Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. F
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 33 tahun
Alamat : Jlegiwinangun, Kutowinangun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pegawai swasta
Masuk RS : 31 Maret 2016
No. CM : 306178
II. DAFTAR MASALAH

No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal


1. Nyeri perut kanan 31-3-16
bawah
2. Mual 31-3-16
3. Nafsu makan menurun 31-3-16

III. DATA DASAR


A. DATA SUBYEKTIF
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama : nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
+ 2 hari SMRS pasien merasakan nyeri di daerah ulu hati. Nyeri dirasakan tumpul
dan tidak menjalar, nyeri hilang timbul. Mual (+), muntah (-), demam (-).
+ 1 hari SMRS pasien mengeluh perut sebelah kanan bawahnya terasa nyeri. Nyeri
berlangsung terus-menerus. Mual (+), muntah (+), demam (+). Nafsu makan

0
menurun (+). Penderita berobat ke PKM Kutowinangun dan dikatakan curiga usus
buntu. Pasien lalu dirujuk ke RSUD Soedirman Kebumen.
Kualitas : Nyeri perut menyebabkan pasien sulit beraktivitas karena pasien merasa
sangat kesakitan sehingga pasien hanya dapat tidur-tiduran dan beristirahat.
Kuantitas : Nyeri perut berlangsung terus-menerus.
Faktor yang memperingan: Istirahat dengan berbaring atau posisi membungkuk.
Faktor yang memperberat : Jika pasien berdiri, berjalan, batuk, dan mengejan.
Gejala penyerta: mual (+), muntah (+), demam (+), nafsu makan menurun (+), BAB
dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat kencing manis dan darah tinggi disangkal
- Riwayat sakit jantung disangkal
- Riwayat trauma daerah abdomen disangkal
- Riwayat penyakit lambung/sakit maag disangkal
- Riwayat penyakit saluran kemih disangkal
- Riwayat operasi daerah abdomen disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
- Riwayat kencing manis dan darah tinggi disangkal
- Riwayat sakit jantung disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien seorang wiraswasta. Pasien tinggal bersama dengan istri dan anaknya.
Pola makan pasien tidak teratur dan jarang mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat. Biaya pengobatan menggunakan BPJS. Kesan sosial ekonomi
kurang.

1
B. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 31 maret 2016
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum Tampak sakit sedang ( Skala nyeri VAS 7-8 )
Kesadaran Komposmentis GCS : E4M6V5 = 15
Tanda Vital Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/ menit, irama reguler
Frekuensi Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37,9 0C
Kulit Warna coklat, turgor menurun (-), kering (-), ikterik (-)
Kepala Bentuk mesocephal dan rambut tidak beruban
Mata Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-)
Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
Hidung Napas cuping hidung (-/-), sekret (-), epistaksis (-)
Mulut Sianosis (-), bibir kering (-), pucat (-), papil lidah atrofi (-),
stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)
Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi
cervical (-), distensi vena-vena leher (-)
Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi (-), pernapasan torakoabdominal, sela iga
melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-)
Jantung
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra


Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

2
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi Bunyi jantung I-II murni, reguler, bising (-), gallop (-).
Bunyi jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial
linea medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea
parasternal dextra et sinistra.
Pulmo
Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar(-).
Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar, retraksi
(-)
Palpasi Simetris. Pergerakan dada kanan = kiri, peranjakan dada
kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Sonor / Sonor
Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah halus (-/-), krepitasi (-/-)
Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
Abdomen :

Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),


venektasi (-), sikatrik (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal
Perkusi Timpani, pekak alih (-), nyeri ketok (+)
Palpasi Supel, hepar dan lien kesan tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (+), nyeri tekan titik Mac Burney (+), Obturator
sign (+), Psoas sign (+), Rovsing sign (+), Blumberg Sign
(+), Defans muskular (+) di kuadran kanan bawah
Rectal toucher Tonus sphinter ani baik, ampula tidak prolaps, mukosa licin,
nyeri tekan(+) jam 9-12, massa(-). Pada handscoon
feses(+), darah(-).
Ekstremitas Akral Oedema
dingin
_ _ _ _
_ _
_ _

3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL SATUAN NILAI
NORMAL
1. HEMATOLOGI 31 Maret 2016
Hemoglobin 15,4 gr% 13,2-17,3
Hematokrit 45,1 % 40-52
Eritrosit 4,96 jt/mmk 4,4-5,9
MCH 31 pg 26-34
MCV 91 fl 80-100
MCHC 34 g/dL 32-36
Leukosit 18,8 ribu / mmk 3,8-10,6
Trombosit 299 ribu / mmk 150-440
RDW 11,95 % 11,50-14,50
Hitung Jenis
Eosinofil 1,3 % 2-4
Basofil 0,0 % 0-1
Neutrofil segmen 82,1 % 50-70
Limfosit 8,8 % 26-40
Monosit 7,8 % 2-8
LED - mm/jam 0-10
Hemostasis
BT 2 menit 1-3
CT 3 menit 2-6
GDS 151 mg/dL 80-150
Imunoserologi
HBsAg Negatif
Kimia klinik 120 Mg/dl 10-120
ureum
kreatinin 0,8 Mg/dl 0,4-0,9
Elektrolit kimia(3/4/16) 4,4 Mmol/l 3,5-5,3
kalium
natrium 144 Mmol/l 135-148
klorida 115 Mmol/l 98-107

4
Alvarado score
• Migration of pain :1
• Anorexia :1
• Nausea / vomiting :1
• Right lower quadran tenderness :1
• Rebound tenderness :0
• Elevated temperature :1
• Leukocytosis :2
• Left shift in leucocyte count :1
Total :8

C. DIAGNOSIS SEMENTARA
Appendicitis akut

F. INITIAL PLANS
Ip Dx : S : -
O : USG Abdomen, EKG
Ip Rx :
Non medikamentosa
-
Bed rest total posisi Fowler ( anti Trandelenburg )
-
Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi
-
Konsul SpB: Pro Appendiktomi cito
Medikamentosa
-
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
-
Injeksi Ranitidin 1A/12 jam
-
Injeksi Ondansetron 1A/12jam
-
Injeksi Ketorolac 1A (ekstra  bila nyeri)
-
Injeksi Ceftriaxon 1A/12 jam
-
Injeksi Metronidazol 500mg/8 jam

Ip Mx : Keadaan umum, tanda vital, nyeri.

5
Ip Ex :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai diagnosis penyakit
yang diderita, beserta komplikasi yang mungkin terjadi.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai perlunya
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis dan menentukan
penatalaksanaan selanjutnya.

EKG (31 Maret 2016)


Kesan : Normosinus rhytme

USG ABDOMEN (31 Maret 2016)

Kesan: Tampak struktur tubuler non kompresibel di abdomen kanan bawah. Diameter
±2,3cm, dapat mungkin Appendicitis akut
Tak tampak kelainan pada hepar, lien, renal dextra et sinistra, vesica urinaria

Tanggal Keadaan Klinis Program terapi / Tindakan


31/3/2016 S: P:
-
- Pasien baru masuk untuk persiapan Infus NaCl 0,9% 20 tpm
09.00 -
operasi. Injeksi Ranitidin 1A/12 jam
-
- Nyeri perut kanan bawah (+) Injeksi Ketorolac 1A (ekstra 
- Demam (+) bila nyeri)
-
- Mual (+) Injeksi Ceftriaxon 1A/12 jam
-
- Nafsu Makan menurun (+) InjeksiMetronidazol
- BAB (-) 500mg/8jam
-
- Flatus (-) operasi Apendiktomi cito
(13.30)
O:
Vital sign: - Persiapan operasi:
Tensi : 110/80 mmHg  Surat Izin Operasi (+)
Nadi : 90 x/ menit, irama regular  Puasa
Frekuensi Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37,9 0C

6
Pemeriksaan Fisik
Nyeri ketok (+),
Nyeri tekan McBurney (+)
Rovsing sign (+)
Psoas sign (+)
Obturator sign (-)
Blumberg Sign (+)
Defans muskular (+) di kuadran kanan
bawah. Rectal Toucher : Nyeri tekan(+) jam
9-12.

A: Apendisitis Akut
31/3/ 2016 S: P:
- Nyeri luka post operasi apendiktomi (+) - Bed rest + latihan duduk
18.00
- Demam (-) - Ganti perban
- Mual (+) - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Muntah (+) - Inj. Ranitidin 1A/12jam
- Nafsu Makan menurun (+) - Inj. Ondansetron 1A/12jam
- Flatus (-) - Analgetik post operasi;
Inj. Ketorolac 1A/12 jam
-
O: Inj. Metronidazol 500mg/8jam
-
Vital Sign: Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
 TD: 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 RR: 20 x/mnt
 T: 36,7oC

A: Post Operasi Apendiktomi e.c Apendisitis


Akut

1/4/ 2016 S: P:
- Nyeri luka post operasi apendiktomi (+) - Bed rest + latihan duduk
06.30
- Demam (-) - Ganti perban
- Mual (+) - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Muntah (-) - Inj. Ranitidin 1A/12jam
- Nafsu Makan menurun (+) - Analgetik post operasi;
- Flatus (-) Inj. Ketorolac 1A/12 jam
-
Inj. Metronidazol 500mg/8jam
-
O: Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Vital Sign:
 TD: 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 RR: 20 x/mnt
 T: 36,7oC
Abdomen: BU(+)supel,nt(+) tampak luka op

7
tertutup verban, darah(-).

A: Post Operasi Apendiktomi e.c Apendisitis


Akut

2/4/ 2016 S: P:
- Nyeri luka post operasi apendiktomi (+) - Bed rest + latihan duduk
06.30
- Demam (-) - Ganti perban
- Mual (+) - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Muntah (-) - Inj. Ranitidin 1A/12jam
- Nafsu Makan menurun (+) - Analgetik post operasi;
- Flatus (+) Inj. Ketorolac 1A/12 jam
-
- BAB cair(+) Inj. Metronidazol 500mg/8jam
-
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
O: -diet bubur lunak
Vital Sign:
 TD: 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 RR: 20 x/mnt
 T: 36,7oC
Abdomen: BU(+)supel,nt(+) tampak luka op
tertutup verban, darah(-).

A: Post Operasi Apendiktomi e.c Apendisitis


Akut

3/4/ 2016 S: - Bed rest + latihan duduk


- Nyeri luka post operasi apendiktomi (+) - Ganti perban
06.30
- Demam (-) - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Mual (+) - Inj. Ranitidin 1A/12jam
- Muntah (-) - Analgetik post operasi;
- Nafsu Makan menurun (+) Inj. Ketorolac 1A/12 jam
-
- Flatus (+) Inj. Metronidazol 500mg/8jam
-
- BAB cair(+) Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
-PO New Diatab 2x2tab
O: -diet bubur lunak
Vital Sign:
 TD: 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 RR: 20 x/mnt
 T: 36,7oC
Abdomen: BU(+)supel,nt(+) tampak luka op
tertutup verban, darah(-).

A: Post Operasi Apendiktomi e.c Apendisitis


Akut

8
4/4/ 2016 S: P:
- Nyeri luka post operasi apendiktomi (+) - Ganti perban Pasien Boleh
06.30
- Nafsu Makan (+) Pulang
- Flatus (+) - IVFD RL 20 tpm off
- Jalan (+) - Inj. Ranitidin 1A/12jam  off
- Inj. Ketorolac 1A/12 jam off
O: - Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jamoff
Vital Sign: - Inj. Metronidazol 500mg/8 jam
 TD: 100/70 mmHg  off
 Nadi: 70 x/mnt - Obat rawat jalan:
 RR: 20 x/mnt  As. Mefenamat tab 3x500mg
 T: 36,5oC p.c
Keadaan luka operasi: Luka kering (+),  Sefadroxil tablet 2 x 1
Nanah (-), tanda-tanda peradangan (-).  Ranitidin tablet 2 x 1 a.c
-
Pasien setelah pulang di anjurkan
A: Post Operasi Apendiktomi e.c Apendisitis
kontrol ke poliklinik bedah 3 hari
Akut
berikutnya untuk ganti dressing
dan evaluasi luka serta tambah
obat oral.
-
Edukasi agar pasien sering
makan makanan berserat

9
BAB II
PEMBAHASAN

APENDISITIS AKUT
A. Definisi
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia antara 10-30 tahun.1
Appendiks terletak di ileocaecum, pertemuan di 3 tinea (Tinea libera, tinea
colica, dan tinea omentum). Bentuk tabung panjang 7-10 cm, diameter 0,7 cm.
Memiliki beberapa jenis posisi yaitu:
1. Retrocolic : Apendiks di belakang kolon ascenden dan biasanya retreperitoneal
2. Antecaecal : Apendiks di depan caecum.
3. Retrocaecal : Apendiks di belakang caecum ( ±70% )
4. Promontorik : ujung apendiks menunjuk ke promontorium sacri
5. Pelvica descenden : Apendiks menggantung kea rah pelvis minor
Vaskularisasi dari appendiks: a. Appendicularis, cabang dari a. Iliocaecalis,
cabang dari A. Mesentrika superior. Inervasinya simpatis berasal dari N. Thoracalis
10 sedangkan parasimpatis berasal dari N. Vagus (C.10). 2

10
Apendiks memiliki topografi yaitu pangkal appendiks terletak pada titik Mc
Burney. 2
 Garis Monroe : Garis antara umbilicus dengan SIAS dekstra
 Titik Mc Burney : 1/3 bagian dari SIAS dekstra pada garis Monroe
 Titik Lanz : 1/6 bagian dari SIAS dekstra pada garis antara SIAS dekstra dan SIAS
sinistra
 Garis Munro : Pertemuan antara garis Monroe dengan garis parasagital dari
pertengahan SIAS dekstra dengan simfisis.

B. Etiologi
Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan apendisitis akut.
Penyumbatan lumen apendiks disebabkan oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit,
striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, cacing usus atau neoplasma.
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendiksitis ialah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E.Histolityca. 2,3
Penyebab sumbatan 60% adalah hyperplasia kelenjar getah bening, 35%
disebabkan karena fekalith, 4% oleh benda asing ( termasuk cacing askaris ) dan 1%
oleh striktur lumen yang bisa disebabkan karsinoma.4
Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan
menaikan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan
mempermudah timbulnya apendisitis akut.5

C. Patogenesis
Patologi apendisitis dapat mulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh
lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Pada dasarnya apendisitis
akut adalah suatu proses penyumbatan yang mengakibatkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan

11
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.5
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut.1
Setelah mukosa terkena kemudian serosa juga terinvasi sehingga akan
merangsang peritoneum maka timbul nyeri somatik yang khas yaitu di sisi kanan
bawah (titik Mc Burney). Titik Mc Burney terletak pada 1/3 lateral garis yang
menghubungkan SIAS dan umbilicus.4

Appendisitis akut dalam 48 jam dapat menjadi :


1.Sembuh
Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa apendikuler
akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.5
2.Kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah
apendiktomi. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens
apendisitis kronik antara 1-5%. 5
3.Perforasi
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.1

12
Pada orangtua kemungkinan terjadi perforasi lebih besar karena daya tahan
tubuh sudah lemah dan telah ada gangguan pembuluh darah. Pada anak-anak,
karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi.1
4.Infiltrat
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks sehingga melokalisasi daerah infalmasi
mengelompok dan memebentuk suatu infiltrate apendiks dan disebut proses
walling off. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi.4,5

D. Gejala klinik
Gambaran klinis appendicitis akut3,5 :
1. Tanda awal
Nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di darerah
epigastrium atau umbilicus disertai mual dan kadang muntah, serta umumnya
disertai anorexia.
2. Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum
lokal di titik Mc Burney ( nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler ).
Di sini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat
konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu
dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila letak
apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung sekum, tanda nyeri
perut kanan bawah tidak terlalu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal.
Rasa nyeri lebih kearah perut sisi kanan atau timbul pada saat berjalan karena
kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. Apendiks yang terletak di
rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan
sigmoid atau rectum sehingga peristaltik meningkat, pengosongan rektum akan

13
menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks menempel ke kandung
kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan dindingnya.

3. Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung


 Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign)
 Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign)
 Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti napas dalam, berjalan,
batuk, mengedan

4. Demam
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5o C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan
rectal sampai 1ºC.
5. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare,
timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rectum.

Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya
rewel dan tidak mau makan. Anak biasanya tidak bisa melukiskan rasa nyerinya.
Dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi
lemah dan letargi. Karena gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui
setelah perforasi. Pada bayi, 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi
perforasi.
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga tidak
ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Misalnya, pada orang berusia
lanjut yang gejalanya sering samar-samar saja sehingga lebih dari separuh penderita
baru dapat didiagnosis setelah perforasi.
Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual dan
muntah. Yang perlu diperhatikan adalah, pada kehamilan trimester pertama sering
juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong
ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih
ke regio lumbal kanan.

14
E. Diagnosis Apendisitis Akut
Diagnosis Apendisitis Akut didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada apendisitis didapatkan tanda awal berupa nyeri samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri visceral di darerah epigastrium atau umbilicus disertai
mual dan kadang muntah, serta umumnya disertai anorexia. Dalam beberapa jam
nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney. Di sini nyeri dirasakan
lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5o C. Nyeri kanan bawah
bila peritoneum bergerak, seperti napas dalam, berjalan, batuk, mengedan,
sehingga penderita biasanya datang dengan berjalan membungkuk sambil
memegangi perutnya yang sakit. Peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis. Obstipasi sebelum
datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, timbul biasanya
pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rectum.3,5
Dalam kasus ini, didapatkan nyeri perut yang berpindah-pindah sejak 2 hari
SMRS, mual (+), muntah (-) demam (+). ± 1 hari SMRS nyeri semakin bertambah
dan berpindah ke sebelah perut kanan bawah, keluhan diperberat dengan berjalan
dan berdiri. Untuk meredakan nyeri tersebut pasien berbaring atau badanya sedikit
dibungkukkan, mual (+), muntah (+), tidak nafsu makan (+), demam (+), flatus (-),
BAB terakhir ±2 hari SMRS, BAB darah (-) lendir (-). Pola makan pasien tidak
teratur dan jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat.
2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi3
-
tidak ditemukan gambaran spesifik.
-
penderita biasanya datang dengan berjalan membungkuk sambil
memegangi perutnya yang sakit
-
kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
-
penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada masaa atau abses
periapendikuler.
-
tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan

Palpasi 6,7

15
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada
kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan
Obraztsova’s sign ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri
pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan
rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri
pada hipogastrium atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada perut kanan bawah dengan
batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada
korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau
sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan
bawah.
Sitkovskiy Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran
(Rosenstein)’s sign kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri
Bartomier-Michelson’s Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan
sign bawah pada pasien dibaringkan pada sisi kiri
dibandingkan dengan posisi terlentang

Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle


kanan (akan positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran
kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba

Perkusi2,3
-
terdapat nyeri ketok
-
Pekak hati hilang karena bocoran usus (jika terjadi peritonitis maka udara
bocor)

Auskultasi2,3
-
sering normal
-
peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata
akibat apendisitis perforata pada keadaan lanjut
-
bising usus tidak ada (karena peritonitis)

Rectal Toucher2,3
-
nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00
-
terdapat massa yang menekan rectum (jika ada abses).
-
pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan maka kunsi
diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.

16

Alvarado Score5

The Modified Alvarado Score Skor Skor kasus


Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati 1 1
ke perut kanan bawah
Mual-Muntah 1 1
Anoreksia 1 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2 2
Nyeri lepas 1 1
Demam diatas 37,5 ° C 1 1
Pemeriksaan Leukositosis 2 2
Lab
Hitung jenis leukosit shift to the 1 0
left
Total 10 9
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut

Dalam kasus ini ditemukan pasien datang dengan berjalan membungkuk


sambil memegangi perutnya yang sakit, suhu badan yang meningkat ≥37,50C
( 37,90C ). Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri ketok (+), nyeri tekan
titik Mac Burney (+), Obturator sign (+), Psoas sign (+), Rovsing sign (+),
Blumberg Sign (+), Defans muskular (+) di kuadran kanan bawah. Pada

17
pemeriksaan rectal Toucher ditemukan nyeri tekan(+) jam 9-12. Pada Alvarado
Score didapatkan skor 8.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
-
Pemeriksaan darah perifer lengkap

leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada
kasus dengan komplikasi.

pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat

pemeriksaan hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri hampir
75%
-
Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di
dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan
diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang
mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis.
-
Pengukuran kadar HCG
Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur.
b. Radiologi
-
Foto polos abdomen
 Pada apendisitis akut pemeriksaan foto polos abdomen tidak banyak
membantu. Mungkin terlihat adanya fekalit pada abdomen sebelah
kanan bawah yang sesuai dengan lokasi apendiks, gambaran ini
ditemukan pada 20% kasus.
 Kalau peradangan lebih luas dan membentuk infiltrate maka usus pada
bagian kanan bawah akan kolaps
 Dinding usus edematosa, keadaan seperti ini akan tampak pada daerah
kanan bawah abdomen kosong dari udara.
 Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi
(misalnya peritonitis karena perforasi) maka pada foto abdomen tegak
akan tampak udara bebas di bawah diafragma, psoas shadow tak tampak
dan garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
 Pada abses appendik kadang-kadang memberi pola bercak udara dan air
fluid level pada posisi berdiri / LLD (decubitus), klasifikasi bercak rim-
like ( melingkar ) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari apendiks.

18
 Pada apendiksitis akut, kuadran kanan bawah perlu diperiksa untuk
mencari appendikolit : klasifikasi bulat lonjong, sering berlapis.
 Proses peradangan pada fossa iliaka kanan akan menyebabkan kontraksi
otot sehingga timbul scoliosis ke kanan

-
USG8
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG
dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan
ektopik, adneksitis dan sebagainya.
-
Barium1
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon
melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi
dari appendisitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada
appendicitis akut memperlihatkan tidak adanya pengisian apendiks dan efek
massa pada tepi medial serta inferior dari seccum.
-
CT-Scan2
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
-
Laparoksopi1
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara
langsung. Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila
pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix
maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada appendicitis akut adalah:
-
Perforasi apendiks5
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
-
Peritonitis9,10

19
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput
organ perut (peritonieum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh
infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya
disertai dengan bakterisemia atau sepsis.
G. Diagnosis banding
 Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit
perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistalsis sering ditemukan.
Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan apendiksitis akut.
 Limfadenitis Mesenterika
Limfadenitis mesenterika yang biasa didahului enteritis atau gastroenteritis
ditandai dengan nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual,
nyeri tekan perut samar, terutama kanan.
 Kelainan Ovulasi
Folikel ovarium yang pecah ( ovulasi ) mungkin memberikan nyeri perut
bawah kanan pada pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis nyeri yang
sama pernah timbul lebih dahulu. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasanya
menghilang dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama 2
hari. Pada kasus ini pasien laki – laki sehingga dapat disingkirkan.
 Infeksi Panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu
biasanya lebih tinggi dari apenditis dan nyeri perut bagian bawah bperut lebih
difus. Infeksi panggul wanita biasanya disertai leputihan dan infeksi urin.
Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan.
Pada kasus ini pasien laki – laki sehingga dapat disingkirkan.
 Kehamilan di Luar Kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak
menentu. Jika ada rupture tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan
perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan
mungkin terjadi syok hipovolemi. Pada pemeriksaan vagina didapatkan nyeri
dan penonjolan rongga Douglas dan pada kuldosentesis didapatkan darah.
Pada kasus ini pasien laki – laki sehingga dapat disingkirkan.

20
 Kista ovarium Terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa
dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok dubur, atau colok rectal.
Tidak terdapat demam. Pada kasus ini pasien laki – laki sehingga dapat
disingkirkan.
 Endometriosis Eksterna
Endometrium di luar rahim dapat memberikan keluhan nyeri di tempat
endometriosis itu berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu
karena tidak ada jalan keluar. Pada kasus ini pasien laki – laki sehingga dapat
disingkirkan.
 Urolitiasis Pielum/Ureter Kanan
Batu ureter atau batu ginjal kanan. Ada riwayat kolik dari pinggang ke perut
menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria
sering ditemukan. Foto polos abdomen atau urografi intravena dapat
memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai demam tinggi,
menggigil, nyeri kostovertebral di sebelah kanan, dan piuria.
 Penyakit Saluran Cerna Lainnya
Penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah peradangan pada perut, seperti
Divertikulitis Meckel, pergorasi tukak duodenum atau lambung, kolesistisis
akut, pancreatitis, diverticulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon,
demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.

H. Penatalaksanaan
Pasien dengan penyakit ini dilakukan :
1. Bed rest total posisi Fowler (anti Trandelenburg, yaitu posisi terlentang, kepala
ditinggikan 18-20 inchs, kaki diberi bantal, lutut ditekuk ) dan perawatan
professional dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Perlu dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan
yang dipakai serta hygiene perorangan.3

2. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif)


Penderita dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui
mulut. Pipa nasogastrik sebaiknya dipasang untuk mengurangi distensi,
mengosongkan lambung dan untuk mengurangi bahaya muntah waktu induksi

21
anestesi. Kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan harus dipenuhi
dengan pemberian parenteral untuk mengoreksi jika ada dehidrasi.
Pada kasus ini, pasien mendapat infuse RL 20 tpm untuk kebutuhan volume
intravaskluar dan jaringan, injeksi Ranitidin 1A/12 jam dan injeksi Ondansentron
1A/12 jam untuk mengurangi frekuensi muntah dan mencegah timbulnya
dehidrasi akibat muntah, injeksi Ketorolac 1 A ekstra untuk mengurangi nyeri
pada pasien.
3. Antibiotik
Pada apendisitis akut pemberian antibiotic yang diberikan adalah antibiotic
untuk Gram Negatif dan Positif serta kuman Anaerob. Pada kasus ini pasien
diberikan Injeksi Ceftriaxon 1A/12 jam dan metronidazole 500 mg/8 jam.
4. Terapi Definitif5
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah appendiktomi.
-
Appendiktomi cito ( apendisitis akut, abses dan perforasi )
-
Appendiktomi elektif ( apendisits kronik )
-
Konservatif kemudian operasi elektif ( appendicitis inflitrat )

I. Prognosis
Prognosis pasien ini yang akan dilakukan apendiktomi sebelum perforasi
untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik (ad bonam). Prognosis untuk
kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam) yang nampak dari keadaan
umum dan tanda vital. Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionum)
adalah baik (ad bonam) karena tidak ada ancaman adanya sekuele ataupun kecatatan
tubuh.
Pada pasien ini dapat dipulangkan jika gambaran klinis pasien mengalami
perbaikan, dan tidak dijumpai komplikasi post operasi.

J. Pencegahan
Langkah pencegahan terjadinya apendisitis adalah sering makan makanan
berserat dan menjaga kebersihan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, et al, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua, Media
Aesculapius, FK UI
2. Schwartz, et al, 2000, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi Keenam, EGC, Jakarta
3. Ikatan Dokter Indonesia.2014.Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2013:129-
133
4. Anonim, 1997, Kumpulan Kuliah Khusus Ilmu Bedah, Aksara Medisina, Jakarta
5. Jong, W.D.Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.2005: 640-646
6. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartz’s Principles of Surgery. 9th Ed.
USA: McGrawHill Companies. 2010.
7. Appendicitis [Internet] [updated September 2010; cited November 2015]. Available
from: http://en.wikipedia.org/wiki/Appendicitis
8. Soda, K., et al, 2001, Detection of Pinpoint Tenderness on the Appendix Under
Ultrasonography Is Useful to Confirm Acute Appendicitis

23
9. Fauci et al, 2008, Harrison’s Principal Of Internal Medicine Volume 1, McGraw Hill,
Peritonitis halaman 808-810, 1916-1917
10. Hau, T. 2003. Peritoneal Defense Mechanisms. Turk J Med Sci; 33: 131-4

24

Vous aimerez peut-être aussi