Vous êtes sur la page 1sur 33

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

TUMOR THYROID DAN THYROIDEKTOMI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, di sebelah kanan-k i r i a n t e r i o r
t r a k e a , m e l e k a t p a d a t u l a n g l a r i n g d a n p a d a d i n d i n g l a r i n g . Kelenjar ini
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan sinistra yang saling berhubungan oleh
istmus. Masing-masing lobus tebalnya ±2 cm, panjangnya ±4cm dan lebarnya ±2,5 cm.
Struktur dari kelenjar tiroid terdiri dari ban yak folikel-folikel tertutup (100-300
mikrometer) yang dibatasi sel epitel kuboid.Saraf vasomotor pada kelenjar tiroid sebagian besar tidak
bermielin dan terdapat pada dinding arteri tiroid, sedangkan saraf simpatis berakhir pada lamina
basalfolikel yang merangsang langsung pada sel folikel.
Sel folikel mengeluarkan cairan lekat yaitu koloida tiroid
( m a t e r i proteinaseosa berwarna merah muda) mengandung yodium yang dinamakan hormon
tiroxin (T4) dan triiodotironin (T3). T 4 d a n T 3 m e n i n g k a t k a n kecepatan
metabolisme basal tubuh (BMR) dengan mempercepat reaksi kimia tubuh, mengatur
penggunaan oksidasi dan udara pernapasan. Sekresinya dipengaruhi hormon dari
lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu tirotropik/TSH. T3 disekresikan oleh kelenjar tiroid
hanya 7 % sehingga jumlahnya di dalam darah jauh lebih sedikit dan lebih sebentar daripada
T4 namun T3 empat kali lebih kuat intensitas dan kecepatan kerjanya. T4 juga
nantinya akan diubah
Kanker tiroid menempati 1% dari semua kanker yang ada, sering terjadi pada anak-anak dan
wanita berusia 40 tahun ke atas, rasio perbandingan antara pria dan wanita adalah 1:2.4.
Papiler adenokarsinoma pasca operasi memiliki kelangsungan hidup hingga 5 tahun dengan
persentase 90%.
Pemahaman konsep dasar penyakit Tumor Thyroid dan Thyroidektomi sangat penting
bagi perawat dalam melakukan pencegahan, perawatan dan pengobatan bagi pasien.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa rumusan masalah yang akan diuraikan pada tugas
kelompok ini yaitu : Bagaimanakah Konsep Dasar Askep Tumor Thyroid dan
Thyroidektomy?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep dasar Askep Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang Definisi Tumor Thyroid dan
Thyroidektomy
b. Untuk mengetahui etiologi Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
c. Untuk mengetahui klasifikasi Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
d. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
e. Untuk mengetahui tanda gejala Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
f. Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
h. Untuk mengetahui komplikasi Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
i. Untuk mengetahui konsep dasar Askep Tumor Thyroid dan Thyroidektomy

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas kelompok ini yaitu dengan penelusuran
kepustakaan dari berbagai sumber.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit Tumor Thyroid dan Thyroidektomy
1. Definisi.
Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler (Sudoyo, 2009) Karsinoma tiroid termasuk
kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya
sukar diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan yang tinggi
(Soeparman, 1998).

Kanker Thyroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran
kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

2. Etiologi

Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :

a. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh
karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah
menjadi kanker.

b. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-
anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.

c. Faktor genetik.

Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.

3. KLASIFIKASI

Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi :


a. Karsinoma Folikuler.
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai
kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar
ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang
kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent
Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya
masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
b. Karsinoma Papilar.
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau
kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke
daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik
apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
c. Karsinoma Medular.
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma
tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya
melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering
terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang
juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari
kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
d. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis
ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala
seperti:
1) Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
2) Suara serak.
3) Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira 1 tahun setelah
diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan
pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.

Stadium Cancer Thyroid :


Stadium kanker ini tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan
metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai
berikut
Tipe dan stadium <45 tahun > 45 tahun
Papiler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N1, M0
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N1, M0
Stadium III Setiap T, N0, M0,
Stadium IV Setiap T, setiap N, M0

Tipe dan stadium <45 tahun >45 tahun


Folikuler
 Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0
 Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0
 Stadium III - Setiap T, N1, M0
 Stadium IV - Setiap T, setiap N, M0
Meduler
 Stadium I - T1, N0, M0
 Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0
 Stadium III - Setiap T, N1, M0
 Stadium IV setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
Tdk dapat
dikalsifikasikn - -
 Stadium I - -
 Stadium II - -
 Stadium III setiap T, setiap N, etiap M setiap T, setiap N, setiap M
 Stadium IV

Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi

4. Patofisiologi dan Pathway/WOC Tumor Thyroid

Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan dengan


kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila dilakukan
scintiscan, nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yang kurang,
suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang dapat digunakan untuk diagnosis banding
nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik ini memungkinkan membedakan dengan
cermat antara massa padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan
massa kistik biasanya merupakan kista jinak.

Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu
nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan berhubungan dengan
limfadenopati satelit.

Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan
menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan
pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu kelompok
kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid
menurut sifat morfologik dan biologiknya : papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik.

(Price, 1995, hal:1078)

Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal,


“dingin” pada scan isotop, dan “padat” pada ultrasonografi tiroid, yang sangat berbeda
dengan bagian-bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular, kanker berupa “nodul
dominan” lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian sekelilingnya. Kira-kira 10%
karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai pembesaran kelenjar getah bening
leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya akan mengungkapkan nodul “dingin” pada tiroid.
Jarang, akan perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada
ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna untuk
lesi ganas semi kistik dari “kista murni” yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler
dapat ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah
kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves atau
goiter multinodular.

Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur pada
“vascular stalk”, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis seperti kista. Inti sel
besar dan pucat sering mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca.
Kira-kira 40% karsinoma papiler membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada
ujung dari tonjolan papil disebut “psammoma body”, ini biasanya diagnostik untuk
karsinoma papiler. Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan
dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka bisa
jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea. Pada stadium lebih
lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal,
dengan invasi kedalam pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka metastasis paru
yang luas. Pada beberapa penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan
mulai tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik
lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler
yang mensekresi tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau
metastasis kanker.

Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil walaupun


pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak dapat dibedakan dari
adenoma folikular kecuali dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit
lebih agresif daripada karsinoma papilar dan menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar
getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau
paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur
sekeliling folikel yang sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap
mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk membentuk
tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid yang berfungsi
yang jarang ini hampir selalu merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat
tumor-tumor ini lebih ada kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap pengobatan
iodin radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan
lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari
tulang, paru, dan visera.

Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma “sel Hurthle” yang ditandai
dengan sel-sel sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda
berisi mitokondria. Mereka bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali mereka jarang
ada ambilan radioiodin. Karsinoma campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma
papilar. Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma folikular dapat digunakan
untuk mengikuti perjalanan penyakit.

Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang berasal dari
badan brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase, prostaglandin,
serotonir, dan peptida-peptida lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan
sel-sel yang dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari
rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk
lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau protein-protein lain
yang dideposit dengan suatu pola fibri.

Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi
tidak seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke kelenjar getah
bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh darah
dan metastasisi ke paru-paru dan visera.kalsitonin dan antigen karsinoembrionik (CEA =
Carsinoembryonic antigen) yang disekresi oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu
diagnosisdan follow-up. Kira-kira sepertiga karsinoma medular adalah familial, melibatkan
kelenjar multipel (Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II, sindroma sipple). MEN II
ditandai dengan dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada
lidah, bibir, dan usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma
medular di diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka
penting kiranya pasien diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II
dan anggota diperiksa untuk adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran
kalsitonin serum setelah stimulasi pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk
skrining karsinoma medular. Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus
0,5µg/kg, dan contoh darah vena diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal
kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen untuk
MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang memungkinkan menggunakan
pemeriksaan DNA polimorfik dan polimorfisme panjang fragmen terbatas untuk
identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota keluarga yang membawa gen ini dapat
diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.

Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk karsinoma


sel kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan
riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu beberapa minggu atau
bulan mulai membesar dan menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau
kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam 6-36
bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten terhadap pengobatan.

5. Pathway / WOC terlampir

6. Tanda dan Gejala


a. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di
dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.

b. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.

c. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.

d. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher . Pembesaran kelenjar limpa


regional

e. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.

f. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

g. Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.

1) Pertumbuhan tumor cepat.


2) Fiksasi daerah sekitar.
3) Paralisis pita suara.
4) Adanya metastasis jauh
5) Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.

7. Pemeriksaan Penunjang Kanker Tiroid


a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat
terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

b. Radiologis

1) Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat


obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus
yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi
lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis
karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto
barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

2) Ultrasound

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhana dan murah.

3) Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat


membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.

4) Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.

5) Biopsi Aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang,
sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur
sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma meduler.

8. Penatalaksanaan medic

a. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :

1) Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus
tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid.

2) Lobektomi Subtotal

Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid


sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram
jaringan tiroid normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan
jinak tiroid.

3) Lobektomi Total / Hemitiroidektomi

Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid


seluruhnya pada satu sisi. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang
mengenai seluruh jaringan tiroid satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil
pemeriksaan FNA menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan
histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid, maka tindakan
lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor
prognostik yang baik.

4) Tiroidektomi Subtotal

Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid


disekitarnya pada kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram
jaringan tiroid normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan
jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.

5) Tiroidektomi hampir Total

Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh


jaringan tiroid pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid
sisi kontralateral dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut.

Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan
tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga
dapat dilakukan pada karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan
belum melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid bilateral.
Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan dengan
pemberian ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium radioaktif.

6) Tiroidektomi Total

Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan


tiroid. Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila
disertai adanya faktor prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler,
karsinoma tiroid tipe anaplastik yang masih operabel.

b. Non Pembedahan

1) Radioterapi

Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu


bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi
digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga
mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama
untuk metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk
menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat
bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi
umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker.

Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:

a) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi,


baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti
pembedahan dan kemoterapi.

b) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,


radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan
membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.

c) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat


mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa
nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.

d) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi


yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan
dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih
efektif.

Jenis radioterapi :

a) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).

Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat
kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda,
tergantung dari lokasi kanker.

b) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT))

Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam


pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat
radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk
mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131
untuk mengobati kanker tiroid.

2) Kemoterapi

Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker.


Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel
biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan
kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan
menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar.
Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel kanker. Tetapi,
karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup
cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua
obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping.

Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera


makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang
menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering
kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis
obat. Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat
(kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan
dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau
yang sangat panas atau sangat dingin.

Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah,
bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel
darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah
secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau
platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti
erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel
darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat,
platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan.

3) Terapi Ablasi Iodium Radioaktif

Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya
diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium
ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.

Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:

a) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.

b) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa
jaringan tiroid normal

c) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang


dihasilkan hanya oleh sel tiroid.

Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar


hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH
endogen terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.

4) Terapi Supresi L-Tiroksin

Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan


sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan
kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok
risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.
9. Komplikasi

Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :

1. Perdarahan

Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan
drain pada pasien setelah operasi.

2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.

3. Trauma pada nervus laringeus rekurens, ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau
total pada laring.

4. Sepsis yang meluas ke mediastinum, seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi
(Sutjahjo, 2006, hal:86)

Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu:

1. Minor : seroma

2. Jarang : kerusakan trunkus simpatikus

3. Mayor : perdarahan intraoperatif

Perdarahan pasca operatif

Trauma pada n. laringeus rekuren/ superior

Hipoparatiroidisme

Hipotiroidisme

Krisis tiroid

Infeksi

10. Indikasi Tiroidektomi

Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :


a. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi medikamentosa atau
yang kambuh

b. Tumor jinak dan ganas tiroid

c. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor

d. Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan seseorang

e. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang

Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi

1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:


a. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh
penderita atau penanggung jawab penderita

b. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer

c. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada

d. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang


jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan

e. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan

f. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan


pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan
minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.

2. Penatalaksanaan Intra Operasi

Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab
sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.

3. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)


a. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil

b. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi


c. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

d. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan


setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita

e. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum

B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tumor Thyroid dan Thyroidektomi

1. Pengkajian

Anamnesis : pasien dengan nodul tiroid nontoksik baik jinak maupun ganas,
biasanya datang dengan keluhan kosmetik atau takut timbulnya keganasan. Sebagian besar
keluhan dengan adanya nodul yang cepat membesar dalam beberapa minggu, pasien
mengeluh adanya gejala penekanan pada jalan napas (sesak) atau sulit menelan. Adanya
perdarahan atau disertai infeksi, nyeri, suara serak/parau.

Pada pemeriksaan fisik : nodul dengan konsistensi lunak, rata dan tidak terfiksir,
gejala penekanan dan penyebarannya tidak ada (pada nodul jinak, strumadifus, multinoduler).
Sedangkan yang ganas, dari riwayat keluarga : Karsinoma medulare, nodul soliter.Riwayat
terekspos radiasi leher, pertumbuhannya cepat membesar, konsistensi padat, keras, tidak rata
dan terfiksir. Adanya gejala penekanan, adanya gangguan menelan dan suara serak.
Penyebarannya terjadi pembesaran kelenjar limfe leher.

Pada hasil pemeriksaan penunjang : kadar TSHs dan hormone thyroid, USG, CT Scan/MRI,
biopsy aspirasi.

a. Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat


obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus
yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih
jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma
pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey
metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal
perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

b. Ultrasound

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhana dan murah.

c. Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan
secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.

d. Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.

e. Biopsi Aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang,
sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur
sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma meduler.

Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya,
mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen
konsep diri

2. Diagnosa Keperawatan

Pre Op :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas sekunder supresi
Tu thyroid

b. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada glosopharingeal sekunder Tu thyroid

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, faktor kurangnya informasi


tentang pre op terkait aspek pembedahan.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan klien menelan makanan sekunder penekanan pada glosopharingeal.

e. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan saraf laring, cedera pita
suara sekunder Tu thyroid.

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan gambaran diri sekunder Tu


thyroid, pembesaran nodule pada leher.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan dan


penatalaksanaan regimen terapeutik.

Post Op :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruktif akibat adanya
perdarahan, edema pada incise site, kerusakan saraf laryngeal, obstruksi trakea:
pembengkakan, perdarahan, spasme laryngeal.

b. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan post incise (tiroidektomi), edema pasca
operasi

c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penatalaksanaan post incisi tiroidektomi.

d. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan (tiroidektomi), edema


pada & sekitar insisi, kerusakan saraf laryngeal.

4. Rencana Keperawatan

a. Pre operatif
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas sekunder
supresi Tumor thyroid

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-frekuensi dan kedalaman pernapasan normal (RR 16-20x/mntdewasa)
-tidak terjadi obstruksi dengan supresi massa / nodule
Intervensi :
a) Kaji frekuensi, kedalaman dan ekspansi dada, serta catat upaya pernapasan, terutama
penggunaan otot acecories respirasi
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat dengan keadaan dyspnea. Kedalaman
pernapasan menunjukkan terjadinya gagal napas. Ekspansi dada terbatas berhubungan
dengan nyeri pada massa / nodul site.
b) Kaji tentang nodule/massa pada daerah leher dan observasi terhadap pembesaran yang
dapat menyebabkan adanya supresi jalan napas.
Rasional : supresi massa yang semakin besar dapat menutup jalan napas, sehingga
observasi yang dilakukan dapat dilakukan untuk preventif dan penentuan intervensi
lanjutan.
c) Beri posisi yang nyaman bagi klien seperti semifowler/fowler, dengan menyangga
bantal terutama pada daerah nodul.
Rasional : mencegah hiperekstensi pada daerah leher, dan membantu ekspansi paru
sehingga memudahkan pernapasan.
d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja otot pernapasan yang
berlebihan.
e) Jalankan program therapy dokter jika ada indikasi dilakukan tindakan pembedahan
(tiroidektomi) dan lakukan tindakan pre op.
Rasional : persiapan pre op dilakukan sesuai indikasi dan program therapy
pembedahan.
f) Kolaborasi dalam melakukan pemantauan kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
2) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada glosopharingeal sekunder Tu
thyroid
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mampu memverbalisasikan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tidak meringis menahan nyeri, tampak rileks
- Skala : 1-3 : ringan; skala ; 4-7 ; sedang
Intervensi :
a) Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
Rasional : mengantisipasi timbulnya rasa nyeri
b) Lakukan pengukuran skala nyeri dengan skala nyeri (1-3 : ringan; 4-7 :sedang; 8-
10:berat)
Rasional : dapat diketahui tingkat nyeri dan menentukan intervensi lebih lanjut.
c) Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Rasional : memberikan kenyamanan pada pasien sehingga mampu mengurangi rasa
nyeri.
d) Berikan posisi yang nyaman bagi pasien seperti semi fowler dan sokong kepala/leher
dengan bantal kecil.
Rasional: mencegah hiperekstensi leher dan mampu mengurangi rasa nyeri
e) Jalankan program therapy dokter jika ada indikasi dilakukan tindakan pembedahan
(tiroidektomi) dan lakukan tindakan pre op.
Rasional : persiapan pre op dilakukan sesuai indikasi dan program therapy
pembedahan.
f) Kolaborasi pemberian analgetik (k/p) sesuai indikasi
Rasional : umtuk mampu mengurangi rasa nyeri.
g) Kolaborasi dalam melakukan pemantauan kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.

3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, faktor kurangnya


informasi tentang pre op terkait aspek pembedahan.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mengurangi stressor
yang membebani sumber ansietas dan ansietas berkurang
Kriteria Hasil :
- Ansietas berkurang, dibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas,
koping.
- Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress
- Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
- Range ansietas menjadi sedang-ringan ( skala HARS)
- Mampu memverbalisasikan beberapa hal terait persiapan tindakan pembedahan
Intervensi
a) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
b) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari
peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal
c) Kaji tentang pengetahuan pasien tentang penyakit, persiapan tindakan pembedahan
Rasional : dapat diketahui tentang tingkat pengetahuan pasien sebagai dasar intervensi
lanjutan.
d) Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi, termasuk test laboratorium pra op,
alasan status puasa, obat-obatan pre op, aktifitas area tunggu, tinggal diruang pemulihan
dan program pasca operasi.
Rasional : pasien mengetahui tentang persiapan pre op sehingga membantu mengurangi
tingkat ansietas pasien.

e) Kolaborasi (k/p) obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau
efeknya, sesuai indikasi
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan klien menelan makanan sekunder penekanan pada
glosopharingeal

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi yang tersedia
mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil :
- Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
- Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
- Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
- Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
a) Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
b) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
c) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan
absorpsi nutrisi yang diperlukan.
d) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet cair sesuai indikasi
Rasional : makanan cair dapat membantu pemenuhan nutrisi pada indikasi pasien yang
mengalami gangguan menelan
e) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
Rasional : Suplai kebutuhan pasien sebagai pelengkap nutrisi diet pasien.
f) Jalankan program therapy dokter jika ada indikasi dilakukan tindakan pembedahan
(tiroidektomi) dan lakukan tindakan pre op.
Rasional : persiapan pre op dilakukan sesuai indikasi dan program therapy pembedahan.

5) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan saraf laring,


cedera pita suara sekunder Tu thyroid.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu melakukan komunikasi
sesuai kondisi pasien dengan metode lain, seperti komunikasi non verbal, code
Kriteria Hasil :
Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi :
b. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur
Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi
c. Pertahankan lingkungan yang tenang
Rasional :Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan
menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan
d. Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus atau minimize komunikasi dengan voice
Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena
pembedahan pada syaraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
e. Ajarkan tekhnik berkomunikasi selain verbal, seperti dengan code, non verbal.
Rasional : mampu mengajarkan tekhnik komunikasi yang lain, sehingga pemenuhan
kebutuhan pasien dapat terpenuhi

6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan gambaran diri sekunder


Tu thyroid, pembesaran nodule pada leher.
Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan selama ……x 24 jam, klien mampu berfikir positif dan
menerima keadaan tubuhnya dengan baik
Kriteria hasil :
- Klien bisa mengungkapkan keadaan dirinya dengan penerimaan yang positif terhadap
kondisi dirinya
- Klien bisa percaya diri dengan tubuh nya saat ini.
- Klien dapat mengungkapkan prognosis penyakit yang dapat mempengaruhi gambaran
dirinya
Intervensi :
a) Kaji respon verbal dan non verbal klien terhadap gambaran diri klien
Rasional : Mengetahui respon positif dari klien mengenai gambaran dirinya
b) Kaji adanya factor yang memperparah masalah klien ; factor stress
Rasional : membantu pembentukan mekanisme koping pada diri klien sehingga mau
menerima keadaan dirinya
c) Beri dukungan emosional kepada klien
Rasional : Memotifasikan klien untuk optimis dengan keadaannya
d) Jelaskan pada klien tentang penyakit, prognosis serta penatalaksanaan penyakit
Rasional : peningkatan informasi tentang kondisi klien dapat membantu untuk lebih
mengetahui keadaan diri klien, sehingga klien dapat mengembalikan gambaran diri
yang positif.
e) Beri reinforcement positif terhadap keadaan diri klien
Rasional : membantu menumbuhkan optimism terhadap kondisi yang dialami klien.

7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


perawatan dan penatalaksanaan regimen terapeutik.
Tujuan :
Setelah diberikan penjelasan selama …… menit dalam …kali pertemuan diharapkan
pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit yang dialami dan penatalaksanaannya.
kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga mampu memverbalisasikan kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan ( penyakit dan penatalaksanaan perawatan).
-Pasien dan keluarga tampak lebih tenang.
Pasien dan keluarga dapat mengikuti saran pengobatan.
-Pasien dan keluarga menyatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien & keluarga untuk belajar, seperti : tingkat partisipasi, tingkat
pengetahuan, & respon terhadap pemahaman penyakit dan pengobatan.
Rasional : proses pembelajaran tergantung pada kesiapan fisik dan mental pasien dan
keluarga.
b) Identifikasi gejala/keluhan yang harus dilaporkan, seperti : sesak yang bertambah, nyeri
pada daerah nodul, gangguan menelan, dan keluhan lainnya.
Rasional : Preventif terhadap kemungkinan perburukan kondisi pasien.
c) Jelaskan pentingnya untuk melanjutkan regimen terapeutik sebagai penatalaksanaan
lanjutan di rumah (jika diperlukan) dan penatalaksanaan di rumahsakit, terutama tentang
persiapan preop
Rasional : pasien dan keluarga mengerti tentang persiapan preop , pentingnya lanjutan
pengobatan dirumah, dan mau menjalankan sesuai program therapy.
d) Beri penjelasan dan penatalaksanaan penyakit dan penatalaksanaan secara umum,
meliputi : definisi, etiologi, gejala klinis, prognosis, pengobatan.
Rasional : Pemahaman tentang kondisi kesehatan pasien.
b. Post operatif
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruktif akibat adanya
perdarahan, edema pada incise site, kerusakan saraf laryngeal, obstruksi trakea:
pembengkakan, perdarahan, spasme laryngeal.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindkaan keperawatan selama …x24 jam diharapkan bersihan jalan
napas efektif
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif dibuktikan dengan pertukaran gas
dan ventilasi tidak berbahaya.
- Mudah untuk bernapas, dan tidak ada perdarahan
- Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada.
- Saturasi O2 dalam batas normal.
- Edema tidak terjadi pada incise site
Intervensi :
a) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.
Rasional: pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tapi berkembangnya distres
pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan.
b) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional: ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laryngeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
c) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi, kemudian tiap 4 jam,
serta Monitor frekuensi & jumlah drainase serta kekuatan balutan.
Rasional: Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas karena
adanya edem post operasi dan mengetahui kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
pada post op tiroidektomi, seperti perdarahan, sehinnga emergency treatment dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya dyspnea karena obstruksi perdarahan
d) Monitor tanda-tanda respiratori distres, sia-nosis, takipnea & nafas yang berbunyi.
Rasional : dapat diketahui secara dini adanya tanda distress pernapasan sehingga
keadaan emergency dapat dilakukan
e) Beri posisi yang nyaman bagi klien seperti semifowler/fowler, dengan menyangga
bantal terutama pada daerah post op
Rasional : mencegah hiperekstensi pada daerah leher, dan membantu ekspansi paru
sehingga memudahkan pernapasan.
f) Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dan beri kantung es (ice bag) untuk
kompres pada daerah post op (sesuai indikasi)
Rasional : ice bag dapat mengurangi bengkak dan posisi semifowler dapat membantu
ekspansi dada, pola pernapasan klien.
g) Periksa sensasi klien karena keketatan dise-keliling tempat insisi (balutan sekitar
insisi)
Rasional : dapat diketahui pressure balutan yang dapat mengganggu jalan pernapasan
h) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja otot pernapasan yang
berlebihan.

2) Nyeri akut berhubungan dengan tindakan post incise (tiroidektomi), edema pasca
operasi

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil :
- Pasien mampu memverbalisasikan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tidak meringis menahan nyeri, tampak rileks
- Skala : 1-3 : ringan; skala ; 4-7 ; sedang
Intervensi :
a) Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal
Rasional : mengantisipasi timbulnya rasa nyeri
b) Lakukan pengukuran skala nyeri dengan skala nyeri (1-3 : ringan; 4-7 :sedang; 8-
10:berat)
Rasional : dapat diketahui tingkat nyeri dan menentukan intervensi lebih lanjut.
c) Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Rasional : memberikan kenyamanan pada pasien sehingga mampu mengurangi rasa
nyeri.
d) Berikan posisi yang nyaman bagi pasien seperti semi fowler dan sokong kepala/leher
dengan bantal kecil.
Rasional: mencegah hiperekstensi leher dan mampu mengurangi rasa nyeri dan
melindungi integritas jahitan
e) Kolaborasi pemberian analgetik (k/p) sesuai indikasi
Rasional : umtuk mampu mengurangi rasa nyeri.

3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


penatalaksanaan post incisi tiroidektomi.

Setelah diberikan penjelasan selama …… menit dalam …kali pertemuan diharapkan


pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit penatalaksanaan post operative
kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga mampu memverbalisasikan kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan ( penatalaksanaan perawatan).
-Pasien dan keluarga tampak lebih tenang.
Pasien dan keluarga dapat mengikuti saran pengobatan.
-Pasien dan keluarga menyatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan pasien & keluarga untuk belajar, seperti : tingkat partisipasi, tingkat
pengetahuan, & respon terhadap pemahaman penyakit dan pengobatan.
Rasional : proses pembelajaran tergantung pada kesiapan fisik dan mental pasien dan
keluarga.
b) Identifikasi gejala/keluhan yang harus dilaporkan, seperti : sesak yang bertambah, nyeri
pada daerah nodul, gangguan menelan, dan keluhan lainnya.
Rasional : Preventif terhadap kemungkinan perburukan kondisi pasien.
c) Jelaskan pentingnya untuk melanjutkan regimen terapeutik sebagai penatalaksanaan
lanjutan di rumah (jika diperlukan) dan penatalaksanaan di rumahsakit, terutama tentang
perawatan post op : seperti observasi perdarahn, nyeri post op, sesak napas
Rasional : pasien dan keluarga mengerti tentang perawatan post op , pentingnya lanjutan
pengobatan dirumah, dan mau menjalankan sesuai program therapy.

4) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan (tiroidektomi),


edema pada & sekitar insisi, kerusakan saraf laryngeal.

Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …x24 jam dapat mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan
Kriteria hasil :
- Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat
- Tidak terjadi obstruksi jalan napas karena oedema
- Kerusakan saraf laryngeal minimal

Intervensi :
a) Pantau vital sign : TD, nadi, RR setiap 2×24 jam. Bila stabil setiap 4 jam.

Rasional : dapat mengetahui status perkembangan kesehatan pasien secara periodic

b) Observasi Status balutan : kemungkinan terjadi perdarahn yang merembes pada balutan

Rasional : perdarahan aktif dapat menyebabkan syok hipovolemik, sehingga dengan


melakukan observasi dapat dicegah hal tersebut.

c) Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai


peningkatan frekuensi nadi & nafas.

Rasional : mencegah terjadi komplikasi perdarahan massif yang berkelanjutan dan


mencegah syok hipovolemik yang kemungkinan dapat terjadi.

d) Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda bila
tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu terjadi, kendur-
kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler,
beritahu dokter.

Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. Temuan ini menandakan


perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.

e) Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara pada periode post op 1x24 jam dalam
periode observasi intensif, dan ajarkan tekhnik komunikasi alternative lain

Rasional: Untuk menurunkan tegangan pada pita suara, dan tekhnik komunikasi lain,
seperti non verbal, code membantu mengetahui kebutuhan klien.

f) Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.

Rasional: Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal, dimana hal


ini tidak dapat disembuhkan.

4. Implementasi
Disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun.

5. Evaluasi

Pre op :
1. Pola napas efektif.
2. Nyeri berkurang
3. Ansietas berkurang
4. Tingkat pemenuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan metabolic klien
5. Dapat melakukan komunikasi verbal,code
6. Penerimaan positif tentang gambaran diri dengan mekanisme koping yang adaptif
7. Pemahaman tingkat penyakit dan perawatan
Post Op :
1. Bersihan jalan napas efektif.
2. Nyeri berkurang
3. Pemahaman tentang penatalaksanaan post op
4. Tidak terjadi komplikasi perdarahan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Kanker Thyroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

Penderita kanker tiroid tidak mempunyai keluhan khusus terutama pada keadaan
tumor berdiferensia baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap struma yang kemudian
dalam waktu singkat membesar, boleh dicurigai adanya malignasi. Pada kasus demikian,
palpasi tiroid merupakan hal yang penting untuk melihat adanya nodul kecil.

Asuhan yang baik dapat diberikan, dimulai dengan pengkajian fisik, menentukan
diagnosa yang cepat dan tepat. Langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan dan intervensi
yang mestinya diberikan. Terakhir adalah mengevaluasi apakah kondisi klien baik dan apakah
tindakan telah berhasil.

B. Saran

Pemahaman tentang konsep dasar penyakit Tumor thyroid dan thyroidektomi, serta
asuhan keperawatan pasien dengan Tumor Thyroid dan Thyrodiektomy, agar dapat
diaplikasikan dilapangan, sehingga membantu melakukan pencegahan, penatalaksanaan
terhadap pasien dengan Tumor thyroid.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C Long, 1996. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan). Bandung : Yayasan IAPK
Padjajaran.

Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Brunner & suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta : EGC.

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

_________________. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Jakarta : EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta : EGC.
Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta :
EGC.

Hollmann DB. 2005. Respiration Disease: Current Medical Diagnosis & Treatment, 34th .,
Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

Kalim, Handono. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Lemone & Burke, 2010. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third
Edition, California : Addison Wesley Nursing.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculaapius FKUI

Misbach, Yusuf, et.al. 2009. Compendium of Indonesian Medicine 1st Edition. Jakarta :
PT Medinfocomm Indonesia.

Prince, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC

Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.

Soeparman. Waspadji, Sarwono. 1998. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Sudoyo, Aru, et.al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.

Vous aimerez peut-être aussi