Vous êtes sur la page 1sur 4

ANEMIA PADA IBU HAMIL

 Manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkatan umurnya.


 Selama proses tersebut diperlukan input makanan yang diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan zat gizi yang diperlukan. Setiap tingkatan umur memiliki kebutuhan zat gizi yang
berbeda.
 Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh bergantung pada proses metabolisme yang terjadi di dalam
tubuh. Dengan demikian dapat dimengerti apabila pada masa pertumbuhan dan periode tertentu
diperlukan zat gizi dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik.
 Salah satu periode tertentu yang dimaksud adalah masa kehamilan.
 Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume
cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam sirkulasi
darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro
Saat seorang ibu hamil makan, maka sebenarnya ada dua tubuh yang harus tercukupi kebutuhan akan
zat gizinya, yaitu tubuh ibu dan tubuh janin yang selalu tumbuh dan berkembang
 Salah satu zat gizi yang diketahui meningkat kebutuhannya selama kehamilan adalah zat besi.
 Zat besi pada masa kehamilan digunakan untuk perkembangan janin, plasenta, ekspansi sel darah
merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh. Zat besi yang diperlukan dapat diperoleh dari makanan
dan tablet besi. Akan tetapi, seperti halnya konsumsi zat gizi secara umum, konsumsi zat besi
seringkali belum memenuhi kebutuhan dalam tubuh.
 Apabila kadar zat besi di dalam tubuh ibu hamil kurang, maka akan terjadi suatu keadaan yang
disebut anemia. Hal itu dikarenakan zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh.
 Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa
hemoglobin.
 Sebagaimana telah diketahui bahwa rendahnya kadar hemoglobin dalam darah mengakibatkan
suatu keadaan yang disebut anemia (Sediaoetama 1987).
Selain asupan zat besi yang kurang dari makanan, anemia dapat terjadi karena pada masa kehamilan
terjadi perubahan yang berhubungan dengan darah sehingga mengakibatkan turunnya kadar Hb di dalam
darah
APA ITI ANEMIA?
 Anemia atau penyakit kurang darah yaitu suatu keadaan dimana kadar haemoblobin (Hb) darah
kurang dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin :
- Balita 11 g %
- Anak usia sekolah 12 g %
- Wanita dewasa 12 g %
- Laki-laki dewasa 13 g %
- Ibu hamil 11 g %
- Ibu menyusui 12 g %
 Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan non gizi. Anemia gizi adalah
keadaan kurang darah akibat kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan serta
produksi sel-sel darah merah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan anemia non gizi
akibat pendarahan seperti luka akibat kecelakaan, mensturasi, atau penyakit darah yang bersifat
genesis seperti thalasemia, hemofilia, dan lainnya
APA PENYEBAB ANEMIA?
 Seseorang dapat menjadi anemia karena perdarahan dan kehilangan selsel darah merah dari
tubuh terlalu banyak. Pada ibu hamil lebih banyak terjadi perdarahan kronis, yaitu perdarahan
sedikit-sedikit tetapi terus menerus dalam waktu yang lama.
 Anemia juga bisa terjadi karena kerusakan sel darah merah akibat kurang gizi, adanya zat beracun
atau patogen, faktor keturunan (genesis), penyakit Hodgkin atau kanker pada organ penyimpanan
serta pembentukan darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang
 Anemia gizi pada umumnya dijumpai di Indonesia terutama disebabkan anemia kurang besi.
Penyebab utama anemia kurang besi tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang tidak
cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari nasi,
dan menu yang kurang beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih
rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan, dan susunan menu
makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe makanan yang rendah absorbsi zat besinya .
 Defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi pangan hewani yang banyak
mengandung besi (seperti daging, ayam, ikan, kerang, susu, dan keju) yang mudah diserap oleh
tubuh. Di samping itu dapat pula disebabkan oleh rendahnya konsumsi makanan yang mendorong
zat besi seperti vitamin C dan protein serta adanya zat penghambat (inhibitor) penyerapan besi
seperti fitat, tannin, pektin.
BAGAIMANA CARA MENGETAHUI ANEMIA?
 Anemia dapat dideteksi dengan mengetahui kadar Hb. Penentuan kadar Hb yang dianggap cukup
teliti dan dianjurkan oleh ICSH (International Communite for Standardization in Hematology) ialah
Cyanmethemoglobin (WHO 1986 ). Penentuan Hb dengan cara ini relatif mahal karena
memerlukan spektrofotometer yang membutuhkan perawatan khusus dan biaya yang relatif
mahal. Indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui kekurangan besi adalah
pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah dan nilai hemoglobin darah. Nilai hemoglobin
kurang peka terhadap tahap awal kekurangan besi tetapi berguna untuk mengetahui beratnya
anemia. Nilai hemoglobin yang rendah menggambarkan kekurangan besi yang sudah lanjut.
KEBUTUHAN ZAT BESI SELAMA KEHAMILAN?
 Oleh karena kebutuhan besi selama kehamilan sangat tinggi, FAO/WHO (2001) diacu dalam
WNPG (2004) menganjurkan agar wanita hamil, khususnya trimester 2 dan 3 mendapatkan
tambahan (pil) besi dengan dosis 100 mg/ hari.
 Selama masa kehamilan (280 hari) terjadi kehilangan besi basal 250 mg, kebutuhan janin dan
plasenta 315 mg dan kebutuhan untuk meningkatkan massa hemoglobin (termasuk simpanan)
500 mg atau total sekitar 1.1 g.
 Pada trimester pertama belum ada kebutuhan yang meningkat drastis sehingga kecukupan besi
pada trimester pertama sama dengan kecukupan pada wanita dewasa yang mesih menstruasi,
yaitu 26 mg/ hari.
 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil, terutama di pedesaan
Indonesia mengkonsumsi pangan pokok, pangan hewani, dan buah dalam
jumlah yang tidak memadai.
 Hal tersebut berimplikasi pada tidak terpenuhinya kebutuhan energi, protein, dan berbagai
mineral yang penting bagi kehamilan seperti Fe, I, dan Zn serta vitamin, terutama vitamin C dan
asam folat.
 Konsumsi zat besi ibu hamil dibedakan antara konsumsi tinggi (³ 15 mg/kapita/hari) dan konsumsi
rendah (< 15 mg/kapita/hari).
 Peningkatan volume plasma darah terjadi lebih dahulu dibandingkan produksi sel darah merah.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar Hb dan hematokrit pada trimester I dan II sedangkan
pembentukan sel darah merah terjadi pada pertengahan akhir kehamilan sehingga konsentrasi
mulai meningkat pada trimester III kehamilan .
ANEMIA PADA IBU HAMIL
 Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor langsung, tidak langsung dan
mendasar. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat
absorbsi zat besi, kurangnya mengkonsumsi promotor absorbsi zat besi non heme serta adanya
infeksi parasit. Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil merupakan faktor
tidak langsung. Namun secara mendasar anemia pada ibu hamil disebabkan oleh randahnya
pendidikan dan pengetahuan serta faktor ekonomi yang masih rendah
 Penggolongan jenis anemia ibu hamil dapat dibedakan menjadi anemia ringan dan anemia berat.
Batasan anemia ringan adalah bila kadar Hb 8-10.9 g/dl sedangkan anemia berat adalah apabila
kadar Hb < 8 g/dl (Depkes 1996).
DAMPAK ANEMIA

 Keluhan “3L” (lemah, letih, lesu) karena anemia adalah keluhan fisik yang nyata dan dirasakan
oleh penderita anemia
 Di samping itu muka tampak pucat, kehilangan selera makan, apatis, sering pusing, sulit
berkonsentrasi, serta mudah terserang penyakit
 Karena menderita kekurangan darah, maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh berkurang dan
badan menjadi cepat lelah. Rasa cepat lelah disebabkan pengolahan (metabolisme) energi untuk
otot tidak berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen. Pada penderita anemia, jumlah
hemoglobin yang berfungsi sebagai alat pengangkut oksigen berkurang sehingga jatah oksigen
untuk otot juga berkurang. Berkurangnya jatah oksigen mengakibatkan otot membatasi produksi
energi dan akibatnya orang yang menderita anemia akan cepat lelah bila bekerja.
 Pada ibu hamil, anemia dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, kelahiran bayi dengan berat
badan lahir rendah, perdarahan sebelum atau sewaktu melahirkan, dan kematian ibu.

Vous aimerez peut-être aussi