Vous êtes sur la page 1sur 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

J DENGAN DIAGNOSA
TUMOR PAROTIS SINISTRA DILAKUKAN TINDAKAN
PAROTIDEKTOMI SUPERFISIAL DI RUANG BEDAH
SENTRAL RS DR SLAMET GARUT

Ditujukan untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun oleh :
ANNISA AULIA SUCI
220110140090

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
TINJAUAN TEORI
I. PENGERTIAN

Tumor didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan baru jaringan dimana


multiplikasi selnya tidak terkontrol dan progresif, yang disebut juga neoplasma.
Sedangkan kelenjar parotis merupakan kelenjar air liur terbesar yang berpasangan dan
terletak di depan telinga. Gangguan kelenjar air liur yang paling sering terjadi adalah
pada kelenjar parotis.

Tumor jinak parotis adalah pertumbuhan sel secara tidak normal yang terjadi
pada kelenjar parotis, namun sifatnya tidak ganas (malignant). Tumor kelenjar liur
lebih banyak terjadi pada orang dewasa dan jarang pada anak-anak, tetapi frekuensi
tumor ganas pada anak lebih tinggi daripada orang dewasa Penyebabnya bisa beragam
dan tumor merupakan salah satunya, di samping batu pada kelenjar air liur
(sialolithiasis), infeksi kelenjar air liur, dan kista.

II. ETIOLOGI

Penyebab tumor kelenjar parotis bisa beragam dan tumor merupakan salah
satunya, di samping batu pada kelenjar air liur (sialolithiasis), infeksi kelenjar air liur,
dan kista. Faktor resiko yang dapat mempengaruhi kondisi-kondisi tersebut adalah
paparan radiasi, virus (contohnya HIV dan virus Epstein-Barr), penggunaan telepon
seluler dan paparan bahan-bahan tertentu (misalnya asap rokok dan silika). Penyebab
pasti dari penyakit ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

III. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien yang mengalami tumor
kelenjar parotis adalah :

a. Munculnya benjolan pada bagian wajah

b. Nyeri pada bagian wajah biasa terjadi bila tumor pecah dan invasi pada jaringan lain

c. Pada beberapa kasus terjadi paralisis pada saraf wajah

d. Terjadinya mati rasa pada daerah di sekitar benjolan


IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan fisik pada bagian kepala dan leher. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
melalui perabaan dengan dua tangan (palpasi bimanual) pada bagian leher untuk
memeriksa benjolan pada bagian tersebut serta pada bagian submandibula dan
sublingual.

b. Biopsi parotis. Biopsi dilakukan untuk mengambil sampel jaringan kelenjar parotis
dan diamati melalui mikroskop. Akurasi pemeriksaan melalui biopsi dapat
mencapai 96 persen.

c. Pemindaian. Beberapa langkah pemindaian fisik untuk melakukan diagnosis


terhadap tumor parotis adalah sebagai berikut:

 Foto Rontgen. Foto Rontgen polos tanpa kontras dapat membantu untuk
mendeteksi adanya kalsifikasi pada kelenjar parotis.
 CT scan. CT scan dapat mendeteksi benjolan pada kelenjar parotis dengan
efektif. Akan tetapi CT scan tidak dapat membedakan benjolan yang jinak dan
ganas.
 MRI. MRI dapat mendeteksi benjolan pada kelenjar parotis serta dapat
mendeteksi tumor jinak lebih baik dari CT scan dikarenakan memiliki kontras
gambar yang lebih baik.
 PET scan. PET scan dapat mendeteksi benjolan, terutama benjolan ganas, serta
dapat mengetahui apakah benjolan ganas tersebut sudah menyebar atau belum.

d. Ultrasonografi. Ultrasonografi dapat membantu dokter untuk mendeteksi


karakteristik tumor Warthin dan adenoma pleomorfis, termasuk deteksi bentuk
tumor, vaskularitas tumor, dan prevalensi kista jika ada.

e. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dapat membantu diagnosis


tumor melalui pemeriksaan hematologi dan serologi.

V. TATALAKSANA

a. Parotidektomi superfisial

Parotidektomi superfisial dilakukan dengan memotong sebagian kelenjar parotis


yang mengelilingi tumor. Pada saat dilakukan parotidektomi superfisial, dokter
akan menjaga keutuhan jaringan saraf wajah di dekat kelenjar parotis semaksimal
mungkin. Untuk menjaga keutuhan saraf wajah, sangat penting untuk dilakukan
perkiraan lokasi jaringan saraf yang dekat dengan lokasi tumor sebelum dilakukan
pembedahan.

b. Parotidektomi lobus dalam atau parotidektomi total

Parotidektomi lobus dalam dilakukan jika tumor terjadi pada kelenjar parotis
bagian dalam atau ukuran tumor sudah cukup besar. Parotidektomi total dapat
dilakukan jika tumor parotis sudah menyebar ke jaringan di sekitar kelenjar parotis.

c. Radioterapi. Terapi menggunakan radiasi dapat dilakukan pasca pembedahan


kelenjar parotis. Jika tumor terlalu besar sehingga tidak memungkinkan dilakukan
pembedahan, radioterapi dapat digunakan sebagai pengganti pembedahan untuk
membunuh sel tumor.

d. Kemoterapi. Jika tumor jinak kelenjar parotis sudah berkembang menjadi tumor
ganas (kanker) dan menyebar ke bagian tubuh lainnya, dapat dilakukan kemoterapi.
Saat ini kemoterapi bukan merupakan metode standar dalam penanganan tumor
jinak parotis.

VI. KOMPLIKASI

a. Kerusakan saraf wajah yang menimbulkan paralisis temporer maupun permanen

b. Perubahan tumor jinak menjadi ganas

c. Sindrom frey

d. Berkurangnya kepekaan (hipestesia) indera pendengar


LAPORAN KASUS
Tgl. Pengkajian : 5 Maret 2019 No. register : 01156653
Jam pengkajian : 11.30 Tgl. MRS : 5 Maret 2019
Ruang/ kelas : Bedah Sentral

I. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Gol. Darah :O
Alamat : Kp. Bunisari Kec. Pamengpeuk
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Rela Nurlela
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pameungpeuk
Hubungan dengan pasien : Suami

II. PRE-OPERASI
A. KELUHAN UTAMA
1) Keluhan utama saat MRS : Benjolan di pipi kiri
2) Keluhan utama saat pengkajian : Pasien merasa bentuk wajah buruk karena
adanya benjolan

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Benjolan di pipi kiri semakin membesar, tidak terasa nyeri dan telinga kiri
terangkat
C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang berat dan tidak ada riwayat
alergi pada obat, makanan ataupun minuman.
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada keluarga klien yang memiliki riwayat penyakit seperti klien.
E. RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
Merasakan perubahan bentuk wajah dan merasa malu. Pasien tidak mengalami
cemas sebelum dilakukan operasi.
F. RIWAYAT ADL
Makan : 5x sehari, satu piring setiap makan
Minum : 5 gelas (240 mL)
Tidur : 6 jam/hari
BAB : 1x/hari
BAK : Normal, tidak ada keluhan

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan

Kesadaran : Compos mentis

B. Pemeriksaan TTV (Pre Operasi)

Nadi : 72 x.menit

RR : 16 x/menit

TD : 130/90 mmHg

T : 37°C

C. Antropometri

BB : 80 Kg

TB : 165 cm

IMT : 29,4 (Obesitas tingkat I)


D. Per Sistem

 Sistem Integumen
a. Tangan : Kulit berwarna gelap, turgor baik, tidak terdapat lesi, edema (-
/-), sianosis (-), ikterik (-), akral hangat, CRT <2 detik.
b. Kaki : Kulit berwarna gelap, edema (-/-), akral hangat, CRT <2
detik.
c. Wajah : Kulit gelap, benjolan di pipi bagian kiri, sianosis (-),
 Sistem Respirasi
Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung, pola napas normal 16x/menit, batuk (-).
 Sistem Kardiovaskuler
TD : 130/90 mmHg, CRT < 2 detik, HR : 72x/menit
 Sistem Persyarafan
GCS E4M6V5, tidak ada kaku kuduk, secara umum syaraf kranial berfungsi
 Sistem Gastrointestinal
Bibir simetris, mukosa mulut agak kering, ada reflek menelan, abdomen
cembung dan tidak ada lesi
 Sistem Genitourinaria
Tidak ada keluhan BAK
 Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada luka atau nyeri tekan, kaki dan kanan dapat bergerak

E. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium Preoperasi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Haemoglobin 15,3 g/dl 13-18
Leukosit 16.720 /mm3 3.600-1.600
Eritrosit 5,56 juta/mm3 4,3-6,3
Hematokrit 45 % 40-52
Trombosit 224.000 /mm3 150ribu-450ribu
 USG Massa (12 Februari 2019)
Kesan : Massa parotis dengan klasifikasi kecil-kecil yang meluas ke
submandibular sinistra. Tidak tampak pembesaran KGB colli dan
supraclavicular sinistra.
IV. INTRAOPERASI
 Sign In : 11.30 WIB, Pasien sudah dipastikan (identitas dan gelang
pasien, sisi operasi dan prosedur), tidak ada tanda operasi, tidak ada alergi.
 Time Out : 12.00 WIB, Anggota tim memperkenalkan nama dan perannya,
mengkonfirmasi secara verbal (tanggal operasi, nama dan peran tim operasi,
identitas pasien, prosedur dan letak sayatan), dokter bedah menjelaskan langkah
penting, estimasi waktu 2 jam, dokter anastesi menjelaskan hal khusus keadaan
pasien TD 119/90 mmHg, HR 77x/menit dan SpO2 99%. Perawat OK memeriksa
kelengkapan alat, tim perawat review sudah steril dan tidak menggunakan antibiotik
profilaksis.
 Sign Out : 15.00 WIB, Perawat konfirmasi dengan tim (nama prosedur,
kebenaran jumlah instrumen, kassa, jarum)
 Jenis anestesi : Narkose umum
 Posisi operasi : Supine
 Pemasangan alat : infus 1 line, drain
 Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, HR : 76x/menit, RR : 16x/menit

V. POST-OPERASI

 Pasien dipindahkan ke recovery room pukul 15.20 WIB


 Keadaan umum : Compos mentis
 Keluhan : Nyeri pada luka
 Klien di transfer dari recovery room ke ruang mutiara bawah pukul 15.30 WIB
 Rencana pengobatan post op :
a. Ketorolac 3x20
b. Kalnex 3x500
c. Ranitidin 3x50
d. Ceftriaxon 1x2
e. Periksa Hb, bila ,10 transfusi PRC
f. Monitor patensi drain
VI. ANALISIS DATA : DATA, ETIOLOGI, MASALAH
DATA PATHWAY MASALAH
Pre-Operatif
DS : Tumor pada kelenjar parotis Gangguan Citra Tubuh
 Pasien merasa wajahnya
buruk karena adanya
benjolan di pipi bagian Perubahan bentuk wajah
kiri
DO :
 Benjolan yang ada Gangguan Citra Tubuh
berusaha ditutup dan
menghindari perhatian
orang lain
Intra-Operatif
DO : Prosedur insisi Resiko Infeksi
 Insisi pada area pipi kiri
sekitar 12 cm
 Jaringan kulit, otot, Terputusnya kontinuitas
pembuluh darah terputus jaringan otot, kulit dan
pembuluh darah

Port de entry
mikroorganisme patogen

Resiko infeksi
Post Operatif
DS : Luka insisi pasca operasi Nyeri Akut
 Klien mengeluh nyeri
pada bagian insisi
Terputusnya kontinuitas
DO : jaringan
 Klien tampak meringis
 Klien tampak gelisah
 Skala nyeri 5 (1-10) Merangsang pengeluaran
mediator kimia (bradikinin,
prostaglandin)

Diteruskan ke syaraf tepi

Diterima oleh pusat kontrol


nyeri di talamus

Nyeri dipersepsikan
VII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op :

Gangguan citra tubuh b.d. perubahan bentuk wajah


Intra Op :

Resiko infeksi b.d. terputusnya kontinuitas jaringan

Post Op :

Nyeri akut b.d. adanya luka post operasi

VIII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. J Ruangan : IBS lantai 2
No Medrec : 01156653
No. Tujuan Intervensi Rasional
Dx
Pre Operasi
1. Setelah dilakukan tindakan selama - Bantu pasien - Klien perlu
1x24 jam klien mengalami mengungkapkan didengarkan dan
penurunan gangguan citra tubuh perasaanya dan dipahami juga
dengan kriteria hasil : harapan atas penerimaan diri
- Klien dapat menerima penyakitnya - Upaya agar
perubahan bentuk wajah - Lakukan operasi bentuk tubuh
yang terjadi pengangkatan kembali normal
- Benjolan atau tumor dapat tumor atau lebih baik
diangkat
Intra Operasi
2. Setelah dilakukan tindakan selama - Identifikasi jenis - Jenis luka
1x24 jam klien tidak mengalami luka operasi menentukan
infeksi dengan kriteria hasil : - Laksanakan intervensi yang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi prinsip antiseptik diberikan
- Leukosit dalam batas normal selama operasi - Mencegah
- TTV dalam batas normal berlangsung kontaminasi
- Batasi orang yang
yang berada di menyebabkan
kamar operasi infeksi pada luka
- Kolaborasi - Mengurangi
pemberian kontaminasi dari
antibiotik mikroorganisme
yang dibawa
oleh orang
- Antibiotik
membantu
pencegahan
terjadinya infeksi
Post Operasi
3. Setelah 1x24 jam nyeri berkurang - Mengkaji - Membantu
dengan kriteria : tingkat nyeri dalam
- Skala nyeri menurun ( - Berikan menetukan
menjadi 3 atau 4) lingkungan intervensi
- Klien merasa lebih nyaman yang nyaman yang sesuai
dan lebih - Mengurangi
tenang stimulasi
- Lakukan nyeri dari
manajemen lingkungan
nyeri (non yang tidak
farmakologi mendukung
dan - Manajemen
farmakologi) nyeri untuk
memberi
kenyamanan
dan memblok
syaraf
penyebab
nyeri

IX. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN


No. Dx Implementasi Respon
1 - Menggali perasaan dan harapan pasien - Klien bersedia bercerita dan
mengungkapkan perasaan
yang dirasakan
- Kolaborasi melakukan operasi - Bentuk wajah klien berubah
pengangkatan tumor kelenjar parotis setelah dilakukan
pengangkatan tumor
2 - Melakukan identifikasi jenis luka - Luka operasi bersih
operasi - Prinsip antiseptik
- Melaksanakan prinsip antiseptik selama diterapkan
operasi berlangsung - Orang ang masuk tidak
- Membatasi orang yang masuk ke dalam lebih dari 10 orang
kamar operasi - Antibiotik diberikan
- Kolaborasi pemberian antibiotik
3. - Mengkaji tingkat nyeri - Skala nyeri 5
- Memberikan lingkungan yang nyaman - Klien mempraktekan teknik
bagi klien napas dalam dan kolaborasi
- Melakukan manajemen nyeri pemberian analgetik
X. CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Tanggal Catatan
1 5 Maret 2019 S:
- Klien masih merasa nyeri dibagian operasi
- Nyeri teras bila berubah posisi
- Nyeri terasa seperti di tusuk
O:
- Skala nyeri 4

A : Masalah sebagian teratasi


P : Lanjutkan intervensi

DAFTAR PUSTAKA
Costan, V. 2016. Management of Extended Parotid Tumors. New York : Springer
International Publishing Switzerland

Dubner S. Benign parotid tumors. [Online]. 2015 March 9 [cited on 2016 August 10]. Available

from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/1289560-overview#showall

Erovic BM, Shah D, B3ruch G, Johnston M, Kim J, O’Sullivan B, et al. Outcomeanalysis of

215 patients with parotid gland tumors: a retrospective cohort analysis. Journal of

Otolaryngology – Head and Neck Surgery. 2015;1-8.

Jothi S. Head and neck glands. [online]. 2015 October 30 [cited on 2016 August 10]. Available
from: URL: https://medlineplus.gov/ency/imagepages/9654.htm

Vous aimerez peut-être aussi