Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya, promosi kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok ataupun
individu yang bertujuan agar masyarakat, kelompok ataupun individu tersebut
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan dapat
berpengaruh terhadap perilakunya. Untuk itu, pelaksana promosi kesehatan
memerlukan pengetahuan yang baik mengenai metode penyampaian pesan
kesehatan, alat bantu pendidikan kesehatan dan teknik penyampaian serta
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan tersebut
(Notoatmodjo, 2005). Oleh karena pentingnya promosi kesehatan yang harus
dilakukan oleh Puskesmas, maka hal ini menarik minat penulis untuk
menyusun makalah dengan judul “Promosi Kesehatan Puskesmas.”
1. Pemberdayaan
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan
bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung
tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat
dibedakan adanya :
a. pemberdayaan individu
b. pemberdayaan keluarga
c. pemberdayaan kelompok/masyarakat.
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya
diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang klien
yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu
merupakan masalah, maka klien tersebut tidak akan bersedia menerima
informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien telah menyadari masalah yang
dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih
lanjut tentang masalah yang bersangkutan.
2. Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di
rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-
orang yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung
perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses
pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari
fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana.
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan
dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,
keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan
kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan
lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu :
a. Kesetaraan
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.
Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-
masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk
sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang
dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudian
dibentuk struktur hirarkhis (misalnya sebuah tim), adalah karena
kesepakatan.
b. Keterbukaan
Oleh karena itu, di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran
dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai
dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.
Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru
layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
“pertengkaran” tersebut.
c. Saling menguntungkan
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang
didapat oleh semua pihak yang terlibat. Program promosi kesehatan dan
kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat dirumuskan
keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak langsung)
bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis, bila
mungkin.
5. Pendekatan keagamaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat
penyembuhan penyakit dapat pula dilakukan dengan pendekatan
keagamaan. Dalam hal ini para petuugas kesehatan baik dengan upaya
sendiri ataupun dengan dibandu pemuka agama, mengajak pasien
untuk melakukan pembacaan doa-doa. Rujukan terhadap kitab suci
untuk memperkuat nasihat biasanya dilakukan, sehingga pasien pun
merasa lebih yakin akan kebenaran perilaku yang harus
dilaksanakannya untuk mempercepat penyembuhan penyakitnya.
Acara keagamaan ini dapat pula dilakukan secara personal ataupun
berkelompok. Juga dapat melibatkan keluarga dan teman-teman
pasien. Frekuensinya bisa seminggu sekali, sebulan dua kali atau
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
e. Di laboratorium
Di laboratorium, selain dapat dijumpai pasien, juga
individu/pengunjung (orang sehat), dan para pengantarnya. Kesadaran
yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah pentingnya melakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu bagi pasien adalah untuk ketepatan
diagnosis yang dilakukan oleh dokter, bagi pengunjung yang sehat lainnya
adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk
tetap sehat.
Pada umumnya pasien atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama
di laboratorium. Oleh karena itu, di kawasan ini sebaiknya dilakukan
promosi kesehatan dengan media yang bersifat swalayan seperti poster
yang dapat dibaca atau leaflets yang dapat diambil gratis.
f. Di Kamar Obat
Di kamar obat juga dapat dijumpai baik pasien/individu, keluarga
atau pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka
adalah tentang 1) manfaat obat generik dan keuntungannya jika
menggunakan obat generik, 2) kedisiplinan dan kesabaran dalam
menggunakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter, 3) pentingnya
memelihara taman obat keluarga (TOGA) dalam rangka memenuhi
kebutuhan akan obat-obatan sederhana.
Disamping dipasang poster dan disediakan leaflet tentang
informasi kesehatan, di tempat ini dapat dioperasikan tape recorder/player
yang menyampaikan pesan-pesan tersebut.
g. Di tempat pembayaran
Sebelum pulang, pasien rawat inap yang sudah sembuh atau
kerabatnya harus singgah ditempat pembayaran. Di ruang perpisahan ini
hendaknya tetap menyampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan,
semoga semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa
kapanpun kelak pasien membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu
untuk datang lagi ke puskesmas. Mereka juga diingatkan kembali untuk
menjaga dan mempromosikan kesehatan dilingkungannya.
h. Di Klinik Khusus
Klinik khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya
promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas. Khususnya untuk
pelayanan yang perlu mendapat tambahan dalam hal promosi
kesehatannya. Biasanya karena pasien terlalu banyak sedangkan petugas
kesehatan yang melayani terbatas atau karena pasien dan keluarganya
memang memerlukan informasi/konsultasi khusus misalnya tentang
sanitasi/kesehatan lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS,
dan lain-lain. Dalam hal ini beberapa puskesmas mengembangkan klinik-
klinik khusus sebagai upaya inovasi seperti Klinik Gizi, klinik sanitasi,
klinik konsultasi remaja dan lain-lain.
Kegiatan promosi kesehatan yang diselenggarakan di klinik-klinik
khusus ini umumnya adalah berupa layanan konseling. Umumnya
pelayanan di sini berupa membantu upaya pemecahan masalah yang
dirujuk dari poliklinik atau pelayanan KIA & KB.
Beberapa prinsip pemberian informasi melalui konseling kepada
pasien/individu yang perlu diperhatikan dan dipraktikan oleh petugas
kesehatan puskesmas adalah 1) memberikan suasana gembira dan
semangat hidup, 2) menghargai pasien/klien sepenuh hati, 3) melihat
pasien/individu sebagai subyek, 4) mengembangkan dialog yang
menyentuh perasaan, 5) memberikan keteladanan.
i. Di Halaman
Di halaman puskesmas, yaitu di tempat parkir, taman, dinding,
pagar, kantin/kios dan tempat ibadah dapat dilakukan promosi kesehatan.
1. Di tempat parkir puskesmas
Tempat parkir puskesmas biasanya berupa lapangan parkir,
sebaiknya dilakujkan promosi kesehatan bersifat umum.
Misalnya tentang pentingnya melaksanakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), seruan presidden tentang kesehatan,
himbauan untuk menggunakan obat generik berlogo, bahaya
merokok, bahaya mengkonsumsi minuman keras, bahaya
menyalahgunakan napza dll.
Pesan-pesan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk
baliho di sudut lapangan parkir. Pengaturan dalam pemasangan
media komunikasi ini harus dilakukan dengan konsultasi
kepada ahlinya, sehingga mudah ditangkap oleh mereka yang
berada dilapangan parkir, tanpa merusak keindahan lapangan
tersebut.
2. Di taman puskesmas
Puskesmas pada umumnya memiliki taman, baik di
halaman depan, di sekeliling, atau pun dibelakang gedung
puskesmas. Taman-taman ini digunakan sebagai sarana
memperkenalkan tanaman yang berkhasiat obat. Di taman
puskesmas sekaligus ditunjukkan jenis-jenis tanaman dengan
kandungan gizinya, bahkan dapat ditampilkan berbagai hewan
sumber protein hewani, seperti ikan, unggas, kelinci dll.
3. Di dinding Puskesmas
Di dinding puskesmas dapat ditampilkan pesan-pesan
promosi kesehatan misalnya dalam bentuk poster. Namun
demikian, agar penampilan pesan ini tidak merusak keindahan
gedung atau ruangan puskesmas disarankan tidak banyak
memasang poster di dinding.
4. Di pagar pembatas kawasan puskesmas
Pada saat-saat tertentu, misalnya kampanye hari kesehatan
nasional, hari AIDS, dll di pagar pembatas sekeliling kawasan
puskesmas, khususnya yang berbatasan dengan jalan dapat
dipasang spanduk-spanduk.
5. Di kantin/kios kawasan puskesmas
Kantin/kios dapat dimanfaatkan untuk promosi kesehatan.
Pesan-pesan yang ditampilkan disesuaikan dengan fungsi
sarana, misalnya ditampilkan pesan yang berkaitan dengan
konsumsi gizi seimbang, di kios bacaan ditampilkan tentang
bagaimana membaca secara sehat dsb. Bentuk media
komunikasi yang cocok adalah poster, dan leaflet, yang dapat
diambil secara gratis
6. Di tempat ibadah
Pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat dilakukan
dengan pemasangan poster, penyediaan leaflet, brosus atau
selebaran. Pesan sebaiknya berupa pesan-pesan untuk
kesehatan jiwa dan pentingnya menjaga kebersihan/kesehatan
lingkungan.
MUSYAWARAH KERJA
Musyawarah Kerja yang diikuti oleh seluruh petugas/karyawan Puskesmas,
diselenggarakan sebagai tindak lanjut Survei Mawas Diri, sehingga masih menjadi
tugas fasilitator untuk mengawalnya. Dalam rangka pembinaan PHBS di
Puskesmas, Musyawarah Kerja bertujuan:
- Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih
dan kemungkinan akan diderita/dihadapi pasien/ pengunjung serta
langkah-langkah untuk mengatasi dan mencegahnya.
- Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalahmasalah kesehatan
yang hendak ditangani.
- Mencapai kesepakatan tentang pokja-pokja yang hendak dibentuk baru
atau diaktifkan kembali, jika diperlukan.
- Memantapkan data/informasi tentang potensi Puskesmas serta
bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber
bantuan/dukungan tersebut.
- Menggalang semangat dan partisipasi seluruh petugas/karyawan untuk
mendukung pembinaan PHBS di Puskesmas.
PERENCANAAN PARTISIPATIF
Setelah diperolehnya kesepakatan, fasilitator mengadakan pertemuan-
pertemuan secara intensif dengan petugas kesehatan guna menyusun rencana
pemberdayaan pasien dalam tugas masing-masing. Pembuatan rencana dengan
menggunakan tabel berikut:
No Perilaku yang PHBS yang di Pesan Peluang Metode
ada harapkan dan Media
Di luar itu, fasilitator juga menyusun rencana bina suasana yang akan
dilakukannya di Puskesmas, baik dengan pemanfaatan media maupun dengan
memanfaatkan pemuka/tokoh. Untuk bina suasana dengan memanfaatkan
pemuka/tokoh digunakan tabel berikut.
No Dukungan yang Pihak yang diadvokasi Pesan advokasi
diharapkan yang disampaikan
PELAKSANAAN KEGIATAN
Segera setelah itu, kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya
operasional seperti pemberdayaan pasien/pengunjung dan advokasi dapat
dilaksanakan. Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan dana dilakukan
jika sudah tersedia dana, apakah itu dana dari Puskesmas, dari pihak donatur atau
dari pemerintah. Pembinaan PHBS di Puskesmas dilaksanakan dengan
pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana dan advokasi.
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan dilaksanakan oleh para petugas kesehatan
yang melayani pasien/pengunjung (dokter kecil, perawat, bidan,
laboran, penata rontgen, apoteker, dan lain-lain). Pemberdayaan
dilaksanakan di berbagai kesempatan, terintegrasi dalam pelayanan
masing-masing petugas kesehatan kepada pasien/pengunjung.
b. Bina Suasana
Bina suasana di Puskesmas selain dilakukan oleh fasilitator,
juga oleh pemuka/tokoh yang diundang untuk menyampaikan
pesan-pesan. Para pemuka/tokoh berperan sebagai
motivator/kelompok pendorong (pressure group) dan juga panutan
dalam mempraktikkan PHBS di Puskesmas.
Bina suasana juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan
media seperti billboard di halaman, poster di dinding ruangan,
pertunjukan film, pemuatan makalah/berita di majalah dinding,
serta penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama
atau figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk
taman obat/taman gizi dan lain-lain.
c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dan Kepala Puskesmas
terhadap pembuat kebijakan dan pemuka/tokoh masyarakat agar
mereka berperanserta dalam kegiatan pembinaan PHBS di
Puskesmas.
Para pembuat kebijakan misalnya, harus memberikan
dukungan kebijakan/pengaturan dan menyediakan sarana agar
PHBS di Puskesmas dapat dipraktikkan. Para pemuka/tokoh
masyarakat diharapkan untuk ikut serta melakukan motivasi
terhadap pasien/pengunjung institusi kesehatan, berperan sebagai
kelompok pendorong dan berperilaku sebagai panutan dalam hal
PHBS di Puskesmas. Advokasi juga dilakukan terhadap para
penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu
upaya pembinaan PHBS di Puskesmas.
3. Abstrak
Penulisan abstrak terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, metode
penelitian, hasil penelitian dan kesimpulan serta keywords. Jumlah kata
dalam abstrak adalah 322 kata. Secara keseluruhan abstrak memiliki nilai
informatif.
4. Pendahuluan
Pada pendahuluan terdapat latar belakang, permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitian. Pendahuluan didukung oleh sumber pustaka yang kuat
dan relevan. Pada pendahuluan dijelaskan bahwa pekerja merupakan salah
satu kelompok yang berisiko tertular HIV melalui penyalahgunaan
narkoba. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) dari tahun 2001
hingga november 2006 ada sebanyak 69,59% adalah pekerja dengan
52,97% nya adalah pekerja swasta. Untuk mencegah penularan HIV pada
pekerja perlu dilakukan upaya pencegahan yang terfokus untuk mencegah
prilaku beresiko HIV/AIDS yaitu penyalahgunaan narkoba. Promosi
kesehatan perlu dilakukan di tempat kerja untuk menyebarkan informasi
pencegahan narkoba pada pekerja. Promosi kesehatan tidak dapat lepas
dari media sebagai penyampai pesan. Media promosi kesehatan yang tepat
dapat mempermudah pemahaman sehingga sasaran dapat memutuskan
untuk mengadopsi prilaku positif yang disampaikan.
Dalam promosi kesehatan untuk pekerja tentunya harus menggunakan
media yang sesuai dengan keinginan dan karakter pekerja tersebut. Alasan
penelitian ini adalah untuk mengembangkan media promosi kesehatan
sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS dengan tema kepedulian sesama
pekerja dalam pencegahan penyalahgunaan narkona pada pekerja sektor
swasta formal.
5. Metodologi
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan melalui dua
tahap, yaitu tahap identifikasi kebutuhan media dan tahap pengembangan
media. Literatur review digunakan sebagai metode untuk identifikasi
kebutuhan media dan dilanjutkan dengan pengembangan media promosi
kesehatan. Pengembangan media promosi kesehatan dimulai dengan
pengembangan konsep awal, perancangan produk media, pre-test dengan
metode expert review dan pembuatan produk media.
6. Hasil
Berdasarkan hasil review dapat diketahui bahwa media poster dan film
adalah media informasi yang sesuai dengan kebutuhan pekerja dalam
merubah prilaku pekerja untuk peduli dalam pencegahan Narkoba
ditempat kerja terkait penularan HIV/AIDS, karena telah dirancang sesuai
dengan karakteristik dan keinginan pekerja.
Poster diharapkan dapat memiliki pesan yang sederhana dan langsung
pada tujuan, gambar yang menarik dan mendukung serta warna yang cerah
dan jelas. Sebaiknya poster memberikan pesan mengenai fakta yang tepat
dan menstimulasi emosi agar dapat mengenai sasaran dan mudah diingat.
Perlu diperhatikan pula bentuk, ukuran dan proporsi poster.
Media audiovisual mampu menimbulkan dampak yang kuat dengan
tekanan pada dua indra sekaligus yakni pengelihatan dan pendengaran.
Media film perlu memperhatikan latar belakang yang realistis, membuat
konflik yang tajam, pengambilan gambar yang menarik dan memasukkan
nilai nilai agama, sosial maupun budaya yang sesuai pada daerah sekitar
serta latar belakang musik pengiring film yang tepat. Perlunya disesuaikan
pesan moral pada film dengan karakter dan selera sasaran.
Media promosi tersebut diharapkan dapat diletakkan pada tempat yang
tepat dan strategis.
7. Pembahasan
Semua hal yang relevan dibahas pada pembahasan. Hal yang dikemukakan
pada hasil tidak sering diulang. Pembahasan dilakukan dengan
menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian, teori dan hasil
penelitian terdahulu. Terdapat pembahasan mengenai keterbatasan
penelitian, dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil.
8. Penutup
Kesimpulan didasarkan pada data penelitian. Kesimpulan tersebut sahih.
Dibagian akhir penutup tidak dikemukakan saran, namun pada akhir
abstrak disarankan agar selanjutnya dilakukan intervensi dan evaluasi..
9. Daftar Pustaka
Daftar pustaka telah disusun sesuai dengan aturan jurnal dan semua yang
tertulis pada daftar pustaka tertera pada naskah.
B. Importance
Penelitian ini penting mengingat peran promosi kesehatan sebagai
pencegahan penyakit di masyarakat dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media yang
membantu menyampaikan pesan pesan promosi kesehatan. Media promosi
kesehatan haruslah disesuaikan dengan sasaran dan pesan yang ingin
disampaikan. Pemilihan media promosi dan pengembangan media promosi
haruslah memperhatikan beberapa aspek penting. Dalam penelitian ini,
dapat diketahui pemilihan media promosi yang tepat sesuai sasaran dan hal
yang perlu di perhatikan dalam pengembangan media promosi. Sehingga
diharapkan, pesan pesan dalam promosi kesehatan dapat tersampaikan
dengan baik dan dapat menginisiasi sasaran untuk mengadopsi prilaku
positif yang disampaikan.
C. Applicability
Penelitin ini dasarkan pada penggunaan promosi kesehatan pada
pencegahan penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia.
Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan acuan dalam memilih media
yang tepat dalam promosi kesehatan dan hal hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan media promosi kesehatan yang disesuaikan dengan
sasaran promosi kesehatan di masyarakat.
BAB III
SIMPULAN