Vous êtes sur la page 1sur 11

e-J.

Agrotekbis 4 (4) : 468-478, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN TAHU PADA


INDUSTRI “AFIFAH” DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH

Analysis of Income and Marketing of “Afifah” Tofu Industry Industry


in Palu City of Central Sulawesi

Narmin¹) , Made Antara²)


1)
Mahasiswa Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. E-mail: narmin.ladai@yahoo.com
2)
Dosen Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. E-mail: yasinta90287@gmail.com

ABSTRACT

The agriculture and industry sectors are interrelated sectors, where agriculture is the
provider of raw materials, while the industry processes the agricultural products to obtain added
values. Small industries are very large parts of an economy. Some small industries are potential to
be developed, one of which is tofu business. Central Sulawesi was one of suitable areas for soybean
development. Some areas in Central Sulawesi had been processing the soybean plant, but they were
only intended for sale and consumption. The entrepreneurs and businessmen in Palu City have
begun to see these opportunities and developed agro-industry by processing soybeans into tofu.
This study was conducted at “Afifah” Tofu Industry in Jl. Jati No. 08 Nunu Village Tatanga District
Palu City, Central Sulawesi. This study aimed 1) to determine the form of marketing channel of
“Afifah” Tofu Industry, and 2) to determine the marketing margin of “Afifah” Tofu Industry.
Respondent determination was purposively selected including one chairman of “Afifah” Tofu
Industry, one worker of “Afifah” Tofu Industry, and six tofu traders. The results showed that the
revenue earned in September 2015 was IDR 7,219,206. There were two forms of marketing channel
at “Afifah” Tofu Industry, namely 1) the producer sold its products to the retailers then the retailers sold
them to the last consumers, and 2) the producer sold its products directly to the last consumers. Tofu
marketing margin gained at the first channel was IDR 33,000, while there was no margin at the second
channel because the producer sold its products directly to the consumers.

Key Words: Income, marketing channel, marketing margin, and tofu.

ABSTRAK

Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang saling terkait satu sama lain di mana
pertanian sebagai penyedia bahan baku sedangkan industri mengolah hasil pertanian untuk
memperoleh nilai tambah. Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar terhadap roda
perekonomian suatu negara. Beberapa industri kecil potensial untuk dikembangkan, salah satunya
adalah usaha pembuatan tahu. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang cocok
untuk pengembangan kedelai. Beberapa daerah di Sulawesi Tengah sudah mengolah kedelai, tetapi
hanya bertujuan untuk penjualan kedelai dan konsumsi. Pengusaha di Kota Palu mulai melihat
peluang ini dan mengembangkan agroindustri dengan mengolah biji kedelai menjadi tahu.
Penelitian ini dilaksanakan pada Industri Tahu “Afifah” di Jl. Jati No. 08 Kelurahan Nunu
Kecamatan Tatanga Kota Palu Sulawesi Tengah. Penelitian bertujuan untuk 1) mengetahui bentuk
saluran pemasaran Industri Tahu “Afifah”, dan 2) mengetahui margin pemasaran Industri Tahu
“Afifah”. Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dengan responden, yaitu 1
orang pimpinan Industri Tahu “Afifah”, 2 orang karyawan Industri Tahu “Afifah”, dan 6 orang
pedagang tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh pada bulan
September 2015 adalah sebesar Rp.7.219.206. Ada dua bentuk saluran pemasaran Industri Tahu
“Afifah”, yaitu 1) produsen menjual produknya ke pedagang pengecer kemudian pedagang
pengecer menjualnya ke konsumen akhir, dan 2) produsen menjual produknya langsung ke

468
konsumen akhir. Margin pemasaran tahu yang diperoleh pada saluran pertama adalah sebesar
Rp. 33.000, sedangkan margin pemasaran pada saluran kedua tidak ada karena produsen menjual
langsung ke konsumen.

Kata Kunci: Margin Pemasaran, Pendapatan, Saluran Pemasaran, dan Tahu.

PENDAHULUAN Industri merupakan salah satu


aktivitas yang dapat menunjang roda
Sektor pertanian masih tetap pembangunan ekonomi yang juga
memegang peranan penting dalam berkembang searah dengan pertumbuhan
perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan ekonomi. Industri yang merupakan
karena sektor pertanian masih memberikan bagian dari kehidupan ekonomi dengan
sumbangan bagi produk domestik bruto, sendirinya merupakan suatu komponen
mampu menyerap angkatan kerja yang utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
ada, mampu menyediakan keragaman suatu komunitas masyarakat, sehingga
menu pangan, mampu mendukung sektor keberadaan dan kehadiran industri pada
industri hulu dan industri hilir, mampu dasarnya sangat membantu masyarakat
meningkatkan pendapatan petani, dan masih dalam meningkatkan taraf hidupnya.
mendorong kesempatan berusaha serta Konsep agribisnis merupakan salah
hasil pertanian yang dapat memberikan satu konsep yang utuh mulai dari proses
sumbangan devisa yang cukup besar. produksi, mengolah hasil, pemasaran dan
Beberapa industri kecil yang aktivitas lain yang berkaitan dengan
potensial untuk dikembangkan, salah kegiatan pertanian. Sektor bisnis pertanian
satunya adalah usaha pembuatan tahu. yang bergerak dalam bidang pengolahan
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan komoditi pertanian memiliki prospek yang
salah satu daerah yang cocok untuk cukup menjanjikan untuk dikembangkan,
dikembangkan tanaman kacang kedelai. karena indonesia memiliki kekayaan alam
Beberapa daerah di Sulawesi Tengah sudah yang melimpah dan sumber daya manusia
mengolah tanaman kacang kedelai, akan yang dalam hal ini adalah ketersedian
tetapi hanya bertujuan untuk penjualan tenaga kerja yang cukup melimpah pula.
kacang kedelai dan konsumsi. Pengusaha di Kombinasi yang baik diantara keduanya di
Kota Palu mulai melihat peluang ini harapkan dapat menciptakan suatu usaha
dan mengembangkan agroindustri dengan agribisnis yang tangguh (Soekartawi, 2003).
mengolah biji kedelai menjadi tahu. Kedelai adalah sumber protein
Pembangunan pertanian tidak nabati utama bagi sebagian besar penduduk
dapat berjalan sendiri tanpa dukungan Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia,
sektor ekonomi khususnya industri, dalam kedelai memiliki peran besar karena
hal ini pengembangan industri pengolahan merupakan sumber bahan baku yang utama
hasil pertanian (agroindustri) merupakan bagi industri tahu, tempe, tauco, kecap,
salah satu prioritas dalam pembangunan
dan pakan ternak. Seiring dengan
nasional di sektor perindustrian.
meningkatnya pertumbuhan penduduk serta
Pengembangan agroindustri dimaksudkan
untuk memanfaatkan seoptimal mungkin meningkatnya kesadaran penduduk tentang
potensi sektor pertanian dan sektor terkait pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi,
lainnya dalam upaya meningkatkan produk mengakibatkan permintaan terhadap
nasional dan memperkokoh struktur makanan olahan kedela meningkat. Namun
perekonomian. Efesiensi dan produktivitas tingginya permintaan kedelai tersebut tidak
agroindustri perlu terus di tingkatkan guna diimbangi dengan meningkatnya produksi
memperkuat daya saing produknya, baik kedelai di dalam negeri. Kedelai merupakan
dipasar internasional maupun domestik suatu komoditi pertanian indonesia yang
(Maftukhim, 1996). memiliki prospek pengembangan yang

469
cukup cerah seiring dengan meningkatnya industri Tahu, dengan menggunakan kacang
kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi kedelai sebagai bahan baku utamanya.
yang bersumber dari produk hasil olahan Berdasarkan data dari Dinas
kedelai yang mempunyai kandungan protein Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
nabati yang tinggi. Perkembangan tanaman (Perindagkop) Kota Palu, menyatakan
kedelai di Sulawesi Tengah merupakan bahwa terdapat beberapa agroindustri yang
bagian dari sektor pertanian yang dianggap memproduksi produk Tahu, hal ini terlihat
pertumbuhannya paling konsisten dari tahun pada Tabel 2.
ke tahun jika dilihat dari hasil produksi, luas Berdasarkan data pada Tabel 2
areal lahan dan produktivitasnya, hal ini terdapat beberapa industri tahu yang
terlihat pada Tabel 1. tersebar di Kota Palu, namun salah satu
Berdasarkan data pada Tabel 1 Industri tersebut memproduksi kacang
perkembangan luas panen dan produksi kedelai dengan jumlah yang cukup besar
kacang kedelai di Sulawesi Tengah yakni Industri Tahu “Afifah” dengan
mengalami peningkatan dan penurunan kapasitas produksi sebesar 200 ton
tiap tahunya. Tahun 2013-2015 mengalami perbulan. Produksi Tahu yang terendah,
peningkatan produksi kacang kedelai, yaitu pada industri Mitra Cemangi sebesar
dikarenakan banyaknya permintaan 3 ton.
konsumen produk tahu di Kota Palu dan Besarnya jumlah produksi pada
sekitarnya. Industri Tahu “Afifah” di Kota Industri Tahu “Afifah” disebabkan karena
Palu merupakan industri menengah, tujuan
banyaknya permintaan konsumen dan pasar,
utama setiap usaha atau industri iyalah
permintaan produksi tahu lebih meningkat
untuk memperoleh pendapatan semaksimal
mungkin dan pengeluaran biaya seminimal dibandingkan dengan industri-industri lain,
mungkin agar kegiatan usaha atau industri sehingga produksi tahu yang dihasilkan
tersebut terus berkembang, oleh karna itu Industri Tahu “Afifah” mengalami
penting untuk mengetahui pendapatan dan peningkatan dari sebelumnya. Industri Tahu
pemasaran yang diperoleh industri tersebut, “Afifah” di Kota Palu, memiliki pelanggan
hal inilah yang menjadi latar belakang tetap dari dalam dan luar Kota Palu.
penelitian pada Industri Tahu “Afifah” di Industri Tahu “Afifah” mampu memenuhi
Kota Palu. Sulawesi tengah, khususnya kebutuhan permintaan konsumen di Kota
Kota Palu terdapat beberapa Industri- Palu dan sekitarnya.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Kedelai di Sulawesi Tengah, 2011-2015
No. Tahun Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
1 2011 3618 4722 13.05
2 2012 2786 3555 12.76
3 2013 4632 6900 14.90
4 2014 5621 8203 14.59
5 2015 7642 12654 16.56
Rata-rata 4859,8 7206,8 14,372
Sumber: Data Badan Pusat Statistik, 2015.

Tabel 2. Nama-nama Industri Tahu di Kota Palu Tahun 2015


No Industri Pimpinan Alamat Produksi (Ton)
1 Reski H.Slamet Harianto Jln. Manggis No.41 80
2 Erie Ahmad Sugawan Jln. Teratai No.04 83
3 Tahu Vivi Moh. Kodi Jln. Buah pala 150
4 Tahu Afifah Safran Renaldy.S.Hut Jln. Jati No.81 200
5 MitraCemangi Ishak. AM Jln.Cemangi No.09 3
6 UD Mandiri Sutran Indah Hariyono Jln. Munif Rahman 180
Sumber: Data Peridustrian, Perdagangan dan Koperasi, 2015.

470
Penelitian ini bertujuan untuk Pendapatan bersih yang diterima dalam satu
mengetahui pendapatan usaha tahu 2) kali produksi oleh para pengrajin tahu di
mengetahui bentuk saluran pemasaran Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang
Industri Tahu “Afifah”, dan 3) mengetahui Kabupaten Banyumas adalah sebesar
margin pemasaran Industri Tahu “Afifah”. Rp. 72. 313,70.
Wiyono dan Rukavina, (2015)
METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
yang telah dilakukan, maka diperoleh
Penelitian Terdahuluan. Utami, dkk kesimpulan yaitu penerimaan total yang
(2012) melakukan penelitian tentang“ diperoleh industri rumah tangga “WAJIANTO”
pemanfaatan ILES-ILES (Amorphopallus dalam memproduksi tahu selama Bulan
oncophylus) sebagai pengenyal pada Agustus Tahun 2014 sebesar Rp. 28.000.000.
pembuatan tahu. Hasil penelitian menunjukkan Setelah dikurangi dengan biaya total didapat
bahwa tahu dengan penambahan ILES- pendapatan bersih sebesar Rp. 10.414.786,6.
ILES lebih banyak manfaatnya. Selain
mengandung nutrisi tambahan seperti Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian
protein dan serat kasar, ILES-ILES dapat ini dilaksanakan pada Industri Tahu
membuat tahu kenyal. “Afifah” di Kelurahan Nunu Kecamatan
Dedy dan Sudarminto (2014), Tatanga Kota Palu. Lokasi penelitian ini
melakukan penelitian tentang “Penentuan dipilih secara sengaja (Purposive) dengan
atribut mutu tekstur tahu untuk pertimbangan bahwa Industri Tahu ini
direkomendasikan sebagai syarat tambahan merupakan salah satu usaha pengolahan
dalam standar nasional Indonesia”. Hasil Kacang kedelai menjadi tahu dengan bahan
penelitian menunjukkan bahwa kadar air baku yang melebihi dari industri lain.
paling tinggi terdapat pada sampel Tahu G Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
sebesar 85.27 %, sedangkan kadar air September Tahun 2015.
terendah terdapat pada sampel Tahu I Penentuan Responden. Penentuan
sebesar 78.82 %. responden dilakukan secara sengaja
Setiawan dkk (2008), melakukan (Purposive), dengan pertimbangan bahwa
penelitian tentang “Analisa Produk pimpinan usaha, tenaga kerja Industri Tahu
Sampingan Dalam Menentukan Tingkat “Afifah” serta pedagang tahu dapat
Pendapatan Produk Utama (Studi Kasus memberikan informasi mengenai proses
Pada perusahaan tahu yun – yi). Hasil produksi, sehingga diharapkan dapat
penelitian menunjukkan bahwa produk diperoleh data yang akurat sesuai dengan
sampingan oncom setelah diproses lebih tujuan dalam penelitian ini. Responden
lanjut menghasilkan laba lebih kecil yang diambil, yaitu 1 orang pimpinan
dibandingkan dengan tanpa proses lebih dimana seorang pimpinan bertugas untuk
lanjut, yaitu sebesar Rp. 797.250.-, memanajemen seluruh kegiatan perusahaan
sedangkan tanpa proses lebih lanjut sebesar selama produksi berlangsung, sedangkan 2
Rp. 900.000.-. orang karyawan yang mewakili dari sekian
Santoso, dkk (2009) melakukan banyak tenaga kerja bertugas dalam bidang
penelitian dan pembahasan tentang mengkoordinir kinerja karyawan yang
agroindustri tahu di Desa Pandansari berproduksi serta 6 orang pedagang tahu
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. yang membeli dan memasarkan produknya
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai kepada konsumen.
berikut : (1) Biaya produksi yang Pengumpulan Data. Data yang digunakan
dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam dalam penelitian ini adalah data primer dan
produksi dalam usaha agroindustri tahu di data sekunder. Data primer diperoleh
Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang langsung Dari Industri Tahu “Afifah”
adalah sebesar Rp. 320.288,30. (2) dengan cara observasi dan wawancara
471
langsung dengan responden, yaitu pemilik Keterangan:
atau pimpinan industri, karyawan serta M = Margin Pemasaran
pedagang tahu dengan menggunakan daftar Hk = Harga Konsumen
pertanyaan (Questionaire). Data sekunder Hp = Harga Produsen
adalah data yang diperoleh dari instansi Margin Pemasaran. Menurut Kotler (1993),
yang terkait (BPS, Dinas Pertanian, beserta untuk mengetahui bentuk pemasaran Tahu
instansi terkait lainya) dan berbagai literatur “Afifah” dilakukan dengan menanyakan
yang berkaitan dengan penelitian ini. berapa harga Tahu yang diterima oleh
Analisis Data. Industri dalam memasarkannya. Kemudian
Berdasarkan pengumpulan data di untuk mengetahui margin pemasaran (M)
atas, maka alat analisis data yang digunakan digunakan model sebagai berikut:
dalam menganalisis data yang diperoleh
dari responden adalah: M = Hp - Hb

Analisis Pendapatan. Analisis ini digunakan Keterangan:


untuk mengetahui total penerimaan dan M = Margin Pemasaran (Rp)
total biaya, maka digunakan analisis Hp = Harga Penjualan (Rp)
R/C=TR/TC yakni melihat perbandingan Hb = Harga Pembelian (Rp)
antara total penerimaan dengan total
pengeluaran. Untuk lebih jelasnya sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut:
π = TR-TC Karakteristik Responden. Berdasarkan
Keterangan : data yang diperoleh melalui hasil
Π = Pendapatan Industri observasi dan wawancara langsung dengan
TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp) responden, memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, karakteristik yang dimaksud
TC = Total Cost/Total Biaya (Rp) adalah tingkat umur, tingkat pendidikan,
Saluran Pemasaran. Mengetahui saluran jumlah tanggungn keluarga dan pengalaman
pemasaran tahu Afifah digunakan analisis berdagang.
yang menggambarkan bentuk saluran Umur Responden. Umur merupakan
pemasaran tahu Afifah di Kota Palu. salah satu factor yang mempengaruhi
Menurut (Hamid, 1984), margin pemasaran kemampuan kerja produsen baik secara
adalah selisi antara harga yang di terima fisik, mental maupun dalam hal mengambil
produsen dengan yang di bayarkan keputusan, oleh karena itu produsen
konsumen, untuk mengetahui besarnya maupun pedagang sangat mempengaruhi
margin pemasaran tiap saluran pemasaran cara berfikir dalam melaksanakan usahanya,
menggunakan analisis sebagai berikut: usia produktif, yaitu antara umur 15-64
M = Hk-Hp tahun (BPS,2014). jelasnya terlihat
pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Umur Responden pada Industri Tahu “Afifah” dan Pedagang Pengecer, 2015
No Umur (Tahun) Jumlah Orang Persentase (%)
1 30-45 5 55,56
2 46-55 4 44,44
3 56-65 - -
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

472
Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden pada Industri Tahu “Afifah” dan Pedagang
Pengecer, Tahun 2015
No Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. S-1 1 11,11
2. SD 2 22,22
3. SMP 4 44,45
4. SMA 2 22,22
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 3 menunjukkan bahwa umur Jumlah Tanggungan Keluarga Tabel 5


30-45 tahun terdiri dari 5 orang dengan menunjukkan bahwa jumlah tanggungan
persentase (55,56%), umur 46-55 tahun 1-2 orang terdiri dari 3 jiwa (33,33%), 3-4
terdiri dari 4 orang dengan persentase orang terdiri dari 5 jiwa (55,56%), dan 5-6
(44,44%). Umur merupakan salah satu orang terdiri dari 1 jiwa (11,11%). Hal ini
faktor yang mempengaruhi kemampuan menunjukkan semakin banyak jumlah
kerja baik secara fisik, mental maupun tanggungan keluarga maka semakin banyak
dalam hal pengambilan keputusan. Seseorang tanggungan pemikiran dalam menyelesaikan
yang berumur relatif lebih muda dan sehat masalah termasuk keputusan untuk merubah
memiliki kemampuan fisik yang relatif kegiatan dalam usahataninya namun disisi
tinggi, semangat kerja yang tinggi dan jiwa lain banyaknya jumlah tanggungan keluarga
yang dinamis, sehingga lebih cepat dalam akan membuat pengeluaran atau biaya
menerima tekhnologi baru yang bertujuan semakin tinggi sehingga semakin kecil modal
untuk meningkatkan pendapatan maupun yang digunakan untuk proses produksi.
melakukan perubahan penggunaan input– Sebaliknya semakin kecil tanggungan keluarga
input baru dalam berproduksi, karena umur semakin rendah pengeluaran atau biaya
relatif muda menghendaki adanya perubahan sehingga makin banyak modal yang dapat
yang terjadi untuk keberhasilan usahanya. dialokasikan dalam upaya peningkatan usahanya.
Tingkat Pendidikan. Tabel 4 menunjukkan Pengalaman Berusaha. Tabel 6
bahwa pendidikan Strata-1 terdiri dari menunjukkan bahwa pengalaman berusaha
1 orang dengan Persentase 11,11%, tahun 1-10 terdiri dari 4 orang (44,44%),
kemudian tingkat pendidikan SMP dari 4 11-20 terdiri dari 5 orang (55,56%). Dalam
orang dengan persentase 44,45%, pengelolaan usahatani semakin lama petani
sedangkan pendidikan SD dan SMA terdiri berusahatani maka dapat mempengaruhi
dari 2 orang dengan persentase 22,22%. kebiasaan, kemahiran, dan keterampilan
Umumnya orang yang memiliki pendidikan
atau keahlian dalam melakukan kegiatan
lebih tinggi akan mempunyai wawasan
usahatani yang nantinya akan mempengaruhi
yang lebih luas terutama penghayatan akan
baik tidaknya hasil produksi.
arti pentingnya produktivitas yang dapat
Pengalaman berhubungan dengan
mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan produktif. Pendidikan akan keterampilan dan penggunaan teknologi,
membentuk dan menambah pengetahuan yang didukung oleh usia petani yang
seseorang dalam mengerjakan sesuatu produktif, maka petani akan melakukan
dengan lebih cepat dan lebih tepat, dengan penerapan teknologi usahanya. Pengalaman
demikian tingkat produktivitas kerja dalam berusaha juga dapat merupakan
seseorang semakin tinggi pula. Kemampuan faktor yang cukup penting dalam
dan skill selalu akan dipengaruhi oleh menunjang seorang dalam meningkatkan
pengalaman seseorang, baik itu pengalaman produktifitas dan kemampuan kerjanya
pendidikan maupun pengalaman bekerja. dalam berwirausaha.

473
Biaya Produksi. Biaya produksi dalam variabel ialah biaya produksi yang
penelitian terbagi menjadi dua, yaitu biaya jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap produksi yang dihasilkan. Jika produksi
umumnya didefinisikan sebagai biaya sedikit, biaya variabel sedikit dan sebaliknya
yang relatif tetap jumlahnya dan terus jika produksi tinggi maka biaya variabel
dikeluarkan walaupun proses produksi yang akan tinggi.
diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap Biaya Tetap. Biaya tetap adalah biaya
ini meliputi biaya pajak bangunan perusahaan yang besarnya tidak dipengaruhi
dan penyusutan alat, yang dimaksud oleh perubahan-perubahan baik dalam
dengan penyusutan alat, yaitu besarnya produksi maupun penjualan. Biaya tetap
biaya yang dikeluarkan pada saat membeli dalam penelitian ini meliputi biaya
alat dikurangi dengan harga jual sekarang penyusutan, gaji pimpinan dan karyawan,
kemudian dibagi dengan nilai ekonomis serta pajak usaha terlihat pada Tabel 7.
atau lamanya alat tersebut dipakai. Biaya

Tabel 5. Klasifikasi Tanggungan Keluarga Responden pada Industri Tahu “Afifah” dan Pedagang
Pengecer, Tahun 2015

No Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1. 1-2 3 33,33
2. 3-4 5 55,56
3. 5-6 1 11,11
Jumlah 9 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 6. Klasifikasi pengalaman usaha Responden pada Industri Tahu “Afifah” dan Pedagang
Pengecer, Tahun 2015

No Pengalaman usaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1. 1-10 4 44,44
2. 11-20 5 55,56
Jumlah 9 100

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 7. Biaya Tetap Produksi Industri Tahu Tabel 8. Biaya Variabel Produksi Industri
“Afifah” Pada Bulan September, Tahu “Afifah” Pada Bulan September,
Tahun 2015 Tahun 2015

No Jenis Biaya Tetap Nilai (Rp/ Bulan) Jenis Biaya Nilai


No
Variabel (Rp/Bulan)
1 Biaya Penyusutan 1.320.794
1 Bahan Baku 39.717.000
2 Gaji Karyawan 29.000.000 Kedelai
3 Pajak Usaha 1.820.000 2 Bahan Penolong 4.825.000

Jumlah 30.502.794 Jumlah 44.542.000


Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015. Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015

474
Tabel 7 menunjukkan bahwa biaya tahu pada industri Tahu Afifah, biaya
tetap produksi pada Industri Tahu “Afifah” variabel ini ditentukan oleh besar kecil
selama bulan September terdiri dari biaya jumlah produksi yang akan direncanakan.
penyusutan sebesar Rp. 1.320.794, gaji
karyawan sebesar Rp. 29.000.000, dan Pendapatan Usaha. Pendapatan digunakan
pajak usaha sebesar Rp. 1.820.000, untuk mengetahui berapa besarnya
sehingga total biaya tetap adalah sebesar pendapatan yang diperoleh industri Tahu
Rp. 30.502.794. Afifah. Menetapkan besarnya pendapatan
yang diterima oleh Industri Tahu Afifah
Biaya Variabel. Biaya variabel adalah biaya
yang jumlahnya selalu berubah-ubah sesuai adalah selisi antara penerimaan dengan
dengan volume produksi. Biaya variabel jumlah pengeluaran atau biaya yang berupa
meliputi biaya bahan baku dan biaya bahan biaya tetap maupun biaya variabel.
tambahan (Rekapitulasi biaya variabel dapat Besarnya pendapatan industri Tahu Afifah
dilihat pada Tabel 9. terlihat pada Tabel 9.
Biaya variabel adalah biaya yang Tabel 9 menunjukkan bahwa
jumlahnya selalu berubah-ubah sesuai hasil pendapatan yang diperoleh Industri
dengan volume produksi. Biaya variabel Tahu Afifah dengan penerimaan sebesar
meliputi biaya bahan baku dan biaya bahan Rp. 82.264.000 dikurangi dengan total
tambahan (Rekapitulasi biaya variabel biaya sebesar Rp. 75.044.794. Jumlah
terlihat pada Tabel 8. pendapatan sangat tergantung pada jumlah
Tabel 8 menunjukkan penggunaan penerimaan dan besarnya biaya yang
biaya variabel pada industri Tahu “Afifah” dikeluarkan dalam proses produksi.
selama sebulan yang terdiri dari biaya bahan Pendapatan bersih produksi tahu industri
baku sebesar Rp. 39.717.000 dan biaya Tahu Afifah, yaitu sebesar Rp. 7.219.206.
bahan penolong sebesar Rp. 4.825.000. Jadi Hal ini berarti cukup baik untuk diusahakan,
total biaya variabel sebesar Rp. 44.542.000 karena memberikan pendapatan yang cukup
yang harus di keluarkan dalam memproduksi besar kepada Industri Tahu Afifah.

Tabel 9. Pendapatan Usaha Industri Tahu “Afifah”, September 2015

No Uraian Jumlah Nilai (Rp)


1. Penerimaan: Rp. 82.264.000
Produksi 1.582 Kg Rp. 82.264.000
Harga/loyang Rp. 52.000
2. Biaya:
a. Biaya tetap
- Penyusutan alat Rp. 1.320.794
- Pajak usaha Rp. 1.820.000
- Tenaga kerja Rp. 29.000.000 Rp. 30.502.794
b. Biaya variabel
- Kacang kedelai Rp. 39.717.000
Biaya lain-lain
- Listrik Rp. 450.000 Rp. 44.542.000
- Bahan bakar mobil(bensin) Rp. 750.000
- Bahan bakar kayu Rp. 3.625.000
Total Biaya: Rp.75.044.794
3. Pendapatan Bersih (1) - (2) Rp. 7.219.206

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015.

475
Tabel 10. Volume Penjualan dan Harga yang Berlaku pada Saluran 1, 2015
Volume Harga Beli Harga Jual
No. Uraian
Penjualan Tahu (loyang ) (Rp) (Rp)
1. Pedagang Pengecer 11 1.500 2.000
2. Konsumen - 2.000 -
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 11. Volume Penjualan dan Harga yang Berlaku pada Saluran 2, 2015

Volume Harga Beli Harga Jual


No. Uraian
Penjualan (Loyang Tahu) (Rp) (Rp/3 Iris)
1. Produsen 50 - 1.000
2. Konsumen - 1.000 -
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 12. Margin Pemasaran Tahu Pada Saluran 1 Industri Tahu “Afifah”, 2015
No. Uraian Harga (Rp) Margin (Hp-Hb)
1. Harga Penjualan Produsen 1.500
2. Pedagang Pengecer 33.000
a. Harga Penjualan (Hp) 85.000
b. Harga Pembelian (Hb) 52.000
Total Margin 33.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Lembaga Pemasaran. Lembaga pemasaran Saluran Pemasaran. Penyaluran Tahu


Tahu “Afifah” adalah individu yang Afifah melibatkan kegiatan-kegiatan yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan saling melengkapi. Lembaga pemasaran
jasa dan produknya dari produsen ke konsumen mutlak diperlukan untuk membantu produsen
akhir serta mempunyai hubungan dengan dalam menyalurkan hasil produknya sampai
individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran ketangan konsumen. Berdasarkan penelitian
ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang telah dilakukan, terdapat dua saluran
serta memenuhi kebutuhan konsumen pemasaran tahu Afifah, yaitu:
semaksimal mungkin, kemudian konsumen 1. Produsen => Pedagang.pengecer =>
memberikan balas jasa kepada lembaga
Konsumen
pemasaran berupa keuntungan (margin
pemasaran). Jika hal ini terjadi, maka keduanya 2. Produsen => Konsumen
secara tidak langsung telah diuntungkan Keterangan:
meski dalam bentuk yang berbeda. Saluran 1 : Industri menjual produk
Berdasarkan penelitian yang tahu ke pedagang pengecer
dilakukan, maka lembaga pemasaran yang kemudian ke konsumen.
terlibat di industri Tahu “Afifah” dalam Saluran 2 : Industri menjual langsung tahu
menyalurkan produknya ke konsumen di tempat produksi sehingga
terdiri atas Pedagang Pengecer. Pedagang
konsumen yang ada di sekitar
pengecer merupakan pedagang yang
membeli produk Tahu dari produsen tahu industri dapat membeli
Afifah dan biaya transportasi ditanggung langsung ketempat produsen.
oleh industri karena diantarkan lagsung ke Pada saluran 1 industri menjual
pedagang pengecer. tahunya kepada pedagang pengecer dengan

476
harga Rp. 1.500/3 iris. Selanjutnya, pemasaran juga diharapkan dapat
pedagang pengecer menjual ke konsumen di memberikan keuntungan yang proporsional
pasar dengan harga Rp. 2.000/3 iris. Pada bagi produsen dan lembaga pemasaran tahu
saluran 2 industri menjual produk tahunya sesuai dengan biaya, resiko, pengorbanan
langsung ke konsumen di tempat produksi dan pelayanan yang ditanggungnya.
itu sendiri dengan harga Rp. 1.000/3 iris. Data margin pemasaran tahu pada saluran 1
Semakin panjang saluran pemasaran terlihat pada Tabel 12.
akan mengakibatkan semakin mahalnya Tabel 12 menunjukkan bahwa
produk yang diterima konsumen, karena pada saluran 1, harga penjualan produsen
semakin besarnya biaya yang dikeluarkan. ke pedagang pengecer dengan harga eceran
Saluran pemasaran tersebut produk yang Rp. 1.500 dan harga pembelian pedagang
dipasarkan harus sampai ke konsumen dengan pengecer (perloyang) Rp. 52.000, penjualan
efektif dan efisien. Volume penjualan dan pedagang pengecer ke konsumen
harga pada saluran 1 terlihat pada Tabel 10. Rp. 85.000, sehingga margin pemasaran
Tabel 10 menunjukkan bahwa pada yang diterima ditingkat pedagang pengecer
saluran 1 volume penjualan dari pedagang sebesar Rp. 33.000.
pengecer ke konsumen sebesar 11 loyang
tahu, dan pembelian tahu eceran dari KESIMPULAN DAN SARAN
produsen Rp. 1.500 harga jual tahu dari
pedagang pengecer ke konsumen sebesar Kesimpulan.
Rp.2000/3 iris tahu. Berdasarkan dari uraian hasil dan
Aliran barang dari produsen ke pembahasan yang telah dikemukakan
konsumen pada saluran 2 relatif lebih diatas, maka dapat diperoleh beberapa
pendek. Hal ini dikarenakan industri kesimpulan sebagai berikut:
langsung menjual produk tahu di tempat Pendapatan yang diperoleh industri
produksi karena harganya yang lebih murah tahu “Afifah” pada bulan September adalah
dibandingkan ke pedagang pengecer. sebesar Rp. 7.219.206.
Volume penjualan dan harga yang berlaku Ada dua bentuk saluran pemasaran
pada saluran 2 terlihat pada Tabel 11. tahu “Afifah”, yaitu: produsen menjual
Tabel 11 menunjukkan bahwa pada produk tahunya ke pedagang pengecer dan
saluran volume penjualan dari produsen pedagang pengecer menjual tahu langsung
langsung ke konsumen sebesar 50 loyang ke konsumen akhir yang ada di Pasar,
tahu dan volume penjualan dari produsen ke kemudian produsen menjual produk
konsumen sebesar Rp.1.000/3 iris. tahunya langsung ke konsumen.
Karena harga dari tempat produksi Margin pemasaran tahu yang
lebih murah dibandingkan dengan pedagang diperoleh untuk saluran pertama, yaitu
pengecer sehingga produsen lebih sering Rp. 33.000 dan margin pemasaran kedua
membeli tahu di tempat produksi karena tidak ada karena produsen menjual
harganya yang terjangkau. langsung ke konsumen.
Margin Pemasaran. Margin pemasaran Saran.
adalah selisih antara harga yang diterima
produsen dengan harga yang dibayarkan Disarankan pada produsen agar
oleh konsumen akhir atau selisih antara dapat menyalurkan hasil produknya
harga penjualan dengan harga pembelian. menggunakan saluran 1 karena pada saluran
Perhitungan margin pemasaran digunakan pertama menguntungkan dibandingkan
untuk mengetahui aliran biaya pada setiap dengan saluran 2 sehingga dengan
lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran. memperpendek saluran pemasaran
Margin pemasaran menentukan memberi peluang peningkatan bagian harga
harga tahu ditingkat konsumen. Margin di tingkat produsen.

477
DAFTAR PUSTAKA
Maftukhim, 1996. Kemungkinan Perluasan Pasar
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Luas Lahan, Emping Melinjo Melalui Kontrol Kualitas.
Produksi dan Produktivitas Menurut Proposal Penelitian Program Pasca Sarjana
Provinsi Sulawesi Tengah. Palu. Sulawesi UNHAS. Ujung Pandang.
Tengah
Setiawan Hendra. H dan Hastoni.,2008., Analisa
Utami, C.P., Sukma AF. dan Kristina H. 2012. Produk Sampingan Dalam Menentukan
Pemanfaatan ILES-ILES (Amorphophallus Tingkat Pendapatan Produk Utama (Studi
oncophylus) sebagai Pengenyal pada
Kasus Pada perusahaan tahu yun – yi).Vol.
Pembuatan Tahu. J. Teknologi Kimia Dan
Industri. Vol. 1 (1) 79-89 : Jurusan tekhnik 10 (1) 56-60 : Dosen Sekolah Tinggi Ilmu
Kimia. Fakultas Tehnik Universitas Ekonomi Kesatuan., J. Ilmiah Kesatuan.
Diponegoro. Semarang.
Soekartawi, 2003. Analisis Usahatani. Universitas
Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koperasi Indonesia Press. Jakarta.
(PERINDAKOP). 2015. Nama–nama
Industri Tahu di Kota Palu Tahun 2015., Wiyono, T. dan Rukavina Baksh, 2015. Analisis
Palu. Sulawesi Tengah Pendapatan Dan Nilai Tambah Usaha Tahu
Pada Industri Rumah Tangga “ Wajianto “
Dedy N.M dan Sudarminto S.Y., 2014. Penentuan Di Desa Ogurandu Kecamatan Bolano
Atribut Mutu Ekstur Tahu untuk Lambunu Kabupaten Parigi Moutong.
DIrekomendasikan Sebagai Syarat Agrotekbis Vol. 3 (3) 421-426: Jurusan
Tambahan dalam Standar Nasional
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Indonesia . J. Pangan dan Agroindustri.
Tadulako. Palu.
Vol. 2 (4) 259-267 : FTP. Universitas
Brawijaya. Malang.
Santoso, W. Pujiati Utami, dan Dumasari., 2009.
Hamid, AK. 1984. Tataniaga Pertanian. Lembaga Analisis Pendapatan dan Biaya Produksi
Penerbit Universitas Hasanuddin. Ujung Agroindustri Tahu Di Desa Pandansari
Pandang. Kecamatan Ajibarang Kabupaten
Banyumas. J. Agritech Vol. X1 (1) 45-55 :
Kotler,P. 1993. Manajemen Pemasaran. Lembaga Fakultas Pertanian Universitas
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Muhammaddiyah Purwokerto.
Indonesia. Jakarta.

478

Vous aimerez peut-être aussi