetasi di daerah sekitar dan lokasi pan.
Evaporasi pan diukur secara harian, demikian pula harga-harga ETo.
Untuk perhitungan evaporasi, diajurkan untuk menggunakan rumus
Penman yang sudah dimodifikasi, Temperatur, Kelembapan, angin dan
sinar matahari (atau radiasi) merupakan parameter dalam rumus
tersebut.

Data-data ini diukur secara harian pada stasiun-stasiun (agro)


metereologi hitung ETo dengan rumus Penman. Untuk rumus Penman
yang dimodifikasi ada 2 metode yang dapat digunakan :
1) Metode Nedeco/ Prosida yang lihat terbitan Dirjen Pengairan, Bina
Program PSA 010, 1985
2) Metode FAO lebih umum dipakai dan dijelaskan dalam terbitan
FAO Crop Water requirments, 1975.

Harga-harga ET0 dari rumus penman menunjuk pada tanaman acuan


apabila digunakan albedo 0,25 (rerumputan pendek). Koefisien-
koefisien tanaman yang dipakai untuk penghitungan ETc harus
didasarkan pada Eto ini dengan albedo 0,25.

Seandainya data-data meteorologi untuk daerah tersebut tidak tersedia


maka harga-harga ETo boleh diambil sesuai dengan daerah-daerah di
sebelahnya. Keadaan-keadaan meteorologi hendaknya diperiksa
dengan seksama agar transposisi data demikian dapat dijamin
keandalannya. Keadaan-keadaan temperatur, kelembapan, aingin dan
sinar matahari diperbandingkan.

Pengguna komsumtif dihitung secara tengah bulanan, demikian pula


harga-harga evapotranspirasi acuan. Setiap jangka waktu setengah
bulan harga ETo ditetapkan dengan analisis frekuensi. Untuk ini
distribusi normal akan diasumsikan.

b. Koefisien Tanaman
Harga-harga koefisien tanaman padi yang akan dipakai diberikan pada
tabel berikut.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 66 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Tabel 4.8. Harga-harga koefisien1 tanaman padi

b.1.3 Perkolasi
Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-
tanah lempung berat dengan karakteristik pengelolahan (puddling) yang
baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/ hari. Pada tanah-tanah
yang lebih ringan; laju perkolasi bisa lebih tinggi.

Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan


kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk
pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya.

Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus
diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui
tanggul sawah.

b.1.4 Penggantian Lapisan air


a) Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan
mengganti lapisan air menurut kebutuhan
b) Jika tiak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian
sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/ hari selama
½ Bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

b.1.5 Curah hujan efektif


Untuk irigasi pada curah hukan efektif bulanan diambil 70 persen dari
curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 67 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

dimana :
Re : curah hujan efektif, mm/ hari
R (setengah bulan)5 : curah hujan minimum tengah bulanan dengan
periode ulang 5 tahun/ mm

Di daerah-daerah proyek yang besar di mana tersedia data-data curah


hujan harian, harus dipertimbangkan untuk diadakan studi simulasi
untuk menghasilkan kriteria yang lebih terinci.

b.1.6 Perhitungan kebutuhan air di sawah untuk petak tersier


Pada Tabel 4.9 dan 4.10 diberikan contoh perhitungan dalam bentuk
tabel untuk kebutuhan air di sawah bagi dua tanaman padi varietas
unggul di petak tersier.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan di atas adalah


berikut :
1) Dengan rotasi (alamiah) di dalam petak tersier, kegiatan-kegiatan
penyiapan lahan di seluruh petak dapat diselesaikan secara
berangsur-angsur. Untuk Tabel 4.9. jangka waktu penyiapan lahan
ditentukan satu bulan untuk periode satu mingguan dan untuk
Tabel 4.10 dengan periode dua mingguan. Rotasi alamiah
digambarkan dengan pengaturan kegiatan-kegiatan setiap jangka
waktu setengah bulan secara bertahap. Oleh karena itu kolom-
kolomnya mempunyai harga-harga koefisien tanaman yang
bertahap-tahapnya mempunyai harga koefisien tanaman yang
bertahap-tahap
2) Transplantasi akan dimulai pada pertengahan bulan kedua dan
akan selesai dalam waktu setengah bulan sesudah selesainya
penyiapan lahan.
3) Harga-harga evapotranspirasi tanaman acuan ET0, laju perkolasi P
dan curah hujan efektif Re adalah harga-harga asumsi/andaian.
4) Kedua penggantian lapisan air (WLR) di asumsikan seperti pada
bagian b.1.4 dan masing-masing WLR dibuat bertahap.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 68 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Tabel 4.9. Kebutuhan air di sawah untuk petak tersier jangka waktu
penyiapan lahan 1 bulan (satu mingguan)

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 69 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Tabel 4.10. Kebutuhan air di sawah untuk petak tersier jangka waktu
penyiapan lahan 1 bulan (dua mingguan)

c. Data pola tanam dan tata tanam yang optimum


Terkait data pola tanam dan tata tanam, perlu diketahui pola dan tata
tanam yang optimum untuk perencanaan irigasi. Contoh mengetahui
data pola tanam dan tata tanam yang optimum adalah dengan melihat
debit andalan yang minimal mampu mengairi luas sawah yang
maksimum dengan tanaman padi menggunakan bibit unggul.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 70 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

c.1. Rotasi Teknis


Keuntungan–keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem rotasi teknis
adalah :
1) berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
2) kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur–angsur pada
awal waktu pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan),
seiring dengan makin bertambahnya debit sungai; kebutuhan
pengambilan puncak dapat ditunda.

Sedangkan hal–hal yang tidak menguntungkan adalah :


1) timbulnya komplikasi social
2) eksploitasi lebih rumit
3) kehilangan air akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi
4) jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya
5) lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua
6) daur/siklus gangguan serangga; pemakaian insektisida

Untuk membentuk sistem rotasi teknis, petak tersier dibagi-bagi menjadi


sejumlah golongan, sedemikian rupa sehingga tiap golongan terdiri dari
petak–petak tersier yang tersebar di seluruh daerah irigasi.

Petak–petak tersier yang termasuk dalam golongan yang sama akan


mengikuti pola penggarapan tanah yang sama; penyiapan lahan dan
tanam akan dimulai pada waktu yang sama. Kebutuhan air total pada
waktu tertentu ditentukan dengan menambahkan besarnya kebutuhan
air di berbagai golongan pada waktu itu.

Berhubung petak–petak dalam golongan 1 terletak pada posisi yang


menguntungkan, maka diperkenalkanlah sistem rotasi tahunan. Hasil
panen dari golongan ini akan pertama kali sampai di pasaran, dengan
demikian harga beras tinggi. Jika tahun itu dimulai dari golongan 1,
maka tahun berikutnya dimulai dari golongan 2, tahun berikutnya lagi
golongan 3, dan seterusnya, sedangkan golongan yang pada tahun
sebelumnya menempati urutan pertama, sekarang menempati urutan
terakhir.

Di dalam petak tersier tidak ada rotasi, oleh sebab itu seluruh petak
termasuk dalam satu golongan. Petak–petak tersier, yang tergabung
dalam satu golongan, biasanya tersebar di seluruh daerah irigasi.
Praktek ini memanfaatkan tenaga kerja, ternak penghela dan air yang
tersedia. Untuk menyederhanakan pengelolaan air, dianjurkan agar tiap
golongan mempunyai jumlah hektar yang sama.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 71 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Kadang–kadang rotasi teknis hanya diterapkan di petak sekunder saja.


Seluruh petak tersier yang dilayani oleh satu saluran sekunder
termasuk dalam golongan yang sama. Sistem rotasi teknis semacam ini
eksploitasinya tidak begitu rumit, tetapi kurang menguntungkan
dibanding sistem rotasi pada petak tersier, karena :
1) tidak ada dampak pengurangan debit rencana pada saluran
sekunder
2) kesempatan untuk berbagi tenaga kerja dan ternak penghela di
antara petak tersier terbatas karena seluruh petak sekunder mulai
menggarap tanah dalam waktu yang bersamaan.

Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal


irigasi harus dibagi-bagi menjadi sekurang-kurangnya tiga atau empat
golongan. Dengan sendirinya hal ini agak mempersulit eksploitasi
jaringan irigasi. Lagi pula usaha pengurangan debit puncak
mengharuskan diperkenalkannya sistem rotasi. Jumlah golongan
umumnya dibatasi sampai maksimum 5.

Dalam menilai apakah sistem rotasi teknis diperlukan, ada beberapa


pertanyaan penting yang harus terjawab, yakni :
1) dilihat dari pertimbangan-pertimbangan sosial, apakah sistem
tersebut dapat diterima dan apakah pelaksanaan dan eksploitasi
secara teknis layak
2) jenis sumber air
3) sekali atau dua kali tanam
4) luasnya areal irigasi

Persyaratan-persyaratan serta kesimpulan-kesimpulan mengenai


penerapan rotasi teknis disajikan pada Tabel 4.11. Harga-harga
koefisien pengurangan kebutuhan air puncak di jaringan sekunder dan
tersier bisa berbeda-beda. Hal ini bergantung kepada sistem rotasi
teknis yang diterapkan, pada petak tersier atau sekunder. Kebutuhan air
untuk masing-masing petak akan dihitung sendiri-sendiri.

Tabel 4.11. Persyaratan untuk rotasi teknis

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 72 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi data hasil


analisis hidrologi.

4.6.3 Mengklasifikasikan Data


Secara umum beberapa data yang ada dapat diklasifikasikan sesuai
peruntukannya, maupun sesuai dengan sumber perolehan datanya (hasil
survey atau hasil perhitungan/ analisis). Berikut ini beberapa contoh jenis
data hasil identifikasi yang akan dipakai sebagai data perencanaan, antara
lain:

a) Data hasil survey, diantaranya:


1. Sosial ekonomi
2. Demografi
3. Kapabilitas tanah
4. Pengukuran

b) Data hasil analisis, diantaranya:


1. Hidroklimatologi
2. Hidrometri
3. Hidrogeologi
4. Geoteknik
5. Water balance
6. Pola tanam
7. Kebutuhan air di sawah
8. dan sebagainya

Cara mengklasifikasi data hasil identifikasi dapat didasarkan pada:


a) Data non teknis
b) Data teknis, yang terdiri dari data:
1. Hasil survey dan investigasi lapangan
2. Hasil analisis

Contoh cara pengelompokan data sesuai dengan kebutuhan rancangan,


dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Data untuk merancang bangunan utama dan bangunan lainnya
b) Data untuk menghitung kapasistas saluran
c) Data untuk membuat layout daerah irigasi
d) Data untuk menghitung kebutuhan air di sawah

Pengelompokan data tersebut dapat dilakukan dengan membuat matriks


atau cek-list. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengklasifikasikan
data hasil identifikasi.

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 73 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia


5.1.1 Instruktur
Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur adalah
untuk :
1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan
dalam tahap belajar.
3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan
untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika
diperlukan.

5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di
tempat kerja. Penilai akan :
1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan
merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan
peserta.
2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk
diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan
peserta.
3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.
5.1.3 Teman kerja / sesama peserta pelatihan
Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber
dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses
belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang
berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

5.2 Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )


5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan
Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung
proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan
materi pelatihan ini.
Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :
Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Halaman: 74 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

 Buku referensi (text book)/ buku manual servis


 Lembar kerja
 Diagram-diagram, gambar
 Contoh tugas kerja
 Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk
membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada
suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong
kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam
suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk
menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika
ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar
ini tidak tersedia/tidak ada.

5.2.2 Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:


Judul : Pedoman Kriteria Perencanaan 01-07 dan B01-02
Pengarang : -
Penerbit : -
Tahun terbit : 2006

Judul : Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


Pengarang/Peng- :-
himpun
Penerbit :-
Tahun terbit :-

Judul : Undang-undang tentang Pengelolaan SDA


Pengarang : -
Penerbit : -
Tahun terbit : -

Judul : Peraturan Pemerintah No. 20 tentang Irigasi


Pengarang :
Penerbit :
Tahun terbit :

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 75 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Ahli Muda Perencana Irigasi F45 AMPI 02 002 01

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan


5.3.1 Peralatan yang digunakan:
1) Naskah Undang-undang tentang SDA;
2) Naskah PP dan Perda tentang Irigasi
3) Naskah irigasi air tanah
5.3.2 Bahan yang dibutuhkan:
1) Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B01-02;
2) Undang-undang tentang Pengelolaan SDA
3) Peraturan Pemerintah tentang Irigasi

Judul Modul: Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi


Halaman: 76 dari 76
Buku Informasi Edisi: 1-2012

Vous aimerez peut-être aussi