Vous êtes sur la page 1sur 5

TUGAS PENJASKES

GULAT
Guru pengajar:
AULIA RIDUAN S.PD

Disusun oleh:
ALYA SEPTINA
X C AKOMODASI PERHOTELAN
Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) 3
Banjarmasin
Thn 2018
A.pengertian dan sejarah gulat

Gulat adalah kontak fisik antara dua orang, di mana salah seorang pegulat harus
menjatuhkan atau dapat mengontrol musuh mereka. Teknik fisik yang ditunjukkan dalam gulat
adalah joint lock, Clinch fighting, Grappling hold, dan Leverage. Teknik ini dapat
menyebabkan luka yang serius.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gulat
sejarah gulat

Pada tahun 2500 SM cabang olahraga Gulat telah menjadi suatu mata pelajaran di suatu
sekolah di Negara Cina dan sekitar tahun 2050 SM gulat juga dipelajari oleh orang-orang
Mesir. Sejak Olympiade Kuno, gulat telah menjadi suatu acara pertandingan, walaupun acara
tersebut diadakan di dalam acara Pentahlon.
Pada Olympiade I tahun 1896 di Athena gulat Gaya Yunani-Romawi menjadi suatu acara
pertandingan tersendiri. Pada Olympiade III tahun 1904 di St Louis Amerika Serikat, acara
pertandingan gulat hanya untuk gaya catehras catch can saja. Sedangkan pada Olympiade IV
tahun 1908 di Inggris mengadakan pertandingan gulat untuk dua gaya yaitu Yunani-Romawi
dan catehras catch can. Peraturan gulat Internasional baru diadakan pada Olympiade XI tahun
1936diBerlin,Jerman.
Sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal sudah mengenal gulat Internasional
, gulat ini dibawa oleh tentara Belanda. Tahun 1941 – 1945 sewaktu Indonesia diduduki tentara
Jepang, seni beladiri Jepang seperti Judo, Sumo dan kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga
gulat secara berangsur-angsur menjadi hilang. Pada tanggal 7 Pebruari 1960 didirikan sebuah
organisasi gulat amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI).
Pertama kali gulat dipertandingkan di PON V tahun 1961 di Bandung. Tahun 1962 pada Asian
Games IV di Jakarta, Indonesia menurunkan pegulat-pegulatnya secara full team , mulai dari
kelas 52 kg sampai dengan 97 kg, namun prestasi para pegulat kita belum menggembirakan,
Indonesia hanya meraih 2 medali perunggu melalui gulat Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman
Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya bertanding dalam gaya Yunani-Romawi. Dan sejak
pembentukannya tahun 1960, PGSI telah banyak melakukan kegiatan baik local, nasional
maupun Internasional.
http://ws-or.blogspot.com/2011/10/gulat.html?m=1
B.Perkembangan Gulat di Indonesia

sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia sudah mengenal gulat internasinal. Gulat ini
dibawa oleh tentara Belanda. Masyarakat Indoensia ketika itu mengenal gulat sebagai tontonan
di pasar malam atau pada pesta-pesta di kota besar sebagai acara hiburan.Tahun 1941 – 1945
sewaktu Indonesia diduduki tentara Jepang, seni bela diri Jepang seperti Judo, Sumo dan
Kempo masuk pula ke Indonesia, sehingga gulat secara berangsur-angsur menjadi hilang.

Tahun 1959 di Bandung pernah diadakan pertandingan gulat bayaran antara Batling
Ong melawan Muh. Kunyu dari Pakistan. Dari Pakistan pertandingan itu mendapat perhatian
yang cukup besar dari pencadu olahraga gulat di Indonesia, khususnya masyarakat di kota
Bandung. Pertandingan itu diselenggarakan oleh PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat), suatu
wadah olahraga amatir dan profesional tinju dan gulat di Indonesia. Mengingat pada waktu itu
pemerintah dalam hal ini menteri olahraga tidak membernarkan adanya Organisasi Olahraga
Tinju dan Gulat bayaran. Terlebih-lebih dengan adanya kebutuhan nasional dimana Indonesia
ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, maka ketua OC
Asian Games menunjuk Kolonel CPM R. Rusli (sekarang Mayjen Purn), untuk membentuk
suatu organisasi gulat amatir. Maksudnya Pemerintah berkeinginan agar Indonesia dapat
menerjunkan pada pegulatnya dalam arena Asian Games IV itu. Kol. Rusli yang mendapatkan
mandat dari Ketua OC Asian Games IV tahun 1962 itu segera melaksanakan tugasnya.
Dihubunginya beberapa tokoh olahraga yang ada di Bandung diantaranya Batling Ong, Ong
Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B. Alisahbana dan Abdul Djalil.

Selain beberapa kali mengadakan pertemuan di rumah Kol. R. Rusli di jalan Supratman
Bandung, maka tepatnya pada tanggal 7 Pebruari 1960 didirikanlah sebuah organisasi gulat
amatir Indonesia dengan nama Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat PGSI.
Dengan adanya kejuaraan dunia di Yokohama tahun 1961, maka PGSI mengadakan seleksi
nasional untuk menentukan tim Indonesia ke kejuaraan dunia yang berlangsung pada bulan
Juni 1961. Empat pegulat terpilih dalam seleksi itu untuk mewakili Indonesia yaitu Rachman
Firdaus (kelas 68 kg gaya bebas) Yoseph Taliwongso (kelas 68 kg gaya Yunani-Romawi)
Sudrajat (kelas 62 kg gaya bebas) ketiganya dari Bandung, seoran gdari Yogyakarta yakni Elias
Margio (kelas 62 kg gaya Yunani). Mereka ini didampingi oleh Kapten Obos Purwono sebagai
tim manajer serta Batling Ong sebagai pelatih.

Dalam PON V tahun 1961 di Bandung olahraga gulat termasuk salah satu cabang
olahraga yang dipertandingkan dengan mengambil tempat di Bioskop Varia (sekarang
Nusantara). Daerah-daerah yang telah mempunyai pengurus mengirimkan para pegulatnya
juga. Namun Jawa Barat tetap memborong medali terbanyak.Tahun 1962 Asian Games IV
berlangsung di Jakarta. Indonesia menurunkan para pegulatnya secara full team, mulai dari
kelas 52 kg sampai dengan 87 kg. Prestasi para pegulat kita belum begitu menggembirakan,
Indonesia hanya meraih 2 medali perunggu melalui gulat Mujari (kelas 52 kg) dan Rachman
Firdaus (kelas 63 kg) yang keduanya bertanding dalam gaya Yunani-Romawi.Dalam Ganefo I
(Games of The New Emerging Forces) yang berlangsung di Jakarta tahun 1963, Indonesia juga
mengikutsertakan pegulatnya. Yoseph Taliwongoso yang bertanding di kelas 70 kg, gaya
Yunani-Romawi berhasil meraih medali perak, sedangkan Suharto kelas 97 kg, meraih
perunggu.

Tahun 1964 PB. PGSI mengirimkan para pegulatnya ke RRC dan Korea Utara untuk
menambah pengalaman. Diantara para pegulat yang dikirimkan itu ialah Rachman Firdaus,
Joseph Taliwongso, Bambang Kantong, Saut Tambunan dan Wachmana.
Tahun 1965 menjelang diselenggarakannya PON VI di Jakarta, muncul pegulat-pegulat
yang penuh bakat, seperti Suparman Hamid, Tigor Siahaan, Johny Gozali. Sayang para pegulat
ini belum sempat menampilkan kebolehannya dalam arena PON VI yang batal karena situasi
politik dan mengakibatkkan tersendat-sendatnya kemajuan para pegulat Indonesia.Tahun 1966
menjelang Asian Games V di Bangkok, PGSI mengadakan kejuaraan nasional di Bandung.
Setelah melakukan seleksi yang ketat terpilih pegulat-pegulat Rachman Firdaus, S.H., Ir.
Suparman Hamid dan Ir. Saut Tambunan untuk memperkuat kontingen Indonesia.Tahun 1967,
diselenggarakan kejuaraan nasional di Surabaya, kesempatan ini merupakan yang terakhir
kalinya dihadiri oleh Bapak Gulat Indonesia Batling Ong Hong Liong.Tahun 1968, merupakan
tahun yang sepi bagi PGSI karena tidak adanya kegiatan tingkat nasional. Kesempatan ini
diarahkan untuk mempersiapkan diri menghadapi PON VII tahun 1969 di Surabaya.Tahun
1969, diadakan PON VII di Surabaya dimana para pegulat dari daerah-daerah Sumatera Utara,
DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan
mengukur kekuatannya dalam arena tersebut. Daam PON VII ini terlihat olahraga gulat
semakin berkembang bahkan muncul pula wajah-wajah

C.teknik dasar

Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Teknik yang
baik selalu berdasar pada teori dan hukum-hukum yang berlaku pada ilmu pengetahuan untuk menunjang pelaksanaan teknik
tersebut, misalnya bio mekanika, fisiologi, dan kinesiologi. Untuk mengembangkan prestasi gulat peranan teknik erat
hubungannya dengan kemampuan fisik, teknik, dan mental. Teknik dasar tersebut harus benar-benar dapat dikuasai agar
dapat mengembangkan mutu prestasi dalam cabang olahraga gulat.
Adapun tehnik tehnik dasar gulat adalah sebagai berikut :
1) Teknik jatuhan meliputi jatuhan samping kanan, jatuhan samping kiri, jatuhan belakang,dan jatuhan depan,
2) Teknik posisi bawah meliputi posisi lawan tiarap (gulungan perut, putaran, sambungan), posisi lawan merangkak
(pengambilan teknik dari samping kiri) (bantingan samping, tangkapan tangan, gulungan perut tehnik angkatan croos)
3) Teknik serangan kaki meliputi teknik gaitan kaki, teknik tangkapan kaki, teknik angkatan kaki, dan teknik tangkapan
dua kaki,
4) Teknik bantingan meliputi teknik bantingan memutar, teknik bantingan bahu, teknik bantingan pinggang, teknik
bantingan samping teknik bantingan ke belakang,teknik bentingan menyamping, dan teknik bantingan kayang,
5) Teknik susupan ketiak,
6) Teknik tarikan tangan, dan
7) Teknik sambungan meliputi teknik sambungan kepala dan kaki, teknik sambungan pinggang

D. Sarana dan prasarana Gulat


Sarana dan prasarana berupa
 Gedung/aula
 1 set Matras
 Tutup matras
 Scoring shit
http://eddybtx.blogspot.com/2013/07/sosiologi-olahraga.html?m=1

E.peraturan permainan gulat


Sesuai dengan unsur, maka olahraga gulat dibagi dalam kelompok sebagai berikut :
a. Gulat Mini : 6 – 12 tahun
b. Gulat Anak-Anak : 13 – 16 tahun
c. Gulat Yunior : 17 – 20 tahun
d.Gulat.Senior:diatas20tahun

Pertandingan olahraga gulat dilakukan di atas matras, berukuran 12 x 12 meter sesuai


dengan peraturan gulat internasional. Peraturan pertandingan gulat internasional. Peraturan
pertandingan yang dipakai juga peraturan pertandingan gulat internasional dari FILA yang
sudah disahkan oleh PB. PGSI.
Pegulat selama bertanding harus memakai baju internasional (wrestlingsuit) sesuai
dengan warna dari sudut mana dia berada, biru atau merah. Wasit berada diantara kedua pegulat
di lingkaran tengah, satu tangan diluruskan ke depan, kemudian peluit dibunyikan dan lengan
wasit ditarik kembali. Pada waktu bertanding, bilamana kedua pegulat tinggal diam beberapa
saat maka wasit berteriak open agar supaya daerah serangan dibuka untuk memberi kesempatan
pada lawannya melakukan serangan. Setelah itu diharapkan kedua pegulat mengadakan kontak
satu sama lain. Setelah kedua pegulat itu mengadakan kontak maka diharuskan adanya
serangan salah satu pihak, kalau tidak maka wasit harus berteriak action.
Setiap kali wasit berteriak open, action, ataupun contact, pegulat harus mengerjakan hal
itu. Kalau pegulat itu tidak bereaksi maka wasit wajib menghentikan pertandingan dan
memberikan peringatan kepada kedua pegulat itu. Bila hal ini terulang setujuan juri atau pres
met wajib memberikan suatu angka hukuman. Pemberian angka hukuman ini secara jelas
dilakukan oleh wasit sedemikian rupa sehingga juri dan ketua pertandingan serta umum jelas
melihatnya. Wasit memanggil kedua pegulat pada lingkaran tengah menghadap ketua
pertandingan, salah satu tangan wasit memegang pergelangan tangan pegulat yang mendapat
hukuman lurus ke bawah di sisi badan. Sedangkan tangan terbuka, semua jari lurus ke atas dan
rapat satu sama lain. Juri dan ketua pertandingan mengangkat papan angka satu yang berwarna
sesuai dengan tangan wasit yang diangkat. Ini menunjukkan bahwa satu angka diberikan
kepada pegulat yang berwarna merah, maka juri mengangkat papan merah yang berangka 1.
http://ardiher22.blogspot.com/2017/04/peraturan-permainan-gulat.html?m=1

Vous aimerez peut-être aussi