Vous êtes sur la page 1sur 2

AKTIVITAS CBM DI MASA DEPAN.

COAL BED METHANE(CBM) di kenal sebagai gas non konvensional, pertamina sendiri
sedang mneyusun proses mengembangakan energy ini dengan tiga tahapan, yang pertama
pada tahun 2010-2013 denga mengembangakan shale gas dan juga CB, tahapan kedua pada
tahun 2014-2016, pertamina masih mengembangkan shale gas dan CBM yang kemudian di
tambah dengan tight gas sand( gas alam konvensional yang terperangkap dalam batuan
pasir) dan tahapan terakhir pada tahun 2017-2020 dengan proses kinerja mengembangkan
tahap gas tersebut dengan sifat komersial.
Untuk mengembangkan shale dan CBM di Indonesia menurut dari direktur
pertamina karena salah satu nya meningkatnya keekonimian, yang saingan nya sangat tinggi
saat tidak cepat di kembangkan maka akan di rebut oleh pihak lain, selain itu
pengembangan gas konvensional ini dapat di katakana sebagai upaya mengamankan asset
ekssiting yang di miliki oleh pertamina yang mana jika di ambil oleh orang lain akan over
lapping.
Oleh karena itu pertamina berusaha untuk mengaplikasikan antara pengembangan
energy konvensional dan non konvensional dalam satu sumur,artinya jika aspek
pengamanan asset di perhitungan, daya jual migas non konvensional jauh lebih tinggi jika di
banding dengan konvensional.
Indonesia memiliki peringkat ke enam sebagai negara dengan cadangan CBM
terbesar di dunia dengan potensi mencapai 453,4 triliun cubic feet (TFC), yan gana potensi
terbesar berada di wilayah sumatera selatan dan Kalimantan timur. Alasan ini juga yang
membuat pertamina dengan anak usahanya pertamina hulu energy bergerak paling dulu
dengan mengembangkan CBM dan sudah bergeraj pada pemboran sumur ke 3 dan ke 4,
dimana 2 blok di Sumatra selatan dan 7 blok di Kalimantan timur.
Dalam masa ekplorasi 3 tahun pertamina sudah berhasil mengerjakan 8 sumur yang
melebihi dari perjanjian awal kontrak yang hanya 4 sumur. Prestasi ini tergapai karena
dukungan kuat dari pemerintah maupun masyarakat, proses pembebasan lahan dan izin
pemboran yang sangat cepat dan umunya di dunia industry batu bara proyeksi gas methan
baru itu bisa bertahan 20-30 tahun.

PERKEMBANGAN CBM DI DAERAH SUMATRA SELATAN.


CBM atau ayng di kenal sebgai gas yang terperangkap di batu bara,dengan potensi
yang besar di di Indonesia 453,3 TCF, khususnya pertamina wilayah sumatera selatan tidak
hanya mampu menoleh sejarah karena untuk pertama kali nya mengoprasikan blok CBM
sendiri, di Desa jiwa bary, kecamatan lubai, muara enim,sumatera selatan yang biasanya di
sebut dengan muara enim 3.
Muara enim dan wilayah-wilayah di sumatera selatan termasuk lumbung CBM di
Indonesia dan juga kaliamantan timur, kedua wilayah tersebut di prediksi sebagai wilayah
terbaik dalam cadangan batu bara yang ada di Indonesia.
Proses pengoprasian CBM dimana gas yang terperangkap di dalam batu bara, di
laukan dengan cara komponen air yang harus di buang terlebih dahulu melalui proses
DEWATERING, pada proses ini air yang tadinya akan berkurang dimana gas akan naik dan
meninggi, gas ini biasa nya di CBM di sebut gas methane atau CH4, mesikpun keduanya
berada di wilayah yang sama tidak akan terjaidnya tumpah tindih jadi tidak akan terjadinya
over lapping dengan batu bara yang di permukaan atau tambang batu bara, karena biasanya
gas ayng di buru tersembunyi di dalam kedalaman 300 m lebih sedangkan tambang batu
bara mengeruk di atas nya dan tidak pernah samapi ke kedalaman tersebut.
Produksi CBM blok muara 3 itu bis ajadi akan lebih cepat di bandingka masa
ekplorasi yang di maksimalkan enam tahun demi meningkatan perekonomian yang lebih
baik denga sumber energy baru yang dapat diolah menjadi energy terbarukan.

Vous aimerez peut-être aussi