Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK 3
SALMIAH
MUSLIMIN
SRI MAHARDIKA
SYAHRA RAMADHANI
b. Etiologi
Menurut Alpert (2010), infark miokard terjadi oleh penyebab yang
heterogen, antara lain:
1. Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura,
atau diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan
ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya
infark miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia
dan hiper atau hipotensi.
2. Infark miokard tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme
arteri menurunkan aliran darah miokard.
3. Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak
ditemukan. Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan
atau penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat
meningkat.
4. Infark Miokard tipe 4
a) Infark miokard tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard
(contohnya troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat
pemasangan percutaneous coronary intervention (PCI) yang memicu
terjadinya infark miokard.
b) Infark miokard tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan
stenttrombosis.
5. Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal.
Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass
koroner. Terdapat 2 faktor resiko yaitu yang dapat diubah dan tidak
dapat diubah. Ada empat faktor resiko biologis infark miokard yang
tidak dapat diubah yaitu
a) Usia
b) jenis kelamin
c) ras
d) riwayat keluarga.
c. Patofisiologi
Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium, diakibatkan
oleh iskemia pada miokard yang berkepanjangan yang bersifat irreversible.
Waktu diperlukan bagi sel-sel otot jantung mengalami kerusakan adalah
iskemia selama 15-20 menit. Infark miokard hampir selalu terjadi di ventrikel
kiri dan dengan nyata mengurangi fungsi ventrikel kiri, makin luas daerah
infark, makin kurang daya kontraksinya. Secara fungsional, infark miokard
menyebabkan : berkurangnya kontraksi dengan gerak dinding abnormal,
terganggunya kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya volume denyutan,
berkurangnya waktu pengeluaran dan meningkatnya tekanan akhir-diastole
ventrikel kiri. Gangguan fungsi tidak hanya tergantung luasnya infark, tetapi
juga lokasinya karena berhubungan dengan pasokan darah. Infark juga
dinamakan berdasarkan tempat terdapatnya seperti infark subendokardial,
infark intramural, infark subepikardial, dan infark transmural. Infark
transmural meluas dari endokardium sampai epikardium. Semua infark
miokard memiliki daerah daerah pusat yang nekrotik/infark, dikelilingi
daerah cedera, diluarnya dikelilingi lagi lingkaran iskemik. Masing-masing
menunjukkan pola EKG yang khas. Saat otot miokard mati, dilepaskan enzim
intramiokard, enzim ini membantu menentukkan beratnya infark. Jaringan
otot jantung yang mati, diganti jaringan parut yang dapat mengganggu
fungsinya (Dr. Jan Tambayong, 2007).
d. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) adalah sebagai berikut.
1. Nyeri
a) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian
atas, ini merupakan gejala utama.
b) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi.
c) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
d) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
e. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung :
a) CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam.
b) LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama
untuk kembali normal.
c) AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
2. CK/CPK (creatin posfo Kinase)
Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka,
konsentrasi rendah pada jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang
terfosforisasi dan menjadi katalisastor dalam transfer posfat ke ADP
(energy). Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan
mencapai puncak dalam 16-24 jam, kembali normal setelah 72 jam.
Peningkatan CPK merupakan indicator penting adanya kerusakan
miokardium.
Nilai normal :
Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L
Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak laki-laki : 0-70 IU/L
Anak wanita : 0-50 IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/
No. Peningkatan CPK Penyebab
Peningkatan 5 kali atau lebih atau lebih dari nilai normal Infark
jantung.
Polimiositis
Distropia muskularis duchene
a. Peningkatan ringan/sedang (2-4 kali nilai normal) Kerja berat
Trauma
Tindakan bedah
Injeksi I.M
Miopati alkoholika
Infark miokard/iskemik berat
Infark paru/edema paru
b. Dengan hipitiroidisme Psikosis akut
3. CKMB (Creatinkinase label M dan B)
Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot,
miokardium, dan otak. Terdapat 3 jenis isoenzim kreatinase dan diberu label
M (muskulus) dan B (Brain), yaitu :
Isoenzim BB : banyak terdapat di otak
Nilai > 10-13 U/L atau > 5% total CK menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas produksi enzim.
Klinis:
Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada penderita AMI, penyakit otot
rangka, cedera cerebrovaskuler. Peningkatan iso enzim CPK-MM, terdapat
pada penderita distrofi otot, trauma hebat, paska operasi, latihan berlebihan,
injeksi I.M, hipokalemia dan hipotiroidisme.
Peningkatan CPK-MB : pada AMI, angina pectoris, operasi jantung,
iskemik jantung, miokarditis, hipokalemia, dan defibrilasi jantung.
Peningkatan CPK-BB : terdapat pada cedera cerebrovaskuler, pendarahan
sub arachnoid, kanker otak, cedera otak akut,syndrome reye, embolisme
pulmonal dan kejang.
Obat-obat yang meningkatkan nilai CPK : deksametason, furosemid,
aspirin dosis tinggi, ampicillin, karbenicillin dan klofibrat.
4. LDH (laktat dehidrogenase)
Merupakan enzim yang melepas hydrogen dari suatu zat dan menjadi
katalisator proses konversi laktat menjadi piruvat. Tersebar luas pada
jaringan terutama ginjal, rangka, hati dan miokardium. Peningkatan LDH
menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai
puncak 24-48 jam setelah infark dan tetap abnormal 1-3 minggu
kemudian.
Nilai normal : 80-240 U/L
Karsinoma metastasis
Hepatitis
Infark ginjal
Infark paru
Kondisi hemolitik
Leukemia
Infeksi mononukleus
Delirium remens
Distropia otot
c. Peningkatan ringan (2-3Xnormal) Penyakit hati
Nefrotik sindrom
Hipotiroidisme
Kolagitis
5. Troponin
Merupakan kompleks protein otot globuler dari pita I yang
menghambat kontraksi dengan memblokade interaksi aktin dan myosin.
Apabila bersenyawa dengan Ca++ , akan mengubah posisi molekul
tropomiosin sehingga terjadi interaksi aktin-miosin. Protein regulator ini
terletak didalam apparatus kontraktil miosit dan mengandung 3 sub unit
dengan tanda C, I, T.
Peningkatan troponin menjadi pertanda positif adanya cedera sel
miokardium dan potensi terjadinya angina. Nilai normal < 0,16 Ug/L
6. SGOT (Serum glutamik oksaloasetik transaminase)
Enzim transaminase sering juga disebut juga AST (aspartat amino
transferase) katalisator-katalisator perubahan asam amino menjadi asam
alfa ketoglutarat. Enzim ini berada pada serum dan jaringan terutama hati
dan jantung. Pelepasan enzim yang tinggi kedalam serum menunjukan
adanya kerusakan terutama pada jaringan jantung dan hati.
Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12
jam dan mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali
normal pada hari ke-3 sampai hari ke-5.
Nilai normal :
9. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T
tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang
terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya
nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0= tidak mengalami nyeri
e. Diagnostik klinis
1) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3) Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6) Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
7) Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8) Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9) Laju sedimentasi: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10) GDA/nadi oksimetri: Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
f. Komplikasi
Adapun komplikasi akibat dari akut miokard infark, yaitu :
Terapi medis:
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan
prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi
jantung.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Salah satu aspek penting perawatan pasien MI adalah pengkajian
keperawatan. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang
informasi status terkini pasien, sehingga setiap perubahan bisa diketahui
sesegera mungkin. Pengkajian keperawatan harus sistematis dan ditunjukan
untuk mengidentifikasi kebutuhan jantung pasien dan menentukan prioritas
tadi.
Pengkajian sistematis pasien mencangkup riwayat yang cermat
khususnya yang berhubungan dengan gambaran gejala: nyeri dada, sulit
bernapas (dipnea), palpitasi, pingsan (sinkop) atau keringat dingin
(diaporesis). Masing-masing gejala harus di evaluasi waktu dan durasinya
serta factor yang mencetuskan dan yang meringankan.
Selain itu, pengkajian fisik yang lengkap dan tepat juga sangat penting
untuk mendekteksi adanya komplikasi. Setiap perubahan pada status pasien
harus dilaporkan segera. Metode sistematis yang digunakan dalam pengkajian
harus mengikuti parameter.
Tingkat kesadaran. Orientasi pasien terhadap waktu, tempat dan orang
dipantau dengan ketat. Terkadang terjadi perubahan status pengindraan
mental akibat terapi medis atau syok kardiogenetik yang mengancam.
Perubahan pengindraan berarti bahwa jantung tidak mampu memompa darah
yang cukup untuk oksigenasi otak. Karena pasien mungkin mendapatkan obat
yang mempengaruhi fungsi pembekuan darah, maka pengawasan adanta
tanda-tanda pendarahan otak adalah kewajiban perawat yang sangat penting.
Dua perubahan yang harus diwaspadai adalah bicara pelo dan suara dengkur
pasien yang terdengar lebih berat pada saat tidur. Pasien yang mendapat
pengobatan yang mempengaruhi pembekuan darah harus dibangunkan
sesering mungkin untuk mengkaji status mentalnya.
Fungsi motorik dan tingkat kesadaran dapat diuji secara bersamaan
melalui kemampun merespon perintah sederhana. Misalnya, respon pasien
untuk “mengemgam tangan saya” memungkinkan perawat mengkaji status
mental maupu kekuatan genggaman masing-masing tangan.
Nyeri dada. Ada atau tidaknya nyeri dada adalah satu-satunya temuan
terpenting pada pasien dengan MI akut. Pada setiap episode nyeri dada, harus
dicatat EKG dengan 12 lead. Pasien bisa juga ditanya mengenai beratnya
nyeri dengan skala angka 0 sampai 10, dimana 0 tidak nyeri dan 10 terasa
nyeri paling berat.
Frekuensa dan irama jantung. Frekuensi dan irama jantung dipantau
terus-menerus ditempat tidur dengan monitor jantung jarak jauh. Frekuensi
dipantau akan adanya kenaikan dan penurunan yang tidak dapat dijelaskan;
irama dipantau akan adanya deviasi terhadap irama sinus. Awitan distrimia
dapat merupakan petunjuk bahwa jantung tidak cukup mendapatkan oksigen.
Bila terjadi distrimia tanpa nyeri dada, maka parameter klinis lain selain
oksigen yang adekut harus dicari, seperti kadar kalium serum terakhir. Pada
beberapa kasus mungkin diperlukan terapi medis antiditritmia.
Bunyi jantung. Bunyi jantung harus diauskultasi dengan stetoskop
yang baik. Bagian bell stetoskop digunakan untuk mendengarkan nada
rendah. Sedang diagfragma untuk mendengarkan suara tinggi. Bell stetoskop
diletakan diatas kulit dada dengan ringan, sebaliknya diagfragma diletakan
dengan mantap.
Bunyi jantung satu (S1), terdengar paling jelas diatas apeks jantung
yang menunjukan permulaan systole, harus diidentifikasi pertama kali. Bunyi
jantung dua (S2), terdengar paling jelas pada basis dan menunjukan
permulaan diastole, diidentifikasi kemudian.
Catat bunyi jantung yang tidak normal. Mencangkup bunyi jantung tiga
(S3), yang dikenal sebagai galop ventrikel dan bunyi jantung empat (S4), yang
dikenal sebaga galop antrial atau presistolik. S1 dan S2 cbersama-sama
terdengar seperti “lub-dub” S1 (“lub”) lebih keras di apeks, dan S2 (“dub”)
lebih keras dibasis. Suara S3 terdengar setalah S2 separti suara puisi pada kata
ken-tuck-y (S1-S2-S3). Suara jantung S4 mendahului S1 seperti irama puisi kata
Ten-nes-see. (S4-S1-S2).
Biasanya setalah terjadi MI akan timbul bunyi S3. Bunyi S3 dihasilkan
saat darah dalam ventrikel menghantam dinding yang tidak lentur dari
jantung yang rusak. Bunyi S3 merupakan tanda awal gagal ventrikel kiri yang
mengancam. Deteksi dini S3 yang di ikuti piñata laksanaan medis yang
agresif dapat mencegah edema paru yang mengancam jiwa.
Murmur jantung atau friction rub pericardium dapat didengar dengan
mudah sebagai bunyi tambahan. Bunyi ini lebih komplek untuk di diagnosa
namun dapat terdengar dengan mudah dan harus dilaporkan segera. Adanya ;
sedang friction rub menunjukan adanya pericarditis.
Tekanan darah. Tekanan darah diukur untuk menentukan respon
terhadap nyeri dan keberhasilan terapi, khususnya terapi vasodilator, yang
dikenal dapat menurunkan tekanan darah. Pengukuran tekan nadi perlu
diperhatikan dengan cermat. Tekanan nadi adalah perbedaan angka antara
tekanan sitole dan diastole. Penurun tekanan nadi bisa terjadi setelah MI.
volume sekuncup (jumlah darah yang disemprotkan pada setiap kontraksi
ventrikel) dapat disimpulkan dari tekanan nadi. Penurunan tekanan nadi
artinya terjadi pengurangan volume sekuncup.
Denyut nadi perifer. Denyut nadi perifer di evaluasi frekuensi dan
volumenya. Perbedaan frekuensi denyut nadi perifer dan frekuensi denyet
jantung menegaskan adanya distritmia seperti fibrilasi atrium. Denyut nadi
perifer paling sering di evaluasi untuk menentukan pencukupan aliran darah
ke exremitas. Pasien dengan MI akut rentan terhadap pembentukan thrombus
di anteri perifer. Denyut nadi perifer Yang melemah bisa merupakan petunjuk
bahwa sedang terjadi penyumbatan aliran darah.
Tempat infuse intravena sering diperiksa kelancaranya dan akan
adanya tanda-tandanya radang. Berbagai obat diberikan secara intravena
untuk mencegah perubahan kadar enzim serum yang dapat terjadi bila obat
diinjeksi secara intramuskuler. Maka penting sekali dipasang satu atau dua
infuse intravena pada pasien yang mengalami nyeri dada agar selalu tersedia
akses untuk pemberian obat darurat.
Warna kulit dan suhu. Kulit di evaluasi untuk mengetahui apakah
warnanya merah muda, hangat dan kering, yang menunjukan sirkulasi perifer
yang baik. Karena warna kulit setiap orang berbeda, maka tempat terbaik
untuk memeriksa warna kulit adalah pada kuku, selaput mukosa mulut, dan
cuping telinga. Pada tempat tersebut akan tampak biru atau ungu pada pasien
yang mengalami kesulitan mempertahan kan kebutuhan oksigen. Pasien yang
kulitnya dingin, lembeb atau berkeringat dingin (diaforesis) mungkin
merupakan respons terhadap terapi medis atau kolaps kardiovaskuler yang
berlanjut seperti pada syok kardiogenetik.
Paru setiap peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan harus
diawasi, seirinh dengan adanya kesulitan napas. Gerakan napas harus teratur
dan hambatan aliran udara.Napas pendek, dengan atau tampa sesak dan batuk
adalah kunci tanda klinis yang harus diperhatikan. Batuk kering pendek
sering merupakan tanda gagal jantung. Dada diauskultasi adanya wheezing
dan krekel. Wheezing di akibatkan oleh udara yang melintasi jalan sempit,
krekel terjadi apabila udara bergarak melalui air dan bila terjadi MI akut,
biasanya menunjukan gagal jantung.
Fungsi Gastrointestinal. Mual dan muntah dapat terjadi pada AMI.
Jumlah yang dimuntahkan harus dicatat, dan muntahan diperiksa akan adanya
darah. Pembatasan asupan makanan hanya berupa makanan cair, dapat
meringankan kerja jantung dengan cara mengurangi aliran darah yang
diperlukan untuk mencerna makanan padat. Jika diperlukan prosedur
invasive, maka kemungkinan aspirasi isi lambung ke paru dapat dikurangi
bila pasien hanya menelan makanan cair.
Abdomen dipalpasi adanya nyeri tekan dikeempat kuadran. Setiap
kuadran diauskultasi adanya bising usus. Dicatatat juga ada atau tidaknya
flatus. Arteri mesentrika sangat rentan terhadap trombus ventrikel
sehubungan dengan AMI; hilangnya motilitas usus adalah tanda cardinal
masalah ini. Setiap feses yang dikeluarkan diperiksa adanya darah, khususnya
pada pasien yang mendapat obat-obatan yang mempengaruhi pembekuan
darah.
Status volume cairan. Pengukuran haluran urine sangat penting,
terutama dalam hubungannya dengan asupan cairan. Pada sebagian besar
kasus, cairan yang seimbang atau yang cenderung negative akan lebih baik
karena pasien dengan AMI harus menghindari kelebihan cairan dan
kemungkinan terjadi gagal jantung. Pasien harus diperiksa adanya edema.
Daerah sacrum dan bagian tubuh lain pada pasien tirah baring harus diamati
adanya edema sehubungan dengan peredaran darah yang statis perawat harus
waspada terhadap berkurangnya haluran urine (oliguliria); suatu tanda awal
syok kardiogenetik adalah hipotensi yang disertai oliguliria.
B. Diagnosa keperawatan
· Dispnea berat
· Gelisah
· Sianosis
· Perubahan GDA
· Hipoksemia
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis
jaringan miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan
darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
6. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas
biologis.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang
akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan
pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
kompliksi yang dapat dicegah.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
NO INTERVENSI RASIONAL
2 Ukur dan catat tanda vital tiap supply O2 koroner yang adekuat
jam. dapat dimanifestasikan dengan
kestabilan tanda vital.
NO INTERVENSI RASIONAL
3 Beri kesempatan pada pasien Umpan balik positif dari pasien dan
untuk bertanya tentang hal- keluarga menjadi tolak ukur sikap
hal yang belum dimengerti. kooperatif pasien.
3. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler
sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma
ventrikel dan kerusakan septum.
NO INTERVENSI RASIONAL
NO INTERVENSI RASIONAL
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-
miokard-akut/