Vous êtes sur la page 1sur 4

SOAL MID MODUL KEGAWATDARURATAN MEDIS

PERIODE 2013 / 2014

APLIKASI OBAT – OBAT EMERGENSI

1. Seorang laki – laki berusia 20 tahun dibawa ke IGD RSISA oleh keluarganya dengan keluhan
sesak napas dan pusing. Menurut keluarga yang mengantar, pasien habis periksa ke mantri
dekat rumah dan mendapatkan suntikan obat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi
napas 35 kali permenit, tekanan darah 70/50 mmHg, frekuensi nadi 130 kali permenit, akral
dingin. Dokter jaga mencurigai pasien mengalami reaksi anafilaksis. Manakah farmakoterapi di
bawah ini yang tepat pada pasien tersebut?
A. Berikan adrenalin 1 cc intra muskular
A. Berikan nor epinephrine 0,5 µg/menit intra vena
B. Berikan adrenalin 0,5 cc intra muskular
C. Berikan adrenalin 0,5 mg intra cutan
D. Berikan epinephrine 0,5 mg intra osseus

2. Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa ke IGD RSISA oleh keluarganya dengan keluhan
pusing seperti mau pingsan. Pasien juga mengeluh sesak napas dan bengkak pada kedua
kelopak mata. Menurut keluarganya, pasien habis minum obat metampiron sebelum keluhan
tersebut muncul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : frekuensi napas 38 kali permenit, suara
paru terdengar wheezing, suara jantung normal, tekanan darah 70/40 mmHg, frekuensi nadi
130 kali permenit teraba cepat dan lemah, akral dingin, angiodema pada kedua palpebra, dan
terpasang pulse oxymetri dengan saturasi O2 88%. Sebagai penatalaksanaan awal, dokter
memberikan injeksi adrenalin. Manakah di bawah ini pernyataan yang benar mengenai
mekanisme kerja obat tersebut?
A. Penggunaan adrenalin sebagai first line drug mempunyai aktivitas terhadap alfa adrenergik
yang mengatasi vasodilatasi perifer
B. Pemberian adrenalin sebagai first line drug mempunyai aktivitas terhadap alfa adrenergik
sehingga meningkatkan kontraktilitas miokard
C. Pemberian adrenalin sebagai second line drug dapat menyebabkan vasodilatasi perifer dan
menurunkan kontraktilitas miokard
D. Pemberian adrenalin dapat menghambat aktivasi mast cell karena mempunyai aktivitas
terhadap alfa adrenergik
E. Pemberian adrenaline dapat mengurangi derajat keparahan reaksi alergi yang diperantarai
oleh Imunoglobulin M

3. Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa ke IGD RSISA oleh keluarganya dengan keluhan
pusing seperti mau pingsan. Pasien juga mengeluh sesak napas dan bengkak pada kedua
kelopak mata. Menurut keluarganya, pasien habis minum obat metampiron sebelum keluhan
tersebut muncul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : frekuensi napas 38 kali permenit, suara
paru terdengar wheezing, suara jantung normal, tekanan darah 70/40 mmHg, frekuensi nadi
130 kali permenit teraba cepat dan lemah, akral dingin, angiodema pada kedua palpebra, dan
terpasang pulse oxymetri dengan saturasi O2 88%. Sebagai penatalaksanaan awal, dokter
memberikan injeksi adrenalin. Manakah di bawah ini pernyataan yang benar mengenai
farmakoterapi obat tersebut?
A. Pemberian adrenalin intra vena tidak boleh diberikan pada pasien non cardiac arrest
B. Adrenalin bersifat simpatolitik dan menghambat reseptor alfa dan beta adrenergik
C. Pemberian adrenalin intra vena dapat mempengaruhi perubahan ECG menjadi ST elevasi
D. Adrenalin intra vena merupakan akses pemberian terbaik pada kasus reaksi anafilaksis
E. Adrenalin mempunyai efek inotropik dan kronotropik positif pada jantung

4. Seorang perempuan berusia 55 tahun dirawat di ruang ICU RSISA dengan diagnosis STEAMI.
Tiba – tiba pasien mengalami henti jantung dan henti napas. Pada monitor tampak gambaran
ventrikel fibrilasi. Setelah memberikan resusitasi jantung paru dengan 1 kali pemberian shock,
langsung dilanjutkan dengan kompresi dada selama 5 siklus. Kemudian pada saat dilakukan cek
irama jantung, pada monitor terdapat gambaran ECG seperti di bawah ini :

Apakah obat yang harus segera diberikan kepada pasien tersebut?


A. Dopamine 2 – 5 µg/kgBB/menit dititrasi intra vena
B. Epinephrine 1 ampul intra vena bolus
C. Lidocain 1,5 mg/kgBB intra vena bolus
D. Nor epinephrine 0,5 µg/menit dititrasi intra vena
E. Sulfas atropine 0,5 mg intra vena bolus

5. Seorang laki – laki berusia 40 tahun dirawat di ruang ICU RSISA dengan diagnosis STEAMI. Tiba –
tiba pasien mengalami henti jantung mendadak. Kemudian dokter jaga melihat pada monitor
terdapat gambaran ECG seperti di bawah ini :

Setelah dokter jaga melakukan 3 kali pengulangan defibrilasi, gambaran ECG pasien tidak
mengalami perubahan. Apakah obat yang harus diberikan kepada pasien tersebut?
A. Amiodaron 300 mg intra vena bolus
B. Dopamin 5 µg /kgBB/menit intra vena
C. Epinephrine 1 mg intra vena bolus
D. Lidocain 1 ampul intra vena bolus
E. Sulfas atropin 0,5 mg intra vena bolus
6. Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun dirawat di ICU RSISA dengan diagnosis STEAMI.
Tiba – tiba pasien mengalami cardiac arrest. Kemudian dokter jaga melihat adanya gambaran
asistol pada monitor ECG. Dokter jaga memberikan vasopressin sebagai penatalaksanaan awal
untuk sudden cardiac arrest. Manakah pernyataan di bawah ini yang benar mengenai obat
tersebut?
A. Dosis vasopressin sebagai first line drug untuk kasus henti jantung adalah 50 unit intra vena
bolus
B. 40 unit vasopressin mempunyai efektivitas yang setara dengan 1 mg epinephrine intra vena
bolus
C. Vasopressin intra vena mempunyai efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan
epinephrine
D. Apabila vasopressin tidak tersedia, maka bisa digantikan dengan lidocain 1,5 mg/kgBB intra
vena bolus
E. Apabila vasopressin tidak tersedia, maka bisa digantikan dengan epinephrine 0,5 mg intra
vena bolus

7. Seorang perempuan berusia 40 tahun dirawat di ruang ICU RSISA dengan diagnosis STEAMI.
Tiba – tiba pasien mengalami henti jantung mendadak. Kemudian dokter jaga melakukan
pengecekan irama jantung. Pada monitor terdapat gambaran ECG seperti di bawah ini :

Manakah pernyataan di bawah ini yang benar mengenai farmakoterapi pada kasus di atas?
A. Epinephrine 1 mg intra vena bolus diberikan sebagai first line dose
B. Amiodaron 300 mg intra vena bolus diberikan sebagai second dose
C. Sulfas atropin 0,5 mg intra vena bolus dianjurkan pada kasus ventrikel fibrilasi
D. Amiodarone 500 mg intra vena bolus diberikan sebagai first line drug
E. Lidocain 1 – 1,5 mg/kgBB intra vena bolus diberikan sebagai first line drug

8. Seorang laki – laki berusia 20 tahun dibawa oleh temannya ke IGD RSISA karena penurunan
kesadaran. Menurut pengantar, pasien baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari
pemeriksaan kesadaran didapatkan GCS E2M3V2 dan adanya trauma maxillofacial. Dari hasil
pemeriksaan fisik : terdengar suara gurgling dan snoring dari jalan napas, tampak sianosis,
frekuensi napas 35 kali permenit, tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 110 kali
permenit. Kemudian dokter bermaksud untuk memasang endotrakeal tube. Salah satu
persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan sulfas atropin. Apakah manfaat sulfas atropin
pada kasus di atas?
A. Mengatasi peningkatan heart rate akibat pemasangan endotrakeal tube
B. Mencegah terjadinya hipersekresi lendir akibat pemasangan endotrakeal tube
C. Mengatasi terjadinya vagal reflek akibat pemasangan endotrakeal tube
D. Mengobati sinus bradikardi akibat perangsangan berlebihan pada saraf simpatis
E. Mengurangi hipersekresi lendir akibat perangsangan berlebihan pada adrenoreseptor

9. Seorang laki – laki berusia 30 tahun dirawat di bangsal perawatan RSISA mengeluh pusing
seperti mau pingsan. Menurut perawat jaga, keluhan tersebut dirasakan setelah pasien
mendapatkan injeksi cefotaxim intra vena 10 menit sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan : frekuensi napas 24 kali permenit, pemeriksaan paru dalam batas normal, normal
tekanan darah 80/50 mmHg, frekuensi nadi 108 kali permenit teraba cepat dan kuat angkat,
akral dingin, terpasang pulse oxymetri dengan saturasi O2 95%. Dokter mencurigai pasien
mengalami reaksi anafilaksis. Sebagai penatalaksanaan awal, dokter memberikan oksigenasi
dengan canul binasal 4 liter permenit dan loading cairan kristaloid 1000 ml dengan cara diguyur.
Setelah dua jam pasien masih mengeluh pusing dan didapatkan hipotensi yang refrakter.
Manakah obat – obat emergensi di bawah yang diberikan kepada pasien?
A. Aminophilin 5mg/kgBB intra vena pelan
B. Dobutamin 2µ/kgBB/menit intra vena titrasi
C. Epinefrin 1 mg intra vena bolus tiap 3 – 5 menit
D. Sulfas atropine 0,5 mg intra vena tiap 3 – 5 menit
E. Nor epinefrin 0,5 – 1 µg/menit intra vena titrasi

Vous aimerez peut-être aussi