Vous êtes sur la page 1sur 19

SEMINAR AKUNTANSI

SAP 6

FENOMENA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DAN PERILAKU PASAR AGREGAT

KELOMPOK 12

I GUSTI AYU AGUNG TATA INTAN TAMARA (1607531009)

GUSTI AYU KADE WITTIANJANI (1607531051)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM S1-REGULER BUKIT
2018/2019
FENOMENA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DAN PERILAKU PASAR AGREGAT

A. Fenomena Pengambilan Keputusan


1. Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memikirkan, mengelola,


dan memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan merupakan proses
memilih diantara berbagai alternative tindakan yang akan berdampak di masa depan.
Berikut ini langkah- lagkah dalam pengambilan keputusan yaitu :
a. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan,
atau kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau
peluang, para pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan,
keuangan, dan operasi.
b. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif
tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai
alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering
dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang
dipilih pada saat itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan
diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif tambahan akan diperpanjang.Dalam tahap ini,
sebanyak mungkin alternatif yang praktis didiefinisikan dan dievaluasi.
c. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih
salah satu dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan
rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis
daripada fakta ekonomi.
d. Penerapan dan tindak lanjut.
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi
penerapannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki
kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan
(misalnya, uang, orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya
bekerja.
2. Motif Kesadaran
Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua
faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :
a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.
Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan
Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep
yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar
dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau
ketidakpastian informasi.
b. Keinginanan akan kompleksitas dan keragaman.
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi
serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan
atau lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Selain
itu, faktor yang berhubungan erat dengan prediksi adalah perbedaan dalam teori
keputusan secara matematis antara kepastian, risiko, dan ketidakpastian. Kepastian
didapat ketika semua akibat dari suatu alternatif keputusan tidak diketahui. Risiko dapat
terjadi ketika seseorang menentukan suatu pilihan dari berbagai alternatif yang ada.
Ketidakpastian timbul ketika seseorang tidak dapat menentukan kemungkinan
konseuensi yang timbul dari tindakan yang dilakukannya.
Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat
prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :
 Model keputusan yang diprogram secara sederhana.
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang
ditetapkan oleh orang lain yang bukan si pengambil keputusan. Alternatif yang
memuaskan, ketika pertama kali ditemukan, biasanya langsung dipilih. Alternatif-
alternatif tersebut dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang sederhana dengan risiko
yang minimum, yang penerapannya dilakukan secara individu.
 Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil
keputusan yang langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari
prasangka melalui keyakinan-keyakinan umum. Dalam organisasi, informasi juga dapat
berasal dari sistem informasi manajemen dengan akuntansi yang menjadi komponen
utama. Alternatif pertama yang dipilih harus mampu menyesuaikan diri dengan tujuan
laba jangka pendek yang diinginkan dengan mengabaikan risiko yang ada.
 Model keputusan yang diprogram secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang
diantisipasi dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada
dievaluasi berdasarkan pertimbangan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
 Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua
orang yang terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.
3. Jenis-jenis dari Model Proses
Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seoran pengambilan
keputusan dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
a. Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan
secara sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara
berbagai motif dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif adalah dikenal dan
bahwa probabilitas yang terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti.
Keputusan tidak tergantung pada preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh
tujuan yang konsisten dari organisasi.
b. Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini
mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan
dihitung berdasarkan interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa tekanan dan
ekspektasi adalah kekuatan motivasiutama.
c. Model Kepuasan Simon
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada
konsep Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional
karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat
pilihan, dan belajar.
Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepastian untuk
berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena
mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu
memproses informasi yang tersedia secara berurutan. Perilaku rasional dari individu
dalam situasi pengambilan keputusan oleh kerena itu terdiri dari atas pencarian diantara
alternatif-alternatif yang terbatas akan suatu solusi yang masuk akal dalam kondisi
dimana konsekuensi dari tindakan tidaklah pasti. Pengambilan keputusan yang rasional
batas individu bervariasi sesuai dengan:
 Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang
mungkin dan konsekuensinya.
 Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu
unggul karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan dapat
menyebabkan hasil yang dapat diterima.
 Struktur nilai mereka yang berubah. Kecenderungan mereka untuk "memuaskan"
daripada untuk melakukan optimalisasi.

4. Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah


a. Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelomok (group think) menggambarakan situasi dimana tekanan untuk
mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan
ide atau pandangan yang tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang
positif dari kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif.
Janis mengartikulasikan gejala dari fenomena ini sebagai berikut:
a. Anggota kelompok perlawanan merasionalisasi dengan asumsimereka telah
dibuat.
b. Anggota menerapkan tekanan langsung pada mereka yang sebentar
mengungkapkan keraguan tentang apapun pandangankelompok itu bersama atau
yang mempertanyakan validitas argumen pendukung alternatif disukai oleh
mayoritas.
c. Para anggota yang memiliki keraguan atau memegang sudut pandang yang
berbeda berusaha untuk menghindarimenyimpang dari apa yang tampaknya
menjadi konsensus kelompok dengan menjaga diam tentang sangsi dan bahkan
meminimalkan untuk diri mereka sendiri pentingnya keraguan mereka.
Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.
b. Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan
dari intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang
lebih agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu
jika mereka bertindak sendiri.
c. Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota
kelompok tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan
kesatuan yang kuat pada umumnyalebih efektif dalam suatu pengambilan keputusan
dibandingkan dengan kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan
kurangnya semangat kerja sesama anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi
oleh jumlah waktu yang dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, ttingkat
kesulitan dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ancaman eksternal, dan
sejarah keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi
kesatuan kelompok secara menguntungkan adalah riwayat dari kelompok itu. Sejarah
pengambilan keputusan yang sukses menyatukan para anggota dan meningkatkan
kesatuan, sementara kegagalan memiliki dampak yang buruk.
d. Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam
strategi dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan
pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau
informasi keuangan lainnya. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan
deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar
mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu.Untuk
menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga
komponen:
a. Pengujian Informasi
b. Integrasi pengamatan dan temuan
c. Pertimbangan
5. Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan
a. Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan
Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan,
memproses, serta meneruskan informasi. Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan
menggunakan metode yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan
memproses informasi. Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya
kognitif saling berintraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak
dari informasi akuntansi.
b. Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa
depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa
lalu tidak dngan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal
itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan
beserta konsekuensinya ditentukan.
Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi
fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta
bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang
dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.
c. Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui
pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi
kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang
ditentukan sebelumnya.
Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka
informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang
dapat dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
d. Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat
bervariasi. Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi
ketidakpastian yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan
biaya masa lalu, misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap
permintaan masa depan untuk produk yang di jual pada masa lalu.
Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit
persaingan dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung
pada data biaya yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan
mengenai pasar yang kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan
akan suatu keputusan, maka semakin besar pendekatan yang diberikan pada data
akuntansi yang langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang,
karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan
dengan operasi sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih
informasi eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal
dibandingkan dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.
e. Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan.
Para pengambil keputusan dapat menyadari bahwa aura otentisitas akuntansi tidak
berdasar dan bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dengan mana dampak dari
kejadian ekonomi dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa kepura-puraan akan
kesempurnaan.
Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak
sempurna” dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda
dengan nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran
dan pelaporan tidak dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan
dengan hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia
dapat mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi
sebagai dasar untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.
Tingkat pengaruh informasi akuntansi juga bervariasi berdasarkan jenis pengambil
keputusan. Burns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan ke dalam tiga
kelompok :
a. Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan
mengenai operasi dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan.
b. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat
c. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai
perusahaan tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya,
tetapi yang tidak memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.
Para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para
pengambil keputusan menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan terminologi
akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan tingkat
penyesuaian, yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional.
f. Umpan balik
Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk menyesuaikan
aturan pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan harus
menerima informasi menerima informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki
umpan balik tidak langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan
dampak jangka pendek yang mungkin akibat selang waktu antara perubahan dan
indikasinya, maka kecil kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama
sekali.
g. Fiksasi Fungsional
Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan
ketidakmampuan di pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang
tersirat di balik label yang diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima
suatu pendekatan pengukuran akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses
pengambilan keputusan mereka, maka perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi
oleh perubahan dalam metode akuntansi yang digunakan. Sebagai suatu atribut dari
pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi tingkatnya dari situasi yang satu
ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada sama sekali
B. Perilaku Pasar Agregat
1. Permintaan Agregat
1.1 Definisi Permintaan Agregat

Permintaan Agregat adalah keseluruhan permintaan terhadap barang & jasa oleh
pengguna dalam ekonomi.) Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara
keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga.
Permintaan Agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan
dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga.Permintaan agregat dapat
ditampilkan dengan menggunakan Kurva atau tabel yang menunjukkan berbagai jenis
barang & jasa yang dibeli secara kolektif pada tingkat harga tertentu. Kurve permintaan
agregat mempunyai slope negatif.

Faktor-faktor yang menyebabkan Kurva permintaan agregat ber-slope negatif adalah:


 Efek Kekayaan
Biaya yang digunakan oleh produsen tergantung pada kekayaan yang dimiliki.
Keduanya memiliki satu hubungan yang positif. (Kekayaan mengacu pada pemegangan
uang, saham, obligasi, rumah serta asset fisik yang lain. Kekayaan yang dimiliki
dipengaruhi oleh tingkat harga)

 Dampak Harga Bunga


Efek harga bunga ditujukan karena perubahan tingkat haraga mempengaruhi
harga bunga. Efek ini mempengaruhi produksi & investasi

 Efek Pembelian Asing (Ekspor & Impor)


Jumlah ekspor & impor dalam suatu ekonomi tergantung pada harga Domestic &
asing
1.2 Pendekatan Teori Jumlah Uang terhadap Permintaan Agregat

Teori jumlah uang menghubungkan jumlah uang M dengan jumlah pengeluaran


nominal atas barang dan jasa P X Y dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output
riil agregat atau secara ekuivalen adalah pendapatan riil agregat. Keterkaitan antara
jumlah uang dan total pengeluaran dari barang dan jasa akhir dikemukakan oleh Irving
Fisher. Untuk memperoleh hubungan ini, teori jumlah uang menggunakan konsep
percepatan uang (velocity of money ) yaitu rata-rata jumlah berapa kali per tahun
(perputaran) dari satu unit mata uang (misalya rupiah ) yang digunakan untuk membeli
barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Percepatan (velocity-V )
dinyatakan secara lebih jelas sebagai total pengeluaran P xY dibagi dengan jumlah uang
M:

V=PxY
M

Misalkan PDB nominal (P xY ) dalam setahun adalah Rp.5 triiun, jumlah uang
sebesar Rp, 1 triliun, barang dan jasa akhir dalam perekonomian adalah sebanyak 5 kali.
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, akan didapatkan persamaan
pertukaran (equation of change) yang menghubungkan pendapatan nominal dengan
jumlah uang dan percepatan.

MxV=PxY

Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan berapa kali
uang ini digunakan dalam satu tahun tertentu harus sama dengan pendapatan nominal,
yaitu total jumlah nominal yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa pada tahun
tersebut.

1.3 Menurunkan Kurva Permintaan Agregat

Untuk menentukan permintaan agregat, selain dengan melihat bagaimana uang


memengaruhi jumlah permintaan agregat, kita juga dapat menurunkan kurva
permintaan agregat dengan melihat 4 komponen, yaitu :

 Pengeluaran konsumen ( customer expenditure ).


 Pengeluaran investasi yang direncanakan ( planned investment spending )
 Pengeluaran pemerintah ( goverment spending ).
 Ekspor bersih (net export )
Maka persamaan permintaan agregat dapat diperoleh :
C = pengeluaran konsumen,
I = pengeluaran investasi
G = pengeluaran pemerintah
NX = ekspor bersih

Pendekatan komponen, seperti pendekatan teori jumlah menjelaskan bahwa kurva


permintaan agregat mempunyai kemiringan menurun, karena semakin rendah tingkat
harga (P ↓), dengan juml uang nominal yang konstan, menyebabkan jumlah uang riil (
dalam arti barang dan jasa yang dapat dibeli, (M/P ↑ ) yang semakin besar. Semakin
besar jumlah uang dalam arti riil (M/P ↑ ) yang dihasilkan dan tingkat harga yang
semain rendah menyebabkan suku bunga menurun (i ↓ ). Biaya investasi yang murah
untuk membeli modal fisik baru membuat investasi menjadi lebih menguntungkan dan
menstimulasi pengeluaran investasi yang direncanakan. Karena kenaikan pengeluaran
investasi yang direncanakan secara langsung menambah permintaan agregat (Yαd ),
tingkat harga yang lebih rendah mengakibatkan tingkat jumlah output agregat yang
diminta lebih tinggi (P↓ →Yαd↑ ), secara sistematis, persamaan itu dapat dituliskan
sebagai berikut :

P ↑→M/P ↑→ i ↓ Yαd↑

Mekanisme lain yang menghasilkan kurva permintaan agregat mempunyai


kemiringan yang menurun beroperasi melalui perdagangan luar negeri. Karena tingkat
harga yang lebih rendah, mengakibatkan jumlah uang dalam arti riil yang lebih besar
dan menurunkan suku bunga. Hal ini menyebabkan penurunan nilai aset dollar relatif
terhadap nilai mata uang lain. Nilai dollar yang semakin rendah membuat barang-barang
domestik relatif menjadi lebih murah terhadap barang-barang luar negeri, hal ini
menyebakan ekspor bersih meningkat an meningkatkan permintaan agregat.

P ↓→M/P ↑→ i ↓E↓→ Yαd↑

1.4 Faktor-Faktor yang Menggeser Kurva Permintaan Agregat

Untuk setiap harga tertentu, kenaikan jumlah uang beredar menyebabkan uang
beredar riil meningkat (M/P↑), yang menyebankan kenikan permintaan agregat.
Dengan demikian, kenaikan uang beredar menggeser kurva permintaan agregat ke
kanan , hal ini dikarenakan kenaikan uang beredar akan menurunkan suku bunga dan
mendorong pengeluaran investasi yang direncanakan dan ekspor bersih.Pendekatan
komponen menyatakan bahwa faktor lain juga merupakan penyebab penting
bergesernya kurva permintaan agregat.
1.5 Kurva Permintaan Agregat Jangka Pendek

Karena upah dan harga memerlukan waktu untuk menyesuaikan terhadap kondisi
perekonomian, suatu proses yang dijelaskan dengan mengatakan bahwa upah dan harga
bersifat kaku (sticky), kurva penawaran agregat (AS,1) dalam jangka pendek
mempunyai kemiringan ke atas (Figur 3). Karena tujuan perusahaan memaksimumkan
keuntungan, jumlah output yang ditawarkan ditentukan oleh keuntungan yang dibuat
atas setiap unit output. Jika keuntungan meningkat, lebih banyak output agregat yang
akan dihasikan, dan jumah outut yang ditawarkan akan meningkat, jika keuntungan
menurun, lebih sedikit output agregat yang akan dihasilkan, dan jumlah output agregat
yang ditawarkan.

2. Penawaran Agregat

2.1 Definisi Kurva Penawaran Agregat

Penawaran Agregat (aggregate supply) adalah jumlah barang dan jasa akhir
perekonomian, yang dimintaa pada berbagai tingkat harga yang berbeda.Kurva
Penawaran Agregat adalah kurva yang menggambarkan tentang hubungan antara
tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil atau output
(pendapatan nasional rill) yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan
dalam suatu perekonomian.Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa
memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga kaku dalam jangka pendek,
hubungan penawaran agregat yang berbeda; kurva penawaran agregat jangka panjang
(long-run aggregate supply) LRAS dan kurva penawaran agregat jangka pendek (short-
run aggregate supply) SRAS.
2.2 Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Penawaran Jangka Pendek

Faktor-faktor yang menyebabkan kurva penawaran jangka pendek bergeser adalah

1. tingkat kekakuan pasar tenaga kerja,


2. perkiraan inflasi,
3. upaya pekerja untuk mendorong upah riil mereka, dan
4. perubahan biaya produksi yang tidak berkaitan dengan upah (seperti
biaya energi).
Tiga faktor pertama menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek dengan
mempengaruhi biaya upah, faktor keempat mempengaruhi biaya-biaya produksi lain.
a. Tingkat kekakuan pasar tenaga kerja.

Kekakuan upah riil mengurangi tingkat penemuan pekerjaan dan mempertinggi


pengangguran.Jika perekonomian sedang mengalami kenaikan dan pasar tenaga kerja
bersifat kaku (Y >Yn ),pemberi kerja mungkin mempunyai kesulitan untuk
mempekerjakan tenaga kerja yang memenuhi mutu dan bahkan mungkin mempunyai
kesulitan untuk memelihara tenaga kerjanya sekarang. Karena permintaan akan tenaga
kerja sekarang melebihi penawaran di pasar tenaga kerja, maka pemberi kerja
(perusahaan) akan menaikkakn upah untuk menarik pekerja yang dibutuhkan dan biaya
produksi akan meningkat. Biaya produksi yang semakin tinggi akan mengurangi
keuntungan per unit output pada setiap tingkat harga, dan kurva penawaran agregat
jangka pendek bergeser ke kiri.

Sebaliknya, jika perekonomian mengalami penurunan dan pasar tenaga kerja longgar
(Y< Yn), maka dalam pasar tenaga kerja yang longgar dimana jumlah tenaga kerja yang
diminta lebih kecil daripada jumlah yang ditawarkan , maka upah dan biaya produksi
akan menurun, jadi keuntungan per unit output akan meningkat dan kurva penawaran
agregat jangka pendek akan bergeser ke kanan.
Kurva Penawaran Jangka Pendek

b. Perkiraan Tingkat Harga

Kenaikan perkiraan tingkat harga mengakibatkan upah lebih tinggi, yang


selanjutnya menaikkan biaya produksi, menurunkan keuntungan per unit output pada
setiap tingkat harga, dan menggeser kurva penawaran ke kiri.

c. Dorongan Upah

Misalkan bahwa para pekerja memutuskan untuk mogok kerja untuk mendapatkan
upah riil yang lebih tinngi dan mereka berhasil mendapatkan upah riil yng lebih tinggi.
Maka dorongan upah oleh para pekerja akan menyebabkan kurva penawaran agregat
bergeser ke kiri.

d. Perubahan Biaya Produksi yang Tidak Berhubungan dengan Upah.

Perubahan teknologi dan penawaran bahan-bahan mentah disebut guncangan penawaran


(supply shocks) juga dapat menggeser kurva penawaran agregat. Guncangan penawaran
negatif, seperti pengurangan ketersedian bahan mentah, yang harganya meningkat,
akan meningkatkan biaya produksi dan menggeser kurva penawaran agregat ke kiri dan
sebaliknya. Perkembangan teknologi baru akan menurunkan biaya produksi, dengan
menaikkan produktivitas pekerja hal ini juga dapat disebut dengan guncangan
penawaran positif, yang dapat menggeser kurva penawaran agregat ke kanan.

3. Keseimbangan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Dalam Analisis


Permintaan Dan Penawaran Agregat
3.1 Keseimbangan dalam Jangka Pendek

Dimana kurva permintaan agregat jangka pendek AD dan kurva penawaran agregat
jangja pendek AS berpotongan dititik E. tingkat keseimbangan output agregat Y* dan
tingkat harga keseimbangan sama dengan P*.Ketika tingkat harga (katakanlah
P”)berada di atas tingkat harga keseimbangan P*, maka jumlah ouput yang ditawarkan
akan lebih besar daripada jumlah output yang diminta (kelebihan penawaran).
Sebaliknya ketika tingkat harga (katakanlah P’) berada dibawah tingkat harga
keseimbangan P*, maka jumlah output yang diminta lebih besar daripada jumlah output
yang ditawarkan (kelebihan permintaan).

3.2 Keseimbangan dalam Jangka Panjang

Keseimbangan awal terjadi pada titik 1, perpotongan kurva permintaan agregat


AD dan kurva penawara agregat awal jangka pendek AS1. Karena tingkat output
keseimbangan Y1 lebih besar daripada tingkat alamiah Yn, pengangguran lebih rendah
daripada tingkat alamiahnya dan kekakuan yang berlebihan terjadi di pasar tenaga kerja.
Kekakuan ini mendorong tingkat upah untuk meningkat, menaikkan biaya produksi, dan
menggeser kurva penawaran agregat AS2. Keseimbangan sekarang berada pada titik 2,
dan output menurun ke Y2. Karena output agregat Y2 masih berada di tingkat alamiah
Yn, upah terus didorong naik dan secara perlahan-lahan menggeser kurva penawaran
agregat ke AS3. Keseimbangan yang dicapai pada titik 3 berada pada kurva penawaran
agregat jangka panjang yang vertical (LRAS) pada Yn dan merupakan keseimbangan
jangka panjang. Karena output tidak ada kecenderungan lebih lanjut bagi kurva
penawaran agregat untuk bergeser.
Pergerakan pada panel (a) menunjukkan bahwa perekonomian tidak akan tetap
pada tingkat output yang lebih besar daripada tingkat alamiah karena kurva penawaran
agregat jangka pendek akan bergeser kekiri, meningkatkan tingkat harga dan
menyebabkan perekonomian (kekseimbangan) meluncur naik sepanjang kurva
permintaan agregat hingga mencapai titik di sepanjang kurva penawaran jangka panjang
pada tingkat output natural Yn.

Perekonomian (keseimbangan) meluncur turun di sepanjang kurva permintaan


agregat hingga mencapai keseimbangan jangka panjang titik 3, yaitu perpotongan kurva
permintaan agregat (AD) dan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) pada
Yn. Disini sebagaimana pada panel (a), perekonomian tidak lagi bergerak ketika output
telah kembali lagi ke tingkat alamiah.Hal yang menonjol dari kedua panel Figur 5
bahwa terlepas dimana output awalnya berbeda, secara perlahan-lahan output kembali
ke tingkat alamiahnya. Sifat ini dijelaskan dengan mengatakan bahwa perekonomian
mempunyai mekanisme koreksi diri ( self-correcting mechanism). Pada kedua panel,
keseimbangan jangka pendek awal adalah pada titik 1 pada perpotongan AD dan AS1.
Pada panel (a), Y1>Yn sehingga kurva penawaran agregt jangka pendek terus bergeser
ke kiri hingga mencapai AS2, dimana output telah kembali ke Yn. Pada panel (b),
Y1<Yn sehingga kurva penawaran agregat jangka pendek terus bergeser ke kanan
hingga output kembali ke Yn lagi. Dengan demikian dalam kedua kasus, perekonomian
menampilkan suatu mekanisme koreksi diri yang mengembalikannya lagi ke tingkat
output alamiah.
Daftar Pustaka

Nanga, Muana. 2005. Ekonomi Makro : Teori, Masalah, Dan Kebijakan. PT Raja
Grafindo Persada: Jakarta
Daft .Richard L. 2010. Era Baru Manajemen Stiven Robin. Salemba Empat: Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi