Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
NIM P1337420617004
2018
II. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tidur adalah keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang,
dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap
perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar.
Tidur mempunyai fungsi “Restorative” selama tahap Non REM tidur, stress
pada polmonary, kardiovaskuler, nervous, endokrin dan sistem eksretori berkurang,
energi disimpan selama tidur, otot skefletal rileks, sehingga energi diarahkan
kembali pada fungsi celluler yang penting, kegiatan simpatis menurus dan kegiatan
para simpatis meningkat (Guyton, 1986).
C. JENIS TIDUR
1. Tidur REM
Tidur REM (Rapid Eye Movement Sleep) Walaupun kadang tidur REM
berhubungan dengan tahap I, tidur REM memiliki ciri-ciri tersendiri. Pada
tidur REM ini bukan keadaan pasif tetapi keadaan yang relatif aktif, sehingga
REM ini disebut juga tidur paradoks atau keadaan yang kontradiksi antara
relaksasi otot dan aktifitas otot yang kuat. Tidur REM bermanfaat sebagai
pereda stress dan segala ketegangan yang terjadi selama waktu bangun.
Karakteristik tidur REM :
2. Tidur NREM
Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement Sleep) yaitu tidur dalam dan
istirahatnya penuh atau disebut juga slow wave sleep atau gelombang otaknya
lebih lambat. Karakteristik tidur NREM :
D. TAHAP-TAHAP TIDUR
Tahap I : Kesadaran masih penuh, EEG menunjukkan aktivitas yang dalam
keadaan sadar (bangun) hanya masih sedikit gelombangnya lambat, gerakan
bola mata lambat, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, jika dibangunkan
individu akan sering menolak karena lelah (mengantuk)
Tahap II : Relaksasi otot, EEG gelombang lebih teratur dan lambat, pasien
masih dapat dibangunkan, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun,
temperatur tubuh menurun.
Tahap III : Tidur yang lebih dalam, gambaran EEG lambat, bahkan disertai
mendengkur, denyut nadi dan frekuensi nafas lambat.
Tahap IV : Relaksasi total dan dimulainya mimpi, Gambaran EEG sangat
memanjang dan gelombangnya lambat, mimpi-mimpi terjadi pada tahap ini,
denyut jantung dan frekuensi nafas menurun 20-30%.
(Potter Perry, 1993
E. MASALAH KEBUTUHAN TIDUR
Gangguan tidur adalah kondisi jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan masalah-masalah
gangguan tidur. Masalah-masalah kebutuhan tidur :
Insomnia
Hipersomnia
Parasomnia
Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur, atau
biasa disebut dengan istilah mengompol. Enuresa ada dua jenis, yaitu: enuresa
noktural, merupakan mengompol diwaktu tidur ; dan enuresa diurnal, mengompol
pada saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan gangguan pada tidur
NREM.
Apnea Tidur dan Mendengkur
Narcolepsi
Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola
istirahat yang menyebabkanketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan (Carpenito, LJ, 1995).
d) Mata sembab, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata terasa pedih
e) Perhatian terpecah-pecah
f) Sakit kepala
h) Meningkatkan kegelisahan
i) Gangguan persepsi
k) Gangguan koordinasi
l) Bicara rancu
G. ETIOLOGI
a) Rasa nyeri
b) Psikologis
c) Suhu tubuh
e) Keletihan
f) Ketakutan
g) Depresi
h) Kurangnya privasi
i) Gejala emosi
(Guyton, 1986)
H. PATOFISIOLOGI
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat
khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar
SynchconitingRegion BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan
terjadinya kegiatan/ pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-
pusat otak. Rasdihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan
menerima impulssensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus
taktil. Stimulus sensori inimempertahankan keadaan bangun dan waspada.
Selama tidur tubuh mengirim sedikitsekali stimulus dari korteks cerebri.atau
reseptor sensori perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah
peningkatan dari stimulus BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya insomnia
dimungkinkan RAS dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak.
(Johnson, 2000)
I. PATHWAYS
J. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Jenis Kelamin :
7. Agama :
8. Tanggal Masuk :
9. No. Registrasi :
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Alamat :
4. Hubungan dengan klien :
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
5. Riwayat Alergi :
6. Genogram :
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
4. B6
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polismonografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut
bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.
L. PERENCANAAN (NCP)
Tujuan & Kriteria Hasil
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
Alimul H. A. Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medi
Carpenito, L.J. (1995). Buku Saku: Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A.C. 1986. Textbook of Medical Physiology. 7th ed. Philadelphia: W.B. Saunders
Company.
Potter, Patricia A, Anne Geryfin Perry. 1993. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktek. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A, Anne Geryfin Perry. (2002). Fundamental Keperawatan Volume 1 dan 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.