Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendidikan proses keperawatan. Secara umum, tujuan keperawatan
keluarga adalah di tingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengantasi
masalah kesehatan keluarga secara mandiri. Asuhan keperawatan keluarga pada
anak prasekolah adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan kepada keluarga
dengan anak usia prasekolah. Dimana, pada anak usia inilah yang rentan dan
memiliki masalah tertentu dalam menghadapi proses tumbuh kembangnya. Peran
keluarga sangat dibutuhkan sehingga proses tumbuh dan kembang anak dapat
mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, terutama dalam pola hidup
sehat.
Anak merupakan individu yang yang berada dalan satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak – anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dar bayi ( 0-1
tahun ), usia bermain/ toddler ( 1-2, 5 tahun ), prasekolah ( 2,5 – 5 tahun ) usia
sekolah ( 5-11 tahun), hingga remaja (11- 18 tahun ). Anak merupakan bagian atau
anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambar dari orang tuanya
saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak merupakan individu
tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang
setelah usianya bertambah. Pada usia Toddler anak mengalami lompatan
kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial
dan emosional. Anak usia toddler dan prasekolah ini sedang dalam proses awal
pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang dulunya tidak ada, sekarang muncul.
Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit yang
akan mudah menyerang anak usia ini dan menimbulkan masalah yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani
secara baik oleh para praktisi kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan adalah
usaha yang tetap paling baik dilakukan.
Keluarga dengan tahap ini memerlukan perhatian yang khusus terhadap
perkembangan fisik, social , emosional dan kognitif anak. disamping itu keluarga
mempunyai tugas yaitu memenuhi kebutuhan anak rumah rasa aman, membantu
unutk bersosialisasi mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan
luar, pembagian tanggung jawab, dan kegiatan untuk menstimulasi perkembangan
anak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahuai bagaimana asuhan keperawatan keluarga yang
mempunyai anak usia toodler (usia 1-3 tahun)
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk dapat mengetahui tentang pengertian keluarga
2. Untuk dapat mengetahui tipe atau bentuk keluarga
3. Untuk dapat mengetahui peran keluarga
4. Untuk dapat mengetahui fungsi keluarga
5. Untuk dapat mengetahui definisi anak usia toodler
6. Untuk dapat mengetahui perkembangan anak usia toodler
7. Untuk dapat mengetahui faktor yang memperngaruhi perkembangan
8. Untuk dapat mengetahui komunikasi orang tua dengan anak usia toodler
9. Untuk dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan keluarga yang
mempunyai anak usia toodler

1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui tentang pengertian keluarga
2. Dapat mengetahui tipe atau bentuk keluarga
3. Dapat mengetahui peran keluarga
4. Dapat mengetahui fungsi keluarga
5. Dapat mengetahui definisi anak usia toodler
6. Dapat mengetahui perkembangan anak usia toodler
7. Dapat mengetahui faktor yang memperngaruhi perkembangan
8. Dapat mengetahui komunikasi orang tua dengan anak usia toodler
9. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan keluarga yang mempunyai
anak usia toodler
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Berikut ini definisi keluarga menurut beberapa ahli dalam Jhonson R (2010)
antara lain :
1. Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua orang atau lebih
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak,
ibu, kakak, dan nenek.
2. Duval
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
3. Spradley and Allender
Satu atau lebih yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
4. Departemen Kesehatan RI
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
beberapa individu yang tinggal dalam sebuah keluarga yang mempunyai ikatan
perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak famili, maupun adopsi yang hidup
bersama sesuai dengan tujuan keluarga tersebut.

2.1.2 Tipe atau Bentuk Keluarga


Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam,
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun
secara umum menurut Kustiati dkk (2015), pembagian tipe keluarga dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengelompokkan secara Tradisional
Secara tradisional, tipe keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam,
yaitu :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi
atau keduanya.
b. Keluarga Besa (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah, seperti
kakek, nenek, paman, dan bibi
2. Pengelompokkan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme, maka tipe keluarga modern dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
a. Tradisional Nuclear adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak) yang
tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
b. Niddle Age/Aging Couple adalah suatu keluarga dimana suami
sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya bekerja di
rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
c. Dyadic Nuclear adalah keluarga dimana suami-istri sudah berumur
dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja
di luar umah.
d. Single Parent adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e. Dual Carrier adalah keluarga dengan suami–istri yang kedua-duanya
orang karier dan tanpa memiliki anak.
f. Three Generation adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau
lebih yang tinggal dalam satu rumah.
g. Comunal adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suami-istri atau lebih yang monogami berikut anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h. Cohibing Couple atau Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah
keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa ikatan perkawinan.
i. Composite atau Keluarga Berkomposisi, adalah sebuah keluarga
dengan perkawinan poligami dan hidup atau tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.
j. Gay and Lesbian Family adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.

2.1.3 Peran Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Menurut Kustiati dkk (2015), peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga ibu
perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.1.4 Fungsi Keluarga
Friedman (2010) mengemukakan fungsi keluarga, yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi afektif, yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam
berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi, yaitu fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi, yaitu fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang
tinggi.

2.2 Konsep Anak Usia Toodler


2.2.1 Definisi
Anak usia toddler adalah anak yang berusia 12 – 36 bulan (1 – 3 tahun).
Pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan
bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan
keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal (Potter & Perry,
2009). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan
sekelilingnya, menyusun 6 balok, mulai cemburu pada ayahnya, belajar makan
sendiri, mulai belajar dalam mengontrol buang air kecil, mulai mengikuti apa
yang dilakukan orang dewasa, dapat menunjuk mata dan hidung,
memperlihatkan minat dengan anak lain dan bermain dengan teman-temannya
(Soetjiningsih, 2008). Tindakan yang dapat dilakukan pada periode ini dengan
menganjurkan anak untuk melakukan perawatan diri sendiri, memberi stimulasi
untuk berbicara, memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman
sebaya, dan berperan aktif dalam perawatan anak (Hidayat, 2009).

2.2.2 Perkembangan Anak Usia Toodler


Perkembangan psikoseksual anak toddler yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud dalam Hidayat (2009) merupakan perkembangan psikoseksual pada fase
kedua yaitu fase anal (1-3 tahun) dimana kepuasan pada fase ini adalah pada
pengeluaran tinja, anak akan menunjukan keakuanya dan sifatnya sangat narsistik
yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat egoistik, mulai mempelajari
struktur tubuhnya. Menurut Supartini (2009), pada tahap ini anak senang menahan
feses, bahkan bermain-main dengan feses sesuai keinginannya. Sehingga toilet
learning adalah waktu yang tepat dilakukan pada tahap ini. Selain itu pada tahap
ini tugas lain yang dapat dilaksanakan adalah latihan kebersihan zona erogenous
pada toddler terdiri dari anus dan bokong serta aktivitas seksual yang berpusat
pada pembuangan dan penahanan sampah tubuh (Muscari, 2008). Manisfestasi
dari tahap anal pada toddler menurut Muscari (2008), anak akan mempelajari kata-
kata yang dapat dikaitkan dengan anatomi dan eliminasi, dan anak akan lebih jelas
tentang perbedaan jenis kelamin. Masalah yang dapat diperoleh pada tahap ini
adalah bersifat obsesif atau gangguan pikiran, pandangan sempit, introvert, dan
dapat bersikap ekstrovet impulsif yaitu dorongan membukan diri, tidak rapi,
kurang pengendalian diri.
Perkembangan psikososial toddler menurut Ericson dalam Hidayat (2009),
anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti
dalam motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara dan
pada tahap ini pula anak akan merasakan malu apabila orang tua terlalu
melindungi atau tidak memberikan kemandirian atau kebebasan anak dan
menuntut tinggi harapan anak.

2.2.3 Faktor yang Memperngaruhi Perkembangan


Beberapa teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
menurut para ahli antara lain aliran nativisme dari Scopenhauer (1860)
berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh unsur
pembawaan. Berbeda dengan aliran nativisme, John Locke (1704) yang mengikuti
aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan individu sepenuhnya
ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan. Menurut aliran konvergensi,
perkembangan individu ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut, baik faktor
dasar atau pembawaan maupun faktor lingkungan karena keduanya secara
convergent akan menentukan perkembangan seseorang individu (Sulistyawati,
2014).
Menurut Hurlock (2013), sependapat dengan aliran konverfensi bahwa
faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan mempengaruhi
kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Faktor internal yang
mempengaruhi perkembangan yaitu faktor genetik dan ras atau etnik. Faktor
genetik merupakan faktor bawaan sejak lahir dari keluarganya. Pada umumnya,
seseorang akan memiliki kesamaan atau kemiripan baik dari intelegensi, bakat,
dan lainnya. Ras atau etnik seseorang yang dilahirkan dari ras atau bangsa
Amerika maka ia tidak memiliki faktor herediter ras atau bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
Selain faktor internal, perkembangan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
yaitu faktor gizi, obat-obatan, radiasi, infeksi, psikologi ibu, status sosial ekonomi
keluarga, lingkungan pengasuhan, lingkungan sekolah, kebudayaan dan stimulasi.
Faktor gizi ibu selama hamil dan setelah bayi lahir seperti pemberian ASI yang
akan mempengaruhi perkembangan anak ke depannya. Obat-obatan yang
dikonsumsi oleh ibu hamil dan ibu menyusui juga mempengaruhi perkembangan
karena mengganggu susunan saraf pusat. Radiasi atau paparan sinar ini dapat
mengakibatkan kelainan pada janin. Infeksi saat ibu hamil seperti TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada bayi yang mempengaruhi perkembangannya. Selain itu, psikologi
ibu saat mengetahui kehamilannya juga berpengaruh ke perkembangan anak. Jika
kehamilan tersebut tidak diinginkan ketika anak itu lahir akan merasa tertekan dan
akan mengalami hambatan perkembangan. Status sosial ekonomi keluarga
berkaitan dengan kemiskinan yaitu kekurangan makanan sehingga akan
menghambat proses anak untuk tumbuh dan berkembang. Lingkungan
pengasuhan seperti interaksi ibu-anak, ayah-anak juga sangat mempengaruhi
perkembangan anak.
Selain lingkungan pengasuhan keluarga, lingkungan sekolah juga
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan. Sekolah adalah tempat
anak untuk memperoleh pembelajaran dengan metode yang baik dan benar sesuai
usia anak. Jika terjadi ketidaksesuaian metode pembelajaran akan mengakibatkan
perkembangan anak tidak optimal. Kebudayaan suatu suku tertentu secara turun
temurun diteruskan ke generasi berikutnya seperti anak harus diberikan air putih
setelah lahir, tidak boleh mengonsumsi makanan yang amis setelah melahirkan
dan masih banyak lainnya. Pandangan tentang kebudayaan masing-masing
dianggap wajib dilakukan tanpa melihat dampak ke depannya. Hal ini membuat
terjadinya hambatan perkembangan anak karena dalam praktiknya tidak sesuai
dengan teori atau tingkat pengetahuan.
Faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan yaitu stimulus. Stimulus
atau rangsangan yang diberikan pada anak seperti belajar bermain dan melakukan
aktivitas tertentu sering dilupakan. Hal ini dikarenakan sibuk dengan pekerjaan
sehingga tidak ada waktu untuk interaksi dengan anak. Kebanyakan orang tua
mengganggap cukup menjaga anak dengan adanya pengasuh, padahal peran orang
tua sangat penting untuk perkembangan anak.

2.2.4 Komunikasi Orang Tua dengan Anak Usia Toodler


Perkembangan komunikasi pada anak toddler hampir sama dengan anak
prasekolah, dimana komunikasi dapat ditunjukan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh
kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata
ulangan. (Hidayat, 2009). Menurut Behrman dalam Hidayat (2009) mengatakan
bahwa pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa,
kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris,
rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai
meningkat, mudah merasa kecewa dan merasa bersalahkarena tuntutan tinggi,
setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan
perlu diingat bahwa pada usia ini masih belum fasih dalam berbicara. (Hidayat,
2009).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
member tahu apa yang terjadi pada dirinya, member kesempatan pada mereka
untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada
suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan
pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata
“jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi, mengatur jarak interaksi dimana orang tua didalam berkomunikasi
21 kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-
kata ulangan. (Hidayat, 2009). Menurut Behrman dalam Hidayat (2009)
mengatakan bahwa pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu
menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti
mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya
sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi,
kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan merasa
bersalahkarena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya,
takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini masih belum
fasih dalam berbicara. (Hidayat, 2009).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat yaitu data
yang berhubungan dengan keluarga dan anak.
Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga antara lain :
1. Identitas :
a. Nama KK, alamat, komposisi keluarga ( nama, seks, hubungan
keluarga, pendidikan, pekerjaan ).
b. Tipe keluarga : mengenai jenis dan tipe keluarga
c. Suku bangsa : mengkaji asal / suku bangsa keluarga.
d. Agama : agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
e. Status social ekonomi keluarga, ditentukan oleh penghasilan seluruh
anggota keluarga
f. Aktivitas rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini : tahap perkembangan keluarga
ditentukan oleh usia anak tertua dari keluraga inti.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tugas keluarga
yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi keluarga.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti : riwayat kesehatan keluarga inti.
Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga, perhatian
terhadap upaya pencegahan penyakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga suami istri yang menjelaskan riwayat
kesehatan generasi diatas, tentang riwayat penyakit keturunan , upaya
generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya
kesehatan yang diperhatikan sampai saat ini.
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah : tentang rumah yang dihuni keluarga meliputi
luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi,
perletakan perabot rumah, sarana pembuangna air limbah dan MCK,
sarana air bersih danh minum yang digunakan.
b. Karakteristik lingkungan : karakteristik dari tetangga, dan komunitas
setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal
c. Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas keluarga dan
anggita keluarga, mungkin keluarga sering berpindah tempat.
d. Hubungan keluarga dengan lingkungan : menjelaskan mengenai waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga
yang adadan sejauh mana keluarga berinteraksi
4. Struktur keluarga
a. Struktur peran yang menjelaskan peran masing – masing anggota
keluarga secara formal maupun informal baik dikeluarga maupun
dimasyarakat.
b. Nilai atau norma keluarga yang dianut oleh keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga, bagaimana cara keluarga berkomunikasi,
siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota
keluarga dalam menciptakan komunikasi.
d. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan.
5. Fungsi keluarga
a. fungsi afeksi, gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki anggota keluarga, dukunagn anggota keluarga, hubungan
psikososial dalam anggota keluarga, bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi, hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma budaya dan perilaku yang
berlaku dikeluarga dan masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan, mengetahui kemampuan keluarga untuk
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga, memodifikasi lingkungan, menggunakan fasilitas pelayanan
kesehata
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
b. Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan
penyesuaian lebih kurang 6 bulan. Stressor jangka panjang memerlukan
waktu penyesuaian lebih 6 bulan.
c. Kemamapuan keluarga berespon terhadap stressor
d. Strategi koping
e. Strategi adaptasi disfungsional
7. Pemeriksaan kesehatan
8. Harapan keluarga
Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia todler :
1. Identitas anak
2. Riwayat kehamulan sampai kelahiran
3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
4. Kebiasaan saat ini ( pola perilaku dan kegiatan sehari – hari )
5. Pertumbuhan dan perkembangan saat ini ( termasuk kemampuan yang
telah dicapai).
6. Periksaan kesehatan
7. Pengkajian fokus anak usia toodler
a. Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama dirumah dan
adakah sarana stimulasinya
b. Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan
anak setiap hari
c. Siapakah orang – orang yang setiap hari dengan anak.
d. Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
e. Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini
f. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

2.3.2 Diagnosa
Menurut Muslimin (2010), diagnosa yang muncul pada keluarga dengan
anak usia toodler antara lain :
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3. Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan
anaknya
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah
interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

2.3.3 Intervensi
1. Dx : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-
tanda dehidrasi
Intervensi :
a. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
b. Pantau intake dan output.
c. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan
laboratorium
d. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Rasional
a. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama
feses.
b. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
c. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
d. Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare
diketahui
2. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan
berat badan
Intervensi
a. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
b. Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan
segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien
mengizinkan.
c. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
d. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Rasional
a. Menurunkan kebutuhan metabolic
b. Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
c. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
d. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
e. Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah
kekurangan nutrisi lebih lanjut
3. Dx : Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan
anaknya
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi
a. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan
umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
b. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada
orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama
c. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan
tulus dalam membantu klien.
Rasional
a. Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif
pemecahan masalah
b. Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan
satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.
c. Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan
kecemasan
4. Dx : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya,
serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi
a. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk
pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
b. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya
terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-
hari.
c. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara
pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
d. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Rasional
a. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental
serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
b. Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi
keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
c. Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam
pengobatan.
d. Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap
kebutuhan perawatan diri anaknya

2.3.4 Implementasi
1. Dx : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Implementasi :
a. Memberikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program
rehidrasi.
b. Memantau dan melihat intake dan output.
c. Mengukur dan menghitung tanda-tanda vital, tanda/gejala dehidrasi
dan hasil pemeriksaan laboratorium
d. Mengkolaborasi pelaksanaan terapi definitif
2. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Implementasi :
a. Mempertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase
akut.
b. Mempertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program
terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi
klien mengizinkan.
c. Membantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program
diet
d. Mengkolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
3. Dx : Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan
anaknya
Implementasi :
a. Mendorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan
berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
b. Menekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi
pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama
c. Menciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah
dan tulus dalam membantu klien
4. Dx : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah
interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Implementasi :
a. Mengkaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk
pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
b. Menjelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan
akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
aktivitas sehari-hari.
c. Menjelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara
pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
d. Menjelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi

2.3.5 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tahap selanjutnya yaitu tahap
evaluasi. Tahap evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan
terarah ketika klien dan keluarga dan profesional kesehatan menentukan
kemajuan klien menuju pencapaian tujuan atau hasil dan ke efektifan rencana
asuhan keperawatan. Evaluasi merupakan aspek penting dalam proses
keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah
intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan dan diubah. (Kozier, et all,
2010).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensip karena yang dikaji adalah semua
anggota keluarga dalam satu rumah. Asuhan keperawatan keluarga pada anak
usia toodler lebih mengkhususkan pengkajian pada anak usia toodler. Anak usia
toodler adalah usia yang rentan berbagai macam penyakit. Untuk itu pengawasan
pada anak usia toodler sangat penting agar anak tidak terkena penyakit

3.2 Saran
Bagi mahasiswa, sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu ini
atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1401100021/BAB_II.pdf
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11814/2/T1_462012012_
BAB%20II.pdf
http://www.academia.edu/23962761/A._Pertumbuhan_dan_perkembangan
_anak_usia_toddler
http://www.academia.edu/31213359/MAKALAH_KELUARGA_FAMIL
Y_.pdf
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjP-
oP0p5DfAhWMrI8KHbhqDmMQFjACegQICBAC&url=http%3A%2F%2Frepo
sitory.ump.ac.id%2F1084%2F3%2FINDRA%2520AMARUDIN%2520SETIA
NA%2520BAB%2520II.pdf&usg=AOvVaw1ZkUO8oDcl7hdmKw0gm2qp
https://www.scribd.com/doc/168413328/Tumbuh-Kembang-Anak-Usia-
Toddler
https://www.scribd.com/document/117808559/Asuhan-Keperawatan-
Keluarga-Dengan-Anak-Balita-Dan-Pra-Sekolah
https://www.slideshare.net/Rahmadikhwanulmuslimin/askep-keluarga-
pada-balita-56055411
Jhonson L & Leny R. 2010. Keperawatan Keluarga: Plus Contoh Askep
Keluarga. Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha Medika.
Murwani, Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan
Aplikasi Kasus. Jogjakarta : Mitra Cendikia.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses KSeperawatan Keluarga. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sukadji, Soetarlinah. 2010. Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika
Zaman. Jakarta: PT. Rajafrafindo Persada.

Vous aimerez peut-être aussi