Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Santy Setiawan
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi -Univ.Kristen Maranatha
(Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung)
santy_jc@yahoo.com
Abstract
The realization of a good and accountable governance is the hope of all parties. It is expected that the
development and implementation of an accountability system that is accurate, clear, legitimate so that the
government and development can be carried out efficiently, effectively, cleanly and responsibly and free from
corruption, collusion and nepotism (KKN). Based on Speklé and Verbeeten (2013) studies indicating that
contractibility moderates the relationship between the use of performance-oriented system performance
incentives. The use of performance measurement systems for the purpose of negative incentives affects
organizational performance, but this effect is too heavy when Contractibility is high. The type of this research is
causal explanatory, and the research sample is population 3 SKPD (Work Unit of Local Area) located in
Bandung with data analysis technique using Moderated Regression Analysis (MRA) or interaction test is a
special application of linear regression where in regression equation contain Elements of interaction
(multiplication of two or more independent variables).
Keywords: Performance Appraisal System, Performance, Contractibility, SKPD Bandung, Public Sector
146
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
peningkatan kinerja instansi pemerintah. (Peraturan PNS SKPD di Kota Bandung yang dimediasi
Presiden Nomor 29 Tahun 2014). oleh variabel contractibility.
H4 = Terdapat pengaruh antara sistem penilaian
Setiap instansi pemerintah sebagai unsur kinerja berorientasi eksplorasi terhadap kinerja
penyelenggara pemerintahan wajib PNS SKPD di Kota Bandung yang dimediasi
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok oleh variabel contractibility.
melalui pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintahan. Pelaksanaan dari SAKIP (Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan) Kerangka Teoritis
direalisasikan dalam bentuk LAKIP yakni (Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan) yang Kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang
berisi laporan realisasi kinerja serta penjelasan atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja
tercapainya atau tidak target yang telah direncanakan, seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
perencanaan, pengukuran, serta pelaporan. ability, capacity, held, incentive, environment dan validity
Terdapat tiga keuntungan yang akan diperoleh (Noto Atmojo, 1992 dalam Sutrisno, 2007).
pada saat SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Adapun ukuran kinerja menurut (T.R. Mitchell ,1989
melaksanakan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja dalam Yunus 2012) dapat dilihat dari empat hal, yaitu:
Instansi Pemerintahan), yaitu kegunaannya dalam 1. Quality of work yaitu kualitas hasil kerja
mengukur setiap pembangunan atau kinerja yang 2. Promptness yaitu ketepatan waktu
dilakukan mereka, sebagai tolak ukur untuk menyelesaikan pekerjaan
mempertanggungjawabkan anggaran yang telah 3. Initiative yaitu prakarsa dalam
digunakan untuk pembangunan daerah, serta untuk menyelesaikan pekerjaan
mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi 4. Capability yakni kemampuan menyelesaikan
pemerintah sebagai salah satu prioritas untuk pekerjaan.
terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya 5. Comunication yaitu kemampuan membina kerjasama
(Mukhsin; 2016). Tidak sejalan dengan pernyataan di dengan pihak lain.
atas, dalam kenyataannya SAKIP (Sistem Pengukuran kinerja adalah proses di mana
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan) tidak organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai
membantu dalam SKPD (Satuan Kerja Perangkat oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan.
Daerah) seperti yang diharapkan. Hal ini dibuktikan Proses pengukuran kinerja seringkali membutuhkan
tidak adanya kabupaten/ kota yang bernilai A penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat
melainkan hanya 11 kabupaten/kota yang kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya.
memperoleh nilai B. (Berita CPNS dan Aparatur Sipil Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran
Negara; 2015). Berdasarkan penelitian Speklé dan adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.
Verbeeten (2013) menunjukkan bahwa contractibility (Wikipedia, 2016).
memoderasi hubungan antara penggunaan insentif Berikut adalah alasan mengapa organisasi
berorientasi sistem pengukuran kinerja. Penggunaan mengadopsi pengukuran kinerja (Behn, 2003)
sistem pengukuran kinerja untuk tujuan insentif 1. Untuk Mengevaluasi
negatif mempengaruhi kinerja organisasi, tetapi efek Yakni untuk mengevaluasi seberapa baik
ini terlalu berat ketika Contractibility tinggi. suatu organisasi berkinerja. Proses evaluasi
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ini terdiri dari dua variabel: data kinerja
ingin mengetahui pengaruh sistem penilaian kinerja organisasi dan patokan yang menciptakan
terhadap kinerja PNS SKPD (Satuan Kerja Perangkat suatu kerangka untuk menganalisis data
Daerah) di Kota Bandung dengan variabel mediasi kinerja tersebut.
yaitu contractibility. 2. Untuk Mengendalikan
Manajer memiliki kebutuhan untuk
memastikan bahwa bawahan mereka telah
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis melakukan pekerjaan mereka secara benar.
Organisasi pun menciptakan sistem
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini terbagi pengukuran yang menentuan tindakan
dalam 4 bagian sebagai berikut: tertentu apa yang harus dilakukan oleh
H1 = Terdapat pengaruh antara sistem penilaian karyawan. Setelah itu, mereka pun
kinerja berorientasi insentif terhadap kinerja mengevaluasi apakah sang karyawan betul-
PNS SKPD di Kota Bandung. betul telah melakukan apa yang telah
H2 = Terdapat pengaruh antara sistem penilaian ditugaskan kepada mereka dan
kinerja berorientasi eksplorasi terhadap kinerja membandingkannya dengan standar kinerja.
PNS SKPD di Kota Bandung. 3. Untuk Menganggarkan
H3 = Terdapat pengaruh antara sistem penilaian Anggaran adalah perangkat mentah untuk
kinerja berorientasi insentif terhadap kinerja meningkatkan kinerja. Kinerja yang buruk
147
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
tidak selalu berubah menjadi baik ketika 6. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil
dilakukan pemotongan anggaran sebagai kerja semacam apa yang diinginkan adalah
tindakan disipliner. Terkadang penaikan cara manajer dan pengawas untuk membuat
anggaran lah yang menjadi jawaban untuk penugasan kerja dari mereka menjadi
peningkatan kinerja. operasional
4. Untuk Memotivasi 7. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus
Para karyawan perlu diberikan target yang dilakukan secara kerap
signifikan untuk mereka raih dan lalu 8. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya
menggunakan ukuran kinerja termasuk target tindakan korektif yang segera dan tepat
antara untuk memfokuskan ernergi para waktu
karyawan dan memberikan perasaan telah 9. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu
mencapai sesuatu. Target kinerja juga bisa dibutuhkan untuk manajemen kendali yang
mendorong munculnya kreativitas dalam efektif.
mengembangkan cara-cara yang lebih baik Dalam tinjauan ekstensif dari literatur kinerja,
untuk mencapai suatu tujuan. terdapat 16 sistem pengukuran kinerja yang berbeda
5. Untuk Merayakan di setiap organisasi. Kelompok peran sistem ini dibagi
Organisasi perlu memperingati prestasi- menjadi lima kategori besar yaitu (1) mengukur
prestasi yang mereka raih, karena ritual kinerja, termasuk kemajuan monitoring, mengukur
semacam peringatan ini bisa mengikat orang- dan mengevaluasi kinerja; (2) strategy management,
orang yang ada di dalam tim, memberikan yang meliputi perencanaan, strategi
mereka perasaan terikat. Perayaan formulasi/pelaksanaan/eksekusi, perhatian fokus, dan
merupakan aktivitas yang mengeksplisitkan keselarasan; (3) internal dan eksternal komunikasi,
pengakuan atas prestasi dan pencapaian. benchmarking, dan sesuai dengan peraturan; (4)
6. Untuk Bisa Belajar mempengaruhi perilaku, yang terdiri perilaku
Pembelajaran merupakan suatu hal yang bermanfaat, mengelola hubungan, dan kontrol; dan (5)
dibutuhkan oleh organisasi untuk bisa terus pembelajaran dan peningkatan, menangkap umpan
berkembang. Pembelajaran ini bisa didapat balik (feedback), dan peningkatan kinerja (Franco-
dengan mengevaluasi kinerja sendiri, semisal Santos et al., 2007 dalam Speklé dan Verbeeten
dengan mengidentifikasi apa-apa saja yang 2013).
berhasil dan yang tidak. Dengan Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk
mengevaluasi hal ini, organisasi akan bisa menjawab dari perorangan, badan hukum atau
pelajari alasan di balik kinerja baik dan pimpinan kolektif secara transparan mengenai
buruk. keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan
7. Untuk Mengembangkan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang
Organisasi harus belajar tentang apa-apa menerima pelaporan akuntabilitas/pemberi amanah
yang harus dilakukan secara berbeda untuk (LKIP, 2015).
memperbaiki kinerja. Oleh karenanya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah
organisasi membutuhkan umpan balik untuk perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah
menilai kesesuaian rencana dan arahan serta untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
target sehingga bisa didapatkan pengertian kegagalan pelaksanaan visi dan misi organisasi dalam
mana-mana mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
saja perihal yang perlu diperbaiki dan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik
dikembangkan. (LAKIP, 2014).
Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Prinsip Pengukuran Kinerja yakni sebagai berikut Instansi Pemerintah (2014), evaluasi bertujuan agar
1. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala
diukur yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar
2. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan
dapat dikelola karena darinya tidak ada pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan
informasi yang bersifat obyektif untuk datang. Selain itu, dalam evaluasi kinerja dilakukan
menentukan nilainya pula analisis efisiensi dengan cara membandingkan
3. Kerja yang tak diukur selayaknya antara output dengan input baik untuk rencana
diminimalisir atau bahkan ditiadakan maupun realisasi. Analisis ini menggambarkan tingkat
4. Keluaran kinerja yang diharapkan harus efisiensi yang dilakukan oleh instansi dengan
ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan
5. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk oleh suatu input tertentu. Selanjutnya dilakukan pula
menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih pengukuran/penentuan tingkat efektivitas yang
sekadar mengetahui tingkat usaha menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan
dengan hasil, manfaat atau dampak. Selain itu,
148
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
evaluasi juga dilakukan terhadap setiap perbedaan populasi adalah seluruh PNS (Pegawai Negeri Sipil)
kinerja (performance gap) yang terjadi, baik terhadap yang bekerja pada satuan perangkat daerah Kota
penyebab terjadinya gap maupun strategi pemecahan Bandung. Oleh karena objek penelitian pada
masalah yang telah dan akan dilaksanakan. penelitian ini adalah Dinas Pemakaman & Pertamanan
Dalam melakukan evaluasi kinerja, perlu (Jalan Ambon No.1A); Dinas Kependudukan &
juga digunakan pembandingan - pembandingan Pencatatan Sipil (Jalan Ambon No.1); dan Dinas
antara: Pemuda dan Olahraga (Jalan Aceh), maka populasi
1. Kinerja nyata dengan kinerja yang akan mencakup seluruh PNS yang bekerja pada
direncanakan. bagian tersebut.
2. Kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun Pengujian yang dilakukan atas instrumen penelitian
sebelumnya. (kuesioner) terdiri dari pengujian validitas dan
3. Kinerja suatu instansi dengan kinerja instansi reliabilitas.
lain yang unggul di bidangnya ataupun Menurut Suliyanto (2009), terdapat dua teknik
dengan kinerja sektor swasta. pengujian data untuk jenis data primer yaitu:
4. Kinerja nyata dengan kinerja di negara- 1. Uji Validitas.
negara lain atau dengan standar Internasional Uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
Orientasi insentif digunakan untuk memeriksa kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
dampak dari New Public Management dengan pada kuesioner mampu untuk
menggunakan sistem pengukuran kinerja. Program mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
New Public Management menekankan peran kinerja oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2013).
sistem pengukuran dalam pengaturan sasaran, Peneliti menggunakan Confirmatory Factor
pemberian insentif. (Newberry dan Pallot, 2004 dalam Analysis (CFA) untuk menguji validitas data.
Speklé dan Verbeeten 2013). Dua karakteristik umum Analisis faktor konfirmatori digunakan untuk
dari pemikiran New Public Management adalah menguji apakah suatu konstruk mempunyai
pengenalan rasionalitas ekonomi dan efisiensi sebagai unidimensionalitas atau apakah indikator-
prinsip-prinsip yang menyeluruh, dan keyakinan indikator yang digunakan dapat
dalam efek menguntungkan dari praktek manajemen mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau
seperti bisnis dan instrumen termasuk praktek variabel (Ghozali, 2013).
pengukuran kinerja (Bogt et al., 2010 dalam Speklé 2. Uji Realibilitas
dan Verbeeten 2013). Instrumen yang reliabel adalah instrumen
Menurut Speklé dan Verbeeten (2013), cara di yang bila digunakan beberapa kali untuk
mana sistem pengukuran kinerja di sektor publik mengukur objek yang sama, akan
digunakan mempengaruhi kinerja organisasi, dan menghasilkan data yang sama (Sugiono
bahwa efek kinerja ini tergantung pada contractibility. dalam Handayani 2014). Jawaban responden
Contractibility meliputi kejelasan tujuan, kemampuan terhadap pertanyaan ini dikatakan reliabel
untuk memilih ukuran kinerja yang tidak mengalami jika masing-masing pertanyaan dijawab
distorsi, dan sejauh mana manajer tahu dan secara konsisten atau jawaban tidak boleh
mengontrol proses perubahan. Kebanyakan organisasi acak oleh karena masing-masing pertanyaan
sektor publik yang menggunakan sistem pengukuran hendak mengukur hal yang sama (Ghozali,
kinerja dengan cara yang sesuai dengan karakteristik 2009). Pengujian reliabilitas menggunakan
kegiatan mereka. Berdasarkan penelitian Speklé dan teknik koefisien Cronbach Alpha dengan
Verbeeten (2013) menunjukkan bahwa contractibility bantuan SPSS 20. Cronbach Alpha adalah
memoderasi hubungan antara penggunaan insentif koefisien keandalan yang menunjukkan
berorientasi sistem pengukuran kinerja. Penggunaan seberapa baik item dalam suatu kumpulan
sistem pengukuran kinerja untuk tujuan insentif secara positif berkorelasi satu sama lain
negatif mempengaruhi kinerja organisasi, tetapi efek (Sekaran dalam Salsalina, 2012). Suatu
ini terlalu berat ketika Contractibility tinggi. konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
Uji Normalitas (Jalan Ambon No.1); dan Dinas Pemuda dan Olahraga
Menurut Santoso (2001) uji normalitas bertujuan (Jalan Aceh). Tetapi hanya 54 kuesioner yang dapat
untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan diolah, karena pengisian kuesioner yang tidak lengkap
jenis distribusi normal. Peneliti menggunakan analisis oleh dua orang responden.
grafik untuk melihat normalitas, dengan melihat
grafik histogram yang membandingkan antara data Hasil Uji Validitas
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi Berdasarkan pengolahan spss, terdapat 5 item
normal (Ghozali, 2013). pertanyaan yang valid, sedangkan 2 pertanyaan tidak
valid. Berikut ini hasil uji validitas untuk variabel
Uji Multikolinearitas sistem penilaian kinerja berorientasi insentif (X1):
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau
tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel Tabel 1
bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika Hasil Uji Validitas Sistem Penilaian Kinerja
ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel Berorientasi Insentif (X1)
bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas Item Kriteria Hasil Kesimpulan
terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu Pertanyaan
(Sunjoyo dkk., 2013). X11 > 0,40 0,438 Tidak Valid
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan X12 > 0,40 0,703 Valid
variance inflaction factor (VIF). Kriteria yang dipakai X13 > 0,40 0,627 Valid
untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah X15 > 0,40 0,610 Valid
nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, X17 > 0,40 0,506 Valid
2013).
Berdasarkan hasil pengujian validitas, hanya 2 item
Uji Heteroskedastisitas pertanyaan yang valid dari 4 pertanyaan. Berikut ini
Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan hasil uji validitas untuk variabel sistem penilaian
varian dari residual untuk semua pengamatan pada kinerja berorientasi eksplorasi (X2):
model regresi. Dilakukannya uji heteroskedastitas
untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-
syarat asumsi klasik pada model regresi. Tabel 2
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya Hasil Uji Validitas Sistem Penilaian Kinerja
heteroskedastisitas adalah menggunakan gambar Berbasis Eksplorasi (X2)
scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik Item Krite Has Kesimp
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka Pertany ria il ulan
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas aan
(Ghozali, 2013). X21 > 0,6 Valid
0,40 73
Uji MRA (Moderated Regression Analysis) X24 > 0,5 Valid
Variabel moderating adalah variable independen yang
0,40 81
berfungsi menguatkan atau melemahkan hubungan
antara variabel independen terhadap variabel
Berdasarkan pengujian validitas, hanya 1 item
dependen. Ada beberapa cara untuk menguji regresi
pertanyaan yang tidak valid dari 5 pertanyaan. Berikut
dengan variabel moderating dan salah satunya adalah
ini hasil uji validitas untuk variabel kontrakbilitas
Moderated Regression Analysis (MRA). Moderated
(X3):
Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi
Tabel 3
merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear
Hasil Uji Validitas Kontrakbilitas (X3)
dimana dalam persamaan regresinya mengandung
Item Kriteria Hasil Kesimpulan
unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel
Pertanyaan
independen) (Liana Lie, 2009).
X32 > 0,40 0,754 Valid
X33 > 0,40 0,824 Valid
X34 > 0,40 0,867 Valid
Hasil Penelitian dan Pembahasan X35 > 0,40 0,804 Valid
X36 > 0,40 0,665 Valid
Sampel Penelitian
Data yang terkumpul dari penelitian ini terdapat 56
kuesioner yang kembali yang diperoleh peneliti dari Berdasarkan pengujian validitas variabel Y, hanya 11
seluruh PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang bekerja item pertanyaan dinyatakan valid dari 33 pertanyaan.
pada satuan perangkat daerah Kota Bandung, yaitu Berikut ini hasil uji validitas untuk variabel kinerja
Dinas Pemakaman & Pertamanan (Jalan Ambon (Y):
No.1A); Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil
150
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
Tabel 7
Hasil Uji Reliabilitas Kontrakbilitas (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
Alpha disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas.
.889 5 Hal ini dapat terlihat dari nilai tolerance yang lebih
besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10.
Tabel 8
Hasil Uji Reliabilitas Kinerja (Y) Hasil Uji Heterokedastisitas
Peneliti menggunakan gambar scatterplot untuk
Reliability Statistics menentukan apakah terdapat heterokedastisitas atau
Cronbach's N of Items tidak. Berdasarkan gambar 2 dapat terlihat bahwa
Alpha model penelitian terbebas dari heterokedastisitas
karena tidak membentuk pola tertentu. Berikut ini
.852 11
hasil gambar scatterplot yang diperoleh:
Berdasarkan semua data diatas, maka semua variabel
dinyatakan reliabel. Untuk variabel X1, X2, X3, dan
Y dinyatakan reliabel karena hasilnya menunjukkan
nilai cronbach’s alpha di atas 0,60.
151
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
Tabel 11
Hasil Uji Regresi Hipotesis 2
Model Summaryb
Model R R Adjusted Std.
Squa R Square Error of
re the
Estimat
e
Gambar 2 .045a 0.00 -0.017 5.459
Hasil Uji Heterokedastisitas 1 2
a. Predictors: (Constant), X2
b. Dependent Variable: Y
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Pengaruh Sistem Penilaian Kinerja ANOVAa
Berorientasi Insentif terhadap Kinerja PNS SKPD Model Sum of d Mea F Sig.
di Kota Bandung Square f n
Berikut ini hasil pengujian hipotesis Sistem penilaian s Squa
kinerja berorientasi insentif (X1) terhadap kinerja (Y) re
: Regressi 3.121 1 3.12 0.10 .74
on 1 5 8b
Tabel 10 1549.6 5 29.8
Hasil Uji Regresi Hipotesis 1 Residual 33 2 01
1552.7 5
1 Total 53 3
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2
Coefficientsa
Model Unstandard Standard t Sig
ized ized .
Coefficient Coeffici
s ents
B Std. Beta
Err
or
(Const 36.4 1.7 21.1 0
ant) 36 24 34
0.18 0.5 0.045 0.32 0.7
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat 1 X2 4 69 4 48
bahwa nilai signifikansi sebesar 0,044 < 0,05 a. Dependent Variable: Y
sehingga hipotesis diterima, berarti sistem penilaian
kinerja berorientasi insentif berpengaruh terhadap
kinerja PNS SKPD di Kota Bandung. Sistem Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa nilai
penilaian kinerja berorientasi insentif berpengaruh signifikansi sebesar 0,748 > 0,05 sehingga hipotesis
sebesar 7,6% terhadap kinerja PNS SKPD di Kota ditolak, berarti sistem penilaian kinerja berorientasi
Bandung, sisanya faktor lain yang mempengaruhi eksplorasi tidak berpengaruh terhadap kinerja PNS
kineja PNS SKPD di Kota Bandung. SKPD di Kota Bandung.
Hasil Uji Pengaruh Sistem Penilaian Kinerja
Berorientasi Eksplorasi terhadap Kinerja PNS
SKPD di Kota Bandung
Hasil Uji Pengaruh Sistem Penilaian Kinerja kinerja PNS SKPD di Kota Bandung yang dimediasi
Berorientasi Insentif terhadap Kinerja PNS oleh variabel kontrakbilitas. Sistem penilaian kinerja
SKPD di Kota Bandung yang dimediasi variabel berorientasi insentif yang dimediasi kontrakbilitas
Kontrakbilitas berpengaruh 9,9 % terhadap kinerja PNS SKPD di
Kota Bandung, sisanya kinerja PNS SKPD di Kota
Bandung dipengaruhi oleh faktor lain.
Berikut ini hasil pengujian hipotesis Sistem penilaian
kinerja berorientasi insentif (X1) terhadap kinerja Hasil Uji Pengaruh Sistem Penilaian Kinerja
(Y) yang dimediasi oleh kontrakbilitas : Berorientasi Eksplorasi terhadap Kinerja PNS
SKPD di Kota Bandung yang dimediasi oleh
Tabel 12 Kontrakbilitas
Hasil Uji Regresi Hipotesis 3 Berikut ini hasil pengujian hipotesis Sistem penilaian
kinerja berorientasi eksplorasi (X2) terhadap kinerja
Model Summaryb (Y) yang dimediasi oleh kontrakbilitas :
Model R R Adjusted Std.
Square R Square Error of Tabel 13.
the Hasil Uji Regresi Hipotesis 4
Estimate
1 .314a .099 .081 5.18807 Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), X1xX3 Model R R Adjusted R Std. Error of
b. Dependent Variable: Y Square Square the Estimate
Coefficientsa
Model Unstandardized Standar t Sig. Coefficientsa
Coefficients dized Model Unstandardized Standa t Sig.
Coeffic Coefficients rdized
Coeffi
ients
cients
B Std. Beta
B Std. Beta
Error Error
(Con 32.347 2.051 15.7 .000 35.44 1.271 27.88 0
stant) 72 Constant 8 3
1 0.05 0.035 0.195 1.432 0.158
X1x .028 .012 .314 2.38 .021 1 X2xX3
X3 5 a. Dependent Variable: Y
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat
bahwa nilai signifikansi sebesar 0,158 > 0,05
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat sehingga hipotesis ditolak, berarti tidak ada pengaruh
bahwa nilai signifikansi sebesar 0,021 < 0,05 sistem penilaian kinerja berorientasi eksplorasi
sehingga hipotesis diterima, berarti terdapat pengaruh terhadap kinerja PNS SKPD di Kota Bandung yang
sistem penilaian kinerja berorientasi insentif terhadap dimediasi oleh variabel kontrakbilitas.
153
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
Daftar Pustaka
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pengujian hipotesis diatas, dapat Agustina, Vina dan Yoestini. 2012. Analisis
disimpulkan bahwa sistem penilaian kinerja Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kepuasan
berorientasi insentif berpengaruh terhadap kinerja Pelanggan, dan Nilai Pelanggan dalam
PNS SKPD di Kota Bandung, baik dimediasi oleh Meningkatkan Loyalitas Pelanggan
kontrakbilitas ataupun tidak. Hasil pengujian ini Joglosemar Bus. Diponegoro Journal of
sejalan dengan penelitian Speklé dan Verbeeten Management. Vol 1, No.1, hal. 1-11.
(2013) yang menunjukkan bahwa contractibility Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 2014.
memoderasi hubungan antara penggunaan insentif Inspektorat Kota Bandung.
berorientasi sistem pengukuran kinerja. www.inspektorat.bandung.go.id.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kecamatan Rancasari. 2014.
Lie Liana. 2009. Penggunaan MRA dengan SPSS
Simpulan dan Saran untuk Menguji Pengaruh Variabel Moderating
terhadap Hubungan antara Variabel
Simpulan Independen dan Variabel Dependen. Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas di bab Teknologi Informasi DINAMIK Vol.2. Juli
empat, maka peneliti membuat kesimpulan sebagai 2009. pp. 90-97.
berikut: Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate
1. Sistem penilaian kinerja berorientasi insentif dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS
berpengaruh terhadap kinerja PNS SKPD di Regresi. Cetakan Ketujuh. Semarang: Badan
Kota Bandung. Besarnya pengaruh kinerja Penerbit Universitas Diponegoro.
berorientasi insentif terhadap kinerja PNS Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Zanafa
SKPD di Kota Bandung sebesar 7,6%. Publishing. Pekanbaru. https://id.wikipedia.org/
2. Sistem penilaian kinerja berorientasi wiki/Pengukuran_kinerja.
eksplorasi tidak berpengaruh terhadap Priyanto, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS.
kinerja PNS SKPD di Kota Bandung. Mediakom. Yogyakarta.
3. Terdapat pengaruh antara sistem penilaian Spekle, Roland F. and Frank H.M. Verbeeten. 2014.
kinerja berorientasi insentif terhadap kinerja The Use of Performance Measurement
PNS SKPD di Kota Bandung yang dimediasi Systems in The Public Sector: Effects on
oleh variabel contractibility. Besarnya Performance. Management Accounting
pengaruh penilaian kinerja berorientasi Research. Volume 12, Issue 2, June 2014,
insentif yang dimediasi kontrakbilitas Pages 131-146.
terhadap kinerja PNS SKPD di Kota Speklé dan Verbeeten. 2013. The use of performance
Bandung sebesar 9,9 %. measurement systems in the public sector:
4. Tidak terdapat pengaruh antara sistem Effects on performance, Management
penilaian kinerja berorientasi eksplorasi Accounting Research, 507, 1-16.
terhadap kinerja PNS SKPD di Kota Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung yang dimediasi oleh variabel Alfabeta. Bandung.
contractibility. Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Saran Sunjoyo, dkk. 2013. Aplikasi SPP Untuk Smart
Peneliti menemukan beberapa keterbatasan dalam Riset. Alfabeta. Bandung.
melakukan penelitian, sehingga peneliti Sutrisno, Prihatin. 2007. Sistem Pengukuran dan
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: Penilaian Kinerja Karyawan Dalam
1. Jumlah sampel sebaiknya diperluas di Menjalankan Tugas dan Kewajibannya.
beberapa SKPD di Kota Bandung. Bandung.
Keterbatasan jumlah sampel PNS SKPD di Robert D. Behn 2003. Why measure Performance?
Kota Bandung yang diperoleh peneliti, Different Purposes Require Different
sehingga mempengaruhi hasil pengolahan Measures.
data peneliti. Yunus, Dalifah. 2012. Pengaruh Kinerja Guru
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah Terhadap Kualitas Pembelajaran IPA SMP
variabel lain yang mempengaruhi kinerja di Kabupaten Belitung Timur. Jakarta.
PNS SKPD di Kota Bandung, selain
penilaian kinerja berorientasi insentif,
penilaian kinerja berorientasi eksplorasi,
maupun kontrakbilitas.
154
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
155
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
156
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Vol. 9 No. 2, November 2017 : 146 – 157
157