Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya
menjadi tiga yaitu:
1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun
fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit
dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi
seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang ditemukan,
melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya, yang menyebabkan
ketidakmampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi respons yang tidak diharapkan oleh
lingkungan. Oleh karena itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah perilaku yang sesuai
dengan criteria diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang sesuai agar dapat digolongkan
sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang sesuai dengan satu
criteria, juga akan sesuai untuk criteria yang lainnya.
Fobia
Berbeda dengan angguan kecemasn merata,gangguan fobia mengandung ketakutan yang
spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat terhadap suatu stimulus
atau situasi yang menurut kebanyakan orang tidaklah sangat berbahaya,disebut orang yang fobia.
Orang tersebut biasanya menyadari bahwa ketakutanya itu tidak rasional tapi dia tetap merasakan
kecemasan (mulai dari rasa rasa serba salah yang amat sangat sampai panik) yang hanya dapat
diredakan dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan itu. Rasa takut biasanya
tidak didiagnosa sebagai gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari individu tersebut.
2. Gangguan afektif
Gangguan afektif adalah gangguan pada afeksi atau suasana hati (mood). Orang yang
terganggu ini dapat mengalami depresi atau manik (girang yang tidak wajar) yang parah
atau dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau manik (girang yang tidak wajar)
yang parah dan dapat berganti-ganti antara saat-saat depresi atau saat-saat panik.
Perubahan suasana hati semacam ini mungkin saja sangat parah sehingga individu tersebut
perlu dirumahsakitkan.
Episode manik
Episode manik ringan (hipomania) orangnya penuh energi ,antusias dan percaya diri. Terus
berbicara, berpindah-pindah kegiatan tanpa memikirkan waktu tidur yang cukup, dan membuat
rencana-rencana besar tetapi tidak diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik bersifat
mendesak dan seringkali lebih mengekspresikan rasa kebencian daripada kegembiraan.
Episode manik yang parah ( mania) berperilaku seperti konsep yang terkenal tentang “raving
maniak” . Mereka sangat bersemangat dan harus selalu aktif. Mereka dapat bolak-
balik,menyanyi,berteriak, atau memukul-mukul dinding selama berjam-jam. Akan marah dan
menjadi ganas bila ada orang yang mengganggu kegiatan mereka.
Gangguan manik depresi
Individu yang mengalami manik dan mengalami depresi secara berganti-ganti dalam suatu
episode yang bersamaan. Kondisi ini disebut sebagai gangguan bipolar; individu beralih dari satu
kutub perasaan ke kutub perasaan yang lain. Gangguan bipolar atau gangguan manik depresif
jarang terjadi. Gangguan manik depresif berbeda dengan gangguan afeksi lainnya karena
gangguan ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda,lebih mungkin terjadi dalam
keluarga,memberi respons pada beberapa pengobatan terapis yang berbeda, dan mudah terjadi
lagi bila tidak diobati.
Skisofrenia
Gangguan yang ditandai dengan parahnya,
a. Kekacauan kepribadian.
b. Distorsi realita.
c. Ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya muncul pada umur sangat muda; puncaknya antara umur 25 th-35 th. Kadang-kadang
berkembang secara lamban sebagai proses yang sedikit demi sedikit. Meningkat pada perilaku
mengasingkan diri dan perilaku yang tidak wajar. Gangguan skisofrenia dapat juga terjadi secara
tiba-tiba, ditandai dengan kerancuan yang intens dan kekacauan emosi.
Kasus ini timbul dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat stress pada individu yang
memiliki gaya hidup :
− Cenderung menyendiri.
− Suka bekerja sendiri.
− Merasa tidak aman.
Ciri-ciri Skisofrenia :
a. Kekacauan Pikiran dan Perhatian.
Kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan. Individu tersebut menanggapi
begitu banyak stimulus yang bersamaan dan sulit mengambil makna.Pembicaraan para
penderita ini tidak relevan, tidak ada ujung pangkalnya.
b. Kekacauan Persepsi.
Dalam fase yang akut seringkali dilaporkan bahwa dunia tampak lain bagi penderita tersebut.
Ketidakmampuan memahami sesuatu sebagai suatu keseluruhan.
c. Kekacauan Afektif.
d. Tidak dapat merespon rangsangan emosional secara wajar dan normal. Namun ekspresi emosi
yang datar ini/tumpul ini dapat menyembunyikan kekacauan dalam hatinya dan dapat tiba-
tiba sangat marah. Kadang-kadang penderita mengukapkan perasan yang tidak relevan
dengan situasi/pikiran yang diungkapkan.
e. Delusi dan Halusinasi.
Penderita dengan tahap akut dalam proses pikiran dan persepsi yang menyimpang disertai
pula dengan berbagai delusi. Delusi yang paling umum adalah keyakinan bahwa kekuatan
eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut.
- Delusi penganiayaan : Paranoid.
- Delusi kehebatan : Orang tersebut kuat dan penting.
Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan.
- Halusinasi Auditorik : Suara-suara.
- Halusinasi Visual : Melihat mahluk-mahluk aneh,malaikat.
- Halusinasi Sensorik : Bau busuk, rasa racun, perasaan disentuh.
3. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi
stress atau memecahkan masalah. Sifat-sifat tersebut biasanya muncul pada masa
remaja dan dapat berlangsung sepanjang hidup.
3.1. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal itu adalah perilaku yang jarang
ditemukan, melanggar norma sosial, menciptakan tekanan bagi yang mengalaminya, yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk hidup normal, dan menjadi respons yang tidak
diharapkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, suatu perilaku yang dianggap abnormal adalah
perilaku yang sesuai dengan criteria diatas. Dimana harus terdapat semua criteria yang sesuai
agar dapat digolongkan sebagai perilaku abnormal. Sebab tidak semua perilaku abnormal yang
sesuai dengan satu criteria, juga akan sesuai untuk kriteria yang lainnya.
3.2. Saran
Kita perlu memahami perilaku abnormal seseorang, sebab “Orang Berperilaku Abnormal”
biasanya tampak di dalam kelas dan bahkan dia menampakkan perilaku bermasalah itu di dalam
keseluruhan interaksi dengan lingkungannya.
Manusia merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap permasalahan individu
memerlukan penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu mahasiswa berperilaku
abnormal memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah.
Jadi sebagai sesama manusia, kita harus mengetahui mengapa itu bisa terjadi dan seorang
mahasiswa yang baik harus bisa mengerti apa yang dialami oleh teman sekitarnya dengan baik
dan solusi yang tepat agar orang yang berprilaku abnormal dapat keluar dari masalah yang
dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Suyati, Sri. dkk. 1995. Psikologi Industri dan Sosial, Semarang : Pustaka Jaya.
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Edisi ke 5. Jakarta: PT. Gramedia
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal, Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama