Vous êtes sur la page 1sur 49

MODUL PRAKTIKUM

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Dosen Pembimbing : Dodik Hartono, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa :Anggun Dika Pradini
NIM :14201.08.16004
Semester : VI (Enam)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY


PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG – PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Alamat : Area Pendidikan “Haf-Sha” Pesantren Zainul Hasan Genggong
Akper Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo 67281
 (0335) 845896 Fax. (0335) 846063

1
SISTEM MUSKULOSKELETAL

1. PENDAHULUAN
Muskuloskeletal terdiri dari kata :
Muskulo : otot
Skeletal : tulang
1. Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh ( ilmunya yaitu Myologi )
2. Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh (ilmunya yaitu Osteologi)
Muskuloskeletal disebut juga Lokomotor
OTOT
Sistem otot terdiri dari
- Otot
- Fascia
- Tendon
Tipe jaringan otot
1. Otot polos
memiliki 1 inti yg berada di tengah,
dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot polos (tidak
berserat), terdapat di organ dalam tubuh
(viseral), sumber Ca2+ dari CES,
sumber energi terutama dr metabolisme
aerobik, awal kontraksi lambat, kadng
mengalami tetani, tahan thd kelelahan
2. Otot rangka
memiliki banyak inti, dipersarafi oleh
saraf motorik somatik (volunter), melekat
pada tulang, sumber Ca2+ dari retikulum
sarkoplasma (RS), sumber energi dr
metabolisme aerobik & anaerobik, awal
kontraksi cepat, mengalami tetani, &
cepat lelah

2
3. Otot jantung
memiliki 1 inti yg berada di tengah,
dipersarafi oleh saraf otonom
(involunter), serat otot berserat, hanya ada
di jantung, sumber Ca2+ dari CES & RS,
sumber energi dr metabolisme aerobik,
awal kontraksi lambat, tdk mengalami
tetani, & tahan thd kelelahan

Fungsi Otot Rangka anatara lain :


a) Menghasilkan gerakan rangka.
b) Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
c) Menyokong jaringan lunak.
d) Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dlm sistem tubuh.
e) Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi ® panas

TULANG
Fungsi Umum Tulang
- Formasi Kerangka
- Formasi sendi- sendi
- Perlengketan otot
- Sebagai Pengungkit
- Penyokong Berat Badan
- Proteksi bagian tubuh yang lunak
- Haemopoeisis
- Imunologi
- Penyimpanan Kalsium (97%)
- Fungsi pergerakan

Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang terbagi dalam 2 bagian besar :
1) Axial skeletal :
a) Tl. Tengkorak = 28 buah
b) Tl. Hyoid = 1 buah
c) Tl. Vertebra = 26 buah

3
d) Tl. Iga = 24 buah
e) Tl. Sternum = 1 buah
2) Appendicular skeletal :
a) Ekstremitas atas, termasuk sendi dan tulang bahu = 64 buah
b) Ekstremitas bawah, termasuk tulang-tulang panggul= 62 buah

4
Pendalaman Materi
1. Sebutkan proses pertumbuhan tulang !
Proses pertumbuhan tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Osifikasi intramembran
adalah proses pembentukan tulang secara langsung (osifikasi primer), dengan cara
mengganti jaringan penyambung padat dengan simpangan garam-garam kalsium
untuk membentuk tulang. Pembentukan tulang dengan cara tersebut tidak akan
terulang lagi. Osifikasi primer banyak terjadi pada tulang pipih penyusun tengkorak.
Proses ini berlangsung pada minggu ke 8 masa kehidupan janin. Sedangkan
b. Osifikasi endokondium
adalah proses ketika tulang rawan digantikan oleh tulang keras. Osifikasi
endokondium terjadi pada tulang pipa, menyebabkan tulang tumbuh menjadi semakin
panjang. Rangka embrio tersusun dari tulang rawan hialin yang terbungkus
perikondrium. Proses osifikasi dimulai sejak perkembangan embrio, tetapi beberapa
tulang pendek memulai proses osifikasinya setelah kelahiran.
2. Sebutkan sel-sel pembentuk tulang!
a. Osteosit adalah sel – sel matang yang mengisi lacuna dalam matriks
b. Osteoblas menyintesis unsur – unsur organic tulang
c. Osteosklas adalah sel –sel yang bertanggung jawab untuk menghancurkan dan
membentuk kembali tulang
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tulang !
a. Faktor internal, yang meliputi :
1) Gen atau hormon kromosom
2) Hormon pertumbuhan (GH)
3) Jenis kelamin
b. Faktor eksternal
1) Gizi
2) Lingkungan
3) Ekonomi
4) Obat-obatan
5) Penyakit seperti kelainan hormon, kelainan sikap tubuh, osteoporosis.

5
4. Sebutkan definisi istilah dibawah ini
a. Fascia : jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak yang
berfungsi mengelilingi otot
b. Periosteum : membrane vaskuler filtus yang melapisi tulang dan banyak pembuluh
darah dijumpai didalamnya.
c. Sendi : hubungan antara dua tulang sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan
untuk memudahkan terjadinya gerakan yang berfungsi untuk memberikn fleksibilitas
dan pergerakan pada tempatn ya.
d. Synovial : lapisan kapsul sendi yang mengeluarkan cairan synovial, berfungsi
sebagai penutup ujung tulang sendi.

6
Tugas Logbook

Trigger 1
Buatlah uraian tentang anatomi dan fisiologi musculoskeletal?

Muskuloskeletal terdiri dari kata:


Muskulo : otot
Skeletal : tulang
Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh (ilmu = Myologi).
Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh (ilmu = Osteologi).
Muskuloskeletal disebut juga “Lokomotor”
Otot (muscle)
Tulang (skeletal)
Sendi yaitu hubungan antara dua tulang sedemikian rupa
Tendon yaitu jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang
Ligamen yaitu jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang
Bursae yaitu kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon
atau diantara otot
Fascia yaitu jaringan penyambung longgar di bawah kulit atau pembungkus otot, saraf dan
pembuluh darah.

7
ISTILAH ANATOMIS

Pelajarilah istilah-istilah di bawah ini dengan rangka lengkap:


 Cranialis : lebih dekat pada kepala
 Caudalis : lebih dekat pada kaki
 Proximalis : lebih dekat dengan center tubuh
 Distalis : lebih jauh dengan center tubuh
 Medialis : dalam, lebih dekat ke bidang median
 Lateralis : luar, menjauhi bidang median
 Paramedian : bidang ini sejajar dengan bidang median yaitu bidang jajar
membagi tubuh menjadi kanan dan kiri
 Transversalis : bidang sejajar membagi tubuh menjadi atas dan bawah
 Longitudinalis : garis yang ememotong bidang gerak median dan frontal dan
berjalan dari atas ke bawah
 Profundus : lebih jauh dari permukaan
 Frontalis : bidang jajar membagi tubuh menjadi depan (ventral) dan belakang
(dorsal)
 Sagitalis : bidang jajar membagi tubuh menjadi kanan dan kiri
 Interius : depan, lebih dekat ke depan
 Posterius : belakang, lebih dekat ke belakang
 Superius : atas
 Inferius : bawah
 Externus : dalam
 Internus : luar
 Superficialis : lebih dekat ke/di permukaan

8
SOAL LATIHAN

PELAJARILAH SUSUNAN TULANG PANJANG


(COCOKKAN DENGAN BUKU ATLAS)

1 3

29 5

6
28
7

27 8
26
9
25
10
24
23 11
22

21

20

12

13
19

18

14
17
15

16

9
Lengkapi titik-titik diatas dengan menggunakan panduan atlas:
Jawaban :
1. Os. Maksila
2. Os. Frontal
3. Os. Mandibula
4. Os. Klavikula
5. Os. Skapula
6. Os. Sternum
7. Os. Costae / Tulang Iga
8. Os. Vertebra Lumbal
9. Os. Ilium
10. Os. Sakrum
11. Wrist joint
12. Os. Patela
13. Os. Kne joint
14. Os. Tarsal
15. Os. Metatarsal
16. Os. Falang
17. Os. Kalkaneus
18. Os. Fibula
19. Os. Tibia
20. Os. Femur
21. Os. Falang
22. Os. Metakarpal
23. Os. Karpal
24. Os. Koksiks
25. Os. Ulna
26. Os. Radius
27. Elbow joint
28. Os. Humerus
29. Shoulder joint / Sendi bahu

10
Lengkapi Struktur Tulang Dibawah Ini
1. Cranium terdiri dari tulang atau os apa saja
(tulang tengkorak)
a. Os Frontal
b. Os pariental
c. Os Oksipital
d. Os Temporal
e. Os Etmoid
f. Os Sfenoid
g. Os zygomaticum
h. Os lakrimal
i. Os nasal
j. Os Vomer
k. Os Maxila
l. Os Mandibula
m. Os Konka Nasalis Inferior

11
2. Extremitas Cranialis (tulang-tulang anggota atas) terdiri dari tulang/os apa saja :
a. Os Klavikula
b. Os Skapula
c. Os Humerus
d. Os Ulna
e. Os Radius
f. Os Pergelangan tangan dan tangan.( Karpal, metacarpal, falang)
3. Extremitas Caudalis (tulang-tulang anggota bawah) terdiri dari :
a. Os Femur
b. Os Patela
c. Os Tibia
d. Os Fibula
e. Os Pergelangan kaki dan kaki (Tarsal, metatarsal, falang)
4. Os Sternum terbagi menjadi 3 bagian utama, Sebutkan !
a. Manubrium yang berartikulasi dengan klavikula dan tulang rusuk pertama
b. Mesosternum sering dibagi menjadi serangkaian segmen, sternebra, untuk tulang
rusuk yang tersisa
c. Segmen Posterior yang disebut xiphisternum
5. Os Costae, terdiri dari 12 tulang yang memiliki ciri khas masing-masing, jelaskan
pembagian dan cirinya!
Tulang Rusuk atau os costae dibagi menjadi 3 bagian yaitu tulang rusuk palsu, tulang
rusuk sejati dan tulang rusuk melayang, cirri-cirinya sbb:
a. Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang, tulang rusuk ini memiliki ukuran sangat
pendek dibanding tulang rusuk sejati, tulang ini berhubungan langsung dengan ruas
tulang bagian belakang sedangkan ketiga ujung tulang depan disatukan oleh tulang
rawan yang kemudian melekat pada satu titik ditulang dada.
b. Tulang rusuk sejati berjumlah 7 pasang, tulang rusuk ini berada di bagian belakang
yang berhubungan langsung dengan ruas tulang belakang sedangkan ujung depannya
berhubungan dengan bagian tulang dada dengan perantara yang dibantu tulang rawan
c. Tulang rusuk melayang berjumlah 2 pasang, tulang rusuk ini sama seperti tulang
sejati berada di bagian paling belakang yang berhubungan dengan bagian ruas-ruas
tulang belakang tapi ujung depannya bebas atau tidak terhubung dengan bagian tulang
lainnya.
6. Columna Vertebralis terbagi menjadi thoracalis, cervicalis, lumbalis, os sacralis, os
coccygealis. Sebutkan bagian masing-masing!
a. Os Thoracalis : (12 ruas) : T1-T12 yaitu: vertebrale, corpus vertebrae, pediculus arcus
vertebrae, fovea costalis processus transverses, processus transverses, lamina arcus

12
vertebrae, processus spinosus, arcus vertebrae, processus articularis superior, fovea
costalis superior, fosa, basi.
b. Os Cervicalis : (7 ruas) : C1-C7 yaitu: Korpus, pedikel, lamina, Foramen Vertebrata,
incisura vertebrata, Processsus tranverses, Processsus articularis
c. Os Lumbalis :(5 ruas) : L1-L5 yaitu: Corpus, Foramen vertebrale, Processus
transverses, Processus articularis, Processsus spinosus.
d. Os Sacralis : (5 ruas) : S1-S5 yaitu: Superior articular processes, median sacral crest,
articular surface, sacral promontory, sacral kanal.
e. Os Coccygealis : (3 ruas) : Co1-Co3 yaitu: Transverses process, base, formerly four
sepate sekmen, apex
7. Sutura adalah garis batas pembentuk os cranium. Sebutkan dan Jelaskan daerah yang
dibatasi oleh sutura tersebut!
a. Sutura koronalis batas os frontal dan os pariental
b. Sutura sagitalis batas os parietalis kiri dan parietalis kanan
c. Sutura squamosa batas os parietalis dan os temporalis dan os sfenoidalis
d. Sutura lamboidea batas os parietalis.dan os oksipitalis
e. Sutura parietal mastoidea batas os parietalis dan os processus mastoidea dari os
temporalis
f. Sutura sfenofrontalis batas os frontalis dan os etmoidalis
g. Sutura sfenotemporalis batas os sfenoidalis dan os temporalis
h. Sutura sfenomaksilaris batas os sfenoidalis dan os maksilaris
i. Sutura zigomatikotemporalis batas os zigomatikum.dan os temporalis
j. Sutura zigomatikomaksilaris batas os maksilaris dan os zigomatikum
k. Sutura maksilarlaktrimalis batas os maksilaris dan os laktrimalis
l. Sutura maksilopalatina batas os maksilaris dan os palatum
m. Sutura palatinasagitalis batas os maksilaris dan os palatum durum kiri dan kanan
Sutura palatina transversal batas os maksilaris dan os palatum(palatum durum)
8. Tulang-tulang tangan
a. Ossa carpal terdiri dari : 16 tulang yaitu:
1) Skapoid : 2
2) Lunatum : 2
3) Trianglare : 2
4) Fisiform : 2
5) Multagulum mayus : 2
6) Multgulum minus : 2
7) Kapitatum : 2
8) Hamatum : 2

13
b. Ossa metacarpalian terdiri dari : 10 tulang yaitu :
1) Metacarpal 1 : 2
2) Metacarpal 2 : 2
3) Metacarpal 3 : 2
4) Metacarpal 4 : 2
5) Metacarpal 5 : 2
a. Ossa phalangea terdiri dari : 28 tulang yaitu :
1) 10 ruas falang proximal manus
2) 8 ruas falang media manus
3) 10 ruas falang distal manus

9. Tulang-tulang kaki
a. Ossa tarsal terdiri dari : 14 tulang yaitu :
Tarsal (tulang pergelangan kaki) terdiri atas 7 tulang kecil pada setiap kaki, yaitu 1
tulang loncat (talus), 1 tulang tumit atau kalkaneus (berukuran lebih besar), 1 tulang
berbentuk kapal (navikular), 1 tulang berbentuk dadu (kuboid), dan 3 tulang
kuneiformis berbentuk baji.
b. Ossa metatarsal terdiri dari: 10 tulang yaitu :
1) Metatarsal 1 : 2
2) Metatarsal 2 : 2
3) Metatarsal 3 : 2
4) Metatarsal 4 : 2
5) Metatarsal 5 : 2
Metatarsal ( tulang telapak kaki ) terdiri atas 5 tulang pipa berbentuk bulat
panjang. Metatarsal pertama merupakan metatarsal yang lebar pendek dan
panjang
c. Ossa phalangea terdiri dari : 28 tulang yaitu :
1) 10 ruas falang Proximal Pedis
2) 8 ruas falang Media Pedis
3) 10 ruas falang Distal Pedis

10. Sebutkan perbedaan antara sacrum wanita dan sacrum laki-laki !


Sacrum wanita :
a. Panggul-panggul berbentuk buah pir
b. Oulet pelvis besar
c. Pelvis palsu dangkal
d. Sacrum yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih tipis

14
e. Lengkungan kemaluan yang lebih luas
f. Foramen otturator berbentuk bulat
g. Acetabulum kecil
h. Kedudukan sciatic yang lebih luas terbalik ke 90 derajat
i. Lebih banyak koksi yang digerakkan
j. Tulang illiac supporior anterior jauh
k. Tuberositas illiaka tipis
l. Sulkus preauriculer ada
m. Lengkungan ventral ada
n. Sudut subpubic lebar
Sacrum laki-laki
a. Lubang panggul berbentuk hati
b. Saluran panggul yang lebih pendek
c. Panggul palsu dalam
d. Sacrum lebih besar dan lebih berat
e. Lengkungan kemaluan sempit
f. Voramen okturator bulat
g. Accetabulum besar
h. Lengkungan sciatic yang lebih kecil terbalik menjadi 70 derajat
i. Kurang koksi yang bisa digerakkan
j. Spinailliaka anterior supporior lebih dekat
k. Preauricular sulcus tidak ada
l. Lengkungan ventral tidak ada
m. Sudut subbupic sempit

11. Tulislah perbedaan antara vertebrae thoracalis, vertebralis lumbalis!


Perbedaannya terletak pada ukuran, bentuk dan jumlah tulang , Vertebrae thoracalis
memiliki sisi kosta disisi badan vertebra dan pada proses melintang membantu artikulasi
tulang rusuk sedangkan vertebralis lumbalis berbentuk jantung berukuran sedang.

12. Jelaskan kegunaan sternum pada pemeriksaan fisik !


a. Untuk mengetahui bentuk dada seperti pigeon chest, normal chest. Barrel chest dan
funnel chest
b. Untuk mengetahui pulsasi aorta

13. Jelaskan keguanaan costae pada pemeriksaan fisik !


a. Untuk mengetahui batas-batas paru dan jantung

15
b. Untuk mengetahui pergerakan dinding dada, retraksi otot dada
c. Untuk mengetahui krepitasi atau patahan tulang costae

16
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

TUJUAN
Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan ciri-ciri normal otot, tulang, dan sendi
2. Mengidentifikasi persiapan dan pengkajian system musculoskeletal
3. Mengidentifikasi aspek-aspek riwayat kesehatan yang dikaji pada system musculoskeletal
4. Mendemonstrasikan teknis-teknis inspeksi dan palpasi dalam pengkajian system
musculoskeletal
5. Menganalisa hasil pengkajian.

PERSIAPAN ALAT
 Goniometer
 Pita pengukur / meteran

PERSIAPAN PASIEN
 Bergantung pada kelompok otot yang diperiksa (duduk, berbaring atau berdiri)
 Pastikan bahwa otot dan sendi klien terbuka dan bebas untuk bergerak.

RIWAYAT KESEHATAN
 Minta pasien untuk menjelaskan riwayat masalah pada tulang, otot atau fungsi sendi
meliputi riwayat jatuh saat ini, trauma, mengangkat benda berat dan penyakit tulang
atau sendi dengan serangan tiba-tiba atau terjadi bertahap. Selain itu minta klien
menunjukkan lokasi di mana terjadi gangguan.
 Kaji gejala dan peningkatan kekakuan atau nyeri meliputi lokasi, durasi, tingkat
keparahan, jenis nyeri dan factor predisposisi, factor penambah dan penyembuh
 Tanyakan apakah klien pernah melihat suatu perubahan dalam kemampuan
melaksanakan tindakan perawatan diri seperti mandi, makan, berpakaian, perkemihan
dan ambulasi atau fungsi social seperti pekerjaan rumah tangga, rekreasi dan aktivitas
seksual

17
INSPEKSI UMUM
 Observaasi postur tubuh, gaya berjalan, cara berdiri, dan gerakan ekstremitas
(perhatikan adanya penegangan kaki, lekuk menyeret-nyeret kaki))
 Observasi klien dari samping, pada posisi berdiri dan kaji lengkung spina servical,
torakal dan lumbal.
 Perhatikan juga dasar penyangga dan stabilitas penahanan berat badan
 Inspeksi kulit dan jaringan subkutan di bawah otot, tulang dan sendi terhadap adanya
warna yang tidak wajar, pembengkakan atau massa.
 Observasi ekstremitas terhadap ukuran keseluruhan, deformitas kasar, pembesaran
tulang, simetrisitas dan keselarasan antara panjang dan posisi tubuh.
PENYIMPANGAN DARI NORMAL
Kelainan gaya berjalan meliputi penghentakan kaki, kaki berlekuk-lekuk, penyeretan kaki
dan posisi batang tubuh terhadap kaki
Kelainan postural meliputi kifosis (punggung bungkuk, lengkung posterior tulang belakang
torakal yang berlebihan), ordosis (bergoyang ke kiri dank e kanan saat berjalan atau
peningkatan lengkung lumbal), dan skoliosis (lengkung tulang belakang lateral)

KEPALA DAN LEHER


 Palpasi sendi temporomandibular ketika pasien membuka dan menutup mulut
 Inspeksi leher untuk mengetahui adanya deformitas
 Palpasi tulang belakang servikal dan otot dari belakang pasien
 Uji batas gerak leher dalam fleksi, ekstensi, rotasi dan membengkokkan kepala kea rah
lateral

PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN


Mintalah pasien untuk:
 Membuat kepalan pada setiap tangannya
 Meluruskan jari-jari
 Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
 Membalikkan tangan

Inspeksi tangan dan pergelangan tangan


Palpasi
 Sendi interfalangeus distal dan proksimal
 Sendi metakarpofalangeal
 Sendi pergelangan tangan

18
SIKU
Mintalah pasien untuk:
 Menekuk dan meluruskan siku
 Membalikkan telapak tangan ke atas dan ke bawah (supinasi dan pronasi dari lengan
bawah)
Inspeksi dan palpasi siku, termasuk:
 Prosesus olekranon
 Lekukan yang mendasari sendi siku
 Permukaan ekstensor dari ulna

BAHU
Mintalah pasien untuk:
 Mengangkat kedua tangannya kea rah vertical
 Letakkan kedua tangan di belakang punggung atas
Inspeksi bahu dan pangkal bahu dari depan dan belakang
Palpasi terhadap nyeri tekan, ketegangan otot dan massa

PERGELANGAN KAKI DAN TUNGKAI


 Inspeksi sendi pergelangan kaki
 Palpasi setiap sendi
 Raba sepanjang tendon Achilles
 Tekan masing-masing kaki bawah, sehingga menekan sendi metatarsofalangeus
 Palpasi setiap sendi antara ibu jari dan jari anda
o Dorsofleksi dan plantarfleksikan kaki terhadap pergelangannya (sendi tibiotalar)
o Stabilkan pergelangan kaki dengan satu tangan dan putar ke dalam dank e luar
tumit (sendi subtalar)
o Stabilkan tumit dan putar ke dalam dan ke luar telapak kaki depan (sendi tarsal
transversal)
o Fleksikan jari-jari kaki terhadap sendi metatarsofalangeus

LUTUT DAN PINGGUL


Inspeksi dan palpasi masing-masing lutut, termasuk :
o Area kantung suprapatelar
o Rongga pada masing-masing sisi patella
o Patella

19
Kaji kompartemen patelofemolar
o Tekan pada patella, gerakan terhadap femur yang mendasarinya
o Dengan lutut pasien difleksikan 900, palpasi sendi tibiofemoral
Periksa rentang gerak termasuk:
o Fleksi pada pinggul dan lutut
o Rotasi pada pinggul, baik eksternal maupun internal
o Abduksi pada pinggul
Palpasi area berikut jika ditandai dengan rasa sakit atau gerakan terbatas
o Sendi pinggul dan bursa iliopektineal, lateral terhadap denyut femoralis
o Amati setiap deformitas lutut atau kaki

TULANG BELAKANG
o Inspeksi tulang belakang dari samping dan belakang
o Periksa rentang gerak pada:
 Fleksi
 Ekstensi
 Rotasi
o Palpasi terhadap nyeri tekan dari:
 Prosesus spinosus
 Otot-otot paravertebra
KELAINAN RENTANG GERAK YANG MUNGKIN DITEMUI
Nyeri pada sendi
Ketidakstabilan atau kekakuan pada sendi
Pembengkakan sendi atau inflamasi atau terasa ada kehangatan pada saat sendi dipalpasi
Atropi otot dan perubahan kulit di sekitar sendi
Gerakkan spatik
Rentang gerak yang secara bermakna kurang dari batas normal
Dengan peningkatan tegangan otot atau hipertonisitas setiap gerakan pasif yang tiba-tiba akan
menemui tahanan bermakna
Tonus hipertonik menyebabkan otot teraba lunak dan ekstremitas bergantung dengan lemah
Otot yang mengalami atropi atau mengecil ukurannya mungkin terasa lunak dan lembek saat
dipalpasi

TEKNIK KHUSUS
 Angkat tungkai lurus
 Uji phalens untuk sindrom tunnel karpal

20
 Tanda tinel’s untuk sindrom tunnel karpal
 Tanda benjolan karena cairan pada sendi lutut
 Tanda balon
 Mengukur panjangnya tungkai
 Mengukur rentang gerak
 Mengukur kekuatan otot
Angkat tungkai lurus
 Angkat tungkai pasien yang diluruskan sampai terasa nyeri
 Nyeri tajam kea rah belakang dari tungkai mengisyaratkan ketegangan pada atau
kompresi pada radik saraf
Uji phalens
 Tahan pergelangan tangan pasien dalam fleksi dari kedua telapak tangan bersamaan
untuk membentuk sudut kanan, kedua posisi harus dapat ditahan selama 60 detik
 Baal atau semutan di atas penyebaran saraf mengisyaratkan sindrom tunnel karpal
Tanda Tinel’s untuk sindrom Tunnel Karpal
 Lakukan perkusi ringan di atas saraf median pada pergelangan tangan
 Rasa semutan atau sensasi seperti kesetrum dalam penyebaran saraf median adalah
tanda positif
Tanda benjolan karena cairan pada sendi lutut
 Goyang lutut ke atas untuk mengubah tempat setiap cairan kemudian tekan di
belakang ujung lateral dari patella dan perhatikan kembalinya cairan
 Benjolan menandakan kembalinya cairan di dalam sendi lutut. Ini adalah uji yang
sensitive terhadap efusi kecil.
Tanda balon
 Kompres kantung suprapatelar dengan satu tangan dan dengan ibu jari dan jari yang
lain, raba terhadap adanya cairan yang memasuki spasium di sebelah patella
 Gelombang yang teraba dari cairan adalah tanda positif, menandakan efusi yang cukup
besar
Mengukur panjangnya tungkai
 Tungki pasien harus lurus secara simetris. Dengan pita ukur, ukur jarak dari spina
iliaka superior anterior ke malleolus mediana. Plester harus memanjang pada lutut
secara median
 Panjang tungkai yang tidak sama mungkin menjadi penyebab dari scoliosis
Mengukur rentang gerak
 Untuk mengukur rentang gerak dengan tepat diperlukan goniometer
 Bandingkan sendi yang sama pada kedua sisi

21
 Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok sendi
 Jangan paksa sendi bergerak ke posisi yang menyakitkan
 Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan goniometer untuk pengukuran
yang tepat mengenai derajat gerakan
 Ukur pada saat posisi netral dan rentang gerak maksimal, bandingkan dengan derajat
normal gerakan sendi
 Latihan rentang gerak pasif dan aktif diperlukan klien dengan imobilisasi sebagian
atau sepenuhnya

Kekuatan otot
0 Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tanpa kontraksi, bila lengan atau
tungkai dilepaskan maka akan jatuh seratus persen secara pasif
1 Tanpa kontraksi, ada sedikit tahanan sewaktu ekstremitas terjatuh
2 Mampu menahan tegak ekstremitas, ada tahanan gaya gravitasi tetapi akan jatuh
dengan seikit sentuhan
3 Mampu menahan tegak ekstremitas, tetapi tidak mampu melawan tekanan atau
dorongan pemeriksa
4 Gerakan aktif terhadap grvitasi dan beberapa tahanan
5 Gerakan aktif terhadap tahanan penuh dan kekuatan otot maksimal

MASALAH KEPERAWATAN
 Nyeri b.d inflamsi sendi
 Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri dan kelemahan otot
 Kurang perawatan diri b.d gangguan mobilitas ekstremitas atas
 Resiko tinggi untuk cedera b.d gaya berjalan yang tidak seimbang

DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, R. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan.Jakarta: EGC.
Potter, Patricia. 1996. Pengkajian Kesehatan. Jakarta: EGC
Bates, Barbara. 1998.Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC.
Welsby. 1996. Clinical History Taking and Examination. New York: Chuschill Livingstone.

22
PAIN MANAGEMENT

Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik
maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan
emosional.
Faktor penyebab nyeri
• Trauma
– Thermis → timbul karena ujung saraf mendapat rangsangan akibat panas,
dingin, api, air
– Chemist → timbul karena kontak dengan zat kimia
– Elektrik → timbul karena aliran listrik
• Neoplasma
– jinak
– ganas
• Peradangan
– Ujung saraf reseptor mengalami peradangan atau terjepit oleh pembengkakan
• Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
• Trauma psikologis
Faktor yg mempengaruhi nyeri:
• Usia
• Kebudayaan
• Makna nyeri
• Perhatian
• Ansietas
• Keletihan
• Pengalaman sebelumnya
• Gaya koping
• Dukungan keluarga dan sosial
Mekanisme nyeri
• Transduksi
– Proses dimana suatu rangsang nyeri diubah mjd suatu aktivitas listrik yg akan diterima
oleh ujung2 saraf. Rangsang dapat berupa rangsangan fisik, suhu, ataupun kimia
• Transisi
– Sebagai perambatan rangsang melalui saraf sensoris menyusul proses transduksi
• Modulasi

23
– Proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen dengan asupan nyeri
yang masuk ke komu posterior
• Persepsi
– Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses
transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan
yang subjektif → persepsi nyeri
Pengkajian Nyeri
– P (pemicu)
• faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
– Q (quality)
• Kualitas nyeri
– R (region)
• Daerah perjalanan nyeri
– S (severity)
• Keparahan atau intensitas nyeri
– T (time)
• Lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri
Intervensi
1. Kurangi faktor yang dapat menambah nyeri
2. Modifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan :
• Teknik latihan pengalihan
– Menonton TV
– Berbincang-bincang dengan orang lain
– Mendengarkan musik
• Teknik relaksasi
• Stimulasi kulit
– Gosok dg halus pd daerah nyeri
– Gosok punggung
– Gunakan air hangat dan dingin
– Lakukan masase
3. Beri stimulator listrik
• TENS  untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu
• Percutaneus implanted spinal cord epidural  diimplan di bawah kulit dg transistor
timah penerima yg dimasukkan ke dalam kulit pd daerah epidural dan columna
vertebrae

24
• Stimulator columna vertebrae  stimulus alat penerima transistor dicangkok mll
kantong kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu elektroda ditanam mll pembedahan
pd dorsum sumsum tlg belakang
4. Beri obat analgesik untuk mengganggu transmisi stimulus agar terjadi perubahan
persepsi. Jenis analgesik
– Analgesik non-narkotik
– Obat antiinflamasi nonsteroid
– Analgesik narkotik (opiat)
– Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik

25
ROM (RANGE OF MOTION)

Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai
gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik. Gerakan dapat
dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot atau pun gaya ekternal lain dalam ruang
geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada
persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia,
pembuluh darah dan saraf. Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of
motion (ROM). Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada
ruang gerak yang dimilikinya secara periodik
Faktor-faktor yang dapat menurunkan ROM, yaitu penyakit-penyakit sistemik, sendi,
nerologis ataupun otot; akibat pengaruh cedera atau pembedahan; inaktivitas atau imobilitas.
Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas persendian dan
jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan jaringan dan pembentukan
kontraktur. Teknik ROM tidak termasuk peregangan yang ditujukan untuk memperluas ruang
gerak sendi.
Jenis-jenis latihan ROM:
 Passive ROM (PROM)
 Active ROM (AROM)
 Active-Assistive ROM (A-AROM), adalah jenis AROM yang mana bantuan diberikan
melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer
memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan.
Indikasi dan sasaran PROM
 Indikasi PROM
- Pada daerah di mana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
- Ketika pasen tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau
seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
 Sasaran PROM
- Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
- Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur
- Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot
- Membantu kelancaran sirkulasi
- Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
- Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
- Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi

26
- Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasen
 Kegunaan lain dari PROM
- Pada saat memeriksa:
o Menentukan keterbatasan gerak
o Stabilitas sendi
o Menentukan elastisitas otot dan jaringan ikat sendi
o Untuk memberikan contoh gerakan aktif
o Pada saat mempersiapkan pasen untuk melakukan latihan dengan teknik
peregangan
 Indikasi AROM
- Pada saat pasen dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas
sendinya baik dengan bantuan atau tidak
- Pada saat pasen memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan AAROM
- AROM dapat digunakan untuk program latihan aerobic
- AROM digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas di atas dan dibawah daerah yang
tidak dapat bergerak
 Sasaran AROM
- Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran PROM serupa dengan
AROM.
- Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol
gerak volunter.
 Sasaran spesifik:
- Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
- Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
- Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
- Meningkatkan sirkulasi
- Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
 Keterbatasan Latihan ROM
- Passive ROM
o PROM tidak dapat:
 Mencegah atrofi otot
 Meningkatkan kekuatan dan daya tahan
 Membantu sirkulasi
- Active ROM
o Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan

27
o Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan
menggunakan pola gerakan
 Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
- Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera
- Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri
selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan
dan pemulihan –Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang
salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
- ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasen atau kondisinya membahayakan (life
threatening)
- PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada
sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
- Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM
pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat
 Prinsip-prinsip penerapan teknik ROM
- Pemeriksaan, penilaian dan rencana perlakuan
o Pemeriksaan dan penilaian kelemahan pasen, tentukan prognosis, pencegahan
serta rencana intervensi
o Tentukan kemampuan pasen untuk mengikuti program
o Tentukan seberapa banyak gerakan yang dapat diberikan
o Tentukan pola gerak ROM
o Pantau kondisi umum pasen
o Catat serta komunikasikan temuan-temuan serta intervensi –Lakukan penilaian
ulang serta modifikasi intervensi bila diperlukan
- Penerapan Teknik ROM
o Untuk mengendalikan gerakan genggamlah ekstremitas di sekitar sendi. Apabila
persendian terdapat nyeri, modifikasi pegangan
o Beri penunjang bagi daerah yang memiliki integritas struktural yang leman,
misalnya tempat patahan atau segmen yang mengalami kelumpuhan
o Gerakkan segmen di seluruh ruang gerak yang bebas rasa nyeri hingga sampai
terdapat resistensi/tahanan jaringan
o Lakukan gerakan dengan lembut dan berirama 5 sampai 10 repetisi
- Pada PROM
o Gaya untuk gerakan adalah berasal dari eksternal (terapist atau mesin)

28
o Tidak terdapat resistensi aktif dari penderita –Gerakan dilangsungkan di dalam
ROM yang mana terdapat rentang gerak tanpa adanya nyeri atau gaya yang
dipaksakan
- Pada AROM
o Peragakan gerakan yang diinginkan kepada penderita dengan menggunakan
PROM, kemudian mintalah kepada penderita untuk melakukan gerakan tersebut.
Beri bantuan bila dibutuhkan
o Bantuan dibutuhkan pada gerakan halus atau terdapat kelemahan.
o Gerakan dilakukan pada ruang gerak sendi yang tesedia.

29
TEKNIK-TEKNIK ROM

30
31
32
33
34
35
36
37
38
BALUT BIDAI

DEFINISI
Tindakan memfiksasi / mengimobilisasi bagian tubuh yang cedera dengan menggunakan
benda yang bersifat kaku dan fleksibel.

TUJUAN
1. Mencegah pergerakan bagian yang sakit, sehingga dapat mengurangi nyeri dan kerusakan
lebih lanjut
2. Mempertahankan posisi yang nyaman dan sesuai dengan anatomis tubuh
3. Mempermudah transportasi korban
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
5. Mempercepat penyembuhan

INDIKASI
1. Adanya fraktur/patah tulang baik terbuka atau tertutup
2. Adanya kecurigaan fraktur apabila ditemukan:
a. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat
b. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
c. Posisi ekstremitas yang abnormal
d. Pasien mengatakan tulangnya terasa patah atau terdengar bunyi “krek”
e. Adanya memar, bengkak, perubahan bentuk, nyeri gerak aktif maupun pasif, kram
otot di sekitar area yang cedera krepitasi
f. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan enstremitas yang
cedera.
g. Bisa disertai perdarahan atau tidak
3. Dislokasi persendian

KONTRAINDIKASI
Pembidaian boleh dilakukan apabila kondisi airway, breathing circulation sudah distabilkan.

KOMPLIKASI
1. Cedera vaskuler, saraf atau jaringan lain di sekitar area fraktur oleh ujung fragmen
fraktur, saat dilakukan upaya meluruskan atau memanipulasi bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat

39
3. Keterlambatan transportasi penderita ke RS jika penderita menunggu terlalu lama proses
pembidaian

PERSIAPAN ALAT
1. Bidai standard apabila tidak ada bisa dibuat sendiri bidai dari bahan yang sederhana
misalnya ranting pohon, papan kayu, bantal dll. Panjang bidai harus melebihi tulang
panjang dan sendi yang akan dilakukan pemasangan bidai
2. Mitella atau kassa sebagai pengikat. Bahan yang digunakan untuk membalut harus bisa
membalut dengan sempurna mengelilingi ekstremitas yang dilakukan pembidaian, tetapi
tidak boleh terlalu ketat yang dapat menghambat sirkulasi darah di area ekstremitas
tersebut.

PRINSIP UMUM DALAM TINDAKAN PEMBIDAIAN


1. Pembidaian dilakukan dengan melewati 2 sendi yaitu sendi proksimal dan distal daerah
fraktur
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati serta jangan sampai memaksakan gerakan. Jika
terjadi kesulitan dalam meluruskan ekstremitas maka lakukan pembidaian pada posisi apa
adanya.
3. Pada trauma di sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan
distal
4. Fraktur tulang panjang pada tungkai atau lengan dapat dilakukan tarikan atau traksi
ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat,
krepitasi atau pasien merasakan nyeri yang meningkat maka jangan mencoba untuk
melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi jangan melepaskan tarikan
sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik karena kedua
ujung tulang yang mengalami fraktur dapat menambah kerusakan jaringan dan beresiko
untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
5. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka (lutut, siku)
6. Ikatlah bidai di bagian proksimal dan distal fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang
fraktur. Sebaiknya dilakukan 4 ikatan pada bidai yaitu:
a. Superior dari sendi proksimal dari lokasi fraktur
b. Di antara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c. Inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d. Di antara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga

40
7. Pastikan bidai telah terikat dengan rapat tetapi jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dilakukan pembidaian. Pastikan bahwa pemasangan bidai
mampu mencegah pergerakan pada bagian yang cedera.

PROSEDUR DASAR PEMBIDAIAN


1. Mempersiapkan penderita dan perkenalkan diri
2. BTLS
3. Tenangkan penderita jelaskan kepada penderita bahwa akan diberikan pertolongan
4. Lakukan pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi
5. Minimalkan gerakan daerah sekitar fraktur, jangan menggerakkan atau memindahkan
korban sampai daerah yang mengalami fraktur distabilkan kecuali jika keadaan
lingkungan berbahaya.
6. Jika ada luka terbuka maka atasi dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka dengan cairan
antiseptic dan tekan perdarahan dengan kassa steril. Jika luka tersebut mendekati lokasi
fraktur maka sebaiknya dianggap telah terjadi patah tulang terbuka. Balut luka terbuka
atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan dan alat yang steril
7. Pasang cervical collar pada pasien yang dicurigai trauma servikal
8. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat sebaiknya
hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan dengan nadi sebelum dilakukan
pembidaian. Proses meluruskan ini harus hati-hati agar tidak memperberat cedera.
9. Periksa sirkulasi distal dari lokasi fraktur
10. Periksa kecepatan pengisian kapiler, tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang cedera dan
ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan secara bersamaan.
Periksalah apakah pengemballian warna kemerahan terjadi bersamaan ataukah terjadi
keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
11. Teknik pembidaian pada berbagai lokasi cedera adalah sebagai berikut:
a. Fraktur cranium atau ulang wajah
Hindari menekan area yang dicurigai fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya
fraktur ertebra sehingga harus dilakukan imobilisasi tulang belakang.
b. Fraktur leher
Fiksasi tulang leher dengan menggunakan cervical collar
c. Fraktur klavikula
Dilakukan ransel bandage fungsinya ialah untuk melakukan traksi dan fiksasi
sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi sesuai
anatomis tubuh sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang
maksimal.
d. Fraktur tulang iga/costae

41
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae. Tindakan pembidaian dilakukan
untuk mencegah bagian tulang yang patah agar tidak meluki paru. Upaya terbaik yang
bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa ke
rumah sakit adalah memasang bantalan dan baluta lembut pada dinding dada.
Memasang plester lebar untuk merekatkan fragmen costae yang fraktur dengan tulag
yang sehat untuk menyamakan pergerakan dinding dada dan meminimalkan
kerusakan lebih lanjut.
e. Lengan atas
 Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex sling berada pada siku dan puncak
sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. Posisikan lengan bawah
sedemikian rupa sehingga posisi tangan sedikit terangkat (sudut 100). Ikatlah dua
ujung sling pada bahu, gulung apex sling dan sisipkan di sisi siku.
 Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian
sisi lateral dinding thoraks.
 Cara lain: pasanglah bidai yang telah dibalut kain / kassa pada sisi lateralnlengan
atas yang mengalami fraktur.
 Bebatlah lengan atas di antara papan bidai (sisi lateral) dan dinding thoraks (sisi
medial).
 Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan
menggunakan kain yang lebar.
f. Lengan bawah
 Imobilisasi lengan yang mengalami cedera
 Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku
sampai ujung telapak tangan.
 Fleksikan lengan yang cidera sehingga lengan bawah dalam posisi 90 derajat
terhadap lengan atas. Menekuk lengan harus dilakukan berhati hati.
g. Tungkai atas
Pada fraktur femur, pasang bidai yang melewati 2sendi progsimal dan distal dari
femur
h. Dislokasi sendi lutut
Bidai dipasang memanjang antara panggul sampai pergelangan kaki
i. Tungkai bawah
 Imobilisasikan tungkai yang mengalami cidera untuk mengurangi nyeri dan
mencegah timbulnya kerusakan yang lebih parah.
 Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara
telapak tangan kaki sampai diatas lutut.

42
 Pastikan tungkai dalam posisi lurus
 Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai.
 Ikatlah bidai pada posisi diatas dan dibawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa
lutut dan pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik
 Pasang bantalan pada ruang kosong antara bidai dan kaki yang dibidai
 Periksalah sirkulasi sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
j. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki
 Imobilisasi dengan pembalutan gunakan “ figure of eight “ dimulai dari sisi
bawah kaki, menyilang sisi atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki,
kebelakang melalui sisi atas kaki ke sisi bawah kaki demikian seterusnya
 Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral
pergelangan kaki untuk mencxegah pergerakan yang berlebihan. Saat
melakukan imobilisasi posisi kaki harus selali dijaga pada sudut yang benar.
k. Fraktur atau dislokasi jari kaki
Cidera pada jari sebaiknya dibalut dengan merekatkan jari yang cidera pada jari di
sebelahnya.

EVALUASI
1. Periksa sirkulasi daerah pembidaian
2. Periksa denyut nadi dan motorik ( pergerakan ) pada daerah distal bidai. Jika pasien
mengeluh terlalu ketat atau kesemutan maka pembvalut dan bidai harus di buka dan
dilakukan pembidaian lagi dengan tidak terlalu ketat

43
AMBULASI DINI

Ada beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk membantu ambulasi diantaranya:
1. Cane (tongkat)
Jenisnya ada bermacama-macam mulai tongkat yang hanya punya satu kaki
(single), tiga kaki dan empat kaki.
2. Walker
Punya empat kaki sebagai penopang dan pada atasnya terdapat penahan yang
terletak di depan dan di samping kanan kiri pasien untuk memberi keamanan dan
keseimbangan pasien saat berjalan. Biasanya terbuat dari bahan alumunium sehingga
mudah digerakkan.
3. Crutch (kruk)
Biasanya terbuat dari bahan alumunium dan bagian bawahnya dilapisi karet untuk
mencegah slip. Ada beberapa macam bentuk kruk diantaranya:
1. axillari kruk, yang dilengkapi penyangga axilla
2. lofstrand kruk, yang berfungsi untuk ekstensi lengan bawah
3. Canadian kruk atau elbow ekstensor kruk, kruk yang biasanya dipakai oleh
pasien yang tidak mampu mengekstensikan otot-otot lengan (terutama triseps
brachii).
Ada beberapa latihan yang harus dilakukan sebelum ambulasi, diantaranya :
1. Ekstensi dan fleksi pinggang
Pada posisi supinasi, ekstensikan satu kaki dan fleksikan kaki satunya sampai ke
dada (telapak kaki dalam posisi dorsofleksi).
2. Rotasi pinggang
Kedua kaki ekstensi
Putar kaki secara bergantian ekstensikan kedua kaki
3. Abduksi dan adduksi pinggang
Kedua kaki ekstensi
Gerakkan kaki menjauhi dan mendekati sumbu tubuh
Lakukan gerakan yang sama pada kaki yang satunya
4. Ekstensi lutut
Kedua kaki ekstensi
Gerakkan kaki ke depan sejauh mungkin
Ulangi pada kaki yang satunya
5. Fleksi dan ekstensi ujung kaki
Gerakkan ujung kaki dengan arah ke atas dank e bawah (dorsoflexi dan
plantarflexi)

44
Pengkajian
1. kaji postur tubuh pasien apakah sudah benar-benar siap untuk berjalan atau
bergerak.
2. kaji ayunan tangan
3. kaji kebebasan dan kemudahan serta ketetapan dalam berjalan
4. kaji gerakkan kaki
5. kaji langkah kaki
6. kaji keadaan kaki saat berjalan
7. kaji langkah pasien pada awal berjalan sampai berhenti
Persiapan Alat :
 kain
 walking belt
No. Tindakan Rasional
1. Menjelaskan program dan tujuannya kepada pasien Partisipasi pasien sangat
sebagai usaha untuk mendapat partisipasi penuh dari dibutuhkan untuk keberhasilan
pasien. program.
2. Ajarkan pasien untuk melakukan latihan sebelum Agar klien tidak kaku saat
ambulasi di tempat tidur memulai ambulasi.
3. Setelah pasien siap untuk ambulasi bangunkan pasien Meningkatkan keseimbangan
dari tempat tidur dan jaga keseimbangannya klien
4. Metode satu perawat: Agar klien merasa aman ketika
a. perawat berdiri di samping pasien dan menahan melakukan pergerakan.
pasien dengan meletakkan kedua tangan di Kerjasam dengan klien akan
pinggang pasien. memudahkan tugas perawat.
b. Perawat juga bias menggunakan walking belt yang
diletakkan melingkari pinggang pasien, jika tidak
ada bias menggunakan kain atau handuk.
c. Suruh pasien untuk mulai berjalan perlahan
selangkah demi selangkah.
d. Jika pasien sudah merasa mampu untuk berjalan
perawat harus tetap berada di amping pasien dan
menahan pinggang pasien
e. Jika pasien tidak tenang dan takut terjatuh perawat
tetap berada di samping pasien tetapi posisi
perawat agak lebih maju dari pasien.
f. Jika psien mengalami kelemahan pada salah satu

45
kakinya maka perawat bias memegang lengan atas
pasien dan tangan perawat yang lain memegang
bagian bawah lengan pasien di sisi yang lain.
5. Metode dua perawat: Agar klien merasa aman saat
a. masing-masing perawat berdiri di samping pasien pergerakan.
dengan memegang lengan bagian bawah
pinggang pasien.
b. Antara perawat dan pasien harus mempunyai
tinggi yang sama.
c. Prosedur sama dengan metode satu perawat.

Menggunakan crutch (kruk)

No. Tindakan Rasional


1. Mengukur panjang kruk yang akan digunakan Panjnag kruk yang sesuai
disesuaikan dengan pangjang tubuh pasien. meningkatkan kenyamanan
Caranya : letakkan pengukur pada dearh anterior klien.
axilla pasien sampai 15 cm dari lateral telapak kaki
dan ditambah 5 cm ke arah depan.
2. Sebelum mengajarkan berjalan dengan kruk terlebih Meningkatkan pemahaman
dahulu ajarkan pasien untuk melatih otot-otot pasien akan tindakan
pergerkan terutama otot triceps, trapezius, dan
latissimus.
Caranya:
» Pasien dalam posisi duduk
» Kedua tangan di samping tubuh pasien
» Telapak aki memberi tekanan pada tempat tidur
sambil mengangkat pantatnya
» Lakukan secara perlahan dan berulang-ulang.
3. Setelah pasien siap untuk berjalan dengan Tripod position adalah posisi
menggunakan kruk, posisikan psien pada tripod permulaan.
position (triangle position)
4. Extensikan pinggang dan kaki, punggung dan kepala Axilla merupakan tempat
tegak, tidak boleh membungkuk, ekstensikan lengan, pembuluh darah dan berbagai
telapak tangan memegang kruk dan berat badab syaraf besar.
ditahan di tangan bukan di axilla.
5. Kruk di letakkan 15 cm di depan telapak aki dan 15 Posisi ini akan memberi

46
cm lateral dari ujung kaki. tahanan yang kuat
6. Berjalan
Ada empat cara berjalan dengan menggunakan kruk :
a. Four-point alternate gait
Cara yang paling aman. Dan bias dilakukan saat
berjalan di keramaian untuk dapat melaskukan cara
ini pasien harus mampu menhan berat badannya
pad akedua kakinya
Caranya:
» Gerakkan kruk kana ke arah depan sejauh 10-15
cm
» Gerakkan kai kiri ke depan sampai sejajar dengan
kruk yang kiri.
» Gerqakkan kruk yang kiri ke depan
» Gerakkan kaki kanan ke depan
b. Three-point alternate gait
Digunakan jika pasien hanya mampu menahan
berat badannya pad satu kaki.
Caranya:
» Gerakkan kaki yang lemah dan kedua kruk ke
depan secara bersamaan
» Gerakkan kaki yang kuat ke depan.
c. Two-point gait
Berjalan dengan cara ini lebih cepat daripada
dengan four-point gait. Dan lebih seimbang.
Karena berat badan di tahan oleh dua tumpuan.
Caranya:
» Gerakkan kaki kanan dan kruk kiri ke depan
secara bersamaan
» Gerakkan kaki kiri dan kruk akana ke depan
secara bersamaan.
d. Swing-to gait
Cara ini dilakukan untuk orang yang lumpuh pada
kedua kaki dan pinggangnya
Caranya:
» Gerakkan kedua kruk ke depan secara bersamaan.

47
» Angkat badan dengan bertumpu pada kedua
lengan dan melangkah sampai di depan kruk.
e. Swing-through gait
Cara ini membutuhkan kekuatan dan koordinasi
yang baik dari pasien.
Caranya:
» Gerakkan kedua kruk ke depan secara bersamaan.
» Angkat badan dengan bertumpu pada kedua
lengan dan melangkah sampai di depan kruk.
7. Duduk
Tempat duduk yang akan ditempati pasien harus
mempunyai sandaran dan penahan pada bagian
sampingnya
Caranya:
» Suruh pasien berdiri membelakangi kursi
» Pindahkan kruk ke tangan yang satunya dan
pegang pinggir kursi dengan tangan dan berat
badan ditumpukan pada kursi
» Fleksikan kaki dan pinggang, turunkan badan ke
kursi.
8. Berdiri dari duduk
a. gerakkan tubuh ke depan atau sampai ke pinggir Posisi ini akan membantu
kursi bagian depan. pasien untuk berdiri dari kursi
b. Pegang kruk dengan tangan untuk menahan kaki dan memberikan cukup
saat akan berdiri. keseimbangan
c. Berikan tekanan pada kruk, tinggikan badan
berdiri.
d. Berdiri dengan tripod position sebelum berjalan
9. Naik tangga
a. posisi tripod di dasar tangga.
b. Pindahkan berat badan ke kruk dan langkahkan
kaki yang kuat ke atas (naik).
c. Pindahkan berat badan ke kaki yang sudah berada
di atas lalu gerakkan kruk dan kaki yang lemah ke Kaki yang lemah selalu
atas. ditopang oleh kruk.
d. Ulangi langkah b dan c sampai berhasil di atas

48
tangga

10. Turun tangga


a. tripod-position di atas tangga
b. geser berat badan ke kaki yang kuat dan gerakkan
kedua kruk dan kaki yang lemah menuruni tangga
c. pindahkan berat badan ke kruk dan gerakkan kaki
yang lebih kuat menuruni tangga
d. ulangi langkah b dan c sampai pasien berhasil
menuruni tangga.

Evaluasi
1. klien bisa berdiri dan berjalan tegak.
2. klien bisa berjalan dengan menggunakan alat bantu dengan benar.
3. klien mampu untuk duduk, berdiri, naik tangga dan turun dari tangga dengan mandiri.

49

Vous aimerez peut-être aussi