Vous êtes sur la page 1sur 6

JURNAL KEBIDANAN

Vol 2, No 1, Januari 2016 : 1-6

ANALISA KADAR TABLET ANTASIDA DI BEBERAPA APOTEK


KOTA BANDAR LAMPUNG SECARA ALKALIMETRI

Ade Maria Ulfa(1)

ABSTRAK

Titrimetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang berkaitan dengan pengukuran volume
suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan zat yang akan
ditetapkan. Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa asam yang
direaksikan dengan larutan baku bersifat basa. Antasida merupakan obat yang dapat digunakan untuk
mengatasi gangguan lambung akibat dari produksi asam lambung yang berlebih. Kandungan zat
aktifnya adalah campuran dari magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida yang merupakan basa
lemah sehingga bereaksi dengan asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar tablet
antasida di beberapa Apotek di Kota Bandar Lampung dengan melihat batas kadaluarsa memenuhi
persyaratan USP30_NF25 yaitu antara 90,0%-110% dari jumlah yang tertera pada etiket. Metode yang
digunakan alkalimetri dengan teknik titrasi kembali yaitu sampel ditambahkan asam secara berlebih
supaya bereaksi dengan antasida dan kelebihan asam dititrasi menggunakan natrium hidroksida
dengan larutan fenolftalein sebagai indikator. Penelitian ini hanya dibatasi pada tablet antasida generik
yang dikemas dalam botol isi 1000 tablet dan didapatkan sampel sebanyak 15. Dari hasil diperoleh
semua sampel 100% memenuhi syarat The United States Pharmacopeia (USP) 2007 yaitu dengan
kadar 90,0%-110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Kata Kunci : Antasida, alkalimetri

PENDAHULUAN kondisi normal, asam diperlukan untuk


Seiring dengan kemajuan teknologi membantu pencernaan dalam mengolah
dan perubahan pola hidup masyarakat yang makanan yang kita makan. Namun, produksi
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, asam di lambung dapat lebih besar dari yang
maka berkembangnya penyakit di masyarakat dibutuhkan bila pola hidup kita tidak teratur
tidak dapat dielakkan lagi. Salah satu penyakit dan sehat.(15)
yang sering dialami oleh masyarakat adalah Salah satu obat yang digunakan untuk
penyakit maag. Hasil survei yang dilakukan mengobati sakit maag adalah antasida.
oleh dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD yang Antasida adalah obat yang mengandung
melibatkan hampir 7000 masyarakat Indonesia bahan–bahan yang efektif menetralkan asam di
dengan sakit maag, diketahui bahwa 85% lambung dan tidak diserap ke dalam tubuh
menderita sakit maag fungsional dan 15% sehingga cukup aman digunakan (sesuai
maag organik, serta menurut Riset yang anjuran pakai). Penggunaan antasida bertujuan
dilakukan oleh Brain & Co dan Kalbe Farma untuk meredakan gejala mual-mual, perih,
pada tahun 2007 menunjukkan warga di kembung atau melilit akibat penyakit iritasi
Jakarta menderita sakit maag. Sekitar 80% lambung. Antasida umumnya mengandung
penyakit maag termasuk jenis fungsional senyawa yang dapat menetralkan asam
maksudnya, tidak ada kelainan pada saluran lambung, sehingga mengurangi derajat
cerna, namun disebabkan oleh stres, kurang keasaman lambung.(2)
tidur, beban pekerjaan, juga makan tidak Menurut data statistik yang
teratur. Sisanya 20% termasuk organik, yaitu dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
ada kelainan pada organ pencernaan, seperti tahun 2014, sekitar 27,60% penduduk
luka pada lambung atau tenggorokan. Lampung berobat ke sarana pelayanan
Sakit Maag adalah sakit yang kesehatan dan 85% dari jumlah tersebut adalah
ditimbulkan oleh kelebihan asam yang penderita penyakit maag. Oleh sebab itu,
diproduksi oleh lambung yang menyebabkan ketersediaan obat antasida yang memenuhi
iritasi di selaput lendir lambung. Dalam persyaratan kualitas amat diperlukan di apotek

1) Dosen AKAFARMA Universitas Malahayati


2 Ade Maria Ulfa

sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS di Kota
yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk Bandar lampung
mewujudkan harapan pasien dalam b. Sampel
mendapatkan kesembuhan. Sampel pada penelitian ini didapatkan
Pada penelitian ini menggunakan sebanyak 15 sampel yaitu
metode Alkalimetri. Alkalimetri merupakan A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O dengan
suatu metode volumetrik dengan prinsip reaksi batas kadaluarsa yang berbeda
penetralan asam basa. Alkalimetri adalah
penetapan kadar senyawa-senyawa yang Prosedur Penelitian
bersifat basa dengan menggunakan baku asam. a. Persiapan alat
Magnesium hidroksida dan Alumunium Alat yang akan digunakan harus dalam
hidroksida bersifat basa lemah yang dapat keadaan bersih dan kering.
dititrasi dengan larutan standar yang bersifat b. Persiapan sampel
basa kuat. Pada penetapan kadar ini 1. Timbang sampel satu per satu secara
menggunakan metode alkalimetri secara tidak kuantitatif tidak kurang dari 20 tablet
langsung. Alkalimetri secara tidak langsung setiap sampel.
yaitu kelebihan asam klorida dititrasi dengan 2. Kemudian serbukan hingga halus secara
natrium hidroksida dimana untuk melihat titik hati-hati.
akhir titrasinya indikator yang dipakai adalah 3. Ambil dan timbang serbuk setara 6 g
fenolftalein, karena jangkauan pH dari antasida
fenolftalein adalah 8,0 – 9,6 ditujukkan dengan c. Pelaksanaan Uji secara kualitatif
adanya perubahan warna dari tidak berwarna a. Identifikasi Magnesium Hidroksida
sampai warna merah muda. Larutan standar (DepKes, 1995)
yang digunakan pada titrasi Alkalimetri ini 1. Larutkan 500 mg dalam 10 ml asam
adalah Natrium Hidroksida. Indikator klorida 3N ditambah ammonium
diperlukan dalam metode ini untuk hidroksida 6N terbentuk endapan gel
menentukan titik akhir titrasi. Untuk asam- putih, tidak larut dengan penambahan
asam lemah dengan larutan standar basa kuat ammonium hidroksida (Larutan Uji).
pH titik kesetaraan terletak di atas 7.(1) (DepKes, 1995)
2. Dipipet 2 ml larutan uji ditambah
METODOLOGI PENELITIAN beberapa tetes reagnesia ammonium
Alat dan bahan terbentuk endapan putih penambahan
a. Alat: reagnesia berlebih endapan dapat
Buret 50 ml, erlenmeyer 100 ml, pipet larut. (Reagen A)
ukur 5 ml, 10 ml, 25 ml 3. Dipipet 2 ml larutan uji ditambah
Labu takar 100 ml, 250 ml, dan 500 ml, beberapa tetes reagnesia natrium
Gelas ukur, Balp, Pipet tetes, Mortir dan hidroksida terbentuk endapan putih.
stamper, pH stick, Tabung pereaksi, Kaca Penambahan reagnesia berlebih
arloji,Timbangan analitik, Beaker gelas 100 endapan dapat larut. (Reagen B)
ml, 250 ml, 500 ml, Pengaduk magnetic 4. Dipipet 2 ml larutan uji ditambah
b. Bahan : beberapa tetes reagnesia natrium
Sampel antasida, Air bebas CO2,Etanol, karbonat terbentuk endapan putih
Asam klorida 2 N, Indikator Fenolftalein, endapan melarut pada reagnesia
Natrium hidroksida 1N, Kalium Biftalat, berlebih (Reagen C) ( Vogel I
Asam klorida 3 N, Ammonium Hidroksida kualitatif )
6 N, Natrium Karbonat, Asam klorida 2 M, b. Identifikasi Aluminium Hidroksida (
Natrium Hidroksida 0,2 M, Amonium Vogel I kualitatif )
Asetat 10 M, Amonium Karbonat 1. Larutkan endapan Aluminium
Amoniakal, Aluminon hidroksida dalam 2 ml asam klorida
2M, tambahkan 1 ml larutan
Subjek Penelitian ammonium asetat 10M dan 2 ml
a. Populasi reagnesia aluminon 0,1% kocok,
Populasi pada penelitian ini adalah sediaan diamkan selama 5 menit, dan
tablet antasida 400 mg dalam botol tambahkan larutan ammonium
kemasan besar dari 1000 tablet di apotek karbonat amonikal berlebih untuk

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 1, Januari 2016


Analisa Kadar Tablet Antasida Di Beberapa Apotek Kota Bandar Lampung Secara Alkalimetri 3

menghilangkan zat pewar na yang 4. Hitung normalitas


berlebihan terbentuk endapan atau 1 ml HCl 1N setara dengan 52,99 mg
pewar naan yang merah-terang. natrium karbonat anhidrat P
(Larutan Uji) c. Pelaksanaan pengujian penetapan kadar
2. Dipipet 2 ml larutan uji ditambah antasida (USP_NF 2007)
beberapa tetes reagnesia ammonium 1. Timbang dan serbukkan tidak
terbentuk endapan putih. kurang dari 20 tablet.
Penambahan reagnesia berlebih 2. Timbang serbuk setara 6 g antasida,
endapan dapat larut. (Reagen A) masukkan dalam Erlenmeyer 250
3. Dipipet 2 ml larutan uji ditambah ml.
beberapa tetes reagnesia natrium 3. Tambahkan 100 ml asam klorida
hidroksida terbentuk endapan putih. 2N.
Penambahan reagnesia berlebih 4. Aduk dengan cara mekanis selama
endapan dapat larut. (Reagen B) 30 menit.
4. Dipipet 2 ml larutan uji ditambah 5. Tambah 2 tetes indikator
beberapa tetes reagnesia ammonium fenolftalein.
sulfida tebentuk endapan putih. 1 Titrasi kelebihan asam dengan
(Reagen C) Natrium hidroksida 1 N dengan pH
5. Dipipet 2 ml larutan uji ditambah 3,0 ml NaOH 1N setara dengan
beberapa tetes reagnesia natrium 103,3 mg Al5Mg10(OH)31(SO4)2
karbonat terbentuk endapan putih.
Endapan melarut pada reagnesia Pengolahan Data
berlebih. (Reagen D) Pengerjaan dilakukan secara duplo dengan
d. Pelaksanaan Uji secara kuantitatif menggunakan rumus yaitu:
a. Pelaksanaan standarisasi Natrium a. Perhitungan standarisasi Natrium
hidroksida 1N dengan kalium biftalat P. hidroksida
(Depkes, 1995) N = mg sampel x N NaOH .
1. Timbang seksama lebih kurang 500 ~ mg sampel x volume titran
mg kalium biftalat P yang
sebelumnya telah dihaluskan dan b. Perhitungan penetapan kadar
dikeringkan pada suhu 120 0C selama % = ( V HCl x N HCl ) – ( V NaOH X N NaOH ) x ~ mg sampel x Br x100%
~ N x mg sampel x Ke
2 jam. Keterangan :
2. Larutkan dalam 75 ml air bebas V = volume titran yang didapat
karbon dioksida P. N NaOH = normalitas yang didapat dari
3. Tambah 2 tetes indikator fenolftalein standarisasi NaOH
LP. N HCl = normalitas yang didapat dari
4. Titrasi dengan natrium hidroksida 1N standarisasi HCl
hingga terjadi warna merah muda N = normalitas titran
konstan. ~mg sampel = kesetaraan sampel
1 ml natrium hidroksida 1N setara mg sampel = berat sampel
dengan 204,2 mg KHP Br = bobot rata – rata
b. Pelaksanaan standarisasi asam klorida Ke = kadar etiket
1N dengan natrium karbonat anhidrat P.
( Ekstrak Farmakope ) Analisa Data
1. Timbang seksama lebih kurang 1,5 % = jumlah sampel yang tidak memenuhi persyaratan x 100%
gram baku primer natrium karbonat Jumlah total sampel yang diperiksa
anhidrat P yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 2700C selama 1 HASIL PENELITIAN DAN
jam PEMBAHASAN
2. Larutkan dalam 25 ml air.
3. Titrasi dengan larutan asam klorida Hasil
menggunakan indikator jingga metil 1. Analisa kualitatif
LP. a. Magnesium hidroksida

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 1, Januari 2016


4 Ade Maria Ulfa

Tabel 1. Keterangan :
Hasil Kualitatif Magnesium Hidroksida Pereaksi :
Dalam Tablet Antasida A. Larutan sampel ditambah NaOH terbentuk
endapan putih, dengan penambahan
Pereaksi reagenesia berlebih endapan dapat larut
No Sampel
A B C
1 A Positif Positif Positif B. Larutan sampel ditambah ammonium
2. B Positif Positif Positif terbentuk endapan putih, dengan
3. C Positif Positif Positif penambahan reagenesia berlebih endapan
4. D Positif Positif Positif dapat larut
5. E Positif Positif Positif C. Larutan sampel ditambah Na2CO3
6. F Positif Positif Positif terbentuk endapan putih, endapan melarut
7. G Positif Positif Positif pada reagenesia berlebih.
8. H Positif Positif Positif
9. I Positif Positif Positif
10. J Positif Positif Positif
11. K Positif Positif Positif
12. L Positif Positif Positif
13. M Positif Positif Positif
14. N Positif Positif Positif
15. O Positif Positif Positif

b. Aluminium hidroksida
Tabel 2
Hasil Kualitatif Aluminium Hidroksida Dalam Tablet Antasida

Pereaksi
No Sampel
A B C D
1. A Positif Positif Positif Positif
2. B Positif Positif Positif Positif
3. C Positif Positif Positif Positif
4. D Positif Positif Positif Positif
5. E Positif Positif Positif Positif
6. F Positif Positif Positif Positif
7. G Positif Positif Positif Positif
8. H Positif Positif Positif Positif
9. I Positif Positif Positif Positif
10. J Positif Positif Positif Positif
11. K Positif Positif Positif Positif
12. L Positif Positif Positif Positif
13. M Positif Positif Positif Positif
14. N Positif Positif Positif Positif
15. O Positif Positif Positif Positif

Keterangan penambahan reagenesia berlebih endapan


Pereaksi : dapat larut
A. Larutan sampel ditambah NaOH terbentuk C. Larutan sampel ditambah ammonium
endapan putih, dengan penambahan sulfida terbentuk endapan putih.
reagenesia berlebih endapan dapat larut D. Larutan sampel ditambah Na2CO3 terbentuk
B. Larutan sampel ditambah ammonium endapan putih, endapan melarut pada
terbentuk endapan putih, dengan reagenesia berlebih

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 1, Januari 2016


Analisa Kadar Tablet Antasida Di Beberapa Apotek Kota Bandar Lampung Secara Alkalimetri 5

2. Analisa Kuantitatif
a. Penetapan Kadar Antasida
Tabel 3
Hasil penetapan kadar magnesium hidroksida dan aluminium
hidroksida dalam tablet antasida

No Sampel Tanggal kadaluarsa Kadar (%) Keterangan


1. A Desember 2016 96,91 Memenuhi syarat
2. B September 2016 95,38 Memenuhi syarat
3. C Februari 2016 93,30 Memenuhi syarat
4. D Februari 2017 99, 00 Memenuhi syarat
5. E Maret 2017 98, 27 Memenuhi syarat
6. F November 2016 96, 56 Memenuhi syarat
7. G Januari 2017 98, 37 Memenuhi syarat
8. H Mei 2017 98, 83 Memenuhi syarat
9. I April 2017 98, 92 Memenuhi syarat
10. J Desember 2015 92, 39 Memenuhi syarat
11. K Januari 2016 92, 71 Memenuhi syarat
12. L April 2016 94, 17 Memenuhi syarat
13. M Juni 2017 99, 14 Memenuhi syarat
14. N Maret 2016 94, 07 Memenuhi syarat
15. O Desember 2016 96, 63 Memenuhi syarat
Keterangan : Persyaratan (USP_NF2007) 90, 0%-110,0%

PEMBAHASAN antasida yang bersifat basa lemah akan


Identifikasi magnesium hidroksida dan bereaksi dengan asam kuat yaitu asam klorida
aluminium hidroksida dari tablet antasida 2N yang kemudian kelebihan asam klorida
dilakukan secara kualitatif menggunakan akan dititrasi kembali dengan larutan standar
reaksi warna, yang dilakukan secara terpisah natrum hidroksida 1 N. Sampel dilarutkan
antara magnesium hidroksida dan aluminium terlebih dahulu dengan air, yang ditambahkan
hidroksida. Hal ini dilakukan untuk sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
memastikan sampel positif atau negatif dengan tercampur dengan baik dan air juga dapat
membandingkan hasil dengan baku melarutkan zat-zat tambahan lain yang
pembanding magnesium dan aluminium. terkandung dalam sampel. Saat penambahan
Adapun hasil yang didapat dari asam klorida 2 N 100 ml dituangkan sedikit
penelitian ialah positif, sampel mengandung demi sedikit sambil terus diaduk, agar sampel
magnesium dan aluminium dengan dapat larut lebih sempurna dan reaksi antara
pembanding menghasilkan endapan putih, antasida (magnesium hidroksida dan
tetapi dengan penambahan reagensia berlebih aluminium hidroksida) dengan asam klorida
endapan akan larut. Pada identifikasi sampel dapat berjalan dengan baik. Dilihat dari
aluminium menggunakan reagensia aluminon kelarutan dan reaksi yang lambat sehingga
menghasilkan pewarnaan merah terang. Pada pengadukan harus terus menerus sampai benar-
pengujian ini banyak faktor yang dapat benar larut. Karena jika tidak larut dan
mengganggu sehingga jika tidak teliti hanya bereaksi dengan sempurna maka pada saat
terbentuk endapan. Penambahan ammonium dititrasi menggunakan larutan standar natrium
karbonat amoniakal adalah untuk hidroksida 1N tidak hanya asam klorida yang
menghilangkan zat pewarna yang berlebih. bereaksi tetapi sampel juga akan bereaksi
Besi dan fosfat juga tidak boleh ada dalam dengan natrium hidroksida sehingga titran
larutan sampel dengan cara penambahan yang didapat sangat besar dan tidak didapat
ammonia, karena akan mencegah pembentukan kadar yang diharapkan. Sebelum dititrasi
pewarnaan yang spesifik untuk aluminium sampel disaring terlebih dahulu karena masih
hidroksida. ada endapan sehingga terlihat keruh, dengan
Penetapan kadar menggunakan metode adanya penyaringan sampel lebih jernih dan
titrimetri secara titrasi asam basa yaitu akan lebih memudahkan untuk melihat titik
alkalimetri dengan teknik titrasi kembali, akhir titrasi. Untuk melihat titik akhir titrasi

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 1, Januari 2016


6 Ade Maria Ulfa

menggunakan indikator fenolftalein, sampel 4. Departemen Kesehatan Republik


dari berwarna kuning berubah menjadi merah Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,
muda mantap dalam suasana basa pH antara edisi IV. Depkes RI, Jakarta.
8,0-9,6. 5. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
Pada penelitian ini pengambilan 2011. Profil Bidang Kesehatan Kota
sampel diambil secara acak atau random dari Bandar Lampung Tahun 2010. Bandar
beberapa apotek di kota Bandar Lampung Lampung.
dengan satu merek tetapi tanggal kadaluarsa 6. Rohman, Abdul. 2008. Volumetri dan
yang berbeda-beda.Berdasarkan hasil Gravimetri. Gadjah Mada University
penelitian diperoleh sampel A dengan tanggal Press. Yogyakarta.
kadaluarsa Desember 2012 mendapat data 7. G, Svehla. 1979. Vogel Analisis
rata-rata 96,913%, sampel B dengan tanggal Anorganik Kualitatif Makro dan
kadaluarsa September 2012 yaitu 95,3877% Semimikro. Bagian I. Edisi V. Universitas
dan sampel C tanggal kadaluarsa Januari 2012 Queen. Belfast.
yaitu 93,3063% yang memiliki kadar zat aktif 8. Setiabudy, Rianto. 2008. Farmakologi dan
magaldrate dalam obat maag. Sehingga, obat Terapi, edisi V. Falkutas Kedokteran,
maag yang diteliti kandungan zat aktifnya Universitas Indonesia. Jakarta.
masih memenuhi persyaratan hanya ada 9. Tan Hoan Tjay, dkk, 2002. Obat- Obat
penurunan kadar zat aktif dari tiga sampel Penting (khasiat, penggunaan dan efek-fek
yang sama tetapi tanggal kadaluarsa yang sampingnya), edisi IV. PT. Elex Media
berbeda-beda. Sampel yang tanggal Komputindo, Jakata.
kadaluarsanya lebih mendekati tanggal 10. USP 30-NF-25. 2007. The United States
kadaluarsa zat aktifnya lebih menurun. Sesuai Pharmacopeia (USP). Maryland, Amerika
dengan standar penelitian yang digunakan Serikat.
yaitu USP_NF2007 dengan persyaratan tablet 11. Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif
obat maag yang mengandung magaldrate 400 Anorganik Edisi IV. Jakarta. EGC
mg mengandung tidak kurang dari 90% dan 12. Kompas cetak, 2012. Penderita Sakit Maag
tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera Terap Berpuasa
pada etiket. 13. http://www.sahpe-
indonesia.com/?q=node/705 diakses pada
KESIMPULAN tanggal 24 Juli 2012
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 11:18
dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 15 14. Riati Handayani. 2011. Jangan Sepelekan
sampel kesemuanya memenuhi persyaratan Sakit Maag
USP_NF2007 dengan persyaratan tablet obat 15.
maag yang mengandung magaldrate 400 mg http://kesehatan.kompasiana.com/medis/20
mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak 11/07/06/jangan-sepelekan-sakit
lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada maag/diakses pada tanggal 06 Juli 2011
etiket. 05 :19
16. Sudibyo Supardi. 2012. Karakteristik
DAFTAR PUSTAKA Penduduk Sakit Maag Yang Memilih
1. Day Jr, R.A; Underwood. A.L. 1996. Pengobatan diRumah
Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi V. 17. http://apotekputer.com/ma/index.php?optio
Erlangga. Jakarta. n=com_content&task=view&id=191&Item
2. Departemen Kesehatan Republik id=63 diakses pada tanggal 08 November
Indonesia. Detjen Bina Kefarmasian dan 2012 1:51
Alat Kesehatan 2006. Pedoman 18. Badan Pusat Stastistik (BPS). 2012.
Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Persentase Penduduk Berobat ke
Terbatas. Jakarta. Indonesia. Puskesmas
3. Departemen Kesehatan Republik 19. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?ka
Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, t=1&tabel=1&daftar= diakses pada
edisi III. Depkes RI, Jakarta. tanggal 09 Mei 2012 4:55

Jurnal Kebidanan Volume 2, Nomor 1, Januari 2016

Vous aimerez peut-être aussi