Vous êtes sur la page 1sur 67

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN

SKALA NYERI DAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN


HIPERTENSI DI RSUD TEMANGGUNG

Evidence Base Practice Case Report

OLEH:
1. Angga 5. Aulia Widya R.
6. Fajar Gian
Ferlatiyana
7. Riska Dwi A.
2. Dinda Annisa
8. Kharisma Agustina
A. 9. Puspita Melati
3. Agun Fauji 10. Dina Purnama S.
4. Rasika Wiguna
Nathaya Enggar N.

1
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Penerapan Tindakan Keperawatan
berbasis Bukti Ilmiah atau Evidence Based Practice yang berjudul “Pengaruh kompres
hangat terhadap penurunan skala nyeri dan tekanan darah pada pasien
Hipertensi.” Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada:
1. Pembimbing Klinik RSUD Temanggung
2. Dosen pembimbing akademik keperawatan gerontik Prodi Ners
Keperawatan Poltekkes Semarang.
Kami menyadari dalam mengerjakan laporan ini banyak kekurangan baik dari
segi bahasa maupun isi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki.Kami akan
sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati masukan, kritik dan
saran untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, kami berharap laporan ini
dapat berguna dan menjadi acuan agar laporan yang akan datang dapat menjadi
lebih baik.

Temanggung , 20 Februari 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULI
KATA PENGANTARII
DAFTAR ISIIII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang1

B. Tujuan
1. Tujuan Umum4
2. Tujuan Khusus4
C. Manfaat 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A......................................................................................................Lansia
.................................................................................................................5
B................................................................................................Hipertensi
.................................................................................................................7
C.........................................................................................Konsep Nyeri
...............................................................................................................12
D........................................................................Konsep Kompres Hangat
...............................................................................................................22

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A..................................................................Asuhan Keperawatan Tn. A
.............................................................................................................26
B.................................................................Asuhan Keperawatan Ny. K
.............................................................................................................43

BAB IV EVALUASI KEGIATAN


A.................................................................................Lembar Observasi
.............................................................................................................61
B.................................................................................Faktor Pendukung
.............................................................................................................63
C...............................................................................Faktor Penghambat
.............................................................................................................63

4
BAB V PENUTUP
A...........................................................................................Kesimpulan
.............................................................................................................64
B.....................................................................................................Saran
.............................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA

5
LAMPIRANBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kardiovaskuler berasal dari kata cardio dan vaskuler. Cardio
artinya jantung dan vaskuler artinya pembuluh darah. Sistem
kardiovaskuler adalah suatu sistem organ yang berfungsi untuk
memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem kardiovaskuler terdiri
dari jantung, darah, dan pembuluh darah. Jika terjadi ganguan
pada sistem kardiovaskuler yang merupakan bagian vital dari
tubuh kita, maka akan sangat membahayakan kesehatan. Ganguan
kardiovaskuler sangat banyak ditemukan dan banyak diderita oleh
hampir semua masyarakat di dunia. Penyakit kardiovaskuler ini
pun bermacam-macam seperti: jantung koroner, jantung bawaan,
stroke, hipertensi, aneurisma, dan lain-lain. Salah satu jenis
penyakit kardiovaskuler yang banyak diderita oleh masyarakat
atau penyakit yang mendunia yaitu hipertensi (Dalimartha, S.
2009).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular
yang menjadi masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena
prevalensinya yang tinggi dan terus menerus meningkat.
Hipertensi juga menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab
kematian dini (Kartikasari, 2012). Pada umumnya, tekanan yang
dianggap optimal adalah 120 mmHg untuk tekanan sistoliknya
dan 80 mmHg untuk tekanan diastoliknya, sementara tekanan
yang dianggap hipertensi adalah lebih dari 140 mmHg untuk
sistolik, dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolik (Corwin, 2010).
World Health Organization (WHO) dan The International
Society of Hipertension menyatakan saat ini terdapat 600 juta
penderita hipertensi di seluruh dunia. WHO juga mengatakan

1
tahun 2002 di Jenewa prevelensi penyakit hipertensi 15-35% dari
populasi penduduk dewasa di dunia. Pada tahun 2005 di Amerika
penderita hipertensi sekitar 21,7%. Pada tahun 2008 penderita
hipertensi mengalami peningkatan sekitar satu miliar orang di
seluruh dunia dan diperkirakan tahun 2025 akan mengalami
peningkatan sekitar 1,6 miliar. Data WHO bulan September 2011
juga menyatakan hipertensi menyebabkan 8 juta kematian per
tahun di seluruh dunia (Kartikasari, 2012).
Di Asia, hipertensi juga mengalami peningkatan yang drastis.
Pada tahun 2001, WHO melaporkan penelitian di Bangladesh dan
India dengan hasil prevelensi penderita hipertensi mencapai 65%
dari jumlah penduduknya dengan prevelensi tertinggi pada
penduduk di daerah perkotaan (Kartikasari, 2012). Menurut Riset
Kesehatan Dasar (2007), mengungkapkan kasus hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk. Hal ini
membuktikan bahwa kejadian hipertensi di Indonesia lebih tinggi
dari Singapura 27,3%; Thailand 22,7%; dan Malaysia 20%
(Kresnawan, 2011). WHO (2013), mengatakan pada tahun 2008
jumlah penderita hipertensi untuk Asia Tenggara mencapai 37,3%
laki-laki dan 34,9 % perempuan. Berdasarkan data WHO bulan
September 2011 juga menyatakan hipertensi menyebabkan
kematian sekitar 1,5 juta kematian per tahun di wilayah Asia
Tenggara (Kartikasari, 2012).
Seseorang yang telah didiagnosis menderita hipertensi atau
mengalami peningkatan tekanan darah yang perisisten harus
segera mencari pengobatan untuk mengontrol tekanan darah,
mencegah terjadinya komplikasi, dan mengurangi atau mengatasi
tanda dan gejala yang muncul seperti pusing, sakit kepala,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, sulit bernapas, pandangan
kabur, dan lain-lain. Pada umumnya ketika seseorang yang
menderita hipertensi akan terjadi peningkatan tekanan darah yang

2
lebih dari normal dan biasanya akan muncul tanda dan gejala yaitu
salah satu tengguk terasa pegal. Tengkuk terasa pegal atau
kekakuan pada otot tengkuk diakibatkan karena terjadi
peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah di daerah leher
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar, dan hasil akhir dari

metabolisme di daerah leher akibat kekurangan O 2 dan dan nutrisi


tertimbun dan menimbulkan peradangan pada daerah perlekatan
otot dan tulang sehingga muncul rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan
oleh penderita hipertensi akan menggangu aktivitasnya sehari-
hari. Pada umumnya penderita hipertensi akan merasakan nyeri
tengkuk atau leher namun tidak semua penderita hipertensi
mengalami nyeri tengkuk bisa saja tanda dan gejala hipertensi
yang lain yang akan muncul karena biasanya tanda dan gejala
hipertensi yang muncul merupakan tanda dan gejala dari penyakit
lain. Salah satu terapi nonfarmakologis yang digunakan untuk
meredakan nyeri salah satunya kompres hangat (Siburian, 2006).
Penggunaan kompres hangat/panas untuk area yang tegang
dan nyeri dianggap mampu meredakan nyeri. Panas dapat
mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia neuron
yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri yang menyebabkan
terjadinya vasodilatasi dan peningkatan aliran darah di daerah
yang dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Rasysidah (2011), tentang pengaruh teknik kompres hangat
terhadap perubahan nyeri sendi pada pasien asam urat didapat
data: sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terdapat
perbedaan yang signifikan pada skala nyerinya. Kemudian
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2012),
tentang pengaruh pemberian kompres hangat terhadap tingkat
nyeri sendi pada lansia, didapat ada pengaruh yang signifikan
pemberian kompres hangat terhadap tingkat nyeri sendi pada
lansia di PSTW Propinsi Yogyakarta Unit Abiyoso Pakem

3
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diatas,
penulis tertarik untuk mengaplikasikan kompres hangat pada leher
untuk menurunkan neyeri pada lansia penderita hipertensi di
RSUD Kabupaten Temangguang.

B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dalam
menurunkan nyeri leher pada lansia penderita hipertensi di
RSUD Kabupaten Temanggung.
2. Tujuan khusus
a.Diketahuinya tingkat nyeri leher sebelum dilakukan
kompres hangat pada lansia penderita hipertensi di RSUD
Kabupaten Temanggung.
b. Diketahuinya tingkat nyeri leher sesudah
dilakukan kompres hangat pada lansia penderita hipertensi
di RSUD Kabupaten Temanggung.

C. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi untuk menambah pengetahuan bagi perawat dalam ilmu
kesehatan khususnya Ilmu Keperawatan Gerontik tentang pengaruh
kompres hangat. Memberikan inovasi keperawatan penggunaan
teknik non farmakologi dengan pemberian kompres hangat pada
leher untuk menurunkan nyeri sebagai langkah penerapan Evidence
Based Practice (EBP) dalam asuhan keperawatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia
1. Definisi
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya
daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban
dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada
yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa
tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan
lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2. Perubahan pada Lansia


Banyak kondisi dan penyakit yang berkaitan dengan sistem
kardiovaskular yang umum di kalangan lansia. Stroke merupakan salah
satu penyakit kardiovaskular pada lansia selain infark miokard,
hipertensi, angina pektoris, gagal jantung kongestif, penyakit jantung
koroner, dan penyakit pada pembuluh darah perifer.

Adapun perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

5
1. Integumen
a. Warna Kulit Pigmentasi berbintik/bernoda di area yang terpajan sinar matahari, pucat
walaupun tidak ada anemia
b. Kelembaban Kering, kondisi bersisik
c. Suhu Ekstremitas lebih dingin, penurunan perspirasi
d. Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan, kondisi berlipat dan kendur
e. Distribusi Penurunan jumlah lemak pada ekstremitas, peningkatan jumlahnya pada
lemak abdomen
2. Rambut Penipisan dan beruban pada kulit kepala, penurunan jumlah rambut
aksila dan pubis serta rambut pada ekstremitas, penurunan rambut wajah
pada pria, kenungkinan rambut dagu dan di atas bibir pada wanita
3. Kuku Penurunan laju pertumbuhan
4. Kepala Tulang nasal dan wajah menajam dan angular, hilangnya rambut alis
mata pada wanita, alis mata tebal pada pria
5. Mata Penurunan ketajaman penglihatan, penurunan akomodasi, penurunan
adaptasi dalam gelap, sensitivitas terhadap cahaya yang menyilaukan
6. Telinga Penurunan membedakan nada, berkurangnya refleks ringan,
berkurangnya ketajamna pendengaran
7. Hidung dan sinus Peningkatan rambut nasal, penurunan indra pengecapan, atropi papila
ujung lateral lidah
8. Mulut dan Penggunaan jembatan atau gigi palsu, penurunan indra pengecap, atrofi
faring papila tepi lateral lidah
9. Leher Kelenjar tiroid nodular, deviasi trakea ringan akibat atofi otot

10. Toraks dan Peningkatan diameter antero-posterior, peningkatan rigiditas dada,


paru-paru peningkata frekuensi pernafasan dengan penurunan ekspansi paru,
peningkatan resistansi jalan nafas
a. Sistem Peningkatan signifikan pada tekanan sistolik dengan peningkatan ringan
jantung dan pada tekanan diastolik, biasanya terjadi perubahan yang tidak signifikan
vaskular pada denyut jantung saat istirahat, murmur diastolik umum, nadi perifer
mudah dipalpasi, nadi kaki lebih lemah dan ekstremitas bawah lebih
dingin, terutama pada malam hari
b. Payudara Berkurangnya jaringan payudara, kondisi menggantung dan kendur
c. Sistem Penurunan sekresi saliva yang dapat menyebabkan kesulitan menelan,
gastrointestinal penurunan peristaltik, penurunan produksi enzim digestif, termasuk
asam hipoklorit, pepsin dan enzim pankreatik, konstipasi, penurunan
motilitas
d. Sistem Wanita : penurunan estrogen, penurunan ukuran uterus, penurunan
reproduksi sekresi, atrofi linea, epitel vagina
Pria : penurunan kadar testosteron, penurunan jumlah sperma,
penurunan ukuran testis
e. Sistem Penurunan filtrasi renal dan efisiensi renal, hilangnya protein terus-
perkemihan menerus dari ginjal, nokturia, penurunan kapasitas kandung kemih,
peningkatan inkontinensia
Wanita : inkontinensia urgensi dan stres akibat penurunan tonus otot

6
perineal
Pria : sering berkemih dan retensi urin akibat pembesaran prostat
f. Sistem Penurunan massa dan kekuatan otot, demineralisai tulang (lebih jelas
muskuloskeletal pada wanita), pemendekan fosa akibat penyempitan rongga
interavertebral, penurunan mobilitas sendi, penurunan rentang gerak
sendi, tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat)
g. Sistem Penurunan laju refleks atau otomatik volunter, penurunan kemampuan
neurologis berespons terhadap stimulasi ganda, insomnia, periode tidur lebih
singkat

B. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan
jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah. WHO (world Health Organization) memberikan
batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg (Marliani dan
Tantan, 2007).
Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi
dimana penyebabnya tidak diketahui terjadi pada ± 90-95% kasus
hipertensi. Hipertensi essensial didiagnosis jika semua penyebab
hipertensi yang lain telah dapat disingkirkan (Beevers, 2001).
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an dan secara
bertahap menetap pada suatu saat dapat juga terjadi secara mendadak
dan berat, perjalanannya dipercepat atau maligna yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat ( Brunner & Suddarth, 2001).
2. Faktor Risiko
Pada umumnya hipertensi esensial tidak mempunyai penyebab
yang spesifik. Hipertensi esensial terjadi sebagai respon peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi antara lain :
a. Genetik : faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan
keluarga mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodiu individu dan

7
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi (Wade, dkk, 2003) .
b. Obesitas : berat badan merupakan faktor determinan pada
tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur.
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah,
yaitu terjadinya retensi insulin dan hyperinsulinemia aktivasi saraf
simpatis dan sistem reninangiotensin, dan perubahan fisik pada
ginjal (Nuraini Bianti, 2015).
c. Jenis kelamin : prevalensi terjadinya hipertensi pada pria
sama dengan wanita. Namun wanita masih terlindungi dari
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah
penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya aterosklerosis. Efek dari perlindungan
esterogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit esterogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon esterogen berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami yaitu pada wanita umur 45-55
tahun ( Nuraini Bianti, 2015).
d. Stress : stress dapat meningkatkan tekanan darah. Hormon
adrenalin akan meningkat di saat stress dan bisa mengakibatkan
jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darahpun
meningkat ( Nuraini Bianti, 2015).
e. Kurang olahraga : kurangnya aktivitas fisik menaikkan
risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko menjadi
gemuk. Orang-orang yang kurang beraktivitas cenderung
mempunyai detak jantung yang lebih cepat dan otot jantung

8
mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin
keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuatan yang mendesak arteri ( Nuraini Bianti, 2015).
f. Diit garam : konsumsi garam berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler bertambah.
Meningkatnya volume ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak timbulnya
hipertensi ( Shapo L, dkk, 2003).
g. Merokok : merokok dapat menyebabkan hipertensi karena
zat-zat kimia yang terkandung didalam tembakau yang dapat
merusak lapisan dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi
penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini disebabkan oleh
nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memacu
kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah, serta peran karbonmonoksida yang dapat
menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jatung
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (Lestari, dkk, 2003).
h. Usia
Pertambahan usia mempengaruhi perubahan fisiologis
dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri yang disebabkan oleh
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah mengalami penyempitan dan menjadi kaku mulai usia 45
tahun (Djauhar,2013).

3. Klasifikasi
Menurut Salma Elsanti klasifikasi hipertensi terdiri dari (Elsanti,
Salma, 2009).
Gambar Tabel 2.1
Kategori tekanan darah Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) (mmHg)
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 160-179 100-109

9
Hipertensi stadium 3 180-209 110-119

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penderita hipertensi bertahun – tahun
menurut Corwin (2009) berupa:
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler.

5. Komplikasi
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan sangat berpotensi
menyebabkan gangguan pembuluh darah diseluruh organ tubuh.
Secara umum kondisi darah tinggi tidak bisa diprediksi secara dini
akan menyerang organ tubuh bagian mana, tergantung organ mana
yang terlebih dahulu merespon tekanan darah yang abnormal. Angka
kematian yang tinggi pada penderita darah tinggi pada disebabkan
oleh gangguan jantung (Nugraha,dkk, 2013).
a. Organ jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja keras akibat hipertensi
berupa penebalan pada otot jantung kiri, komdisi ini akan
memperkecil rongga jantung untuk memompa,sehingga jantung
akan semakin membutuhkan energy yang besar, kondisi ini
disertai dengan adanya gangguan pembuluh darah jantung sendiri
akan menimbulkan kekurangan oksigen dari jantung dan
berakibat rasa nyeri. Apabila kondisi ini dibiarkan terus meneru
akan menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan dapat
menimbulkan kematian (Nugraha,dkk, 2013).
b. Sistem syaraf
Gangguan dari sistem syaraf terjadi pada sistem retina
(mata bagian dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Di dalam retina

10
terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis yang menjadi lebar saat
terjadi hipertensi, dan kemungkinan terjadinya pecah pembuluh
darah yang akan mnyababkan gangguan pada organ penglihatan
(Nugraha,dkk, 2013).
c. Gagal ginjal
Penyakit gagal ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan
progesif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan
glomerulus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal.
Kerusakan membrane glomerulus juga akan meyebabkan protein
keluar melalui urin sehingga serng dijumpai edema sebagia akibat
dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal ini
terjadi pada hipertensi kronik (Nugraha,dkk, 2013).
d. Stroke
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal.
Sehingga aliran darah yang harusnya dialiri darah berkurang.
Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan terbentuknya anurisma (Nugraha,dkk,
2013).

6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan farmakologis
Pengobatan farmakologis adalah pengobatan yang
menggunakan obat-obatan modern. Pengobatan farmakologis
dilakukan pada hipertensi dengan tekana darah 140/90 mmHg atau
lebih (Junaidi, Iskandar, 2010).
b. Pengobatan non farmakologis
Pengobatan non farmakologis merupakan pengobatan hipertesi
tanpa obat-obatan yang diterapkan pada penderita hipertensi.
Pengobatan non farmakologis dapat dilakukan dengan cara melalui
pencegahan dengan menjalani pola hidup sehat dan mengkonsumsi

11
bahan alami seperti buah-buahan dan sayur-sayuran (Junaidi,
Iskandar, 2010).

C. Konsep Nyeri
1. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yan aktual dan potensial
(Judha, Sudarti, Fauziah, 2012). Nyeri diperkenalkan sebagai suatu
pengalaman emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pada
pengelolaan fisik semata, namun penting juga untuk melakukan
manipulasi (tindakan) psikologis untuk mengatasi nyeri (Tamsuri,
2012).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak


menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap
orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Tetty, 2015).
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila
ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi
dengan memindahkan stimulus nyeri. Nyeri seringkali dijelaskan
dalam istilah proses distruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas
terbakar, melilit seperti emosi, perasaan takut, mual dan mabuk (Judha,
Sudarti, Fauziah, 2012).
a. Teori Nyeri
1) Teori Intensitas (The Intensity Theory)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada receptor.
Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan
nyeri jika intensitasnya cukup kuat (Saifullah, 2015).
2) Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) menyatakan
bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme
pertahanan disepanjang system saraf pusat, dimana impuls

12
nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan ditutup (Andarmoyo, 2013)

3) Teori Pola (Pattern theory)


Teori pola adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar
ganglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T.
Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang bagian
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan
persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi sel T
(Margono, 2014).
4) Endogenous Opiat Theory
Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia
mengemukakan bahwa terdapat subtansi seperti opiet yang
terjadi selama alami didalam tubuh, subtansi ini disebut
endorphine yang mempengaruhi transmisi impuls yang
diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine mempengaruhi
transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri.
Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmitter
maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari
pesan nyeri (Hidayat, 2014).
b. Jenis- jenis Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu,
1) Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya dengan
awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera fisik.
Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah
terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang

13
dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Salah
satu nyeri akut yang terjadi adalah nyeri pasca pembedahan
Smeltzer et al. (2010).
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini
berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan
sering tidak dapat dikaitakan dengan penyebab atau cidera
fisik. Nyeri kronis dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan
dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
nyeri ini sering tidak memberikan respon terhadap pengobatan
yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga sering
di definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu
periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan
nyeri kronis Smeltzer et al. (2010).
Berdasarkan lokasinya Sulistyo (2013) dibedakan nyeri
menjadi,
a) Nyeri Ferifer
Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :
i. Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat
rangsangan pada kulit dan mukosa.
ii. Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat
stimulasi dari reseptor nyeri di rongga abdomen,
cranium dan toraks.
iii. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah
lain yang jauh dari penyebab nyeri.
b) Nyeri Sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,
batang otak dan talamus.
c) Nyeri Psikogenik

14
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata
lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri.

c. Mengkaji Persepsi Nyeri

15
d. Mengkaji Intensitas Nyeri
1) Skala Deskriptif Verbal (VDS)
Skala deskriptif verbal (VDS) merupakan sebuah garis
yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak nyeri” sampai “nyeri
tidak tertahankan”. Perawat menunjukan klien skala tersebut dan
meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia
rasakan.

16
2) Skala Penilaian Numerik (NRS)
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS)
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

3) Skala Analog Visual (VAS)


VAS adalah suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri
yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada
ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri.

4) Skala Nyeri Wajah


Skala wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun
yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa
nyeri), kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang

17
bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat
ketakutan (nyeri yang sangat).

e. Mekanisme

Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya


kerusakan jaringan.Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan
oleh stimulus noksius yangdiperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif.
Sistem ini berjalan mulai dari perifermelalui medulla spinalis, batang
otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telahterjadi kerusakan
jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya darifungsi
protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang
rusak.
Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat
perbaikankerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga
stimulus non noksius ataunoksius ringan yang mengenai bagian yang
meradang akan menyebabkan nyeri.Nyeri inflamasi akan menurunkan
derajat kerusakan dan menghilangkan responinflamasi. Nyeri inflamasi
merupakan bentuk nyeri yang adaptif namun demikianpada kasus-
kasus cidera elektif (misalnya : pembedahan), cidera karena trauma,
danperlunya penatalaksanaa aktif harus dilakukan. Tujuan terapi
adalah menormalkansensitivitas nyeri.

18
Nyeri maladaptif tidak berhubungan dengan adanya stimulus
noksius ataupenyembuhan jaringan. Nyeri maladaptif dapat terjadi
sebagai respon kerusakansistem saraf (nyeri neuropatik) atau sebagai
akibat fungsi abnormal sistem saraf(nyeri fungsional). Munculnya
nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri
memberikan respon jika adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimia seperti histamine, bradikinin,
prostaglandin dan macam-macam asam yang terlepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang
lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis.
Nyeri dapat dirasakan jika reseptor nyeri tersebut menginduksi
serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan serabut C.
Serabut A-delta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan cepat,
sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi
intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran sangat
kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan
terus-menerus (Potter & Perry, 2009).
Ketika serabut C dan A-delta menyampaikan rangsang dari serabut
saraf perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang aktif
terhadap respon nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar
jika ada jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut di
sepanjang serabut saraf aferen sampai berakhir di bagian kornu
dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu dorsalis, neurotransmitter
seperti subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu transmisi
sinapsis dari saraf 16 perifer ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya
informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter &
Perry, 2009).
f. Manajemen Nyeri
Untuk mengatasi nyeri beberapa penanganan nyeri yang dapat dilakukan
adalah dengan farmakologis maupun non farmakologis.

19
1) Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis merupakan penanganan nyeri
dengan menggunakan agen farmakologis. Analgesik merupakan
metode penanganan nyeri yang paling umum dan efektif.
Analgesik adalah medikasi yang dikembangkan untuk meredakan
nyeri. World Health Organization (WHO) merekomendasikan
petunjuk untuk penanganan nyeri dalam bentuk tangga analgesik
yang membantu perawatan klien dengan nyeri (Black & Hawks,
2009).
Penggunaan analgesik ditentukan oleh tingkat keparahan
dari nyeri yang dirasakan. Untuk nyeri ringan maka disarankan
penggunaan non-opiod (Prasetyo, 2010). Non-opiod mencakup
asetaminofen dan obat anti-inflamasi nonsteroid (nonsteroid anti-
inflammatory drugs/NSAID) disarankan sebagai langkah utama.
Jika nyeri berlanjut dilakukan penggunaan opiod. Opiod (disebut
juga narkotik) merupakan turunan tumbuhan opium. Obat ini
merupakan turunan tumbuhan opium. Obat ini pereda nyeri yang
paling kuat yang tersedia dan terapi pilihan untuk nyeri sedang
hingga berat (Lemone, 2015).
Langkah kedua disarankan penggunaan opiod ringan
(seperti kodein) ditambah analgesik non-opiod. Apabila nyeri
masih menetap atau meningkat, langkah ketiga menyarankan
penggunaan opiod kuat (seperti morfin) dengan atau tanpa non-
opiod. Medikasi adjuvan (pembantu) dapat dtambahkan dibagian
langkah manapun pada tahap (Black & Hawks, 2009).
2) Non farmakologis
Penanganan non farmakologis digunakan untuk meredakan
nyeri terutama ketika dikombinasikan dengan obat-obat
farmakologi. Penanganan non farmakologis mencakup terapi
modalitas fisik dan perilaku kognitif.
Terapi modalitas fisik memberikan kenyamanan,
meningkatkan mobilitas dan membantu respon fisiologis. Terapi

20
perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah persepsi dan
perilaku klien terhadap nyeri,menurunkan ketakutan dan
memberikan klien kontrol diri yang lebih (Black & Hawks,
2009).
a) Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi pada kulit membantu
untuk mengurangi nyeri. Masase/pijatan, mandi dengan air
hangat, kantong es dan stimulasi elektrik pada saraf
transkuteneus menstimulasi kulit untuk mengurangi persepsi
nyeri.
Stimulasi kutaneus memberikan klien dan keluarga rasa
kontrol terhadap nyeri dan pengobatan dirumah. Penggunaan
yang tepat dari stimulasi kutaneus membantu mengurangi
ketegangan otot yang meningkatkan nyeri (Potter & Perry,
2009).
b) Distraksi
Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian
pasien ke hal-hal lain diluar nyeri,yang diharapkan dapat
menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
Contoh distraksi adalah mendengarkan musik dan
menonton TV, melihat pemandangan.
c) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan membebaskan mental
dan fisik dari ketegangan dan stres, sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010),
mengurangi efek stres terhadap nyeri, dan meningkatkan
persepsi pengendalian nyeri. Contoh tindakan relaksasi yang
dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri adalah napas dalam
dan relaksasi progresif.
Teknik napas dalam efektif dilakukan ketika klien
berbaring atau duduk dengan nyaman,tetap berada di
lingkungan yang tenang. Klien memejamkan mata kemudian

21
menarik nafas dalam dengan pelan,menahan beberapa detik
dan menghembuskan secara perlahan (Lemone, 2015).
Relaksasi progresif mengajarkan klien untuk secara
bertahap mengencangkan kemudian merelaksasi beberapa
kelompok otot, dimulai secara sistemik dari satu area tubuh
ke area berikutnya (Black & Hawks, 2009).
Klien diajarkan merapatkan satu kelompok otot (seperti
otot wajah), menahan tegangan selama beberapa detik dan
merelaksasikan kelompok otot secara lengkap, mengulangi
aktivitas tersebut ke seluruh tubuh (Lemone, 2015)
d) Terapi kognitif
Apa yang dipikirkan seseorang tentang nyeri yang
dialami memberikan pengaruh terhadap kehidupannya dan
terhadap seberapa besar nyeri yang dia rasakan. Pikiran yang
negatif tentang nyeri akan memfokuskan perhatian seseorang
terhadap aspek yang tidak menyenangkan dan membuat
nyeri yang dirasakan bertambah buruk (DiMetteo, 1991
dalam Pasaribu, 2016).
Keyakinan klien terhadap efektivitas intervensi yang
didapat memengaruhi derajat turun atau redanya nyeri yang
dirasakan. Kepercayaan diri yang ditampilkan mengenai
potensi efektifitas dari intervensi yang diberikan akan
memberikan efek yang signifikan pada kemampuan klien
untuk mendapatkan hasil positif dari proses atau
menurunkan nyeri (Black & Hawks, 2009).

D. Konsep Kompres Hangat


1. Pengaruh Kompres Hangat Untuk Mengurangi Nyeri
Tengkuk Pada Penderita Hipertensi
Pada umumnya penatalaksanaan nyeri terbagi menjadi dua,
yaitu dengan pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis.
Pendekatan secara farmakologis dapat dilakukan dengan
memberikan analgesik. Walaupun analgesik sangat efektif untuk
mengatsi nyeri, namun hal tersebut akan berdampak kecanduan obat

22
dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi
pasien. Secara nonfarmakologis penatalaksanaanya antara lain
dengan menggunakan kompres hangat, teknik relaksasi dan distraksi
(Potter & Perry, 2010).
Salah satu teknik dari nonfarmakologis tersebut yang dapat
mengurangi nyeri tengkuk yaitu dengan melakukan teknik kompres
hangat. Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan
nyeri dengan memberikan energi panas melalui konduksi, dimana
panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran
pembuluh darah), meningkatkan relaksasi otot sehingga
meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan, oksigen, serta
nutrisi ke jaringan (Potter & Perry, 2010).
Secara anatomis, banyak pembuluh darah arteri dan arteriol di
leher yang menuju ke otak. Pada leher tedapat arteri dan arteriol
yang memperdarahi kepala dan otak. Arteriol merupakan pembuluh
resistensi utama pada pohon vaskuler. Dinding arteriol hanya sedikit
mengandung jaringan ikat elastik, namun pembuluh ini mempunyai
lapisan otot polos yang tebal dan dipersarafi oleh serat saraf
simpatis. Otot polosnya juga peka terhadap perubahan kimiawi
lokal dan terhadap beberapa hormon dalam sirkulasi. Lapisan otot
polos berjalan sirkurel mengelilingi arteriol, sehingga apabila
berkontraksi, lingkaran pembuluh akan mengecil. Dengan demikian
resistensi meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang. Maka
untuk mengurangi nyeri tengkuk tersebut dilakukan kompres hangat
selama kurang lebih dalam waktu 30 menit dengan sebelum dan
setelah diberikan kompres hangat dilakukan pemeriksaan tekanan
darah untuk mengetahui hasilnya (Snell, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Syiddatul (2017) yaitu pengaruh
pemberian kompres hangat dengan jahe terhadap skala nyeri kepala
hipertensi pada lansia yang menyatakan bahwa kompres hangat
menggunakan jahe dapat mengurangi nyeri tengkuk pada penderita
hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Siti Rohmah, Eli

23
Kurniasih ( 2015 ) yaitu pengaruh kompres hangat untuk
mengurangi nyeri tengkuk pada penderita hipertensi esensial bahwa
kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri leher pada penderita
hipertensi esensial.
Standar Operasional Prosedur
Topik Standar Operasional Prosedur Kompres hangat pada penderita
Hipertensi
Pengertian Pengetian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada
daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan
rasa hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman, dan rasa tenang pada klien.
Indikasi 1. Klien hipertermi (suhu tubuh yang tinggi)
2. Klien dengan perut kembung
3. Spasme otot bagian leher pada klien hipertensi
Persiapan 1. Air panas
Alat 2. Washlap/buli-buli panas
3. Pengalas/perlak
4. Handuk kering
5. Kom
6. Sarung tangan
Persiapan 1. Mengkaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital atau
klien tingkat nyeri pada klien.
2. Menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
kontrak waktu.
Prosedur 1. Salam therapeutic
2. Identifikasi kembali klien dan periksa tanda-tanda vital
3. Memberitahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
4. Menyiapkan alat-alat sesuai kebutuhan (kompres hangat
basah atau kompres hangat kering)
 Jika kompres hangat kering :
a. Menyiapkan buli-buli
b. Membuka tutupnya dan isi dengan air panas
1. secukupnya
c. Mengeluarkan udaranya
d. Menutup buli-buli dengan rapat
 Jika kompres hangat basah :
a. Menyiapkan air hangat kedalam kom
b. Membasahi washlap dengan air hangat
5. Mendekatkan alat-alat kesisi klien
6. Posisikan klien senyaman mungkin

24
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Meletakkan perlak/pengalas
10. Membasahi washlap dengan air hangat dan letakkan di
leher klien
11. Kompres hangat kering diletakkan pada bagian yang nyeri
dengan buli-buli hangat dibungkus dengan kain dan sebelum
diberikan pada klien, test alat dengan cara membalikkan alat
yaitu posisi tutup berada dibawah
12. Kompres hangat diletakkan dibagian leher.
13. Meminta klien untuk mengungkapkan rasa ketidaknyaman
saat dikompres
14. Lakukan selama 10 menit
15. Mengkaji kembali kondisi kulit disekitar pengompresan,
hentikan pengompresan jika ditemukan tanda-tanda kemerahan.
16. Merapikan klien keposisi semula
17. Memberitahu bahwa tindakan sudah selesai
18. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan
sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Mengkaji respon klien (respon subjektif dan objektif)
21. Mendokumentasikan pada catatan keperawatan
Sumber Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. A
Umur : 74 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Golongan Darah :B

25
Diagnosa Medis : Hipertensi
TB/BB :160 cm/60 kg
Alamat : Koripan, Kacepit
No.Telpon :

2. Identitas Keluarga
Nama : Ny. M
Alamat : Koripan, Kacepit
Hubungan dengan klien : Anak
No.Telp :

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


Pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja
Pekerjaan sebelumnya : Bertani
Sumber pendapatan : Anak
Kecukupan pendapatan : Cukup

26
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi :
klien mengatakan mempunyai hobi ternak ayam dan berkebun
Bepergian/wisata :
klien jarang bepergian
Keanggotaan organisasi :
Klien hanya mengikuti kegiatan seperti yasinan di lingkungan rumah

5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
Nama Keadaan saat ini Keterangan
Tn. D Sehat Hidup
Ny. A Sehat Hidup
Tn. M Sehat Hidup
b. Riwayat kematian dalam keluarga ( 1 tahun terakhir )
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
meninggal dalam satu tahun terakhir ini
c. Kunjungan keluarga
Klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit, istri dan anaknya
selalu bergantian menunggu di rumah sakit

B. Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan


Saat ditanya mengenai penyakit yang dialaminya klien sudah
mengetahuinya, klien juga mengatakan sudah sejak masa muda menderita
hipertensi, namun klien jarang memeriksakan dirinya dan memeriksa tensi
serta tidak minum obat penurun tensi secara rutin

C. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali/hari
Nafsu makan : nafsu makan menurun sejak pagi
Jenis makanan : nasi, sayur dan lauk

27
Kebiasaan sebelum makan : tidak ada
Makanan yang tidak disukai : tidak ada
Alergi terhadap makanan : tidak ada
Pantangan makanan : mengurangi makanan asin dan
berlemak
Keluhan yang b/d makanan : tidak ada
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu :
klien mengatakan BAK kurang lebih 7X/hari dengan waktu pagi
hari 2X, siang hari 3X dan malam hari 2X
Keluhan BAK malam hari :
klien mengatakan tidak terlalu sering bangun pada malam hari
hanya untuk BAK
Keluhan yang b/d BAK :
klien mengatakan tidak merasa sakit maupun panas saat BAK
dank lien mengatakan warna air kencingnya kuning agak keruh
b. BAB
Frekeunsi dan waktu : 1 kali di pagi hari
Konsistensi : lunak/lembek
Keluhan yang b.d BAB : Tidak ada
Pengalaman memakai laxative/pencahar : tidak ada

3. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi :
2x/hari, pagi dan sore (dibantu keluarga)
Pemakaian sabun : Ya
b. Oral hygiene
Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2x/hari, pagi dan sore
Pemakaian pasta gigi : Ya
c. Cuci rambut

28
Frekuensi :
selama dirawat di rumah sakit tidak dilakukan
Penggunaan shampoo :-

d. Kuku dan Tangan


Frekuensi gunting kuku : 1 kali/ 2 minggu
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun :
masih jarang dilakukan / jarang
4. Istirahat dan Tidur
Lama tidur malam :
sebelum sakit klien tidur kurang lebih 8 jam saat sakit klien tidur
kurang lebih 5 jam
Tidur siang :
sebelum sakit klien mengatakan jarang tidur siang saat sakit klien tidur
siang kurang lebih 2 jam
Keluhan yang b/d tidur :
klien mengatakan susah tidur malam saat di RS
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Olahraga :
jarang dilakukan, hanya pergi ke ladang tetapi saat ini sudah tidak
pergi ke ladang
Nonton TV :
klien mengatakan sering menonton TV dirumah bersama keluarga
Berkebun/ memasak :
untuk berkebun sudah jarang dilakukan karena sudah dilakukan oleh
anak,
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok :
Klien merupakan perokok aktif sejak usia 20 tahun sampai saat ini
Minuman keras : Tidak
Ketergantungan terhadap obat : Tidak

29
D. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam satu tahun terakhir
Klien mengeluh nyeri kepala menjalar ke tengkuk
b. Gejala yang dirasakan
Klien mengatakan nyeri kepala terasa cekot-cekot dan berat, dan
menjalar sampai tengkuk dan badan terasa lemas
P : Hipertensi
Q : Ditusuk-tusuk
R : Kepala menjalar ke tengkuk
S:4
T :Hilang timbul
c. Faktor pencetus
Klien mengatakan gejala kekambuhan muncul apabila klien
banyak beraktivitas, capek dan banyak pikiran
d. Timbulnya keluhan
Mendadak
e. Waktu mulai timbul keluhan
Klien mengatakan sering merasakan nyeri kepala cekot-cekot dan
berat serta badan terasa lemas sejak lama
f. Upaya mengatasi
Klien mengatakan apabila sakit mulai dirasakan maka akan segera
istirahat
2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
Klien mengatakan sudah dari masa muda menderita hipertensi dan
kedua orang tua klien juga menderita hipertensi

b. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat,
makanan, hewan maupun debu
c. Riwayat kecelakaan
Klien mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan

30
d. Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien mengatakan belum pernah dirawat di RS
e. Riwayat pemakaian obat
Klien jarang mengkonsumsi obat
3. Pengkajian/ Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak baik, kesadaran composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 161/97 mmHg
N : 103x/menit
S : 36,6C
RR : 20x/menit
CRT <2 detik
b. BB/TB
BB : 60 kg / TB : 160 cm
c. Rambut
Rambut tampak sudah beruban , pendek, lurus, berminyak
d. Mata
Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil +/+
e. Telingan
Telingan tampak bersih, tidak tampak adanya serumen
f. Mulut, gigi dan bibir
Mulut bersih, tidak ada stomatitis, beberapa gigi geraham sudah
tanggal, terdapat karies

g. Dada
Jantung : I : Ictus cordics tidak tampak
P : Ic tampak pada intercosta 4 dan 5
P : Redup

31
A : Bunyi jantung normal S1 dan S2, tidak ada bunyi
tambahan
Paru : I : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada
retraksi dinding dada
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi
P : Sonor
A : Vesikuler
h. Abdomen
I : datar, tidak asites, tidak ada lesi maupun jejas
A : bising usus 8X/menit
P : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran hepar
P : Tympani
i. Ekstremitas atas
Terpasang infus RL 20 tpm ditangan kanan, tidak ada oedem,
kuku tangan tidak tampak sianosis
Kekuatan otot
5 5
5 5

j. Ekstremitas bawah
Tidak ada oedem, tidak terdapat lesi, kuku kaki tidak tampak
sianosis
Kekuatan otot
5 5
5 5

k. Kulit
Kulit berwarna coklat sawo matang, tidak ikterik, turgor kulit
baik, teraba hangat
l. Sistem imun
Saat ini klien tidak mengalami gangguan pada system imunitas

32
m. Sistem reproduksi
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan genital dan kelamin.
n. Sistem persyarafan
Saat ini klien tidak mengalami gangguan pada system persyarafan
o. Sistem pengecapan
Saat ini klien tidak mengalami gangguan pada system pengecapan,
klien mampu membedakan rasa
p. Sistem penciuman
Saat ini klien tidak mengalami gangguan pada system penciuman,
klien mampu membedakan rasa
q. Tactil respon
Baik

E. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah kesehatan kronis : Hipertensi
2. Fungsi kognitif : MMSE skor 27 (Normal)
3. Status fungsional : Barthel Indeks skor 95
(ktergantunagn ringan)
4. Status psikologis (skala depresi) : Skala depresi skor 5
(depresi ringan)
5. Keseimbangan lansia : Test berg balance scale skor 23
( risiko jatuh rendah)
6. Dukungan keluarga : Pasien mengatakan selama di rawat
RS, anggota keluarganya selalu menunggunya dan memberikan
dukungan agar cepat segera pulih
F. Data Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 16 Februari 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOGI
Hemoglobin 14.7 g/dL 13.2 - 17.3
Hematokrit 45 % 40 – 52
Leukosit 11.4 103/uL 3.8 – 10.6
Eritrosit 4.96 106/uL 4.40 – 5.90
Trombosit 314 103/uL 150 – 440

33
MCV 91.5 fL 80.0 – 100.0
MCH 29.6 pg 26.0 – 34.0
MCHC 32.4 g/dL 32.0 – 36.0
Eosinofil 0.1 % 2–4
Basofil 0.2 % 0–1
Netrofil 78.5 % 50.0 – 70.0
Limfosit 12.0 % 25.0 – 40.0
Monosit 9.2 % 2.0 – 8.0
Ureum 51.6 mg/dL 10.0 – 50.0
Kreatinin 0.77 mg/dL 0.60 – 1.20
Asam Urat 4.2 mg/dL 2.0 – 7.0
Kolesterol 99 mg/dL <200
Trigliserida 87 mg/dL 200 – 239
SGOT 61.9 U/L 0 – 50
SGPT 41.0 U/L 0.0 – 50.0
CKMB 18 U/L <25

2. Rontgent Thorax
Kesan:
- Bronchitis
- Cardiomegaly ringan
PROGRAM TERAPI
Nama Obat Rute Aturan Pakai
Amlodiphine PO 5–0–0
Paracetamol PO 3x1
NAC PO 3x1
Retapil SR PO 1x1
Ranitidin IV 2x1
MPS IV 2x62.5
Cipro IV 2x1

G. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS : Agens cedera biologis Nyeri akut
Pasien mengatakan pusing,

34
nyeri kepala menjalar ke
tengkuk
P : Hipertensi
Q : Ditusuk-tusuk
R : Kepala menjalar ke tengkuk
S:4
T :Hilang timbul
DO :
Klien tampak menahan nyeri
dan sesekali memegangi kepala
bagian belakang

H. Prioritas Masalah
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

I. Rencana Keperawatan
Hari/Tanggal No.D Tujuan dan Kriteria Intervensi
X Hasil
Senin, 18 Februari 1 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
2019 asuhan keperawatan
selama 3x7 jam 1. Lakukan pengkajian
masalah nyeri akut nyeri komprehensif yang
dapat teratasi dengan meliputi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik, onset/durasi,
 Mengenali kualitas, intensitas atau
kapan nyeri terjadi beratnya nyeri
2. Ajarkan pengunaan
 Menggunakan teknik non farmakologi
tindakan sebagai tindakan penurunan
pengurangan nyeri nyeri
tanpa analgesic 3. Kolaborasi dengan
 Menggunakan pasien, orang terdekat dan

35
analgesik yang tim kesehatan lainnya untuk
direkomendasikan memilih dan
 Melaporkan mengimplementasikan
nyeri tekontrol tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi

Pemberian Analgesik

1. Tentukam lokasi,
karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2. Cek perintah
pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuensi obat
analgesik yang diresepkan
3. Cek adanya riwayat
alergi obat
4. Tentukan pilihan obat
analgesik (narkotika, non
narkotik, atau NSAID),
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
5. Pilih rute intravena
daripada intramuskuar,
untuk injeksi pengobtan
nyeri yang sering, jika
diperlukan
6. Dokumentasikan respon
terhadap analgesik dan
adanya efek samping

J. Implementasi Keperawatan
Tanggal/ No. Dx
Implementasi Respon TTD
Jam Kep
18-02-19 1 Melakukan DS :
07.00
pengkajian nyeri Pasien mengatakan pusing, nyeri kepala

36
secara menjalar ke tengkuk
komprehensif P : Hipertensi
Q : Ditusuk-tusuk
R : Kepala menjalar ke tengkuk
S:4
T :Hilang timbul
DO :
 Klien tampak menahan nyeri dan
sesekali memegangi kepala bagian
belakang
10.00 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di ukur
DO:
tanda vital
TD 163/89 mmHg
N 87 kali per menit
RR 19 kali per menit
S 37.2 0C
13.00 Mengajarkan DS: Pasien mengatakan bersedia dan
pada klien mengikuti instruksi dari perawat
DO: Pasien terlihat kooperatif
manajemen nyeri
non farmakologis
yaitu kompres
hangat pada
tengkuk
13. 30 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di ukur
DO:
tanda vital setelah
TD 151/83 mmHg
dilakukan N 89 kali per menit
RR 20 kali per menit
kompres hangat
S 36.9 0C
pada tengkuk
14.00 Menentukan DS: Pasien mengatakan bersedia diberikan
pilihan obat yang obat
DO: Obat masuk per IV, tidak ada tanda-
sesuai dengan
tanda alergi
advice:
1. MPS 1x62.5mg
2. Ranitidin 1

37
ampul
3. Cipro 1 flash
19-02-19 1 Melakukan DS :
pengkajian nyeri Pasien mengatakan pusing, nyeri kepala
07.00
secara menjalar ke tengkuk namun rasanya
komprehensif berkurang
P : Hipertensi
Q : Ditusuk-tusuk
R : Kepala menjalar ke tengkuk
S:3
T :Hilang timbul
DO :
 Klien tampak menahan nyeri dan
sesekali memegangi kepala bagian
belakang
10.00 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di ukur
DO:
tanda vital
TD 156/88 mmHg
N 91 kali per menit
RR 20 kali per menit
S 36.1 0C
13.00 Mengajarkan DS: Pasien mengatakan bersedia dan
pada klien mengikuti instruksi dari perawat
DO: Pasien terlihat kooperatif
manajemen nyeri
non farmakologis
yaitu kompres
hangat pada
tengkuk
13.30 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di ukur
DO:
tanda vital setelah
TD 153/79 mmHg
dilakukan N 87 kali per menit
RR 19 kali per menit
kompres hangat
S 36.50C
pada tengkuk
14.00 Menentukan DS: Pasien mengatakan bersedia diberikan

38
pilihan obat yang obat
DO: Obat masuk per IV, tidak ada tanda-
sesuai dengan
tanda alergi
advice:
1. MPS 1x62.5mg
2. Ranitidin 1
ampul
3. Cipro 1 flash

39
K. Catatan Perkembangan Keperawatan
Tanggal/Jam No. Dx Kep Evaluasi TTD
18-02-19 1 S:
14.00 WIB
Pasien mengatakan pusing, nyeri kepala menjalar ke
tengkuk
P : Hipertensi
Q : Ditusuk-tusuk
R : Kepala menjalar ke tengkuk
S:3
T :Hilang timbul
O:
 Klien terlihat menahan rasa sakit
 TD 151/83 mmHg
 N 89 kali per menit
 RR 20 kali per menit
 S 36.9 0C
 Klien terlihat kaku untuk menggerakkan kepalanya
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi Manajemen Nyeri
19-02-19 1 S:
14.00 WIB
Pasien mengatakan pusing, nyeri kepala menjalar ke
tengkuk namun berkurang
P : Hipertensi
Q : Ditusuk-tusuk
R : Kepala menjalar ke tengkuk
S:2
T :Hilang timbul
O:
 Klien terlihat menahan rasa sakit
 TD 153/79 mmHg
 N 87 kali per menit
 RR 19 kali per menit
 S 36.50C
 Klien terlihat kaku untuk menggerakkan
kepalanya

40
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi Manajemen Nyeri

41
42
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
a. Nama : Ny. K
b. TTL : Temanggung, 21 November 1953
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Agama : Islam
f. Suku Bangsa : Jawa
g. Golongan Darah :-
h. Diagnosa Medis : Cepalgia
i. TB/BB : 160 cm/55 kg
j. Alamat : Tegowanuh
k. No. Telp :-

2. Keluarga yang dapat dihubungi


a. Nama : Tn. M
b. Alamat : Tegowanuh
c. Hubungan : Suami
d. No. Telp :-

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


a. Pekerjaan saat ini :
Klien bekerja sebagai seorang petani
b. Pekerjaan sebelumnya :
Klien bekerja sebagai seorang petani
c. Sumber pendapatan :
Sumber pendapatan klien didapatkan dari hasil bekerjanya dengan
suami sebagai seorang petani di sawah miliknya. Terkadang,
anaknya membantu untuk biaya hidup klien dan suami setiap
bulannya.

d. Kecukupan pendapatan :
Klien merasa berkecukupan dengan hasil yang didapatkannya dan
klien selalu menyisihkan uang dari hasil panennya sebagai tabungan
apabila dibutuhkan secara mendadak

4. Aktivitas Rekreasi
a. Hobi :
Hobi klien adalah bercocok tanam di sawah
b. Bepergian/wisata :
Klien sangat jarang untuk melakukan wisata karena hari-harinya
dihabiskan untuk mengurusi sawah

43
c. Keanggotaan organisasi :
Klien sangat aktif dalam mengikuti setiap kegiatan yang ada di
lingkungan rumahnya

5. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung
Nama Keadaan Saat Ini Keterangan
Ny. K Sehat Saudara kandung
Tn. R Sehat Saudara kandung

b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


Tidak ada riwayat kematian dalam keluarga selama 1 tahun terkhir
c. Kunjungan keluarga
Klien selalu ditemani oleh suami, anak ataupun dari adik-adik klien
selama di rumah sakit.
B. Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan
Klien dan keluarga sudah memahami penyakit yang diderita oleh
klien. Keluarga selalu mendukung dan memfasilitasi semua kebutuhan klien.
Setiap kali klien merasakan pusing yang tak kunjung hilang, maka keluarga
membawanya ke pelayanan kesehatan terdekat, dalam hal ini adalah bidan.
Klien memahami jika pusingnya mulai kambuh, maka saat itu juga klien
harus berhenti untuk beraktivitas dan menambah waktu istirahat. Klien juga
mengetahui pusing kambuh apabila klien sedang dalam keadaan lelah dan
banyak pikiran sehingga klien selalu memanajemen pola pikir dan kegiatan
yang dilakukan agar pusing tidak sering kambuh.

C. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1. Nutrisi
a. Frekuensi makan :
Frekuensi makan klien 3x sehari dengan porsi 1 piring
b. Nafsu makan :
Nafsu makan klien baik, walaupun sedang dalam keadaan sakit
c. Jenis makanan :
Klien memakan semua jenis makanan. Tidak ada pantangan
makanan bagi klien
d. Kebiasaan sebelum makan :
Kebiasaan klien sebelum makan yaitu cuci tangan. Tidak ada
kebiasaan khusus yang dilakukan klien sebelum makan
e. Makanan yang tidak disukai :

44
Tidak ada makanan yang tidak disukai oleh klien karena klien
beranggapan bahwa semua makanan mengandung gizi yang baik
apabila dimakan sesuai dengan porsinya
f. Alergi terhadap makanan :
Klien tidak mempunyai alergi makanan
g. Pantangan makanan :
Klien tidak mempunyai pantangan makanan, hanya saja klien selalu
membatasi makanan-makanan yang mengandung kolesterol tinggi
seperti santan dan gorengan

h. Keluhan dengan makan :


Klien tidak memiliki keluhan dalam hal makanan.
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu :
Klien BAK sebanyak 6x dalam sehari yaitu pada saat bangun
tidur, pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari dan sebelum
tidur
2) Keluhan BAK malam hari :
Klien tidak pernah BAK pada tengah malam
3) Keluhan dengan BAK :
Klien tidak memiliki keluhan dengan BAK.
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu :
Klien BAB 1x dalam sehari yaitu pada waktu pagi hari
2) Konsistensi :
Konsistensi BAB klien lunak
3) Keluhan dengan BAB :
Klien tidak mempunyai keluhan dengan BAB
4) Pengalaman dengan laxatif :
Klien tidak pernah menggunakan obat pencahar atau laxatif
3. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu :
Klien mandi sehari 2x pada pagi dan sore hari
2) Pemakaian sabun :
Klien menggunakan sabun pada saat mandi
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi dan waktu :
Klien menggosok giginya 2x sehari yaitu sewaktu mandi
2) Penggunaan pasta gigi:

45
Klien menggunakan pasta gigi saat melakukan oral hygiene
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi dan waktu :
Klien mencuci rambutnya setiap 2 hari sekali
2) Penggunaan shampoo :
Klien menggunakan shampoo untuk mencuci rambutnya
d. Kuku dan Tangan
1) Fekuensi gunting kuku :
Klien menggunting kuku setiap kali dirasa sudah panjang
2) Kebiasaan mencuci tangan :
Klien selalu mencuci tangan setiap pulang dari sawah, saat mau
makan dan setelah makan
4. Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur malam :
Klien tidur malam selama 6 jam yaitu dimulai sejak pukul 22.00
WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB
b. Tidur siang :
Klien tidur siang selama 1-2 jam
c. Keluhan dengan tidur :
Klien tidak mempunyai keluhan dengan tidur
5. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang
a. Olahraga :
Klien melakukan olahraga dengan bertani di sawah setiap pagi
b. Nonton TV :
Klien menonton tv setiap malam untuk mengisi waktu luang
c. Berkebun/memasak :
Klien memasak setiap pagi dan siang hari untuk suami
6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Merokok :
Klien tidak merokok
b. Minuman keras :
Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman keras
c. Ketergantungan obat :
Klien tidak mempunyai ketergantungan obat tertentu
D. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
Klien sering mengeluh pusing berputar
b. Gejala yang dirasakan
Gejala yang dirasakan yaitu kaku dan nyeri pada bagian tengkuk
P : Agen cidera biologis
Q : Seperti ditimpa beban berat
R : Dibagian tengkuk
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri menetap

46
c. Faktor pencetus
Faktor pencetus dalam keluhan klien timbul ketika klien sedang
merasakan lelah dan banyak pikiran/stress
d. Timbulnya keluhan
Timbulnya keluhan bertahap dimana semakin lama semakin berat
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Waktu mulai timbulnya keluhan yaitu ketika bangun tidur
f. Upaya mengatasi
Klien mengatasi keluhan dengan istirahat
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
Klien pernah mengalami penyakit vertigo
b. Riwayat alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi baik obat, makanan atau
lingkungan
c. Riwayat kecelakaan
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit. Ini pertama kalinya klien
di rawat di rumah sakit
e. Riwayat pemakaian obat
Klien jarang mengkonsumsi obat jika keadaannya dirasa belum
memburuk
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemas, composmentis
b. BB/TB : 55 Kg/160 cm
c. Tanda – tanda vital :
TD : 165/90 mmHg
HR : 60x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 20x/menit
d. Rambut
Bersih, tidak ada ketombe, rambut berwarna putih
e. Mata
Bersih, tidak ada sekret, penglihatan menurun, pupil isokor, reflek +/
+, konjungtiva anemis.
f. Telinga
Bentuk simetris, bersih, sedikit serumen, fungsi pendengaran
menurun, tidak ada nyeri dan pembengkakan telinga.
g. Mulut, gigi dan bibir
Bibir lembab, tidak ada sianosis, keadaan mulut kurang bersih, gigi
sebagian ompong
h. Dada

47
1) Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada benjolan, taktil fremitus simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis dan thrill tidak terlihat tapi teraba kuat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak terdengar suara tambahan
i. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada benjolan, lesi, simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 10 kali per menit
j. Kulit
Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ikterik, tidak ada kelainan.
k. Ekstremitas atas
Terpasang infus asering 20 tpm, tidak ada trauma, kekuatan otot 5/5,
CTR kurang dari 2 detik
l. Ekstremitas bawah
Tidak ada udem, CRT < 2 detik, kekuatan otot 5/5
m. Sistem imune
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan getah bening.
n. Sistem reproduksi
Pasien perempuan, tidak ada kelainan genital
o. Sistem persyarafan
Kesadaran compos mentis, GCS= 15
p. Sistem pengecapan
Tidak ada stomatitis, lidah kotor.
q. Sistem penciuman
Tidak ada penumpukkan sekret, daya penciuman berkurang
r. Tactil respon
Reflek gerakan normal

E. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah Kesehatan Kronis
Klien tidak pernah menderita penyakit kronis
2. Fungsi Kognitif
MMSE skor 28 (Normal)
3. Ststus Fungsional
Barthel Indeks skor 95 (ktergantunagn ringan)
4. Status Psikologis
Skala depresi skor 5 (depresi ringan)
5. Dukungan Keluarga

48
Klien selalu mendapat dukungan dari keluarganya dibuktikan dengan
anak dan suaminya selalu bergantian menjaga klien di rumah sakit.
F. Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 18-02-2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Trombosit 141 10^3 u/L 150-440
Hematokrit 34 % 35-47

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 17-02-2019


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Trombosit 118 10^3 u/L 150-440
Urin
Protein Trace Negatif
Lekosit POS (+1) No Unit

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 16-02-2019


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Trombosit 127 10^3 u/L 150-440
MCHC 36.8 g/dL 32.0-36.0

G. Terapi Obat
Nama Obat Dosis Pemberian Indikasi
Cefadroxil 2 x 500 mg P.O Cefadroxil merupakan obat
antibiotik untuk mengobati
berbagai macam infeksi
bakteri
Antrain 3 x 1 ampul IV Antrain merupakan obat anti
nyeri dan anti demam
Ranitidin 2 x 1 ampul IV Untuk menurunkan kadar
asam lambung yang tingi
Mecobalamin 1 x 1 ampul IV Membantu dalam
pembentukan sel darah merah
Asering 20 tpm IV Untuk perawatan darah dan
kehilangna cairan

49
50
ANALISA DATA

Tanggal/
Data Fokus Problem Etiologi
Jam
18-02- DS : Nyeri Akut Agen Cidera
2019 1. Klien mengatakan Biologis
08.00 pusing
2. Klienmengatakannyeri
WIB
pada bagian tengkuk
P : Agen cidera biologis
Q : Seperti ditimpa
beban berat
R : Dibagian tengkuk
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri menetap

DO :
1. Klien terlihat lemas
2. Klien terlihat menahan
rasa sakit
3. TD : 165/90 mmHg
HR : 60x/menit
Suhu: 36,3oC
RR : 20x/menit
4. Klien terlihat kaku untuk
menggerakkan
kepalanya

51
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal/ No. Dx Tujuan Intervensi TTD
jam Kep
18-02-19 1 Setelah dilakukan 1. Lakukan
09.00
tindakan keperawatan 2 pengkajian nyeri
WIB
x 7 jam diharapkan secara
nyeri dapat berkurang komprehensif
2. Ajarkan pada
dengan kriteria hasil :
1. Nyeri yang klien manajemen
dilaporkan dari skala nyeri non
3 menjadi skala 5 farmakologis
2. Ekspresi wajah 3. Ukur tanda-
nyeri dari skala 4 tanda vital
4. Tentukan
menjadi skala 5
pilihan obat
analgetik
berdasarkan tipe
dan keparahan
klien

52
IMPLEMENTASI

Tanggal/ No. Dx
Implementasi Respon TTD
Jam Kep
18-02-19 1 Melakukan DS :
07.00
pengkajian nyeri  Klien mengatakan pusing
secara komprehensif  Klienmengatakannyeri pada bagian
tengkuk
P : Agen cidera biologis
Q : Seperti ditimpa beban berat
R : Dibagian tengkuk
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri menetap
DO :
 Klien terlihat lemas
 Klien terlihat menahan rasa sakit
 TD : 165/90 mmHg
 HR : 60x/menit
 Suhu: 36,3oC
 RR : 20x/menit
 Klien terlihat kaku untuk
menggerakkan kepalanya
10.00 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di
tanda vital ukur
DO:
TD 168/98 mmHg
N 90 kali per menit
RR 20 kali per menit
S 36.2 0C
13.00 Mengajarkan pada DS: Pasien mengatakan bersedia dan
klien manajemen mengikuti instruksi dari perawat
DO: Pasien terlihat kooperatif
nyeri non
farmakologis yaitu
kompres hangat pada
tengkuk
13. 30 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di
tanda vital setelah ukur
DO:
dilakukan kompres

53
hangat pada tengkuk TD 152/96 mmHg
N 89 kali per menit
RR 20 kali per menit
S 36.4 0C
14.00 Menentukan pilihan DS: Pasien mengatakan bersedia
obat yang sesuai diberikan obat
DO: Obat masuk per IV, tidak ada
dengan advice:
1. Antrain 1 ampul tanda-tanda alergi
2. Ranitidin 1 ampul
3. Mecobalamin 1
ampul
19-02-19 1 Melakukan DS :
pengkajian nyeri  Klien mengatakan pusing
07.00
secara komprehensif  Klienmengatakannyeri pada bagian
tengkuk
P : Agen cidera biologis
Q : Seperti ditimpa beban berat
R : Dibagian tengkuk
S : Skala nyeri 2
T : Nyeri menetap
DO :
 Klien terlihat lemas
 Klien terlihat menahan rasa sakit
 TD : 155/91 mmHg
 HR : 72x/menit
 Suhu: 36,7oC
 RR : 19x/menit
 Klien terlihat kaku untuk
menggerakkan kepalanya
10.00 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di
tanda vital ukur
DO:
TD 149/84 mmHg
N 80 kali per menit
RR 20 kali per menit
S 36.7 0C
13.00 Mengajarkan pada DS: Pasien mengatakan bersedia dan
klien manajemen mengikuti instruksi dari perawat
DO: Pasien terlihat kooperatif
nyeri non

54
farmakologis yaitu
kompres hangat pada
tengkuk
13.30 Mengukur tanda- DS: Pasien mengatakan bersedia di
tanda vital setelah ukur
DO:
dilakukan kompres
TD 141/85 mmHg
hangat pada tengkuk N 88 kali per menit
RR 20 kali per menit
S 36.7 0C
14.00 Menentukan pilihan DS: Pasien mengatakan bersedia
obat yang sesuai diberikan obat
DO: Obat masuk per IV, tidak ada
dengan advice:
1. Antrain 1 ampul tanda-tanda alergi
2. Ranitidin 1 ampul
3. Mecobalamin 1
ampul

55
EVALUASI
Tanggal/Jam No. Dx Kep Evaluasi TTD
18-02-19 1 S:
14.00 WIB 1. Klien mengatakan nyeri berkurang
P : Agen cidera biologis
Q : Seperti ditimpa beban berat
R : Dibagian tengkuk
S : Skala nyeri 2
T : Nyeri menetap
O:
 Klien terlihat lemas
 Klien terlihat menahan rasa sakit
 TD : 152/96 mmHg
 N 89 kali per menit
 RR 20 kali per menit
 S 36.4 0C
 Klien terlihat kaku untuk menggerakkan kepalanya
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi Manajemen Nyeri
19-02-19 1 S:
14.00 WIB 1. Klien mengatakan nyeri berkurang
P : Agen cidera biologis
Q : Seperti ditimpa beban berat
R : Dibagian tengkuk
S : Skala nyeri 2
T : Nyeri hilang timbul
O:
 Klien terlihat lemas
 Klien terlihat menahan rasa sakit
 TD 141/85 mmHg
 N 88 kali per menit
 RR 20 kali per menit
 S 36.7 0C
 Klien terlihat kaku untuk menggerakkan kepalanya
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi Manajemen Nyeri

56
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

A. Lembar Observasi
Kelompok telah melakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi pada Ny. K
dan Tn. A dengan memberikan implementasi kompres air hangat pada tengkuk dilakukan
1x10 menit/hari selama 3 hari. Dengan hasil sebagai berikut:
Skala Nyeri dan Tekanan Darah
Pada Ny. K Pada Tn. A
No Hari / Tanggal Pre Post Pre Post
Kompres Kompres Kompres Kompres
1 Senin, 18 Februari 3 2 3 2
168 / 98 152 / 96 163 / 89 151 / 83
2019
2 Selasa, 19 2 1 2 1
149 / 84 141 / 85 156 / 88 153 / 79
Februari 2019
3 Rabu, 20 Februari
2019

Berdasarkan hasil observasi di atas pada tanggal 18 Februari 2019 sebelum


dilakukan kompres Ny. K mengeluh nyeri kepala dengan skala nyeri 3, tekanan darah
168/98 mmHg dan setelah dilakukan implementasi selama 10 menit skala nyeri
berkurang menjadi 2, tekanan darah 152/96 mmHg. Pada tanggal 19 Februari 2019
sebelum dilakukan kompres hangat skala nyeri 2, tekanan darah 149/84 mmHg dan
setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri berkurang menjadi 1, tekanan darah 141/85
mmHg.
Sedangkan berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18 Februari 2019 sebelum
dilakukan kompres Tn. A mengeluh nyeri kepala dengan skala nyeri 3, tekanan darah
163/89 mmHg, dan setelah dilakukan implementasi selama 10 menit skala nyeri
berkurang menjadi 2, tekanan darah 151/83 mmHg. Pada tanggal 19 Februari 2019
sebelum dilakukan kompres hangat skala nyeri 2, tekanan darah 156/88 mmHg dan
setelah dilakukan kompres hangat skala nyeri berkurang menjadi 1, tekanan darah 153/79
mmHg.
Nyeri kepala pada pasien hipertensi disebabkan karena kerusakan vaskuler pada
seluruh pembuluh perifer. Perubahan pada struktur dalam arteri-arteri kecil dan erteriola

57
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka
aliran arteri akan terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan terjadi penurunan O 2 dan
peningkatan CO2 kemudian terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan
asam laktat dan menstimulasi pada nyeri kapiler pada otak (Price & Wilaon, 2006).
Menurut Kowalak, Welsh dan Mayer (2012), nyeri kepala disebabkan kerak pada
pembuluh darah atau aterosklerosis sehingga elastisitas kelenturan pada pembuluh darah
menurun. Aterosklerosis tersebut mengakibatkan spasme pada pembuluh darah (arteri),
sumbatan dan penurunan O2 yang akan berujung pada nyeri kepala dan distensi struktur
di kepala atau leher.
Kozier dan Erb (2009, hlm.402) menyatakan bahwa kompres hangat merupakan
suatu tindakan untuk mengatasi nyeri dengan menggunakan teknik konduksi sehingga
dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah, meningkatkan permeabilitas
kapiler, meningkatkan metabolism selular, merelaksasikan otot, dan meningkatkan aliran
darah ke suatu area nyeri. Pada leher tedapat arteri dan arteriol yang memperdarahi
kepala dan otak. Arteriol merupakan pembuluh resistensi utama pada pohon vaskuler.
Dinding arteriol hanya sedikit mengandung jaringan ikat elastik, namun pembuluh
arteriol mempunyai lapisan otot polos yang tebal dan disarafi oleh serat saraf simpatis.
Otot polosnya juga peka terhadap perubahan kimiawi lokal dan terhadap beberapa
hormon dalam sirkulasi. Lapisan otot polos berjalan sirkurel mengelilingi arteriol,
sehingga apabila berdilatasi lingkaran pembuluh akan melebar, karena itulah kompres
hangat dapat melebarkan pembuluh yang ada, dan mengakibatkan menurunnya resistensi
sehingga aliran yang melalui pembuluh darah akan bertambah (Sherwood, 2001,
hlm.306). Oleh karena itu nyeri kepala pada pasien hipertensi dapat berkurang karena
kompres hangat pada leher dapat merelaksasi otot polos pada pembuluh darah dan
melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah
pemasukan, oksigen, serta nutrisi ke jaringan (Potter & Perry, 2010, hlm.632).
Kompres hangat juga dapat meningkatkan curah jantung, peningkatan tersebut
dikarenakan sebagai hasil vasodilatasi perifer yang berlebih, yang mengalihkan sejumlah
besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan penurunan tekanan darah (Koizer
& Erb, 2009, hlm.402), jika tekanan darah menurun secara berangsur perfusi O2
(oksigen) di otak akan adekuat atau bertambah, sehingga nyeri kepala akan menurun.
Teori dan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh kompres hangat pada
leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala dan tekanan darah pada pasien

58
hipertensi. Hal ini dibuktikan dengan penurunan intensitas nyeri kepala dan tekanan
darah pada pasien yang diberikan kompres hangat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dody Aetyawan (2014), yang menyatakan
bahwa ada pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan
intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi, dimana kelompok yang diberikan kompres
hangat pada leher lebih efektif dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan
kompres hangat pada leher.
B. Faktor Pendukung
1. Pasien kooperatif
2. Pasien dan keluarga memberikan respon yang baik terhadap tindakan kompres
hangat pada tengkuk.
3. Tersedianya alat WWZ (Water Warm Zack) dan air panas di ruangan sehingga
mempermudah dalam melaksanakan tindakan.
C. Faktor Penghambat
1. Terbatasnya pasien lansia diatas 60 tahun dengan kasus yang sama

59
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan terdapat beberapa kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut:
1. Salah satu intervensi yang dilakukan dalam menangani masalah
keperawatan yang diambil adalah dilakukannya tindakan kompres hangat
tengkuk untuk mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan darah.
2. Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari
3. Hasil Evaluasi implementasi berdasarkan EBP yang dilakukan pada
pasien Tn.A didapatkan hasil terdapat perubahan skala nyeri dari skala 3
menjadi skala 1, pada Ny. K terdapat perubahan skala nyeri dari skala 3
menjadi skala 1.
4. Terdapat perubahan tekanan darah pada Tn. A dari 163/89 mmHg
menjadi 153/79 mmHg. Pada Ny.K terdapat perubahan dari 168/98 mmHg
menjadi 141/85 mmHg.
B. Saran
Pendidikan keperawatan perlu lebih memperluas lingkup praktek teori terkait
dengan managemen non farmakologi dalam mengatasi nyeri. Perawat senantiasa
membantu klien untuk mandiri dan kolaboratif, yaitu memberikan tindakan kompres
hangat tengkuk yang diberikan bersamaan dengan terapi farmakologi pada nyeri
hipertensi.

60
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Yofina.(2012). Super komplet Pengobatan Darah Tinggi. Yogyakarta: Araska.


Aprillya M.T. Gerungan, Angela F.C. Kalesaran, Rahayu H. Akili. (2016). Hubungan
Antara Umur, Aktivitas Fisik Dan Stress Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Kawangkoan.
Armilawaty, Husnul, A., & Ridwan, A. (2009). Hipertensi Dan Faktor Resikonya Dalam
Kajian Epidemologi. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Brunner & Suddarth, (2015). Keperawatan - Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarat: EGC
Corwin. (2009). Handbook of Pathophysiology. Columbus: the Ohio State University
Dalimartha, S. 2009. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Gramedia
Kartikasari , A N. 2012. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di
Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba
Kabanjahe [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]
Kemenkes RI., 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta
Kresnawan, T. 2011. Tesis Asuhan Gizi Pada Hipertensi. (online)
http://repository.maranatha.edu/2565/3/0810219_Chapter1.pdf .Diakses pada tanggal
17 Februari 2019 pukul 22.00 wib
Potter, P.A., & Perry, A.G.(2010). Fundamental keperawatan. Edisi 7. Buku 2. Jakarta :
Potter, PA & Perry, A.G. (2009). Potter & Perry’s Fundamentals of nursing (7th ed).
Sydner : Mosby
Price & Sylvia (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Rasyidah, N. 2011. Skripsi Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Nyeri Sendi
pada Pasien Asam Urat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2011.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312121/abstrak.pdf(jurnal )
diakses tanggal 17 Februari 2019.
Salemba medika.
Siburian, Pirma.2009. Nyeri Tenggkuk, Hipertensi atau Nyeri Tulang. Diakses tanggal 17
Februari 2019 jam 23.00Wib dari: nyeri-tenggkuk-hipertensi-atau-penyakit
tulang.html
Sjamsuhidajat.R. (2010) .Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC
Smeltzer and Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). Jakarta: EGC.
Snell, R.S. (2012). Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta : EGC

61
Suzanne C. Smeltzer (2010), Textbook of Medical-Surgical Nursing. Jakarta. EGC.
Tamsuri. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
Widyastuti. 2012. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Tingkat Nyeri Sendi
Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Propinsi Yogyakarta Unit
Abiyoso Pakem. Skripsi Program Studi SI Keperawatan Universitas Respati
Yogyakarta.

62

Vous aimerez peut-être aussi