Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
net/publication/281964470
CITATIONS READS
0 10,591
1 author:
Rahmah Johar
Syiah Kuala University
38 PUBLICATIONS 22 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Linking pre-service teachers’ questioning and students’ strategies in solving contextual problems: A case study in Indonesia and the Netherlands View project
All content following this page was uploaded by Rahmah Johar on 21 September 2015.
Rahmah Johar
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Syiah Kuala
A. PENDAHULUAN
Matematika memiliki objek kajian yang abstrak, sehingga kebenarannya tidak
dapat hanya ditentukan melalui pengamatan tetapi dibuktikan secara deduktif.
Dikarenakan objek kajian matematika yang abstrak ini, banyak siswa yang kesulitan
mempelajari matematika. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, terutama pada
pendidikan dasar dan menengah, hendaknya guru membantu siswa memahami objek
matematika yang abstrak melalui pengamatan dan bantuan alat peraga.
Banyak sumber yang menjelaskan bahwa alat peraga berperan sebagai jembatan
dari konkret ke abstrak (Heddens dalam Marshall, 2008 dan Kelly, 2006). Dalam hal ini
bahasa memainkan peranan penting dalam membantu siswa untuk membuat jembatan
dari konkret ke abstrak tersebut (Kelly, 2006). Melalui alat peraga dapat dikembangkan
interaksi di kelas, sehingga pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan
pemahaman siswa menjadi lebih meningkat.
Alat peraga sebagai bagian dari sumber belajar hendaknya disediakan oleh guru
untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa dalam
mempelajaran matematika, sesuai dengan amanat kurikulum 2013 (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2012). The National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM) juga memberikan penekanana tentang pentingnya penggunaan alat peraga dan
representasi visual dalam pembelajaran matematika (NCTM, 2000), di samping
teknologi lainnya.
Dalam penggunaan alat peraga, guru perlu mengetahui kapan, mengapa, dan
bagaimana menggunakannya. Jika tidak, siswa akan menganggap alat peraga sebagai
“mainan” pada saat pembelajaran matematika. Bahkan jika penggunaan alat peraga tidak
dirancang dengan baik dan tidak diiringi dengan pemahaman guru yang baik terhadap
materi yang terkait dengan alat peraga, akan berakibat pada kesalahan konsep. Penelitian
Marshall (2008) terhadap guru SD dan SMP di New South Wales, Australia, menemukan
1
Makalah disampaikan pada Seminar Alat Peraga di STAIN Malikussaleh, tanggal 23 September 2013
1
bahwa ada guru yang memberikan respon bahwa “sometimes kids will pick up a ‘wrong’
concept from a manipulative so their use needs guidance and supervision and follow-up,
then builds better understanding and concepts”; selain itu “the students sometimes
misunderstand the point of the lesson if it is always explained using the same
manipulatives”.
Kurangnya kemampuan guru dalam pemahaman materi juga akan terlihat ketika
guru hanya menggunakan alat perga untuk membuka pelajaran namun tidak sampai pada
konsep ataupun rumus matematika yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, berdasarkan
pengamatan penulis terhadap guru mengajar dan diskusi dengan guru dalam beberapa
kali pelatihan, untuk mengenalkan konsep gradien guru menunjukkan alat peraga kayu
yang disandarkan pada dinding, atau pegangan pada tangga. Namun, setelah itu guru
‘melupakan alat peraga’ langsung menuliskan rumus bahwa gradien garis melalui titik
A(x1, y1) dan B (x2,y2) adalah . Kondisi ini menunjukkan kurangnya
pemahaman guru dalam merancang aktivitas secara bertahap mulai dari alat peraga yang
konkret lalu gambar atau model dari gradient sehingga siswa menemukan sendiri rumus
gradien.
Berdasarkan kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran hendaknya
menggunakan pendekatan saintifik, yang terdiri atas kegiatan observing (mengamati),
questioning (menanya), associating (mengaitkan/menalar), experimenting (mencoba),
dan networking (menjalin kerja sama/jejaring). Dengan demikian, penggunaan alat
peraga hendaknya diawali dengan aktivitas yang meminta siswa mengamati
masalah/kasus ataupun contoh dalam kehidupan sehari-hari, yang selanjutnya
dikembangkan dan diselidiki dengan bantuan alat peraga.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan alat peraga perlu dirancang,
dilaksanakan, dan dievaluasi keefektifannya dalam meningkatkan pemahaman siswa
terhadap matematika. Makalah ini membahas tentang peranan dan tujuan alat peraga,
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat dan menggunakan alat peraga
matematika, dan contoh alat peraga dalam pembelajaran matematika.
B. PEMBAHASAN
1. Peranan dan Tujuan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika
2
Kelly (2006) mendefinisikan alat peraga sebagai tangible object, tool, or model
that may be used to clearly demonstrate a depth of understanding about a specified
mathematical topic. Alat peraga merupakan media yang berkaitan langsung dengan
penanaman konsep (Johar 2006) dan meletakkan ide-ide dasar yang melandasi suatu
konsep (Suherman dan Winataputra, 1992). Sebagai contoh model kubus digunakan
sebagai alat peraga untuk menanamkan konsep titik sudut pada kubus, rusuk kubus, dan
sisi kubus. Setelah siswa mendapat kesempatan terlibat dalam proses pengamatan dengan
bantuan alat peraga, diharapkan akan tumbuh minat belajar matematika dan
meningkatkan pemahaman matematika.
Secara umum, menurut Ahmadi (1991: 123) tujuan penggunaan alat peraga
dalam proses belajar mengajar adalah sebagi berikut:
a. Pengajaran akam menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar;
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik;
c. Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga;
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru, tetapi juga timbul aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemontrasikan dan sebagainya
Sadirman 1(998: 145) menyatakan tujuan dari penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran adalah:
a. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra
b. Dapat menimbulkan kegiatan belajar bagi siswa
c. Memungkinkan interaksi yang lebih panjang, antara siswa dengan lingkungan nyata
d. Memungkinkan siswa belajar sendiri menurut minat dan kemampuannya
e. Dapat memberi perangsang yang sama dan menimbulkan persepsi yang sama pula.
Penelitian Marshall (2008) terhadap 155 guru SD dan SMP di New South Wales,
Australia, menemukan bahwa pada umumnya guru mengemukakan manfaat alat peraga
dalam pembelajaran matematika adalah, membantu dalam menvisualisasikan konsep
matematika dengan lebih konkret, memberikan kesempatan kepada siswa untuk ‘hands-
on learning’ atau terlibat dalam mengerjakan matematika, dan memberikan kesempatan
3
kepada siswa untuk merasakan belajar matematika dengan cara yang menyenangkan, dan
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Tim MKPBM (2001) dengan menggunaan alat peraga dalam
pembelajaran matematika maka 1) proses belajar mengajar matematika menjadi lebih
menarik dan 2) hubungan antara konsep matematika yang abstrak dengan benda-benda di
sekitar siswa akan lebih dapat dipahami. Selanjutnya Suherman dan Winataputra (1992)
menjelaskan bahwa dengan bantuan alat peraga siswa dapat menarik generalisasi atau
kesimpulan dalam matematika. Shaw (2002) mengemukakan bahwa alat peraga dapat
digunakan untuk 1) membangun pemahaman dan konsep, dan 2) memberikan
pengalaman kepada siswa untuk terlibat, berkomuniksai, dan mengalami langsung.
Selain manfaat alat peraga di atas, menurut Tim MKPBM (2001) alat peraga
dapat digunakan dalam beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut.
a. Pembentukan konsep
b. Pemahaman konsep
c. Latihan dan penguatan
d. Pelayanan terhadap individual, termasuk pelayanan terhadap anak lemah dan anak
berbakat
e. Pengukuran, alat peraga digunakan sebagai alat ukur
f. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi-relsi baru serta penarikan
kesimpulannya
g. Pemecahan masalah
h. Pendorong untuk berfikir, berdiskusi, dan berpartisipasi aktif
Manfaaat alat peraga juga
4
perlu mempersiapkan alata peraga dengan cara mencari bahkan membuat alat peraga dan
merancang penggunaannya dalam proses belajar.
Tim MKPBM (2001) menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan alat peraga, yaitu sebagai berikut.
a. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat)
b. Bentuk dan warnanya menarik
c. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit)
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik siswa
e. Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar, atau diagram) konsep matematika
f. Sesuai dengan konsep matematika
g. Merupakan dasar untuk tumbuhnya konsep yang abstrak
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika menurut Kelly (2006)
hendaknya memperhatikan empat hal, yaitu sebagai berikut.
a. Alat peraga bertujuan untuk membantu siswa belajar lebih efisien dan efektif, bukan
sebagai ‘mainan’.
b. Alat perga hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran matematika
c. Alat peraga perlu disertai dengan penjelasan oleh guru tentang cara penggunaannya
agar bermanfaat dalam menyelesaikan masalah dan komunikasi matematis
d. Alat peraga digunakan sebagai bagian dari kegiatan eksplorasi matematika.
Berdasarkan uraian di atas, guru perlu mengetahui kapan, mengapa, dan
bagaimana menggunakan alat peraga agar tujuan pembelajaran matematika dapat
tercapai. Guru sebaiknya merancang aktivitas yang dimulai dengan konteks dalam
kehidupan sehari-hari, lalu bantuan alat peraga, model dari alat peraga, sampai pada
penemuan konsep matematika yang bersifat formal abstrak. Aktivitas ini dalam
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dikenal dengan Learning Trajectory (lintasan
Belajar). Lintasan belajar ini digambarkan seperti gunung es (ice-berg) di bawah.
5
PENJUMLAHAN < 100
6
Lintasan belajar untuk siswa SD (Johar, 2008)
Luas = p x l Formal
Building Stones
Model material
Real world
situation
7
ataupun contoh dalam kehidupan sehari-hari, yang selanjutnya dikembangkan dan
diselidiki dengan bantuan alat peraga.
Contoh:
Soal Proses Hasil
3+2 - Tempatkan Boneka pada titik 3, dengan
3+2 = 5
posisi standar
-Maju 2 langkah -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Bandingkan hasil pengurangan dengan hasil penjumlahan, adakah hasilnya yang sama?
Apa yang dapat disimpulkan?
8
2) Alat Peraga: Kancing Baju
Petunjuk:
Masukkan lagi 2 KP
5 + (-3) Masukkan 5 KP
Masukkan 3 KH
5–3 Masukkan 5 KP
Ambil 3 KP
ambil
(-4) – 3 Masukkan 4 KH
Ambil 3 KP
ambil
B. Perkalian
Petunjuk:
n x r artinya:
- Berapa kali memasukkan sebanyak r kancing (jika n positif)
- Berapa kali mengambil sebanyak r kancing (jika n negatif)
9
Soal Proses Hasil
2x3 Dua kali memasukkan 3 KP
Masuk I
Masuk II
Hasil = 6
Masuk II
Hasil = -6
Hasil = -6
-2 x (-3) Dua kali mengambil 3 KH
Karena kancing belum ada, buat
6 pasang KP dan KH
Ambil I Ambil II
Hasil = 6
10
Alat peraga yang dapat digunakan adalah dua lembar plastik transparan.
Plastik transparan pertama menunjukkan bolu yang dimiliki Ani, yaitu , yang
diarsir secara horizontal, seperti gambar di bawah.
Lalu impitkan kedua plastik transparan, sehingga diperoleh gambar seperti di bawah
Berikan contoh pecahan lain kepada siswa, seperti , , minta siswa menentukan
hasilnya dengan menggunakan alat peraga.
2) Pembagian Pecahan
Konteks yang sesuai dengan pembagian pecahan misalnya “Rina memiliki 3 m pita.
Untuk membuat bunga, dibutuhkan pita berukuran meter. Berapa potong pita yang
diperoleh Rina?”
Masalah di atas dapat juga dinyatakan sebagai “berapa an di dalam 3?” atau
3: = ….
Alat peraga yang digunakan adalah model pita, sebagai pecahan, seperti di bawah.
1m 1m 1m
11
Karena ada 6 potong an di dalam 3 meter pita, maka 3: = 6
Berikan pecahan lain yang bervariasi, seperti
: = ......
: 2 = …… (Gunakan konteks membagi kue untuk menentukan hasilya)
: = ...... (Ada berapa an di dalam ? Jawabnya adalah )
Minta siswa mengamati pola hubungan antara pecahan yang dibagi dengan hasil
bagi. Minta siswa mendiskusikan kaitan proses memperoleh hasil pembagian
pecahan dengan perkalian pecahan.
Diharapkan siswa sendiri yang menyimpulkan bahwa membagi pecahan dapat
dicari dengan mengalikan pecahan, asalkan pecahan yang kedua dibalik, sehingga
dapat disimbolkan sebagai
a) Luas jajargenjang
Salah satu cara menemukan luas jajargenjang adalah dengan menggunakan
pendekatan luas persegipanjang. Salah satu ujung jajargenjang dipotong dan ditempelkan
pada ujung lainnya sehingga membentuk persegipanjang seperti gambar berikut.
D C D C
t t
A D’ B D’ B C’
a a
12
tersebut dapat disusun secara kreatif oleh siswa misalnya berbentuk persegi panjang,
segitiga, dan trapesium seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Dalam pembelajaran, bagian penting yang perlu dibimbing oleh guru adalah
mengaitkan jari-jari dan keliling lingkaran dengan luas bangun yang terbentuk.
a.
b.
13
c. 3 Satuan
2 Satuan
5 Satuan
d.
l
p
2) Volume limas
Karena ukuran ketiga limas sama, maka volume ketiga limas tersebut juga sama.
Hubungan volume limas tersebut dengan volume kubus yaitu:
14
Cara 1 Cara 2 Cara 3
f. Alat Peraga Bilangan Akar
Alat peraga yang di atas hanya sebagaian dari alat peraga matematika. Pada
lampiran dapat dilihat daftar alat peraga yang tersedai pada Labor P4TK matematika di
Yogyakarta.
C. PENUTUP
Penggunaan alat peraga matematika dalam proses pembelajaran dapat membantu
siswa memahami konsep dasar dalam matematika, menemukan rumus, menemukan sifat,
menemukan generalisasi dari pola, dan sebagainya. Guru harus dapat menentukan alat
perga yang sesuai dengan topik yang daiajarkan dan menggunakannya secara efektif
dalam proses belajar matematika. Sesuai dengan kemajuan teknologi, sumber belajar
yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar matematika tidak hanya alat
peraga, tapi dapat berupa animasi yang disajikan pada power point, software matematika
(seperti Cabri, Geometer sketchpad, autograph), lingkungan, media cetak maupun
elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Johar, Rahmah. (2008) The Development of PMRI in Aceh. Makalh disajikan pada
Disajikan pada Seminar Internasional 4th ICMSA di Banda Aceh Tanggal 9 – 11
Juni 2008
15
Johar, Rahmah (2008). Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan
Relevansinya dengan KTSP. Makalah disampaikan pada workshop guru SD/MI
di STAIN Malikussaleh pada tanggal 27 November 2008.
16