Vous êtes sur la page 1sur 17

Daftar Isi

Daftar Isi……………………………………………………………………………... 1

Abstrak……………………………………………………………………………….. 2

Pendahuluan………………………………………………………………………….. 3

Presentasi kasus………………………………………………………………………. 4

Diskusi…………………………………………………………………………………. 5 – 13

Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………….. 14

Acknowledgement…………………………………………………………………….. 15

Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 16

1
PERUBAHAN POLA TIDUR AKIBAT PROSES MENUA PADA LANSIA

ABSTRAK
Background: As age changes, the elderly will experience a lot of changes like physical, psychological and
spiritual changes. Out of all these changes, some of the elderly might also experience sleep disorder. Sleep
disorders that they experienced are usually difficulties to sleep, often waking up during the sleep or wake up too
early in the morning.
Case Presentation: Mr. U, 72 years old man complains that he experiences difficulties to sleep and anxiety at
night. This symptom has been around for 3 months. Mr. U said that when the night comes he did not feel sleepy
and has difficulty to start sleeping, and when he fell asleep he felt that his sleep was not comfortable because he
often woke up at night.
Discussion and Conclusion: Elderly episodes of NREM sleep tend to shorten. There is a progressive decrease
in the NREM sleep stages 3 and 4, some elderly have almost no stage 4 or deep sleep. In the elderly there are also
changes in the normal sleep circadian rhythm, which becomes less sensitive to dark and light changes so that
excretion of cortisol and GH and changes in body temperature fluctuate and are less prominent and this causes
someone with older age to take longer time to go to sleep and have less / shorter when sleeping comfortably.

Keywords: elrderly, difficulties to sleep, sleep stages.

Latar Belakang: Seiring perubahan usia, tanpa disadari pada orang lanjut usia akan mengalami perubahan–
perubahan fisik, psikososial dan spiritual. Salah satu perubahan tersebut akan mengalami gangguan tidur.
Gangguan tidur yang dialami biasanya adalah kesulitan untuk masuk atau memulai tidur, sering terbangun pada
saat tidur dan terbangun terlalu pagi.
Presentasi Kasus: Tn. U berusia 72 tahun mengeluh sulit tidur dan gelisah pada malam hari. Keluhan ini sudah
dirasakan sekitar 3 bulan belakangan ini. Tn. U mengatakan ketika sudah malam ia tidak merasa ngantuk dan sulit
untuk memulai tidur, dan ketika dia tertidur dia merasa tidurya tidak nyenyak karena sering terbangun pada malam
hari.
Diskusi dan Kesimpulan: Pads lansia episode tidur NREM cenderung memendek. Terdapat penurunan yang
progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, beberapa lansia hampir tidak memliki tahap 4 atau tidur yang dalam.
Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama sirkardian tidur normal yaitu menjadi kurang sensitive dengan
perubahan gelap dan terang sehingga ekskresi cortisol dan GH serta perubahan temperature tubuh berfluktuasi
dan kurang menonjol dan hal ini menyebabkan seseorang dengan usia lanjut membutuhkan waktu lebih lama
untuk masuk tidur dan mempunyai lebih sedikit/lebih pendek waktu tidur nyenyak.

Kata kunci: lansia, kesulitan untuk tidur, pola tidur.

2
PENDAHULUAN

Tidur merupakan kondisi istirahat yang diperlukan oleh manusia secara reguler.
Keadaan tidur ini ditandai oleh berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan kewaspadaan
terhadap lingkungan sekitarnya (Potter & Perry, 2005). Tidur akan memberikan ketenangan
dan memulihkan stamina atau energi (energy conservation), merupakan proses pemulihan
fungsi otak dan tubuh (restorative function), dan penyesuaian (adaptive) untuk
mempertahankan kelangsungan hidup (Kozier, 2004). Hampir sepertiga umur kita dihabiskan
untuk tidur. Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang
penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain-lain.
Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengatuk sepanjang
hari esoknya (Utama, 2015).

Seseorang yang dikatakan lansia apabila usianya sudah mencapai lebih dari 60 tahun.
Pada lansia tentu akan mengalami berbagai perubahan, diantaranya perubahan fisiologis,
biologi, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada aspek
kehidupan termasuk kesehatan. Oleh karena itu aktivitas tidur bagi usia lanjut perlu
ditingkatakan agar dapat hidup secara produktif sesuai kemampuannya sehingga dapat
berperan aktif didalam pembangunan (Nugroho, 2005).

Seiring perubahan usia, tanpa disadari pada orang lanjut usia akan mengalami
perubahan–perubahan fisik, psikososial dan spiritual. Salah satu perubahan tersebut akan
mengalami gangguan tidur. Menurut National Sleep Foundation sekitar 67% dari 1.508 lansia
di Amerika usia di atas 65 tahun melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3%
lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Pada
kelompok usia lanjut lebih banyak mengeluh berupa kesulitan memulai tidur, sering
terbanggun pada tengah malam dan kesulitan tidur kembali (Utama, 2015).

3
PRESENTASI KASUS

Tn. U berusia 72 tahun mengeluh sulit tidur dan gelisah pada malam hari. Keluhan ini
sudah dirasakan sekitar 3 bulan belakangan ini. Beliau mengatakan bahwa ketika sudah malam
ia tidak merasa ngantuk dan sulit untuk memulai tidur, dan ketika dia tertidur dia merasa
tidurya tidak nyenyak karena sering terbangun pada malam hari. Tn. U mengatakan bahwa ia
tidak mengalami mimpi buruk saat ia tidur.

Keluhan yang Tn. U rasakan sekarang adalah badan pegal-pegal dan rasa mengantuk
dan letih sepanjang hari. Tn. U sempat mengeluhkan kesulitan tidurnya kepada perawat namun
ia tidak diberikan obat karena menurut perawat hal itu adalah hal yang biasa dialami oleh
lansia. Keluhan seperti sesak nafas, nyeri dada dan kesulitan untuk bernafas pada malam hari
disangkal. Beliau mengatakan bahwa ia mengalami hipertensi dan mengonsumsi obat anti
hipertensi. Tn. U mengatakan bahwa sekarang ia sudah tidak mengonsumsi kopi walaupun saat
ia muda ia sering menonsumsi kopi. Tn U juga mengaku bahwa dulu ia sering merokok namun
sekarang sudah berhenti.

Tn. U masuk kepanti Tresna Werdha sejak 2010 dikarenakan terlantar di Jakarta selama
kurang lebih 2 bulan untuk mencari anak perempuannya yang sudah berkeluarga dan tinggal
di Jakarta. Ia mengatakan bahwa sejak anaknya menikah dan merantau ke Jakarta dengan
suaminya, anaknya tidak pernah menghubungi beliau sama sekali. Setelah istri Tn. U
meninggal, ia kesepian dan ingin bertemu dengan anak satu-satunya dan walaupun ia tidak tahu
alamat anaknya, ia nekat datang ke Jakarta dengan harapan dapat bertemu anaknya. Seiring
dengan berjalannya waktu, beliau pun tak kunjung menemukan anaknya dan ia terlantar tanpa
sanak saudara atau orang yang ia kenal di Jakarta. Tn U pun terkena penjaringan orang-orang
jalanan yang dilakukan petugas dinas sosial dan berhubung umurnya sudah lanjut usia, maka
ia dimasukan kepanti Tresna Werdha. Beliau merasa senang karena menemukan banyak teman
dan dapat melakukan banyak kegiatan di panti Tresna Werdha. Walaupun terkadang ia masih
merasa sedih karena merasa sudah ditelantarkan oleh anaknya. Tn U mendapatkan makan 3
kali sehari dan setiap beberapa minggu tensinya diperika oleh petugas kesehatan.

4
DISKUSI

Tidur merupakan kebutuhan mental dan juga kebutuhan fisik bagi manusia, karena pada saat
tidur akan memberikan kesempatan bagi otot untuk beristirahat. Tidur juga merupakan waktu
saat segala pengalaman yang dirasakan oleh manusia setiap harinya diproses dan diintegrasikan
oleh pikiran. Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya
(Guyton & Hall, 2009). Potter & Perry (2005) mendefinisikan tidur merupakan suatu keadaan
berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur yang
cukup dapat memulihkan tenaga. Tidur dapat memberikan waktu untuk perbaikan dan
penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan berikutnya.

Menurut (Utama, 2015) siklus tidur normal manusia terdiri dari 2 status primer siklus tidur
yaitu REM (rapid eye movement) dan non REM. Status tidur REM (20-25% dari waktu tidur)
dibagi menjadi phasic dan tonic, ditandai dengan periode otonom yang bervariasi, seperti
perubahan detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan berkeringat. Pada stadium inilah
mimpi saat tidur terjadi. Status non REM (sekitar 75-80% dari waktu tidur) dibagi menjadi 4
stadium:

1. Stadium 1: saat transisi antara bangun penuh dan tidur, sekitar 30 detik sampai 7 menit
dan karakteristik ditandai oleh gelombang otak yang low-voltage pada pemeriksaan
electro encephalografi (EEG).
2. Stadium 2: ditandai gelombang otak low-voltage pada EEG, dibedakan dengan stadium
satu dengan adanya high-voltage yang disebut “sleep spindle” dan K complexes.
3. Stadium 3 dan Stadium 4: sering disebut tidur yang dalam atau “delta sleep”. EEG
menunjukan gelombang yang lambat dengan amplitude yang tinggi.

Pada orang muda yang sehat waktu yang dibutuhkan dari stadium 1 sampai 3 hanya 45 menit.
Stadium 4 membutuhkan waktu sekita 70-120 menit dan berulang sampai 6 kali sebelum
terbangun. Pada tidur yang normal mempunyai kecenderungan perpindahan stadium dari tidur
yang dalam menuju tidur yang ringan (Utama, 2015).

Siklus tidur dan bangun (irama sirkardian), polanya adalah bangun sepanjang hari saat cahaya
terang dan tidur sepanjang malam saat gelap. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata
dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra-chiasmatic (NCS).

5
NCS akan mengeluarkan neurotransmitter yang mempengaruhi pengeluaran berbagai hormon.
Jika pagi hari cahaya terang masuk, NCS segera mengeluarkan hormon yang menstimulasi
peningkatan temperatur badan, cortisol dan GH (growth hormone) sehingga orang terbangun.
Jika malam tiba, NCS akan merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang
mengantuk dan tidur. Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh glandula pineal. Saat hari
mulai gelap, melatonin dikeluarkan dalam darah dan akan mempengaruhi terjadinya relaksasi
dan penurunan temperature badan serta cortisol. Kadar melatonin dalam darah mulai
meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan menghilang pada jam 9
pagi (Utama, 2015).

Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur dan mempunyai
lebih sedikit/lebih pendek waktu tidur nyenyak. Dari penelitian “The Gallup Organization”
didapatkan 50% penduduk Amerika pernah mengalami sulit tidur dan prevalensi sulit tidur
pada usia lanjut di Amerika adalah 36% untuk laki-laki dan 54% untuk wanita. Pada penelitian
yang dilakukan di laboratorium tidur, seorang usia lanjut mempunyai waktu pendek pada tidur
yang dalam (delta sleep), dan lebih Panjang waktunya di dalam tidur stadium 1 dan 2. Dari
hasil test dengan alat Polysomnographic ditemukan mereka mempunyai penurunan yang
signifikan dalam slow wave sleep dan rapid eye movement (REM). Mereka juga lebih sering
terbangun ditengah malam akibat perubahan fisik karena usia dan penyakit yang dideritanya,
kualitas tidur secara nyata menurun. (Utama, 2015).

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama sirkardian tidur normal yaitu menjadi
kurang sensitive dengan perubahan gelap dan terang. Normalnya irama sirkardian termasuk
didalamnya peranan pengeluaran hormone dan perubahan temperatur badan selama siklus 24
jam. Eksresi cortisol dan growth hormone (GH) meningkat pada siang hari dan temperatur
badan menurun pada malam hari. Pada usia lanjut ekskresi cortisol dan GH serta perubahan
temperature tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin, hormon yang di ekskresikan
pada malam hari dan berhubungan dengan tidur menurun dengan meningkatnya umur.
Penelitian lain menunjukan kwalitas tidur usia lanjut yang sehat, juga tergantung bagaimana
aktifitasnya pada siang hari. Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari
tidak ada gangguan dalam tidurnya, sebaliknya bilang siang hari tidak ada kegiatan dan
cenderung tidak aktif, malamnya akan sulit tidur. (Utama, 2015).

6
Dari hasil survey di masyarakat usia lanjut Amerika, didapatkan mereka membutuhkan waktu
lebih lama untuk jatuh tidur, tidur nyenyak hanya sebentar, lebih sering terbangun saat tidur,
bangun terlalu dini hari dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk tidur pada siang hari
karena sangat mengantuk. Hal ini sesuai dengan kasus yang dialami Tn. U dimana ia sulit untuk
memulai tidur dan ketika ia tertidur ia merasa tidak nyenyak karena cepat terbangun, dan pada
siang hari ia merasa sangat mengantuk.

Kebutuhan tidur sesuai usia:

Umur Jumlah kebutuhan tidur


0 – 1 bulan 14 - 18 jam/hari
1 – 8 bulan 12 – 14 jam/hari
18 – 3 tahun 11 – 12 jam/hari
3 – 6 tahun 11 jam/hari
6 – 12 tahun 10 jam/hari
12 – 18 tahun 8,5 jam/hari
18 – 40 tahun 7 – 8 jam/hari
40 – 60 tahun 7 jam/hari
60 tahun keatas 6 jam/hari

Tabel 1. Kebutuhan tidur sesuai usia menurut Depkes RI.

Sumber: http://promkes.kemkes.go.id/wp-
content/uploads/pdf/publikasi_materi_promosi/Informasi%20CERDIK/6.%20Istirahat%20Cu
kup_285x285mm.pdf

Pada usia 12 tahun kebutuhan untuk tidur adalah 9 jam, berkurang menjadi 8 jam pada usia 20
tahun, 7 jam pada usia 40 tahun, 6,5 jam pada usia 60 tahun, dan 6 jam pada usia 80 tahun.
Sebagian besar kelompok usia lanjut mempunya risiko mengalami gangguan pola tidur sebagai
akibat pensiun, perubahan lingkungan sosial, penggunaan obat - obatan yang meningkat,
penyakit-penyakit dan perubahan irama sirkadian (Hardiwinoto, 2010). Sejumlah faktor yang
mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi
penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas
dan kuantitas tidur. Adapun menurut Potter dan Perry (2012), berikut penjabarannya :

a. Penyakit Fisik

7
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik, atau masalah suasana
hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang
dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertisur atau tetap tidur.
Nokturia atau berkemih dimalam hari juga menjadi salah satu penyebab gangguan tidur
dan siklus tidur. Dan ini sering terjadi pada lansia dengan penurunan tonus kandungn
kemih atau orang yang memiliki penyakit jantung, diabetes, urethritis, atau penyakit
prostat. Lansia seringkali mengalami “sindrom kaki tak berdaya.” Dan ini akan sering
mengalami kekambuhan dimalam hari, seperti merasakan sensasi gatal pada otot,
sehingga akan menimbulkan terganggunya tidur pada lansia khususnya dimalam hari
(Potter dan Perry, 2012).

b. Obat–obatan dan Substansi

Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit
kroniknya, dan efek kombinasi dari obat – obatan dapat menimbulkan gangguan tidur
yang serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu,
keju dan daging, dapat membantu seseorang mudah tidur (Potter dan Perry, 2012).

c. Gaya hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi perubahan pola tidur. Individu yang bekerja
bergantian berputar (contohnya 2 minggu siang, kemudian diikuti oleh 1 minggu
malam) seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Setelah
beberapa minggu bekerja pada waktu malam hari, maka jam biologis seseorang dapat
menyesuikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi
bekerja berat yang tidak biasa, mengikuti aktivitas social pada waktu malam, perubahan
waktu makan malam (Potter dan Perry, 2012).

d. Stres emosional

Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan tidak bisa tidur.
Seringkali lansia mengalami kehilangan yang mengarah pada stress emosional.
Pension, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan kehilangan keamanan
ekonomi merupakan contoh situasi yang mepredisposisi lansia untuk cemas dan

8
depresi. Sehingga seringkali ini mengalami perlambatan untuk jatuh tidurnya,
munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur,
perasaan tidur yang kurang, dan terbangun cepat (Potter dan Perry, 2012).

Gangguan tidur pada orang depresi dapat berasal dari fungsi abnormal regio yang
berperan untuk memulai dan mempertahankan tahap non-REM. Selama transisi antara
sadar sampai tahap non-REM, aktivitas neuronal diturunkan pada area yang
menyebabkan arousal seperti locus coeruleus, raphe nuclei, dan tuberomammilary
nucleus. Selama tahap itu juga neuron thalamocortical mengalami hiperpolarisasi. Area
yang menyebabkan tidur terlokalisasi di preoptic hypothalamus menunjukkan
peningkatan aktivitas selama tahap itu. Pada orang sehat, tahap non-REM ditandai
dengan penurunan aktivitas metabolik dan aliran darah ke mesencephalic brainstem,
thalamus, dan basal forebrain. Pada orang depresi gangguan tidur dikarenakan
aktivitas abnormal pada struktur itu. (Germain, et al., 2004)

Percobaan yang dilakukan oleh Robert et al menunjukkan hasil bahwa orang depresi
menunjukkan penurunan yang kecil metabolisme glukosa regional di region frontal,
parietal dan temporal, dan dorsomedial thalamus. Penemuan ini menunjukkan bahwa
depresi dikarakteristikkan dengan deaktivasi kortikal dan thalamus yang kecil.
Deaktivasi frontal dan thalamus umumnya menyebabkan insomnia.

e. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk
tertidur dan tetap tidur. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur mempengaruhi
kulitas tidur. Seseorang lebih nyaman tidur sendiri atau bersama orang lain, teman tidur
dapat mengganggu tidur jika ia mendengkur. Suara juga mempengaruhi tidur (Potter
dan Perry, 2012).

f. Latihan fisik dan kelelahan

Seseorang yang kelelahan biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatkan,


khususnya kelelahan ini dikarenakan dari kerja atau latihan yang menyenangkan.
Latihan dua jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan
mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi,

9
kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stres
membuat sulit tidur. Hal ini juga biasanya terjadi pada anak sekolah dan remaja (Potter
dan Perry, 2012).

g. Asupan makanan dan kalori

Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik
adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Kafein dan alkohol yang
dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi insomnia, sehingga
mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastik adalah strategi penting yang
digunakan untuk meningkatkan tidur. Kehilangan atau kelebihan berat badan juga dapat
mempengaruhi pola tidur (Potter dan Perry, 2012).

Bedasarkan urain-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tn. U mengalami gangguan atau
kesulitan untuk tidur karena beberapa hal yaitu bisa karena proses fisiologis tubuh dimana pada
lansia terjadi perubahan pada irama sirkardian tidur normal yang menyebabkan tubuh menjadi
kurang sensitive dengan perubahan gelap dan terang. Selain itu bisa juga karena stres
emosional yang dialami Tn. U karena ia sering merasa sedih ketika mengingat tentang istrinya
yang sudah meninggal dan anaknya yang menelantarkan beliau.

Padangan Islam terhadap Lansia dan Pola tidur

Agama Islam memandang masyarakat lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana


perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia
dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai
oleh masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah
hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, penghormatan terhadap
para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan. Beliau mengegaskan, berkah dan
kebaikan abadi bersama para lansia kalian.

Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki
kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya, dari sisi bahwa mereka adalah harta dari ilmu dan
pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai
dan diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad

10
Saw bersabda, hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah
orang-orang yang lebih muda dari kalian. Allah swt juga berfiman:

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Rabbku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu
kecil.”(Qs. Al Isra (17): 23-24)

Bahkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa
berbakti kepada kedua orangtua termasuk amaliah yang paling dicintai Allah swt..
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra., dia berkata: “Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah saw.: ‘Amaliah apa yang paling dicintai Allah?’ Rasulullah menjawab: ‘Shalat pada
waktunya.’ ‘Lalu apa lagi?’, tanyaku. Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orangtua.’
‘Lalu apa lagi?’, tanyaku. Beliau menjawab: ‘Jihad fii sabilillaah (di jalan Allah).’”

Salah satu cara berbakti kepada kedua orangtua adalah dengan mendoakannya, yaitu
mendoakan agar mereka diampuni dosa-dosanya dan dirahmati oleh Allah swt., seperti
diperintahkan dalam firman Allah:

11
“Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka
berdua telah mendidikku (di) waktu kecil.’” (QS. Al-`Israa` (17): 25)

Doa untuk kedua orangtua yang merupakan upaya untuk berbakti kepada keduanya itu tidak
hanya harus dilakukan saat mereka masih hidup, tetapi juga ketika mereka sudah meninggal
dunia, seperti disabdakan oleh Baginda Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang berbunyi:

Diriwayatkan dari Abu `Usaid Malik bin Rabi’ah as-Sa’idi ra., bahwa dia berkata: “Ketika
kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba seorang lelaki dari Bani Salamah
mendatangi beliau, kemudian dia bertanya: ‘Wahai Rasulullah, masih adakah (kewajiban)
berbakti kepada ibu-bapakku setelah keduanya meninggal?’ Rasulullah menjawab: ‘Ya, (masih
ada), (yaitu) menshalatkan keduanya, memohonkan ampunan untuk keduanya, melaksanakan
janji mereka berdua setelah keduanya (wafat), menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan)
yang tidak akan tersambung kecuali melalui keduanya, dan menghormati teman keduanya.’”
(HR. Abu Dawud, 4/336 (5142)

Tidur merupakan kebutuhan mutlak setiap manusia sama seperti aktivitas makan dan minum.
Namun, tidur yang baik dan sehat harus memperhatikan segi waktu, waktu disini dalam arti
lama durasi tidur dan kapan sebaiknya tidur (Abdulla, 2011).

Tidur merupakan satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah dan satu dari sekian rahasia-rahasia-
Nya. Bila seseorang mengatur tidurnya dengan baik, ia akan mampu menjalankan amal-amal
ibadah dan berbagai kegiatannya dengan prima,dan penuh vitalitas. Sebaliknya, ia tidak
mendapatkan hal itu bila ia tidak memperoleh tidur dan istirahat dengan kadar yang cukup
(Abdullah, 2011).

Menurut Ibnul Qayyim tidur mempunyai manfaat yaitu Untuk menenangkan dan
mengistirahatkan tubuh setelah beraktivitas. Sebagaimana firman Allah swt:

‫سُ ب َ ا ت ًا ن َْو َم كُ ْم َو َج ع َ لْ ن َا‬


“dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (Q.S An-Naba (78):9)

Islam mensyariatkan segala sesuatu harus dilakukan dengan cara yang sederhana, tidak boleh
belebih-lebihan, tidur menjadi kebutuhan yang sangat mendasar dan berharga untuk kebugaran

12
tubuh, namun hal itu tidak baik untuk memilih banyak tidur, itu sama halnya dengan
melampaui batas karena segala sesuatu yang melampaui batas justru akan membuat hati
menjadi mati. Menurut Ibnu Qayyim orang yang banyak tidur dapat mematikan hati dan
membuat seseorang menjadi malas untuk beraktivitas. Tidur yang berlebihan dapat
menyebabkan beberapa hal antara lain adalah obesitas, gangguan kondisi mental seperti
depresi, penyakit kardiovaskular dan tidur yang berlebihan juga mengakibatkan banyak waktu
berharga yang terbuang, waktu seharusnya dimanfaatkan untuk hal-hal baik, sehat, dan keratif,
untuk mendapat pola hidup yang sehat tidak ada cara lain kecuali melakukan aktivitas tidur
atau istirahat yang sesuai tuntunan Allah dan Rasulnya. Larang untuk melakukan hal yang
berlebihan terdapat sesuai dengan firman Allah swt:

ْ ‫ش َر ب ُ وا َو ك ُ ل ُوا َم‬
‫س ج د كُ ل ع نْ د َ ز ي ن َ ت َكُ ْم ُخ ذ ُوا آ د َ َم ب َ ن ي ي َ ا‬ ْ ‫س ر ف ُوا َو َل َو ا‬
ْ ُ‫ت‬
ۚ ُ ‫س ر ف ي َن ي ُح ب َل إ ن َّ ه‬ ْ ‫الْ ُم‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (Q.s Al-A’raf (7):31).

13
KESIMPULAN

Pada usia lanjut terjadi perubahan pada irama sirkardian tidur normal yaitu menjadi kurang
sensitive dengan perubahan gelap dan terang yang menyebabkan ekskresi beberapa hormone
perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Stres emosional juga
merupakan salah satu penyebab gangguan tidur pada lansia dimana terjadi aktivitas abnormal
pada aliran darah ke mesencephalic brainstem, thalamus, dan basal forebrain. Bisa
disimpulkan bahwa gangguan tidur pada lansia bisa terjadi baik karena perubahan fisiologis
yang dialami lansia atau adanya faktor lain seperti Stres emosional yang sesuai dengan keluhan
Tn. U.

SARAN
1. Peningkatan lebih dalam hal mutu kualitas dan perawatan lansia dari pemerintah pada panti
social Treshna werdha.
2. Pada Institusi Universitas Yarsi perlu diadakan pendidikan dan Penyuluhan tentang
pendidikan Geriatri yang luas cakupannya dan di butuhkan perngertian serta ilmu
kepeminatan dalam mempelajari Geriatri
3. Kesadaran untuk mengayomi dan membimbing serta memberikan penjelasan kepada lansia
tentang aspek perubahan yang terjadi pada pola tidur seiring bertambahkan usia.
4. Dalam blok elektif geriatric dibutuhkan lebih dari sekali survey dan wawancara agar dalam
pembuatan case report memiliki data yang lebih valid dan dapat memperhatikan aktivitas
lansia di pati treshna werdha 1.

14
ACKNOWLEDGEMENT

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1 Jakarta
Timur, yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan mengumpulkan data
informasi dari staf untuk kelancaran laporan kasus ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada
DR. Drh. Hj. Titiek Djannatum selaku coordinator penyusun Blok Elektif, kepada dr. Hj. RW.
Susilowati, M.kes selaku coordinator pelaksana Blok Elektif, kepada dr. Faisal Drissa
Hasibuan, Sp.PD selaku dosen pengampu bidang kepeminatan Geriatri, serta kepada dr. Salmi
Nazir, SpPA sebagai pembimbing kelompok 1 yang telah memberikan pembimbingnya.
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 1 Geriatri yang telah
membantu dalam pengerjaan kasus ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

AL QUR’AN dan terjemahannya.

Abdullah, H. 2011. Resep Hidup Sehat cara Nabi. Cetakan I. Solo:T.T

Darmojo, 2005, Proses Menua Dan Implikasi Kliniknya. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I.
Edisi 5. Jakarta: FK UI.

Departemen Kesehatan RI. 2018. Kebutuhan Sesuai Dengan Usia. Diakses dari:
http://promkes.kemkes.go.id/wp-
content/uploads/pdf/publikasi_materi_promosi/Informasi%20CERDIK/6.%20Istirah
at%20Cukup_285x285mm.pdf

Germain A, Nofzinger EA, Kupfer DJ, Buysse DJ. 2004. Neurobiology of Non-REM Sleep in
Depression: Further Evidence for Hypofrontality and Thalamic Dysregulation. Am J
Psychiatry; 161:1856-1863.

Guyton AC, & Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hardiwinoto. 2010. Panduan Gerontologi Tinjauan dari BeberapaAspek. Jakarta: PT.Gramedia


Pustaka Utama.

Kozier, B., Berman, A. J., Snyder, S., et al. 2004. Fundamental of nursing seventh edition. Vol
2. Jakarta: EGC.

Nugroho. 2012. Keperawatan gerotonik dan geriatric. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktis. (Renata Komalasari, et al, Penerjemah). Ed. Ke-4. Jakarta: EGC

Roberts ER, Shema SJ, Kaplan GA, Strawbridge WJ. 2000. Sleep Complaints and
Depression in an Aging Cohort: A Prospective Perspective. Am J Psychiatry; 157:
81-88.

Utama, H. 2015. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FK UI.

16
17

Vous aimerez peut-être aussi