Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, di sebelah kanan-k i r i a n t e r i o r
t r a k e a , m e l e k a t p a d a t u l a n g l a r i n g d a n p a d a d i n d i n g l a r i n g . Kelenjar ini
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan sinistra yang saling berhubungan oleh
istmus. Masing-masing lobus tebalnya ±2 cm, panjangnya ±4cm dan lebarnya ±2,5 cm.
Struktur dari kelenjar tiroid terdiri dari ban yak folikel-folikel tertutup (100-300
mikrometer) yang dibatasi sel epitel kuboid.Saraf vasomotor pada kelenjar tiroid sebagian besar tidak
bermielin dan terdapat pada dinding arteri tiroid, sedangkan saraf simpatis berakhir pada lamina
basalfolikel yang merangsang langsung pada sel folikel.
Sel folikel mengeluarkan cairan lekat yaitu koloida tiroid
( m a t e r i proteinaseosa berwarna merah muda) mengandung yodium yang dinamakan hormon
tiroxin (T4) dan triiodotironin (T3). T 4 d a n T 3 m e n i n g k a t k a n kecepatan
metabolisme basal tubuh (BMR) dengan mempercepat reaksi kimia tubuh, mengatur
penggunaan oksidasi dan udara pernapasan. Sekresinya dipengaruhi hormon dari
lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu tirotropik/TSH. T3 disekresikan oleh kelenjar tiroid
hanya 7 % sehingga jumlahnya di dalam darah jauh lebih sedikit dan lebih sebentar daripada
T4 namun T3 empat kali lebih kuat intensitas dan kecepatan kerjanya. T4 juga
nantinya akan diubah
Kanker tiroid menempati 1% dari semua kanker yang ada, sering terjadi pada anak-anak dan
wanita berusia 40 tahun ke atas, rasio perbandingan antara pria dan wanita adalah 1:2.4.
Papiler adenokarsinoma pasca operasi memiliki kelangsungan hidup hingga 5 tahun dengan
persentase 90%.
Pemahaman konsep dasar penyakit Tumor Thyroid dan Thyroidektomi sangat penting
bagi perawat dalam melakukan pencegahan, perawatan dan pengobatan bagi pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa rumusan masalah yang akan diuraikan pada tugas
kelompok ini yaitu : Bagaimanakah Konsep Dasar Askep Tumor Thyroid dan
Thyroidektomy?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep dasar Askep Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang Definisi Tumor Thyroid dan
Thyroidektomy
b. Untuk mengetahui etiologi Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
c. Untuk mengetahui klasifikasi Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
d. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
e. Untuk mengetahui tanda gejala Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
f. Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
h. Untuk mengetahui komplikasi Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
i. Untuk mengetahui konsep dasar Askep Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas kelompok ini yaitu dengan penelusuran
kepustakaan dari berbagai sumber.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
1. Definisi.
Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler (Sudoyo, 2009) Karsinoma tiroid termasuk
kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya
sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan yang tinggi
(Soeparman, 1998).
Kanker Thyroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran
kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
2. Etiologi
a. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh
karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah
menjadi kanker.
b. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-
anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.
c. Faktor genetik.
3. KLASIFIKASI
Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu
nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan berhubungan dengan
limfadenopati satelit.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan
menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan
pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu kelompok
kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid
menurut sifat morfologik dan biologiknya : papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur pada
“vascular stalk”, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis seperti kista. Inti sel
besar dan pucat sering mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca.
Kira-kira 40% karsinoma papiler membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada
ujung dari tonjolan papil disebut “psammoma body”, ini biasanya diagnostik untuk
karsinoma papiler. Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan
dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka bisa
jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea. Pada stadium lebih
lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal,
dengan invasi kedalam pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka metastasis paru
yang luas. Pada beberapa penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan
mulai tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik
lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler
yang mensekresi tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau
metastasis kanker.
Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma “sel Hurthle” yang ditandai
dengan sel-sel sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda
berisi mitokondria. Mereka bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali mereka jarang
ada ambilan radioiodin. Karsinoma campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma
papilar. Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma folikular dapat digunakan
untuk mengikuti perjalanan penyakit.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang berasal dari
badan brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase, prostaglandin,
serotonir, dan peptida-peptida lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan
sel-sel yang dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari
rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk
lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau protein-protein lain
yang dideposit dengan suatu pola fibri.
Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi
tidak seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke kelenjar getah
bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh darah
dan metastasisi ke paru-paru dan visera.kalsitonin dan antigen karsinoembrionik (CEA =
Carsinoembryonic antigen) yang disekresi oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu
diagnosisdan follow-up. Kira-kira sepertiga karsinoma medular adalah familial, melibatkan
kelenjar multipel (Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II, sindroma sipple). MEN II
ditandai dengan dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada
lidah, bibir, dan usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma
medular di diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka
penting kiranya pasien diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II
dan anggota diperiksa untuk adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran
kalsitonin serum setelah stimulasi pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk
skrining karsinoma medular. Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus
0,5µg/kg, dan contoh darah vena diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal
kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen untuk
MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang memungkinkan menggunakan
pemeriksaan DNA polimorfik dan polimorfisme panjang fragmen terbatas untuk
identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota keluarga yang membawa gen ini dapat
diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.
e. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
b. Radiologis
1) Foto X-Ray
2) Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhana dan murah.
3) Computerized Tomografi
4) Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
5) Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang,
sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur
sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma meduler.
8. Penatalaksanaan medic
1) Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus
tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid.
2) Lobektomi Subtotal
4) Tiroidektomi Subtotal
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan
tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga
dapat dilakukan pada karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan
belum melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid bilateral.
Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan dengan
pemberian ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium radioaktif.
6) Tiroidektomi Total
b. Non Pembedahan
1) Radioterapi
Jenis radioterapi :
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat
kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda,
tergantung dari lokasi kanker.
2) Kemoterapi
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah,
bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel
darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah
secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau
platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti
erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel
darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat,
platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan.
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya
diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium
ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
b) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa
jaringan tiroid normal
1. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan
drain pada pasien setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens, ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau
total pada laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum, seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi
(Sutjahjo, 2006, hal:86)
1. Minor : seroma
Hipoparatiroidisme
Hipotiroidisme
Krisis tiroid
Infeksi
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi
b. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
c. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab
sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
1. Pengkajian
Anamnesis : pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik jinak maupun ganas,
biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut timbulnya keganasan. Sebagian besar
keluhan dengan adanya nodul yang cepat membesar dalam beberapa minggu, pasien
mengeluh adanya gejala penekanan pada jalan napas (sesak) atau sulit menelan. Adanya
perdarahan atau disertai infeksi, nyeri, suara serak/parau.
Pada pemeriksaan fisik : nodul dengan konsistensi lunak, rata dan tidak terfiksir,
gejala penekanan dan penyebarannya tidak ada (pada nodul jinak, strumadifus, multinoduler).
Sedangkan yang ganas, dari riwayat keluarga : Karsinoma medulare, nodul soliter.Riwayat
terekspos radiasi leher, pertumbuhannya cepat membesar, konsistensi padat, keras, tidak rata
dan terfiksir. Adanya gejala penekanan, adanya gangguan menelan dan suara serak.
Penyebarannya terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.
Pada hasil pemeriksaan penunjang : kadar TSHs dan hormone thyroid, USG, CT Scan/MRI,
biopsy aspirasi.
a. Foto X-Ray
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhana dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan
secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
e. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang,
sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur
sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma meduler.
Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya,
mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen
konsep diri
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Op :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas sekunder supresi
Tu thyroid
e. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan saraf laring, cedera pita
suara sekunder Tu thyroid.
Post Op :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruktif akibat adanya
perdarahan, edema pada incise site, kerusakan saraf laryngeal, obstruksi trakea:
pembengkakan, perdarahan, spasme laryngeal.
b. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan post incise (tiroidektomi), edema pasca
operasi
4. Rencana Keperawatan
a. Pre operatif
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas sekunder
supresi Tumor thyroid
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-frekuensi dan kedalaman pernapasan normal (RR 16-20x/mntdewasa)
-tidak terjadi obstruksi dengan supresi massa / nodule
Intervensi :
a) Kaji frekuensi, kedalaman dan ekspansi dada, serta catat upaya pernapasan, terutama
penggunaan otot acecories respirasi
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat dengan keadaan dyspnea. Kedalaman
pernapasan menunjukkan terjadinya gagal napas. Ekspansi dada terbatas berhubungan
dengan nyeri pada massa / nodul site.
b) Kaji tentang nodule/massa pada daerah leher dan observasi terhadap pembesaran yang
dapat menyebabkan adanya supresi jalan napas.
Rasional : supresi massa yang semakin besar dapat menutup jalan napas, sehingga
observasi yang dilakukan dapat dilakukan untuk preventif dan penentuan intervensi
lanjutan.
c) Beri posisi yang nyaman bagi klien seperti semifowler/fowler, dengan menyangga
bantal terutama pada daerah nodul.
Rasional : mencegah hiperekstensi pada daerah leher, dan membantu ekspansi paru
sehingga memudahkan pernapasan.
d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja otot pernapasan yang
berlebihan.
e) Jalankan program therapy dokter jika ada indikasi dilakukan tindakan pembedahan
(tiroidektomi) dan lakukan tindakan pre op.
Rasional : persiapan pre op dilakukan sesuai indikasi dan program therapy
pembedahan.
f) Kolaborasi dalam melakukan pemantauan kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
2) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada glosopharingeal sekunder Tu
thyroid
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mampu memverbalisasikan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tidak meringis menahan nyeri, tampak rileks
- Skala : 1-3 : ringan; skala ; 4-7 ; sedang
Intervensi :
a) Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
Rasional : mengantisipasi timbulnya rasa nyeri
b) Lakukan pengukuran skala nyeri dengan skala nyeri (1-3 : ringan; 4-7 :sedang; 8-
10:berat)
Rasional : dapat diketahui tingkat nyeri dan menentukan intervensi lebih lanjut.
c) Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Rasional : memberikan kenyamanan pada pasien sehingga mampu mengurangi rasa
nyeri.
d) Berikan posisi yang nyaman bagi pasien seperti semi fowler dan sokong kepala/leher
dengan bantal kecil.
Rasional: mencegah hiperekstensi leher dan mampu mengurangi rasa nyeri
e) Jalankan program therapy dokter jika ada indikasi dilakukan tindakan pembedahan
(tiroidektomi) dan lakukan tindakan pre op.
Rasional : persiapan pre op dilakukan sesuai indikasi dan program therapy
pembedahan.
f) Kolaborasi pemberian analgetik (k/p) sesuai indikasi
Rasional : umtuk mampu mengurangi rasa nyeri.
g) Kolaborasi dalam melakukan pemantauan kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi stressor
yang membebani sumber ansietas dan ansietas berkurang
Kriteria Hasil :
- Ansietas berkurang, dibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas,
koping.
- Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress
- Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
- Range ansietas menjadi sedang-ringan ( skala HARS)
- Mampu memverbalisasikan beberapa hal terait persiapan tindakan pembedahan
Intervensi
a) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
b) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari
peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal
c) Kaji tentang pengetahuan pasien tentang penyakit, persiapan tindakan pembedahan
Rasional : dapat diketahui tentang tingkat pengetahuan pasien sebagai dasar intervensi
lanjutan.
d) Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi, termasuk test laboratorium pra op,
alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal diruang pemulihan
dan program pasca operasi.
Rasional : pasien mengetahui tentang persiapan pre op sehingga membantu mengurangi
tingkat ansietas pasien.
e) Kolaborasi (k/p) obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau
efeknya, sesuai indikasi
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang tersedia
mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil :
- Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
- Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
- Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
- Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
a) Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
b) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
c) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan
absorpsi nutrisi yang diperlukan.
d) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet cair sesuai indikasi
Rasional : makanan cair dapat membantu pemenuhan nutrisi pada indikasi pasien yang
mengalami gangguan menelan
e) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
Rasional : Suplai kebutuhan pasien sebagai pelengkap nutrisi diet pasien.
f) Jalankan program therapy dokter jika ada indikasi dilakukan tindakan pembedahan
(tiroidektomi) dan lakukan tindakan pre op.
Rasional : persiapan pre op dilakukan sesuai indikasi dan program therapy pembedahan.
2) Nyeri akut berhubungan dengan tindakan post incise (tiroidektomi), edema pasca
operasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil :
- Pasien mampu memverbalisasikan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tidak meringis menahan nyeri, tampak rileks
- Skala : 1-3 : ringan; skala ; 4-7 ; sedang
Intervensi :
a) Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
Rasional : mengantisipasi timbulnya rasa nyeri
b) Lakukan pengukuran skala nyeri dengan skala nyeri (1-3 : ringan; 4-7 :sedang; 8-
10:berat)
Rasional : dapat diketahui tingkat nyeri dan menentukan intervensi lebih lanjut.
c) Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Rasional : memberikan kenyamanan pada pasien sehingga mampu mengurangi rasa
nyeri.
d) Berikan posisi yang nyaman bagi pasien seperti semi fowler dan sokong kepala/leher
dengan bantal kecil.
Rasional: mencegah hiperekstensi leher dan mampu mengurangi rasa nyeri dan
melindungi integritas jahitan
e) Kolaborasi pemberian analgetik (k/p) sesuai indikasi
Rasional : umtuk mampu mengurangi rasa nyeri.
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …x24 jam dapat mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan
Kriteria hasil :
- Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat
- Tidak terjadi obstruksi jalan napas karena oedema
- Kerusakan saraf laryngeal minimal
Intervensi :
a) Pantau vital sign : TD, nadi, RR setiap 2×24 jam. Bila stabil setiap 4 jam.
b) Observasi Status balutan : kemungkinan terjadi perdarahn yang merembes pada balutan
d) Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila
tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-
kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler,
beritahu dokter.
e) Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara pada periode post op 1x24 jam dalam
periode observasi intensif, dan ajarkan tekhnik komunikasi alternative lain
Rasional: Untuk menurunkan tegangan pada pita suara, dan tekhnik komunikasi lain,
seperti non verbal, code membantu mengetahui kebutuhan klien.
4. Implementasi
Disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi
Pre op :
1. Pola napas efektif.
2. Nyeri berkurang
3. Ansietas berkurang
4. Tingkat pemenuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan metabolic klien
5. Dapat melakukan komunikasi verbal,code
6. Penerimaan positif tentang gambaran diri dengan mekanisme koping yang adaptif
7. Pemahaman tingkat penyakit dan perawatan
Post Op :
1. Bersihan jalan napas efektif.
2. Nyeri berkurang
3. Pemahaman tentang penatalaksanaan post op
4. Tidak terjadi komplikasi perdarahan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kanker Thyroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Penderita kanker tiroid tidak mempunyai keluhan khusus terutama pada keadaan
tumor berdiferensia baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap struma yang kemudian
dalam waktu singkat membesar, boleh dicurigai adanya malignasi. Pada kasus demikian,
palpasi tiroid merupakan hal yang penting untuk melihat adanya nodul kecil.
Asuhan yang baik dapat diberikan, dimulai dengan pengkajian fisik, menentukan
diagnosa yang cepat dan tepat. Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan dan intervensi
yang mestinya diberikan. Terakhir adalah mengevaluasi apakah kondisi klien baik dan apakah
tindakan telah berhasil.
B. Saran
Pemahaman tentang konsep dasar penyakit Tumor thyroid dan thyroidektomi, serta
asuhan keperawatan pasien dengan Tumor Thyroid dan Thyrodiektomy, agar dapat
diaplikasikan dilapangan, sehingga membantu melakukan pencegahan, penatalaksanaan
terhadap pasien dengan Tumor thyroid.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C Long, 1996. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan). Bandung : Yayasan IAPK
Padjajaran.
Brunner & suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta : EGC.
Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta :
EGC.
Hollmann DB. 2005. Respiration Disease: Current Medical Diagnosis & Treatment, 34th .,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Kalim, Handono. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Lemone & Burke, 2010. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third
Edition, California : Addison Wesley Nursing.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculaapius FKUI
Misbach, Yusuf, et.al. 2009. Compendium of Indonesian Medicine 1st Edition. Jakarta :
PT Medinfocomm Indonesia.
Prince, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.
Soeparman. Waspadji, Sarwono. 1998. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Sudoyo, Aru, et.al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.